Anda di halaman 1dari 21

ASKEP PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ALISYA HUMAIRA

CUT FARANITA

IZA HUMAIRAH

MAULISA

M YUSUF

MUHAMMAD HARITS

NAZELLA ANAIYA

NUR AINI

NURUL MAULIA

YAZID FIRZATULLAH

ZAHARA SYIFA KHAIRINA

ERNA JUWITA

KELAS : `4B

PEMBIMBING : Ns.MAISARAH,Skep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN MEDIKA NURUL ISLAM

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta segala
rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ASKEP PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran guna perbaikan dalam pembuatan makalah di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini semoga dapat di terima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini penulis ucapkan terimakasih dan semoga diberkati dan di
ridhoi Allah SWT.

Sigli, 12 januari 2021


Penulis,

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan


makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. 
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan
lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan
baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti. 
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan
gerak. (Soenarto, 1982)
 Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat
dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit
masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996).
Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme
menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al,
1991).
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.
Bisanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan.
Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis
reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita
3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4

3
ditemukan pada 70% pasien ). Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun
terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial.
Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.

B. Tujuan penulisan
1.    Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.

2.    Tujuan khusus
Makasiswa dapat menjelaskan :
1. definisi penyakit Rheumatoid Artritis.
2. etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
3. manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.
4. patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
5. komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.
6. pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.
7. penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.
8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien denga
Rheumatoid Artritis

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya
sendi tangan dan kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi
pembengkakan ,nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi.
Arthritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya ,dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi
membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi ,ankilosis, dan
deformitas.

B.Anatomi dan fisiologi


Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae
dan persendian.
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “ osteogenesis “
menjadi tulang.proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
· Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.
· Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak
· Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan
)
· Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)
· Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan


bentuknya :
· Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis.batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh
spongibone ( cacellous atau trabecular)
· Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
· Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.

5
· Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
· Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial
misalnya patella ( kap lutut )

b.Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untukmenghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
· Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk
memberikan  pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan
menghasilkan panas.
·  Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan
kontraksinya tidak di bawah control keinginan.
·   Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.

c. kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke sel-sel
kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat
kolagen didapat pada kartilago.

d. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon tertentu,khususnya pada pergelangan tangan dan
tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang memberikan
lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus
tebal,jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus
otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.

6
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada kulit,tulang
antara tendon dan tulang antara otot. Bursae sebagai penampang antara bagian
yang bergerak seperti pada olecranon bursae,terletak antara presesus dan kulit.

h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama.Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu :
· Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )
· Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )
· Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )

C.Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberap
hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
rematoid
2. gangguan metabolisme
3. genetik
4. faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).

D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan
respon ini masih belum diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang
membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskuler.seiring dengan
perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi
sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.

Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :


a.stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak,bengkak dan kekakuan.
b.stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c.stadium deformitas

7
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

F.Tanda dan gejala


1. Pasien-pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti:
nyeri persendian.
2. bengkak ( rheumatoid nodule).
3. kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
4. terbatasnya pergerakan.
5. sendi-sendi terasa panas.
6. demam ( pireksia).
7. Anemia.
8. berat badan menurun.
9. kekuatan berkurang.
10. tampak warna kemerahan disekitar sendi.
11. perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
12. pasien tampak anemik.

Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
1. pergerakan menjadi terbatas.
2. adanya nyeri tekan.
3. deformitas bertamabah pembeengkakan.
4. Kelemahan.
5. depresi

G. pemeriksaan diagnostik
1. Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
2. Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus –kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
4. LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala meningkat.
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7. JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai
penyebar AR.
9. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak ,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
11. Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.

8
12. Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari
normal :buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-
produk pembuangan degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.

Kriteria artritis reumatoid menurut American Resume Association (ARA ) adalah :


1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari.
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi caiaran) pada
salah satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang daerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.
8. Uji aglutinasi faktor rheumatoid.
9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka  disebut :


Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
kemungkinan rhematoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.

H.Penatalaksanaan umum
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi
dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
 
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

9
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan
gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas
inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap
menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin


Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.

