Pengertian etika
Etik atau ethics berasal dari bahasa yunani : “etos” yang berarti adat, kebiasaan, perilaku atau
karakter. Menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang
baik dan buruk secara moral. Jadi etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg menentukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau
prinsip-prinsip yg menentukan tingkah laku yg benar, yaitu Baik, buruk , Kewajiban, dan
tanggungjawab.
Keperawatan berpandangan bahwa manusia dan kemanusiaan merupakan titik sentral setiap
upaya pembangunan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawabnya.
Paradikma keperawatan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik faktor dari
dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal).
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat,
baik sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Etika Keperawatan
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dlm
praktek sehari-hari (Fry, 1994);
Prinsip-prinsip etika
Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi :
Komunikasi keperawatan dilakukan melalui komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Komunikasi verbal yang diberikan oleh seorang perawat bertujuan untuk membangun motivasi
pasien, sedangkan komunikasi non verbal sebagai pendukung dari komunikasi verbal agar pasien
yakin dan perlahan mengubah pola pikir yang negatif menjadi positif. Komunikasi yang
dilakukan dalam komunikasi keperawatan seperti perkataan lembut, sentuhan, ekspresi wajah,
dan lainnya.
Seorang perawat akan memberikan suatu rasa kehangatan dan ketulusan ketika melakukan
komunikasi dengan pasiennya. Kehangatan dan ketulusan memberikan rasa aman terhadap
pasien. Selain itu, kehangatan juga memberikan rasa keakraban antara perawat dan pasien,
sehingga pasien bisa terbuka kepada perawat. Ketulusan seorang perawat dalam merawat pasien
juga berpengaruh terhadap stimulus pasien agar pasien dapat pulih kembali. (Baca juga:
Psikologi Komunikasi)
Seorang pasien tentu memiliki masalah tertentu terutama pada kesehatannya. Seorang perawat
bertugas sebagai pendengar yang baik ketika pasien berkeluh kesah. Contoh komunikasi
interpersonal dalam keperawatan ini berlaku juga antara seorang perawat dan dokter. Seorang
perawat menjadi pendengar yang baik untuk seorang dokter, sehingga keduanya dapat menjalin
kerjasama yang baik.
Tugas seorang perawat tidak hanya membantu melayani pasien saja, tetapi seorang perawat juga
bertugas sebagai jembatan yang berfungsi untuk membantu dalam segala hal antara pasien dan
dokter. (Baca juga: Komunikasi Antar Pribadi)
Komunikasi interpersonal dalam keperawatan tidak hanya dilakukan melalui perilaku dan ucapan
saja. Seorang perawat berkomunikasi melalui pemahaman perasaan seorang pasien maupun
dokter. Dengan memahami perasaan seseorang maka seorang perawat telah mencegah
kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Komunikasi berkaitan dengan perasaan apabila seorang
sedang emosi dan orang lain tidak memahami kondisi perasaannya saat itu, hal yang akan terjadi
adalah kesalahpahaman.
5. Memberikan Motivasi
Komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat bersifat membangun motivasi untuk seorang
pasien. Komunikasi interpersonal ini bersifat membangun rasa optimis pasien yang bertujuan
untuk mengubah pemikiran negatif menjadi positif, sehingga pasien bersemangat untuk
mencapai kesembuhannya dalam menghadapi penyakit yang dideritanya (Baca juga: Komunikasi
yang Efektif)
Setiap pasien memiliki berbagai pertanyaan mengenai penyakit yang dideritanya. Seorang
perawat bertugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya. Selain itu, pasien juga
diberi kesempatan untuk berbagi cerita atau pengalaman dalam kehidupannya menghadapi
penyakit.
Seorang perawat akan memberikan informasi mengenai kesehatan pasiennya. Komunikasi yang
dilakukan antara seorang perawat dan pasien membutuhkan keakuratan dalam informasi. Selain
itu, seorang dokter juga harus memberikan informasi yang akurat mengenai kesehatan pasiennya.
(Baca juga: Komunikasi Kesehatan)
Seorang pasien membutuhkan perawatan dan fasilitas yang baik untuk meningkatkan
kesehatannya. Seorang perawat yang profesional akan memberikan perhatian atau melayani
pasien dengan cara menawarkan diri ketika pasien membutuhkan bantuan seperti minum obat,
berjalan ke toilet, membantu menyiapkan makanan, dan lain sebagainya. Selain itu, seorang
perawat juga mampu memberi solusi ketika pasien bercerita mengenai masalahnya.
Komunikasi non verbal dalam komunikasi keperawatan menjadi hal yang penting setelah
komunikasi verbal. Komunikasi non verbal yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap
seorang pasien biasanya meliputi kontak mata, intonasi suara yang lembut, sentuhan, ekspresi
wajah, dan lainnya. Komunikasi non verbal ini mempengaruhi pasien untuk meningkatkan
kesehatannya agar lebih baik. Seorang perawat harus profesional dalam melayani pasiennya.
