Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................2
A. Latar belakang......................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4
A. Anatomi Fisiologi.................................................................................................................4
B. Definisi Rheumatoid Arthritis..............................................................................................7
C. Klasifikasi.............................................................................................................................9
D. Etiologi...............................................................................................................................10
E. Patofisiologi........................................................................................................................10
F. PATHWAY........................................................................................................................12
G. Tanda dan Gejala................................................................................................................12
H. Komplikasi..........................................................................................................................13
I. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................................14
J. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................17
A. Pengkajian...........................................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................19
C. Intervensi Keperawatan......................................................................................................19
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan.........................................................................................................................25
B. Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26

i
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid
arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki
cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan terburuk paling
sering di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang
hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa
seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis
lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan
kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).
Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit
hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang
cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling
umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika.
Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin
mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai
antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat
mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien.
Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh
kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap.
Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari
tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ.
Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah
lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk

2
pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup.
Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan
fungsional sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud denganrheumatoid arthritis?
2. Bagaimanakah konsep teori rheumatoid arthritis?
3. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada rheumatoid arthritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada rheumatoid arthritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami apa itu rheumatoid arthritis
b. Mahasiswa mengetahui penyebab rheumatoid arthritis
c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi rheumatoid arthritis
d. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala rheumatoid arthritis
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi rheumatoid arthritis
f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
g. Mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada rheumatoid arthritis

D. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan penyakit
rheumatoid arthritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah Sistem
Muskuloskeletal.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di rumah sakit.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan
persendian.
1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang
akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
d. Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :


a. Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.
Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi
bone (Cacellous atau trabecular )
b. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

4
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan
fasial,missal patella (kap lutut)
2. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri
dari :
a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan
panas.
b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
3. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago
dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen
didapatkan pada kartilago.
4. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
5. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi
tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini
dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan
pergerakan tendon.

5
6. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan
pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
7. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang
antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus
dan kulit.
8. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah
dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama
persendian yaitu:
a. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
b. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
c. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada
proses menjadi tua ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling
mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa
kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau
timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan
fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari
kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel
bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada
jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan
kekuatan. Perubahan fisiologis yang umum adalah:

6
d. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi
usia tua.
e. Lebar bahu menurun.
f. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

B. Definisi Rheumatoid Arthritis


Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)
Rheumatoid arthritis (RA) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001)
Rheumatoid arthritis adalah penyalit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
synovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan
Martin, 2003)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

7
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011)

8
C. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :
1. Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas olahraga.
2. Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas dan
kesulitan melakukan olahraga.
3. Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.
4. Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas fisik lainnya.

9
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

D. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IG g dan faktor
Rematoid (RF)
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain, seperti pekerjaan

E. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti
vascular, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan
menyebabkan synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada pesendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria, jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular, kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luasmaka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena

10
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan
osteoporosis setempat.
Secara singkat dapat dikatakan reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk
memcah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran synovial dan akhirnya
membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi.

Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :


a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

11
F. PATHWAY
Reaksi faktor rheumatoid (RF) dg antibodi, faktor metabolic, genetik, pekerjaan

Nyeri Reaksi peradangan

Synovial menebal

Pannus Nodul Deformitas sendi Gangguan citra tubuh

Infiltrasi ke dalam os. Subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Kerusakan kartilago & tulang Kartilago nekrosis

Tendon & ligamen melemah Erosi kartilago

Mudah luksasi & subluksasi Adhesi pada permukaan sendi

Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa Ankilosis tulang

Resiko cedera Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Gangguan mobilitas fisik Defisit perawatan diri

G. Tanda dan Gejala


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Deformitas sendi
9. Kekuatan berkurang