4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

I.penatalaksanaan medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan
prognosis penyakit ini.
2. Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
3. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini
bertujuan untuk mempertahankan funsi sendi pasien.
4. Termoterapi.
5. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
6. Pemberian obat-obatan :
a) Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
b) Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
· acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti
inflamasi).
· Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
· Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
· Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

10
J.Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi dibawah kulit yang disebut subkutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegali.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise. Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, Keputusan dan ketidakberdayaan
( situasi ketidakmampuan ), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan. Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan

11
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.

C.Diagnosa
1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus
pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:


• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi a.Membantu dalam menentukan
dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat dan keefektifan program.
tanda-tanda rasa sakit non verbal.

 b. Berikan matras/ kasur keras, b.Matras yang lembut/ empuk,


bantal kecil,. Tinggikan linen tempat bantal yang besar akan
tidur sesuai kebutuhan. mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
c. Tempatkan/ pantau penggunaan
bantl, karung pasir, gulungan c.Mengistirahatkan sendi-sendi
trokhanter, bebat, brace. yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan

12
dapat mengurangi kerusakan
pada sendi.

d. Dorong untuk sering mengubah


posisi,. Bantu untuk bergerak di d.Mencegah terjadinya kelelahan
tempat tidur, sokong sendi yang sakit umum dan kekakuan sendi.
di atas dan bawah, hindari gerakan Menstabilkan sendi, mengurangi
yang menyentak. gerakan/ rasa sakit pada sendi.

e.Panas meningkatkan relaksasi


e. Anjurkan pasien untuk mandi air otot, dan mobilitas, menurunkan
hangat atau mandi pancuran pada rasa sakit dan melepaskan
waktu bangun dan/atau pada waktu kekakuan di pagi hari.
tidur. Sediakan waslap hangat untuk Sensitivitas pada panas dapat
mengompres sendi-sendi yang sakit dihilangkan dan luka dermal
beberapa kali sehari. Pantau suhu air dapat disembuhkan.
kompres, air mandi, dan sebagainya. f. meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri.

f. Berikan masase yang lembut g.Meningkatkan relaksasi,


memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
g. Dorong penggunaan teknik kemampuan koping.
manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed
back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian h. Memfokuskan kembali
napas. perhatian, memberikan
stimulasi, dan meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan
h.Libatkan dalam aktivitas hiburan sehat.
yang sesuai untuk situasi individu.
i. Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan otot/
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan spasme, memudahkan untuk ikut
yang direncanakan sesuai petunjuk. serta dalam terapi.

j. sebagai anti inflamasi dan efek


analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan meningkatkan mobilitas.
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) .

13
k.Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan
k. Berikan kompres dingin jika bengkak selama periode akut.
dibutuhkan.

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,


nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan


untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/
kontrol dan massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.


• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada tergantung dari perkembangan/
sendi. resolusi dari peoses inflamasi.

 b. Pertahankan istirahat tirah baring/


duduk jika diperlukan jadwal aktivitas Istirahat sistemik dianjurkan
untuk memberikan periode istirahat selama eksaserbasi akut dan
yang terus menerus dan tidur malam seluruh fase penyakit yang
hari yang tidak terganggu. penting untuk mencegah
kelelahan mempertahankan
kekuatan.

c. Bantu dengan rentang gerak


aktif/pasif, demikiqan juga latihan Mempertahankan/ meningkatkan
resistif dan isometris jika fungsi sendi, kekuatan otot dan
memungkinkan. stamina umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.

14
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup. Menghilangkan tekanan pada
Demonstrasikan/ bantu tehnik jaringan dan meningkatkan
pemindahan dan penggunaan bantuan sirkulasi. Mempermudah
mobilitas, mis, trapeze perawatan diri dan kemandirian
pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.

Meningkatkan stabilitas
e. Posisikan dengan bantal, kantung ( mengurangi resiko cidera ) dan
pasir, gulungan trokanter, bebat, memerptahankan posisi sendi
brace. yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor.

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah Mencegah fleksi leher.


leher.

Memaksimalkan fungsi sendi dan


g. Dorong pasien mempertahankan mempertahankan mobilitas.
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
  Menghindari cidera akibat
kecelakaan/ jatuh.
h. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi rodai. Berguna dalam
memformulasikan program
Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ individual dan dalam
pengubah tekanan. mengidentifikasikan alat.