Misalnya, seorang perawat yang sedang marah harus tetap tersenyum dan bersuara lembut ketika
berbicara dengan pasien. (Baca juga: Komunikasi Non Verbal)
Seorang pasien dapat menilai kinerja seorang perawat dalam melayaninya. Oleh karena itu,
seorang perawat akan menerima kritik dan saran mengenai kinerjanya. Seorang yang profesional
akan menerima kritik tersebut untuk meningkatkan kinerjanya dalam melayani pasien. Selain itu,
seorang perawat juga bersedia menerima masukan dari dokter biasanya berupa saran-saran yang
bersifat membangun.
Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi terapeutik dalam keperawatan bukan hanya sekedar komunikasi biasa, komunikasi
ini dilakukan oleh perawat untuk membantu/ mendukung proses penyembuhan pasien. Untuk
lebih jelasnya, dibawah ini akan PakarKomunikasi jelaskan mengenai komunikasi terapeutik
dalam keperawatan
Terjadinya perubahan dalam diri pasien dalam bentuk kesadaran diri serta penerimaan
diri yang diikuti peningkatan akan penghormatan diri, sehingga pasien terhindar dari rasa
stress dan depresi akibat penyakit kronis yang dideritanya. (baca: Model Komunikasi)
Pasien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain, sehingga memiliki
kemampuan dalam membina hubungan intrapersonal yang tidak superficial serta saling
bergantung.
Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan penetapan
tujuan yang realistis, sesuai dengan kemampuan pasien. Tidak terlalu tinggi (ideal) atau
terlalu rendah (rendah diri).
Meningkatnya integritas diri pasien, dan kejelasan akan identitas dirinya. Biasanya pasien
menggalami gangguan identitas personal, dan rendah diri. (baca: Jenis Metode Penelitian
Kualitatif)
Untuk dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi pasien, perawat harus memandang
masalah tersebu dari sudut pandang klien. Perawat hendaknya mendengarkan secara aktif dan
sabar apa yang dikomunikasikan oleh pasien, sehingga perawat menyimak keseluruhan masalah
dan dapat merumuskan diagnosa yang sesuai dengan masalah klien dengan baik. Karna diagnose
yang salah, bukannya memperbaiki, malah akan bisa merusak pasien.
B. Tidak mudah dipengaruhi masa lalu pasien dan masalalu perawat sendiri
Seseorang tidak akan mampu berbuat yang terbaik saat ini, jika dia masih dihantui oleh
penyesalan masa lalunya. Perawat yang memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam
hidupnya, akan sulit untuk dapat membantu pasien, sebelum dia sendiri menyelesaikan masalah
pribadinya tersebut.
dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan masalah yang dialami
pasien dari sudut pandang klien. Namun perawat tidak larut dalam masalah tersebut, sehingga
dapat melihat masalah secara objektif dan dapat memberikan alternatif pemecahan masalah.
(baca: Konvergensi Media)
Penerimaan yang tulus dari perawat akan membuat pasien merasa aman dan nyaman, sehingga
hubungan terapeutik dapat berjalan dengan baik. Perawat hendaknya tidak memberikan penilaian
atau kritik terhadap pasien, karna itu menunjukkan bahwa perawat tidak menerima pasien apa
adanya. (baca: Fotografi Jurnalistik)
Prinsip Lainnya:
Kejujuran: untuk dapat membina hubungan saling percaya, diperlukan kejujuran. Pasien
akan jujur dan terbuka hanya jika dia yakin perawat juga jujur sehingga dapat dipercaya.
Ekspresif, tidak membingungkan: perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dimengerti dan didukung oleh komunikasi nonverbal. (baca: Teori Komunikasi
Kelompok)
Bersikap positif: perawat hendaknya bersikap hangat, penuh pernghargaan dan perhatian
yang tulus terhadap pasien. (baca: Teknik Dasar Fotografi)
Sensitif terhadap perasaan pasien: perawat harus mampu untuk peka akan perasaan
yang dialami pasien,. Ini sangat penting agar perawat tidak melakukan pelanggaran batas,
privasi, atau menyinggung perasaan pasien.
Mendengarkan dengan penuh perhatian: perawat harus menjadi pendengar yang aktif,
beri kesempatan pasien untuk lebih banyak berbicara. Dengan begitu perawat dapat
mengetahui perasaan pasien.
Menunjukkan penerimaan: menerima bukan berarti menyetujui, namun kesediaan
untuk mendengarkan tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan akan apa yang
dikatakan pasien.
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan: ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
spesifik mengenai hal yang diampaikan pasien. (baca: Analisis Framing)
Mengulangi ucapan klien menggunakan kata-kata sendiri: ini dilakukan untuk
mendapatkan umpan balik. Bahwa perawat mengerti pesan pasien, dan berharap
komunikasi dilanjutkan kembali.
Mengklasifikasi: usaha perawat untuk menjelaskan kata-kata ide atau pikiran yang
kurang jelas dari pasien.
Memfokuskan: Bahan pembicaraan dibatasi agar pembicaraan lebih spesifik.
