Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN LANSIA DENGAN RHEUMATOID

OLEH KELOMPOK IV :

Prodi : Keperawatan /Pagi


Semester : VI
Mata Kuliah :

1. Hapsa Sella 7. Jahra F. Assawala


2. Hamzahaz Rahayamtel 8. Jenabun Angkotasan
3. Heldi Salamor 9. Jessica Matital
4. Hikma Wati 10. Khisnawaty Samin
5. Irfan Siboto 11. Mardhiah Wali
6. Irma Kilbia

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKes)
MALUKU HUSADA AMBON
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang  ” ASKEP
RHEUMATHOID ATHRITIS”.

Dalam menyusun askep ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Semoga askep ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya
bagi kami serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Amin-amin ya Robbal Alamin

Ambon, 18 Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………….…...……………...………...............

BAB I PENDAHULUAN…………… ………………………………………...…….

A. Latar Belakang………………………………...............………....................

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................

A. Definisi …….................................................................................................

B. Anatomi dan Fisiologi...................................................................................


C. Etiologi ……….............................................................................................
D. Patofisiologi ……….....................................................................................
E. Tanda dan Gejala ………………………………………………………….
F. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………………
G. Penatalaksanaan …………………………………………………………….
H. Komplikasi ………………….………………………………………………
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajan …………………………………………………………………..
B. Diagnosa …………………………………………………………………...
C. Intervensi …………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
.
B. Saran..................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA....................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin


meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat


menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan
baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti. 
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan
gerak. (Soenarto, 1982)
  Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut,
atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat
dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati
urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat
usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan
berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati
urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya
terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata
laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid
terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih
sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada
70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak
diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat
predisposisi terhadap penyakit. Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk

4
membahas tentang penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

B. Tujuan penulisan
1.    Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.

2.    Tujuan khusus
Makasiswa dapat menjelaskan :
1. definisi penyakit Rheumatoid Artritis.
2. etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
3. manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.
4. patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
5. komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.
6. pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.
7. penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.
8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien denga
Rheumatoid Artritis

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya sendi
tangan dan kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi
pembengkakan ,nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. (www.medicastore.com).

B. Anatomi dan fisiologi


Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae
dan persendian.
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “ osteogenesis
“ menjadi tulang.proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
· Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.
· Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak
· Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
· Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)
· Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan


bentuknya :
· Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis.batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh
spongibone ( cacellous atau trabecular)
· Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
· Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
· Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
· Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial
misalnya patella ( kap lutut )

6
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
- ·Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi
untuk memberikan  pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan
menghasilkan panas.
- Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom
dan kontraksinya tidak di bawah control keinginan.
-  Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
c. kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat.kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke
sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang
berada di perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-
serat kolagen didapat pada kartilago.
d. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana
merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung
yang mengelilingi tendon tertentu,khususnya pada pergelangan tangan dan
tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang memberikan
lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai
pembungkus tebal,jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang
membungkus otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui sebagai fasia
dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu
tempat dimana digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada
kulit,tulang antara tendon dan tulang antara otot. Bursae sebagai penampang
antara bagian yang bergerak seperti pada olecranon bursae,terletak antara
presesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana
tulang berada bersama-sama.Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu :
· Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )

7
· Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )
· Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )

C. Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
rematoid
2. gangguan metabolisme
3. genetik
4. faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).

D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan
respon ini masih belum diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang
membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskuler.seiring dengan
perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi
sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.
Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a) stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak,bengkak dan kekakuan.
b) stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c) stadium deformitas
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali
,deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

F. Tanda dan gejala


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti:
nyeri persendian.
1) bengkak ( rheumatoid nodule).
2) kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
3) terbatasnya pergerakan.
4) sendi-sendi terasa panas.
5) demam ( pireksia).
6) Anemia.
7) berat badan menurun.
8) kekuatan berkurang.
9) tampak warna kemerahan disekitar sendi.

