OLEH KELOMPOK IV :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang ” ASKEP
RHEUMATHOID ATHRITIS”.
Dalam menyusun askep ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.
Semoga askep ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya
bagi kami serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………….…...……………...………...............
A. Latar Belakang………………………………...............………....................
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
A. Definisi …….................................................................................................
DAFTARPUSTAKA....................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
4
membahas tentang penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.
2. Tujuan khusus
Makasiswa dapat menjelaskan :
1. definisi penyakit Rheumatoid Artritis.
2. etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
3. manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.
4. patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
5. komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.
6. pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.
7. penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.
8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien denga
Rheumatoid Artritis
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya sendi
tangan dan kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi
pembengkakan ,nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. (www.medicastore.com).
6
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
- ·Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi
untuk memberikan pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan
menghasilkan panas.
- Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom
dan kontraksinya tidak di bawah control keinginan.
- Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
c. kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat.kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke
sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang
berada di perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-
serat kolagen didapat pada kartilago.
d. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana
merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung
yang mengelilingi tendon tertentu,khususnya pada pergelangan tangan dan
tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang memberikan
lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai
pembungkus tebal,jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang
membungkus otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui sebagai fasia
dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu
tempat dimana digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada
kulit,tulang antara tendon dan tulang antara otot. Bursae sebagai penampang
antara bagian yang bergerak seperti pada olecranon bursae,terletak antara
presesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana
tulang berada bersama-sama.Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu :
· Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )
7
· Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )
· Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )
C. Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
rematoid
2. gangguan metabolisme
3. genetik
4. faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).
D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan
respon ini masih belum diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang
membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskuler.seiring dengan
perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi
sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.
Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a) stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak,bengkak dan kekakuan.
b) stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c) stadium deformitas
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali
,deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
8
10) perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
11) pasien tampak anemik.
Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
1) pergerakan menjadi terbatas.
2) adanya nyeri tekan.
3) deformitas bertamabah pembeengkakan.
4) Kelemahan.
5) depresi
G. pemeriksaan diagnostik
a) Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
b) Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus –kasus khas.
c) Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
d) LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala meningkat.
e) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
f) SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
g) JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
h) Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun
sebagai penyebar AR.
i) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak ,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
j) Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
k) Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
l) Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari
normal :buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-
produk pembuangan degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
m) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
9
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.
8. Uji aglutinasi faktor rheumatoid.
9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty
atau total join replacement untuk mengganti sendi.
10
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis
penyakit ini.
2. Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
3. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini
bertujuan untuk mempertahankan funsi sendi pasien.
4. Termoterapi.
5. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
6. Pemberian obat-obatan :
a) Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
b) Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
· acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti
inflamasi).
· Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
· Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).
J. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi dibawah kulit yang disebut subkutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegali.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise. Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan, Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan ), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
12
C. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,
berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
D. Intervensi
NO INTERVENSI RASIONAL
1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi a.Membantu dalam menentukan
dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat dan keefektifan program.
tanda-tanda rasa sakit non verbal.
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal b.Matras yang lembut/ empuk,
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur bantal yang besar akan
sesuai kebutuhan.
mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
c. Tempatkan/ pantau penggunaan terinflamasi/nyeri.
bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace. c.Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
pada sendi.
d. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas
d.Mencegah terjadinya kelelahan
dan bawah, hindari gerakan yang
umum dan kekakuan sendi.
menyentak.
Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/ rasa sakit pada sendi.
13
e. Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada e.Panas meningkatkan relaksasi
waktu bangun dan/atau pada waktu otot, dan mobilitas, menurunkan
tidur. Sediakan waslap hangat untuk rasa sakit dan melepaskan
mengompres sendi-sendi yang sakit kekakuan di pagi hari.
beberapa kali sehari. Pantau suhu air Sensitivitas pada panas dapat
kompres, air mandi, dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/
f. Berikan masase yang lembut
mengurangi nyeri.
g.Meningkatkan relaksasi,
g. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya relaksasi memberikan rasa kontrol dan
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed mungkin meningkatkan
back, visualisasi, pedoman imajinasi, kemampuan koping.
hypnosis diri, dan pengendalian napas.
14
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi. tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inflamasi.
b. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat Istirahat sistemik dianjurkan
yang terus menerus dan tidur malam selama eksaserbasi akut dan
hari yang tidak terganggu.
seluruh fase penyakit yang penting
untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan.
c. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga latihan
resistif dan isometris jika Mempertahankan/ meningkatkan
memungkinkan. fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik Menghilangkan tekanan pada
pemindahan dan penggunaan bantuan
jaringan dan meningkatkan
mobilitas, mis, trapeze
sirkulasi. Mempermudah
perawatan diri dan kemandirian
pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
15
e. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat, brace. Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah
tubuh, mengurangi kontraktor.
leher.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
16
N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan. kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.
17
i. Berikan bantuan positif bila perlu. yang dapat meningkatkan citra
diri.
Memungkinkan pasien untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa
percaya diri.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan berhadapan dengan proses jangka
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan panjang/ ketidakmampuan
obat-obatan peningkat alam perasaan.
18
c. Kaji hambatan terhadap Menyiapkan untuk meningkatkan
partisipasi dalam perawatan diri. kemandirian, yang akan meningkatkan
Identifikasi /rencana untuk harga diri.
modifikasi lingkungan.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun
dengan gejala utama nyeri pada persendian.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata
dan tanda-tanda keradangan sistemik,Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris, Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program
terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid
atritis serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang
ada.
20
DAFTAR PUSTAKA
https:/.com/doc/284669687/askepprematoid-pada-lansia
21