Menyatakan hasil observasi: perawat menguraikan kesan yang didapatnya dari isyarat
nonverbal yang dilakukan pasien. (baca: Strategi Komunikasi Pemasaran)
Menawarkan informasi: memberikan tambahan informasi yang bertujuan untuk
memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan. (baca: Etnografi Komunikasi)
Diam: dengan diam, pasien dan perawat memiliki kesempatan untuk berkomunikasi
dengan dirinya sendiri. Mengorganisir pikiran dan memproses informasi yang
didapatkan.
Meringkas: pengulangan ide utama secara singkat. (baca: Teori Efek Media Massa)
Memberi penghargaan kepada pasien.
Memberi pasien kesempatan untuk memulai pembicaraan, memberi inisiatif dalam
memilih topic pembicaraan. (baca: Nilai Berita)
Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, dalam metoda ini perawat memberikan
pasien kesempatan untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang berlangsung.
Menempatkan kejadian secara berurutan, untuk membantu perawat juga pasien
melihatnya dalam suatu perspektif. (baca: Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)
Memberikan pasien kesempatan untuk menguraikan persepsinya.
Refleksi: memberikan pasien kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya. (baca: Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli)
Pada tahap ini perawat mengeksplorasi perasaannya, menganalisis kelebihan dan kekurangan
dirinya, dan mengumpulkan informasi mengenai pasiennya. Kemudian merencanakan pertemuan
pertama dengan pasien. Ini dilakukan untuk mengurangi rasa cemas yang mungkin dialami
perawat ketika pertamakali melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien. (baca: Paradigma
Komunikasi)
Tahap ini selalu dilakukan ketika dikalukan pertemuan dengan pasien. Tujuannya untuk
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat. Dalam tahap ini mperawat membina
rasa saling percaya, menggali pikiran dan perasaan pasien,meindentifikasi masalah, dan
merumuskan tujuan interaksi.
Tahap Kerja:
Tahap ini merupakan inti proses komunikasi terapeutik. Dalam tahap ini perawat dituntut untuk
dapat membantu klien menyampaikan perasaan dan pikirannya, lalu menganalisis pesan yang
disampaikan serta respon pasien dan mendefinisikan masalah yang dihadapi pasien serta mencari
pemecahan masalahnya.
Tahap Terminasi:
Tahap ini dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara
merupakan akhir sesi pertemuan dimana perawat dan pasien masih akan bertemu kembali di sesi
pertemuan lain. Terminasi akhir dilakukan perawat setelah semua proses keperawatan telah
selesai dilaksanakan. Dalam tahap ini perawat mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi, serta
tindak lanjutnya (untuk terminasi sementara).
DOKUMENTASI PENGKAJIAN
1. PENGERTIAN
v Dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu
v Data dasar
Kumpulan data mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan
dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultai medis (terapist) atau profesi
kesehatan lainnya (Taylor, Lillis & Le Mone, 1996)
v Data fokus
Data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan, dan masalah
kesehatannya, serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanankan pada klien.
3. PENGUMPULAN DATA
1. i. Tipe data
1. Subyektif
v Didapat melalui interaksi dan komunikasi dengan klien (persepsi, perasaan, ide klien tentang
status kesehatan) misalnya: penjelasan klien tentang nyeri, lemah, mual dll
v Informasi oleh sumber lain (keluarga, konsultan, & tenaga kesehatan lain juga sebagai data
subyektif jika berdasar pendapat klien)
1. Obyektif
1. Apakah kien tidak mau makan karena disengaja atau tidak ada nafsu makan
2. Apakah disebabkan adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis (contoh
nyeri telan)
3. Bagaimana respon klien mengapa ia tidak mau makan.
4. Akurat dan nyata
– Perawat harus berfikir akurasi dan nyata untuk membuktikan apa yang dilihat, didengar,
diukur sehingga data tersebut benar-benar valid
1. Relevan
v Informasi yang diperoleh dari klien selama pengkajian awal dan informasi tambahan (tes
diagnostik, dan sumber lain); diperlukan untuk menegakkan data
v Tanya jawab
Bentuk dokumentasi dapat berupa data dasar, lembar alur (flowsheet) dan catatan perkembangan.
Untuk mendapatkan catatan pengkajian aktual maka perlu pedoman, antara lain:
1. PENGERTIAN
v Keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan, atau proses kehidupan yang aktual potensial
v Catatan tentang penilaian klinis dari respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan baik aktual / potensial.