12
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

H. Komplikasi
1. Osteoporosis
Pada penyakit RA menyebabkan erosi atau pengikisan kartilago sehingga
dapat menyebabkan osteoporosis.
2. Osteoarthritis
Akibat gangguan autoimun dimana imun tubuh menyerang sel-sel yang sehat
menyebabkan peradangan serta kerusakan tendon dan tulang yang mengakibatkan
terjadinya osteoarthritis.
3. Serangan jantung
Akibat peradangan tubuh menimbulkan adanya tumpukan cairan di sekitar
jantung (pericardia effusion), hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung, dan
pembuluh-pembuluh darah di jantung yang akhirnya menyebabkan serangan jantung.
4. Fibrosis paru
Fibrosis paru adalah munculnya jaringan parut pada paru-paru yang
menyebabkan kerusakan dan terganggunya fungsi paru-paru.
Karena RA adalah inflamasi kronis maka dapat mempengaruhi seluruh tubuh
termasuk paru-paru. Peradangan yang terjadi menimbulkan jaringan parut atau bekas
luka, maka terjadi fibrosis paru.
5. Anemia
Respon autoimun menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan lain.
Peradangan menyebabkan pelepasan protein (IL-6) berlebihan akibatnya
menghalangi pelepasan zat besi. Peradangan juga mempengaruhi produksi
erythropoietin, hormon yang mengontrol produksi sel darah merah.

13
Obat Non-Steroid seperti acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen yang
dikonsumsi penderita RA juga dapat menyebabkan perdarahan ulkus di perut atau
slauran pencernaan, akibatnya akan terjadi kehilangan darah yang menyebabkan
anemia.
6. Ginjal & saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-obatan anti
inflamasi yang dikonsumsi penderita.
7. Rheumatoid nodule
Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi, warnanya
gelap yang terbentuk akibat perdarahan di bawah kulit yang pembuluh darahnya rusak
akibat RA.
8. Syndrome felty (Radang limpa)
Radang limpa dapat menyebabkan penurunan sel darah putih sehingga
meningkatkan resiko terkena infeksi.
9. Sindrom sjogren
Sindrom ini merupakan kelainan autoimun dimana sel imun akan menyerang
dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang bertugas untuk memproduksi air mata
dan air liur, akibatnya mata dan mulut menjadi kering. Gejala tersebut bisa
menimbulkan penyakit mata skleritis.
10. Nekrosis
Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat membatasi suplai darah
ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan yang disebut
nekrosis.

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pencitraan
a. Rontgen dengan sinar XMembantu sebagai tes awal dan berguna dalam tahap
selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit berkembang.
b. USG (Ultrasonography)
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
2. Pemeriksaan Imunologi
Tes ini memeriksa antibodi tertentu termasuk Anti-Cyclic Antibody
Citrullinated Peptida (ACPA), faktor rheumatoid (RF), dan Antibody Antinuclear

14
(ANA) yang ada pada sebagian besar penderita RA. RF yang tinggi dapat
menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari penyakit.
3. Pemeriksaan Darah Kecepatan Sedimentasi
a. ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)Tingkat sedimentasi eritrosit mengukur
seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya
semakin tinggi sedimentasi, semakin banyak peradangan yang terjadi di dalam
tubuh.
b. CRP (C-Reaktif Protein)CRP adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati
terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Jika CRP tinggi,
menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.
4. Arthrocentesis (Aspirasi Cairan Sinovial)
Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk mendapatkan cairan
sendi untuk diuji di laboratorium yang kemudian dianalisis untuk mendeteksi
penyebab pembengkakan sendi. Mengambil cairan sendi juga dapat membantu
meringankan sendi.

J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
2. Latihan fisik : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien. Seperti berjalan, senam,
berenang, bersepeda, dilakukan 3-4 kali seminggu, lamanya 20-40 menit, disesuaikan
dengan kemampuan fisik dan keadaan penyakitnya.
3. Olahraga : Yoga, pilates, aerobic, tai chi.
4. Termoterapi
Termoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan penyakit, yang
mencakup pemanasan dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat pemanas konduktif
seperti : bantalan pemanas, botol air panas, krim atau lotion pemanas, terapi mandi,
mandi parafin, dan sauna.
5. Pemberian Obat-obatan :

15
a. Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
b. Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
‐ Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
Inflamatory)
‐ Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
‐ Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
6. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah
dan memperlambat kerusakan sendi.  Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari
sendi anda yang telah rusak.  Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti,
perbaikan tendon, sinovektomi.

16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

2. Riwayat Psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.

17
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah saki
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?