8
10) perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
11) pasien tampak anemik.

Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
1) pergerakan menjadi terbatas.
2) adanya nyeri tekan.
3) deformitas bertamabah pembeengkakan.
4) Kelemahan.
5) depresi

G. pemeriksaan diagnostik
a) Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
b) Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus –kasus khas.
c) Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
d) LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala meningkat.
e) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
f) SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
g) JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
h) Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun
sebagai penyebar AR.
i) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak ,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
j) Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
k) Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
l) Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari
normal :buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-
produk pembuangan degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
m) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

Kriteria artritis reumatoid menurut American Resume Association (ARA )


adalah :
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari.
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi caiaran) pada
salah satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang daerah ekstensor.

9
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.
8. Uji aglutinasi faktor rheumatoid.
9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka  disebut :


- Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
- Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
- kemungkinan rhematoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
 
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat


Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin


Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty
atau total join replacement untuk mengganti sendi.

10
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis
penyakit ini.
2. Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
3. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini
bertujuan untuk mempertahankan funsi sendi pasien.
4. Termoterapi.
5. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
6. Pemberian obat-obatan :
a) Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
b) Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
· acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti
inflamasi).
· Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
· Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

J. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi dibawah kulit yang disebut subkutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegali.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise. Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.

2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan, Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan ), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan

6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Pembengkakan sendi simetris

7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).

8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.

12
C. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,
berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:


• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

D. Intervensi

NO INTERVENSI RASIONAL
1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi a.Membantu dalam menentukan
dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat dan keefektifan program.
tanda-tanda rasa sakit non verbal.

 b. Berikan matras/ kasur keras, bantal b.Matras yang lembut/ empuk,
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur bantal yang besar akan
sesuai kebutuhan.
mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
c. Tempatkan/ pantau penggunaan terinflamasi/nyeri.
bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace. c.Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
pada sendi.
d. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas
d.Mencegah terjadinya kelelahan
dan bawah, hindari gerakan yang
umum dan kekakuan sendi.
menyentak.
Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/ rasa sakit pada sendi.

13
e. Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada e.Panas meningkatkan relaksasi
waktu bangun dan/atau pada waktu otot, dan mobilitas, menurunkan
tidur. Sediakan waslap hangat untuk rasa sakit dan melepaskan
mengompres sendi-sendi yang sakit kekakuan di pagi hari.
beberapa kali sehari. Pantau suhu air Sensitivitas pada panas dapat
kompres, air mandi, dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/
f. Berikan masase yang lembut
mengurangi nyeri.

g.Meningkatkan relaksasi,
g. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya relaksasi memberikan rasa kontrol dan
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed mungkin meningkatkan
back, visualisasi, pedoman imajinasi, kemampuan koping.
hypnosis diri, dan pengendalian napas.

h.Libatkan dalam aktivitas hiburan h. Memfokuskan kembali


yang sesuai untuk situasi individu. perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya
diri dan perasaan sehat.
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan
yang direncanakan sesuai petunjuk. i. Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi.

j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan j. sebagai anti inflamasi dan efek


sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) . analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
k. Berikan kompres dingin jika
dibutuhkan. k.Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut.

14
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/


ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan
kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.


• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi. tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inflamasi.
 b. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat Istirahat sistemik dianjurkan
yang terus menerus dan tidur malam selama eksaserbasi akut dan
hari yang tidak terganggu.
seluruh fase penyakit yang penting
untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan.
c. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga latihan
resistif dan isometris jika Mempertahankan/ meningkatkan
memungkinkan. fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik Menghilangkan tekanan pada
pemindahan dan penggunaan bantuan
jaringan dan meningkatkan
mobilitas, mis, trapeze
sirkulasi. Mempermudah
perawatan diri dan kemandirian
pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.