1. AKTUAL
1. Label
1. Definisi
1. Batasan Karakteristik
Karakter yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subyektif dan obyektif
4. Maturasional
v Rumusan : P E S (Problem; Etiologi; Simptom)
v Keputusan klinis tentang individu, keluarga, masyarakat yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu / kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
v Mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial, dengan menggunakan resiko terhadap atau
resiko tinggi terhadap
v Validasikan faktor2 resiko yang menunjukkan keadaan kerentanan yang meningkat terhadap
klien, kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik
1. KEMUNGKINAN
v Pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan
diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko
v Contoh: Kemungkinan gangguan konsep diri berhubungan dengan ehilangan peran tanggung
jawab
1. SEJAHTERA / WELLNESS
v Ketentuan klinis mengenai individu, keluarga, masyarakat dalam transisi dari tingkat
kesehatan khusu ke tingkat kesehatan yang lebih baik
1. SINDROMA
v Diagnosa keperawatan yang terdiri atas kelompok diagnosa aktual atau resiko tinggi yang
diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu
1. Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko
2. Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA atau yang lain
3. Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data
untuk diagnosa keperawatan
4. Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ke dalam daftar masalah
5. Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah keperawatan
6. Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan,
intervensi dan evaluasi.
BAB III
DOKUMENTASI PERENCANAAN
1. Administratif
2. Klinis
1. Administratif
2. Klinis
Menampilkan set prioritas dari diagnosa masalah kolaborasi dan diagnosa keperawatan
untuk klien
Menyiapkan rencana pasti untuk mengarahkan perawatan
Mengkomunikasikan kepada staf perawatan tentang apa yang harus diajarkan, apa yang
harus diobservasi dan apa yang ahrus dilaksanakan.
Memberikan criteria hasil dan tujuan keperawatan untuk penelaahan dan evaluasi
keperawatan
Mengarahkan intervensi untuk klien, keluarga, anggota staf untuk dilaksanakan.
Klien memerlukan perawatan (yg diduga diperlukan) hal ini berhubungan dengan
intervensi yang distandarisasi
Jika terdapat anggapan bahwa intervensi dapat dibaca dari standart perawatan sehingga
tidak perlu menulis pada rencana perawatan, hal tersebut memang mungkin dapat
dilakukan, terutama oleh perawat yang berpengalaman
Jika hal tersebut dilakukan maka perawat yang tidak memiliki pengalaman tidak dapat
memberikan pelayanan, terutama disebabkan oleh cara yang sempit, karena standart
seringkali belum dispesifikkan
JADI
– Jika perawat tidak mempunyai format rencana perawatan, bagaimana bisa perawat tersebut
mengarahkan perawat lain untuk memberikan intervensi yang tidak ada pada cara kritis atau
standart perawatan.
KESIMPULAN;
Rencana Keperawatan sangat diperlukan sebagai bukti profesionalisasi, jangan sampai
perawat dianggap terutama oleh tim kesehatan lain, bahwa hal yang dilakukan perawat itu tidak
pernah direncanakan
Tujuan:
Terdapat 3 komponen:
– Selain itu juga digunakan standart prioritas: ancaman kehidupan, ancaman keselamatan,
dan prioritas yang actual didahulukan dibanding resiko/resiko tinggi.
1. i. Kebutuhan fisiologis
respirasi, sirkulasi,suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, dan eliminasi.
lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi, dan rasa takut.
Yaitu hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan.
subyek
kata kerja yang dapat diukur
hasil
criteria
target waktu
singkat
jelas
dapat dimengerti
spesifik
dapat diukur / dinilai
realistis
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Kriteria hasil adalah standart evalusi yaitu merupakan gambaran tentang faktor-faktor petunjuk
tercapainya tujuan, dan digunakan dalam membuat pertimbangan.
Contoh:
Tujuan:
Klien mampu mengeluarkan sekresi paru tanpa bantuan pada tanggal …….
Intervensi Keperawatan adalah: Suatu tindakan langsung kepada klien yang dilaksanakan oleh
perawat.
Definisi ini berhubungan dengan semua intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan
atau masalah kolaboratif.
(ANA, 1973)
Tujuan: Rencana tindakan ditulis dalam suatu bentuk yang bervariasi guna mempromosikan
perawatan, yang meliputi:
– perawatan individu
– Komunikasi
– Evaluasi
Karekteristik:
Contoh: pada catatan medis klien, di tempat tidur, atau dikantor perawat.
Semua komponen harus selalu diperbaharui, diagnosa keperawatan, outcomes, dan rencana
tindakan yang tidak valid lagi harus direvisi.
BAB IV
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
1. Pengertian
Inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996).
Selama tahap pelaksanaan ada 2 hal yang terus dilakukan oleh perawat yaitu:
Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi (format
dapat fleksibel tergantung kebijaksanaan institusi / kreasi)
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Intervensi
Adalah kegiatan pelaksanaan tindakan perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosi
klien.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
professional sebagaimana terdapat dalam standart praktek keperawatan, antara lain:
1. i. Independen
– Tindakan diagnostic
– Tindakan terapeutik
– Tindakan edukatif
– Tindakan merujuk
1. ii. Interdependent
2. iii. Dependent
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu
cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
3. Tahap Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
RINGKASAN
1. Tahap persiapan
2. Tahap intervensi
3. Tahap Dokumentasi
Tindakan diagnostik
Tindakan terapeutik
Tindakan edukatif
Tindakan merujuk
1. Interdependent
2. Dependent
BAB V
DOKUMENTASI EVALUASI
PENGERTIAN
ü Bertujuan menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status klien dari hasil
tindakan perawatan.