18
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis


2. Gangguan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal
3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh
4. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, nyeri
5. Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal

C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Nyeri akut b/d agen NOC : Mandiri :
cedera biologis - Pain level - Kaji nyeri secara
- Pain control komprehensif
- Comfort level termasuk lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik,
- Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
- Mampu mengenali nyeri kualitas, dan faktor
- Menyatakan rasa nyaman presipitasi
setelah nyeri berkurang - Observai reaksi
nonverbal dari

19
ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi,
suhu, RR sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas

Kolaborasi :

‐ Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
analgesik

2. Hambatan mobilitas NOC : Mandiri :


fisik b/d deformitas ‐ Joint movement : Active - Monitoring vital
skeletal ‐ Mobility level sign
‐ Self care : ADLs sebelum/sesudah

‐ Transfer performance latihan dan lihat

Kriteria Hasil respon klien saat


latihan
‐ Mengerti tujuan dari - Konsultasikan
peningkatan mobilitas dengan terapi fisik
‐ Aktivitas fisik klien tentang rencana

20
meningkat ambulasi sesuai
‐ Memverbalisasikan dengan kebutuhan
perasaan dalam - Kaji kemampuan
meningkatkan kekuatan dan klien dalam
kemampuan berpindah mobilisasi
- Latih klienn dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
- Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan

Kolaborasi :
‐ Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
penanganan traksi
yang boleh
digerakkan dan
yang belum boleh
digerakkan
‐ Berikan matras
busa/pengubah
tekanan
‐ Berikan obat-obatan
sesuai indikasi
(steroid)

3. Gangguan citra tubuh NOC : Mandiri :


b/d perubahan - Body image - Kaji secara verbal

21
penampilan tubuh - Self esteem dan non verbal
Kriteria hasil : respon klien
terhadap tubuhnya
- Body image positif
- Monitor frekuensi
- Mampu
mengkritik dirinya
mengidentifikasi
- Jelaskan tentang
kekuatan personal
pengobatan,
- Mempertahankan
perawatan,
interaksi sosial
kemajuan dan
prognosis penyakit
- Respon non verbal
terhadap persepsi
perubahan pada
tubuh
- Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan

Kolaborasi :
‐ Rujuk pada
konseling psikiatri,
mis: perawat
spesialis psikiatri,
psikolog
‐ Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk,
mis; anti ansietas
dan obat-obatan
peningkat alam
perasaan

4. Resiko cedera b/d NOC : Mandiri :


hilangnya kekuatan
22
otot, nyeri ‐ Risk control ‐ Sediakan
Kriteria hasil : lingkungan yang
aman untuk klien
‐ Klien terbebas dari cedera
‐ Identifikasi
‐ Klien mampu menjelaskan
kebutuhan
cara/metode untuk
keamanan klien
mencegah injury/cedera
sesuai dengan
‐ Klien mampu menjelaskan
kondisi fisik dan
faktor resiko dari
fungsi kognitif klien
lingkungan/perilaku
dan riwayat
personal
penyakit terdahulu
klien
‐ Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih
‐ Membatasi
pengunjung
‐ Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
‐ Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan
petugas kesehatan
untuk meningkatkan

23
keamanan lingkungan

5. Defisit perawatan diri Kriteris Hasil : Mandiri :


‐ Diskusikan tingkat
b/d kerusakan ‐ Melaksanakan aktivitas
fungsi umum (0-4)
musculoskeletal perawatan diri pada tingkat sebelum timbul
awitan/ eksaserbasi
yang konsisten dengan
penyakit dan
kemampuan individual potensial perubahan
yang sekarang
‐ Mendemonstrasikan
diantisipasi
perubahan teknik/ gaya ‐ Pertahankan
mobilitas, kontrol
hidup untuk memenuhi
terhadap nyeri dan
kebutuhan perawatan diri program latihan
‐ Kaji hambatan
‐ Mengidentifikasi sumber-
terhadap partisipasi
sumber pribadi/ komunitas dalam perawatan
diri
yang dapat memenuhi
‐ Identifikasi
kebutuhan perawatan diri /rencana untuk
modifikasi
lingkungan

Kolaborasi :
‐ Konsul dengan ahli
terapi okupasi
‐ Atur evaluasi
kesehatan di rumah
sebelum
pemulangan dengan
evaluasi setelahnya
‐ Atur konsul dengan
lembaga lainnya,
mis : pelayanan
perawatan rumah,
ahli nutrisi

24
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari
persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan.
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : mekanisme IMUN
( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid, gangguan
Metabolisme, genetik, faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial)

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran
yang membangun dan mengembangkan makalah ini. Karena pada hakikatnya ilmu
pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

DAFTAR PUSTAKA

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

25
NANDA NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta:MediAction
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC. 2002.

26

Anda mungkin juga menyukai