Mungkin dibutuhkan untuk


menekan sistem inflamasi akut.
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan
sesuai indikasi (steroid).

15
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan. kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.

b. Diskusikan arti dari kehilangan/


perubahan pada pasien/orang terdekat. Mengidentifikasi bagaimana
Memastikan bagaimana pandangaqn penyakit mempengaruhi persepsi
pribadi pasien dalam memfungsikan diri dan interaksi dengan orang
gaya hidup sehari-hari, termasuk lain akan menentukan kebutuhan
aspek-aspek seksual. terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut.

c.Diskusikan persepsi pasienmengenai


bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan. Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya
sendiri.
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan.
Nyeri konstan akan melelahkan,

16
dan perasaan marah dan
e. Perhatikan perilaku menarik diri, bermusuhan umum terjadi.
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan. Dapat menunjukkan emosional
ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan
f. Susun batasan pada perilaku mal intervensi lebih lanjut.
adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang Membantu pasien untuk
dapat membantu koping. mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan
g. Ikut sertakan pasien dalam perasaan harga diri.
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas. Meningkatkan perasaan harga
diri, mendorong kemandirian,
dan mendorong berpartisipasi
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan dalam terapi.
yang diperlukan.
Mempertahankan penampilan
i. Berikan bantuan positif bila perlu. yang dapat meningkatkan citra
diri.
Memungkinkan pasien untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa
percaya diri.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan berhadapan dengan proses jangka
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan panjang/ ketidakmampuan
obat-obatan peningkat alam perasaan.

Mungkin dibutuhkan pada saat


munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan
kemapuan koping yang lebih
efektif.

17
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.


Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

NO INTERVENSI RASIONAL
a.Diskusikan tingkat fungsi Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum (0-4) sebelum timbul umum dengan melakukan adaptasi
awitan/ eksaserbasi penyakit yang diperlukan pada keterbatasan
dan potensial perubahan yang saat ini.
sekarang diantisipasi.

b. Pertahankan mobilitas, Mendukung kemandirian


kontrol terhadap nyeri dan fisik/emosional.
program latihan. 

Menyiapkan untuk meningkatkan


c. Kaji hambatan terhadap kemandirian, yang akan meningkatkan
partisipasi dalam perawatan harga diri.
diri. Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan.
Berguna untuk menentukan alat bantu
d. Kolaborasi: Konsul dengan untuk memenuhi kebutuhan
ahli terapi okupasi. individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran.

e. Kolaborasi: Atur evaluasi


kesehatan di rumah sebelum Mengidentifikasi masalah-masalah
pemulangan dengan evaluasi yang mungkin dihadapi karena tingkat
setelahnya. kemampuan aktual.

f. Kolaborasi : atur konsul

18
dengan lembaga lainnya, mis: Mungkin membutuhkan berbagai
pelayanan perawatan rumah, bantuan tambahan untuk persiapan
ahli nutrisi. situasi di rumah.

5.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot


NO INTERVENSI RASIONAL
a.Berikan obat anti rematik. a.meminimalkan rasa nyeri.

b.Anjurkan klien berhati-hati saat b.Sikap yang tidak berhati-hati


berdiri dan berjalan . memicu tingkat cedera yang
tinggi.

c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri c.


saat berdiri atau berjalan.

d.Anjurkan klien menggunakan d.meminimalakan tingkat


tongkat atau alat bantu jalan. cedera.

e.Jelaskan kepada keluarga klien e.meringankan tugas perawat


tentang teknik menolong klien saat sekaligus pertolongan pertama
timbul nyeri rematik. pada klien dalam keadaan
mendadak.

19
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun
dengan gejala utama nyeri pada persendian.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata
dan tanda-tanda keradangan sistemik,Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris, Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau
sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama
dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.

B.Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid
atritis serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur
yang ada.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta


Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta :
Salemba Medika.
Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org.
Mansjoer,Arif,2000. Kapita Selekta Kedokteran,Media Aesculaapius
FKUI,Jakarta.
Mubaraq,Chayatin,Santoso. Ilmu keperawatan komunitas konsep Dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta.2011

21

Anda mungkin juga menyukai