KOMPONEN
PROSES EVALUASI
1. evaluasi formatif
ü adalah
evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera
ü Fokus evaluasi
aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan .
ü Metode pelaksanaan
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu
Fokus evaluasi hasil
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.
Metode pelaksanaan
o Closed Chart Audit
o interview akhir pelayanan
o pertemuan akhir pelayanan
o pertanyaan pada klien dan keluarga.
Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan mempunyai beberapa komponen antara lain:
1. Kognitif (pengetahuan)
3. Psikomotor
Biasanya lebih mudah dievaluasi, jika perilaku yang diharapkan sudah diidentifikasi pada
criteria hasil.
PENDOKUMENTASIAN
Perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada medical record
9.3.2 Prinsip perawatan luka
Tujuan dari peraawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan, mencegah infeksi, menilai
kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan luka.
Menghentikan perdarahan
o Tekanan langsung pada luka akan menghentikan perdarahan (lihat gambar di
bawah).
o Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam waktu yang singkat (< 10
menit) dengan menggunakan manset sfigmomanometer yang dipasang pada
bagian proksimal pembuluh arteri.
o Penggunaan torniket yang terlalu lama bisa merusak ekstremitas.
Mencegah infeksi
o Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting dalam pencegahan
infeksi luka. Sebagian besar luka terkontaminasi saat pertama datang. Luka
tersebut dapat mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati atau rusak dan
mungkin benda asing.
o Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau larutan
antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.
o Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada benda asing dan
bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka besar
memerlukan anestesi umum.
o Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan hati-hati.
Namun demikian, beberapa luka tetap harus diobati dengan antibiotik, yaitu:
Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah terinfeksi).
Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus
disayat/dilebarkan untuk membunuh bakteri anaerob.
Profilaksis tetanus
o Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS efektif bila
diberikan sebelum 24 jam luka
o Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika sudah waktunya.
Menutup luka
o Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan seksama, luka
dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka primer).
o Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat kotor atau
terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.
o Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan luka tersebut dengan
menggunakan kasa lembap.
o Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap ditutup ringan
dengan kasa lembap. Jika luka bersih dalam waktu 48 jam berikutnya, luka dapat
benar-benar ditutup (penutupan luka primer yang tertunda).
o Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh dengan sendirinya.
Infeksi luka
o Tanda klinis: nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, terasa panas dan
mengeluarkan nanah.
o Tatalaksana
Buka luka jika dicurigai terdapat nanah
Bersihkan luka dengan cairan desinfektan
Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap hari, lebih
sering bila perlu
Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh (biasanya dalam
waktu 5 hari).
Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari)
karena sebagian besar luka biasanya mengandung Staphylococus.
Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari),
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan metronidazol
(7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika dicurigai terjadi
pertumbuhan bakteri saluran cerna.
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang di laksanakans secara tim. Perawat melakukan fungsi
kolaboratif dalam memberikan tindakan pengobatan secara medis (terapi medis).
PEMBERIAN OBAT:
Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa cara,yaitu melalui rute oral, parenteral, rektal,
vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung.
Dalam pemberian obat ada beberapa hal yang harus di perhatikan demi meminimalisir kesalahan
di antaranya :
1.Benar pasien
2. Benar obat
Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di periksa minimal
3 kali.
3. Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan teliti, jika
ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di lanjutkan ke pasien.
4. Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati agar tidak
terjadi kesalahan pemberian obat.
5. Benar waktu
Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat yang diminum sesudah atau
sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di berikan bersamaan dengan susu,
karna susu dapat mengikat sebagian besar obat itu,sebelum dapat di serap tubuh.
6. Benar dokumentasi
Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu di berikan, dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus di dokumentasikan juga
alasan pasien menolak pemberian obat.
Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang di inginkan dan bisa
memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang di rasakan oleh
seseorang.
Dalam panduan ini, saya akan sharing mengenai 8 Langkah Mudah Membaca Hasil Analisa Gas
Darah (AGD) menggunakan metode SOS. Metode ini berdasarkan permainan S.O.S dimana
menggunakan kolom-kolom untuk membantu anda meng-interpretasikan hasil AGD dengan
sangat-sangat mudah.
Ketika anda berhasil menguasai metode ini, saya jamin pemeriksaan & interpretasi AGD akan
lebih menyenangkan ketika dilakukan.
Dan yang terpenting, anda bisa menjadi seorang partner terbaik untuk tenaga kesehatan yang lain
dalam hal tindakan dan interpretasi AGD.
Tes ini biasanya dilakukan di laboratorium, dan digunakan untuk memantau beberapa kondisi
kesehatan yang dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama untuk mereka yang mengalami
penyakit-penyakit kritis.
Analisa Gas Darah (AGD) menggunakan kisaran normal berbentuk angka yang digunakan
sebagai panduan, dan penentuan gangguan didasarkan pada sifat pH darah.