15
e. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat, brace. Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah
tubuh, mengurangi kontraktor.
leher.

g. Dorong pasien mempertahankan Mencegah fleksi leher.


postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
  Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
h. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada Menghindari cidera akibat
toilet, penggunaan kursi rodai. kecelakaan/ jatuh.

Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ Berguna dalam memformulasikan


pengubah tekanan. program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam
mengidentifikasikan alat.
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan
sesuai indikasi (steroid). Mungkin dibutuhkan untuk
menekan sistem inflamasi akut.

3.  Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

16
N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan. kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.

b. Diskusikan arti dari kehilangan/


perubahan pada pasien/orang terdekat. Mengidentifikasi bagaimana
Memastikan bagaimana pandangaqn penyakit mempengaruhi persepsi
pribadi pasien dalam memfungsikan diri dan interaksi dengan orang
gaya hidup sehari-hari, termasuk lain akan menentukan kebutuhan
aspek-aspek seksual. terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut.

c.Diskusikan persepsi pasienmengenai


bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan. Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya
sendiri.
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan.
Nyeri konstan akan melelahkan,
dan perasaan marah dan
e. Perhatikan perilaku menarik diri, bermusuhan umum terjadi.
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan. Dapat menunjukkan emosional
ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan
f. Susun batasan pada perilaku mal intervensi lebih lanjut.
adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang Membantu pasien untuk
dapat membantu koping. mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan
g. Ikut sertakan pasien dalam perasaan harga diri.
merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas. Meningkatkan perasaan harga diri,
mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan terapi.
yang diperlukan.
Mempertahankan penampilan

17
i. Berikan bantuan positif bila perlu. yang dapat meningkatkan citra
diri.
Memungkinkan pasien untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa
percaya diri.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan berhadapan dengan proses jangka
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan panjang/ ketidakmampuan
obat-obatan peningkat alam perasaan.

Mungkin dibutuhkan pada saat


munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan
kemapuan koping yang lebih
efektif.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Diskusikan tingkat fungsi Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum (0-4) sebelum timbul umum dengan melakukan adaptasi
awitan/ eksaserbasi penyakit dan yang diperlukan pada keterbatasan saat
potensial perubahan yang ini.
sekarang diantisipasi.

b. Pertahankan mobilitas, kontrol Mendukung kemandirian


terhadap nyeri dan program
fisik/emosional.
latihan. 

18
c. Kaji hambatan terhadap Menyiapkan untuk meningkatkan
partisipasi dalam perawatan diri. kemandirian, yang akan meningkatkan
Identifikasi /rencana untuk harga diri.
modifikasi lingkungan.

d. Kolaborasi: Konsul dengan Berguna untuk menentukan alat bantu


ahli terapi okupasi. untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis; memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk
e. Kolaborasi: Atur evaluasi mandi pancuran.
kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya. Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena tingkat
f. Kolaborasi : atur konsul kemampuan aktual.
dengan lembaga lainnya, mis:
pelayanan perawatan rumah, ahli
nutrisi. Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.

5.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot


NO INTERVENSI RASIONAL
a.Berikan obat anti rematik. a.meminimalkan rasa nyeri.

b.Anjurkan klien berhati-hati saat b.Sikap yang tidak berhati-hati


berdiri dan berjalan . memicu tingkat cedera yang
tinggi.

c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri c.


saat berdiri atau berjalan.

d.Anjurkan klien menggunakan d.meminimalakan tingkat cedera.


tongkat atau alat bantu jalan.

e.meringankan tugas perawat


e.Jelaskan kepada keluarga klien sekaligus pertolongan pertama
tentang teknik menolong klien saat pada klien dalam keadaan
timbul nyeri rematik. mendadak.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun
dengan gejala utama nyeri pada persendian.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata
dan tanda-tanda keradangan sistemik,Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris, Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program
terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.

B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid
atritis serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang
ada.

20
DAFTAR PUSTAKA

https:/.com/doc/284669687/askepprematoid-pada-lansia

21

Anda mungkin juga menyukai