Jika pH darah bersifat basa, kadar HCO3 harus dipertimbangkan karena ginjal mengatur kadar
ion bikarbonat.
Sedangkan,
Jika pH darah bersifat basa, maka PaCO2 atau biasa disebut sebagai tekanan parsial
karbondioksia dalam darah arteri harus dinilai karena paru-paru mengatur sebagian besar asam
darah tubuh.
Rumit ya? Awal-awal memang akan terlihat rumit, tapi mari lanjutkan membaca untuk
menghilangkan kerumitan tersebut.
Harapannya, setelah membaca panduan ini, anda bisa menentukan 3 tujuan utama dari
panduan ini, yaitu :
1. Berdasarkan hasil Analisa Gas Darah (AGD), anda bisa menentukan apakah hasil
tersebut menggambarkan Asidosis atau Alkalosis
2. Yang kedua adalah anda bisa menentukan apakah hasil tersebut merujuk pada keadaan
Metabolik atau Respiratorik
3. Terakhir, anda bisa menentukan tingkat kompensasi dari hasil tersebut, apakah
Terkompensasi Penuh, Terkompensasi Sebagian atau Tidak Terkompensasi.
Pertanyaannya, apakah anda yakin anda pasti bisa? Lha wong saya aja yakin anda bisa, masa
anda sendiri tidak yakin?!
Oke lanjut …
Terdapat 8 langkah mudah dan sederhana untuk membaca hasil analisa gas darah dengan
menggunakan metode SOS.
1. Hafalkan nilai normal AGD
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui dan menghafalkan nilai normal hasil
AGD (Analisa Gas Darah).
Saya sarankan anda untuk menggambar ulang gambar nilai normal AGD diatas untuk
mempermudah anda menghafal nilai normal AGD.
Gambar diatas nantinya akan digunakan untuk membantu anda dalam menginterpretasikan hasil
AGD.
Langkah ketiga adalah menentukan keadaan asam atau basa darah berdasarkan nilai pH hasil
AGD. Ingat langkah #1 bahwa pH normal berkisar anatara 7.35 – 7.45.
Ketentuannya :
1. Jika pH darah berkisar antara 7.35 – 7.39, interpretasinya adalah NORMAL (meskipun
cenderung mengarah ke ASIDOSIS). Lalu tempatkan nilai tersebut dalam kolom
NORMAL pada grid SOS.
2. Jika pH berkisar anatara 7.41 – 7.45, interpretasinya NORMAL (meskipun cenderung
mengarah ke ALKALOSIS). Tempatkan nilai tersebut dalam kolom NORMAL grid SOS.
3. Jika pH dibawah 7.35 (7.34, 7.33, 7.32 dst…) maka ASIDOSIS. Tempatkan dalam kolom
ASIDOSIS grid SOS.
4. Jika pH diatas 7.45 (7.46, 7.47, 7.48 dst…) maka ALKALOSIS. Tempatkan dalam kolom
ALKALOSIS grid SOS.
Ingat bahwa :
Jika PaCO2 dibawah 35, tempatkan nilai tersebut dalam kolom ALKALOSIS.
Jika PaCO2 diatas 45, tempatkan dalam kolom ASIDOSIS.
Jika PaCO2 dalam rentang normal, tempatkan dalam kolom NORMAL.
Jika HCO3 dibawah 22, maka ASIDOSIS dan tempatkan pada kolom ASIDOSIS.
Jika HCO3 diatas 26, maka tempatkan pada kolom ALKALOSIS.
Jika HCO3 dalam keadaan normal, tempatkan dalam kolom NORMAL.
Hal pertama dalam membaca hasil analisa gas darah adalah menentukan apakah hasil tersebut
merujuk pada keadaan ASIDOSIS atau ALKALOSIS.
Lihat, dimanakah posisi pH, apakah dalam kolom ASIDOSIS, NORMAL ataukah ALKALOSIS.
Masing-masing kolom mewakili interpretasinya sendiri. Sehingga jika pH terdapat dalam kolom
ASIDOSIS, maka interpretasinya ASIDOSIS. Jika pH dalam kolom ALKALOSIS, maka
interpretasinya ALKALOSIS.
Jika pH terdapat dalam kolom yang sama dengan PaCO2, maka RESPIRATORIK
Jika pH terdapat dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
Jika pH dalam kolom NORMAL, dan tidak ada nilai PaCO2 atau HCO3 dibawahnya,
maka tentukan apakah nilai pH tersebut CENDERUNG mengarah ke keadaan ASIDOSIS
atau ALKALOSIS.
Jika pH darah berkisar antara 7.35 – 7.39, interpretasinya adalah NORMAL (cenderung
mengarah ke ASIDOSIS).
Jika pH berkisar anatara 7.41 – 7.45, interpretasinya NORMAL (cenderung mengarah ke
ALKALOSIS).
Aturannya:
Sehingga hasil akhir dari interpretasi analisa gas darah (AGD) adalah:
Asidosis/Alkalosis – Metabolik/Respiratorik – Tingkat Kompensasi
… dari hasil pembacaan AGD diatas, maka didapatkan grid SOS sebagai berikut :
Maka, interpretasinya:
Cara membacanya:
1. Ingat nilai normal AGD
2. Buat grid SOS
3. pH 7.44 adalah NORMAL namun cenderung ALKALOSIS. Maka tempatkan dalam
kolom NORMAL dengan panah menuju kolom ALKALOSIS.
4. PaCO2 30 ABNORMAL dan ALKALOSIS. Tempatkan dalam kolom ALKALOSIS
5. HCO3 21 ABNORMAL dan ASIDOSIS. Tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
… dari hasil pembacaan AGD diatas, maka didapatkan grid SOS sebagai berikut :
Maka, interpretasinya:
Cara membacanya:
1. Ingat nilai normal AGD
2. Buat grid SOS
3. pH 7.1 ABNORMAL dan ASIDOSIS, maka tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
4. PaCO2 dalam rentang NORMAL, tempatkan dalam kolom NORMAL
5. HCO3 18 ABNORMAL dan ASIDOSIS, tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
… dari hasil pembacaan AGD diatas, maka didapatkan grid SOS sebagai berikut :
Maka, interpretasinya:
1. pH 7.1 ASIDOSIS
2. pH terdapat dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
3. pH dan HCO3 ABNORMAL (Karena asidosis), namun PaCO2 NORMAL. Maka
TIDAK TERKOMPENSASI
Nah bagaimana pendapat anda mengenai metode SOS ini? Apakah mudah dimengerti, atau sulit?
Saya yakin ini sangat-sangat mudah untuk dimengerti. Karena saya yakin;
Orang cerdas tidak akan pernah berhenti sampai tahap belajar, Ia akan mempraktikan dan
membagikannya.
Dan saya tahu, ANDA ADALAH ORANG YANG CERDAS!
Pertanyaannya :
Apakah membaca dan menginterpretasikan hasil Analisa Gas Darah (AGD) itu sulit? Ternyata
tidak, jika dan hanya jika anda mengetahui metode yang tepat untuk mempelajarinya.
Nah, semoga bermanfaat ya! Dan jangan lupa untuk follow blog ini dan akun instagram saya
@nersliciousacademy untuk mendapatkan kiat dan ilmu-ilmu keperawatan terbaru dari saya.
Pencegahan Pasien Jatuh Sebagai Strategi
Keselamatan Pasien: Sebuah Sistematik
Review
Oleh : Hary Agus Sanjoto, S.Sos, MPH
Dalam pelaksanaan program patient safety di rumah sakit, kejadian pasien jatuh merupakan salah
satu indikator berjalan tidaknya pelaksanaan program ini. Mendefinisikan pasien jatuh pun
memiliki tantangan tersendiri. Miake-Lye at al. (2013) dalam National Database of Nursing
Quality Indicators mendefinisikan jatuh sebagai "an unplanned descent to the floor with or
without injury", sedangkan World Health Organization (WHO) mendefinisikan jatuh sebagai
"an event which results in a person coming to rest inadvertently on the ground or floor or some
lower level".
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit dalam mengurangi atau mencegah kejadian
pasien jatuh. Pencegahan pasien jatuh adalah masalah yang kompleks, yang melintasi batas-batas
kesehatan, pelayanan sosial, kesehatan masyarakat dan pencegahan kecelakaan. Dalam buku
"Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care" (2013), menyebutkan
bahwa di Inggris dan Wales, sekitar 152.000 jatuh dilaporkan di rumah sakit akut setiap tahun,
dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit kesehatan mental dan 28.000 dari rumah sakit
masyarakat. Beberapa kasus berakibat pada kematian, luka berat atau sedang dengan perkiraan
biaya sebesar £ 15 juta per tahun.
Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care"
disebutkan upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit,
yaitu:
Pernyataan yang paling ringkas, akan tetapi memiliki makna yang dalam seperti yang disarankan
oleh Standart Akreditasi JCI adalah "The program is implemented". Dengan implementasi
beberapa saran dalam tulisan ini diharapkan dapat meminimalkan kejadian pasien terjatuh di
rumah sakit. Sehingga salah satu indikator patient safety dapat dilakukan.
Referensi :
Isomi M. Miake-Lye et al. (2013). Inpatient Fall Prevention Programs as a Patient Safety
Strategy. A Systematic Review. Annals of Interbal Medicine. Vol 158. No 5
Isomi M. Miake-Lye, BA; Susanne Hempel, PhD; David A. Ganz, MD, PhD; and Paul G.
Shekelle, MD, PhD, Annals of Internal Medicine Volume 158 • Number 5 (Part 2), 2013
Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care, Agency for
Healthcare Research and Quality, January – http://www.ahrq.gov/professionals/systems/long-
term-care/resources/injuries/fallpxtoolkit/index.html , download dari
http://www.centerforpatientsafety.org/2013/03/08/thirteen-ways-to-prevent-falls/
Joint Commission International Acreditation Standards for Hospitals. 4th Edition. 2011
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki Maslow.
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dari dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan
oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan
apabila hal tersebut berlangsung lama bisa menyebabkan kematian. System yang berperan dalam
proses pemenuhan kebutuhan manusia adalah sistem pernafasan, persarafan dan kardiovaskuler.
Masalah kebutahan oksigen adalah salah satu pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti
pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan berlanjut pada kematian. Proses
ini dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, yang dapat
membebaskan saluran nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen agar dapat berkerja
secara normal kembali.
Pemberian oksigen adalah memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat bantu berupa kateter nasal, nasal kanula, dan masker oksigen.
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksegen
2. Mencegah terjadinya hipoksia
Menyiapkan Alat dan bahan
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kateter nasal, nasal kanula dan masker oksigen
3. Jelly
Menyiapkan pasien
1. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
2. Mengatur posisi pasien semi-fowler
3. Menjaga privasi pasien
Kateter Nasal
Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasannya 1-6 liter/menit. Kemudian,
observasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
3. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai kehidung dan berikan tanda.
4. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
5. Berikan minyak peumas (jelly).
6. Masukan kedalam hidung sampai batas yang telah ditentukan.
7. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien
menggunakan spatel.
8. Fiksasi pada daerah hidung.
9. Kaji cuping, sputum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam sekali.
10. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian respons pasien.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Nasal Kanula
Palaksanaan
1. Mencuci tangan.
2. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasannya 1-6 liter/menit. Kemudian,
observasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
3. Pasang nasal kanula pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
4. Kaji cuping, sputum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam sekali.
5. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian an respons pasien.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Masker Oksigen
Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasannya 1-6 liter/menit. Kemudian,
observasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
3. Pasang masker oksigendi atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
4. Kaji cuping, sputum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam sekali.
5. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian an respons pasien.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit
26 Oktober 2014 21:29 Diperbarui: 17 Juni 2015 19:40 17262 0 0
Keseimbangan caira dan elektrolot berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh padaa yang lainnya.
1.intraseluler (CIS)
b.Plasma darah: 5%
6.Membantu pencernaan
7.Mempermudah eliminasi
1.Air
Adalah senyawa utma dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2.Solute (terlalut)
Cairan tubuh mengandung dua jenis substrat terlalut (zat terlalut) elektrolit dan non elektrolit.
a.Elektrolit
Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik.
Elektrolot berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif
·Kation: ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstaseluler utama
adalah natrium (Na), sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K)
·Anion: ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstaseluler utama adalah
klorida (Cl), sedangkan anion intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43)
b.Non elektrolit
Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan. Larutan non elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubun.
1.Usia
2.Jenis kelemin
3.Sel-sel lemak
4.Stress
5.Sakit
6.Temperature lingkungan
7.Diet
1.Cairan hipotonik
Adalah osmolaritasnya lebih redang dibandungkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih randah
dibandingkan serum. Cairan ini digunakan apda keadaan sel mengalami dehidrasi misalnya pada
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglkemia (pada gula dara
tinggi) dengan ketoaksidosis diabetic.
2.Isotonic
Adalah osmoaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah) sehingga terus berada dipembuluh darah. Bermanfaat bagi pasien yang mengalami
hipervolemi (kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan darah terus terus menurun). Memiliki
resiko overload contohnya RL dan NaCL 0.9%.
3.Cairan hipertonik
Adalah osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum sehingga menarik cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel kedalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan dararh
menstabilkan, meningkatkan produksi urin, dan menguru edema (bengkaak).
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui
intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran
cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah.
Pemberian melalui infus dengan memasukan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantara
vena lengan (vena cefalisa basilica dan mediana cubitti) atau vena yang ada dikepala seperti vena
temporalis frontalis (khususnya untuk anak-anak). selain pemberian infus pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan juga dapat dilakukan pada pasien schock, intoksikasi berat, pra
dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
a.Alat
ØBengkok
ØTiang infus
ØTourniquet
ØKapas alcohol
ØInfus set
ØAbocat
ØPlester
ØKasa steril
ØGunting plester
ØBetadin
b.Persiapan pasien
ØIdentifikasi pasien
ØMenyiapkan lingkungan
ØPasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus
c.Langkah –langkah
ØMencuci tangan
ØAtur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada saluran infus
ØTusukan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan tabung tetesan diisi setengah dengan cara
memencet tabung tetesan infuse
ØBuka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada selang infuse lalu tutup
kembali (klem)
ØTusukan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas (bila berhasil darah
akan keluar dan dapat dilihat dipipa abocath
ØDorong pelan–pelan abocath masuk kedalam vena, tarik pelan-pelan jarum abocath sehingga
semua pelastik abocath masuk semua kedalam vena
ØLepaskan tourniquet dan longgarkan tourniquet untuk melihat kelancaran tetesan sudah lancer,
pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester(piksasi)
ØCuci tangan
1.Macro
2.Micro