Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN BAYI RESIKO TINGGI

ASKEP HIPERLIBINEMIA

DI SUSUN OLEH 7 :

RIRIN FEBRIYANTI

ZULFITRI

SAHRIL RAMADHAN S. PATAHUA

ALDA AYU NINGSI

MOH. REZA RISALDI

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TA 2020/2021
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus,
ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka
kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di
Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat
patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian,
karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus
ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5
mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan
kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus
dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat
dihindarkan.

B.    Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
Hiperbilirubin.
2. Tujuan Khusus.
Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu :
 Mengerti dan memahami konsep dasar hiperbilirubin.
 Melakukan pengkajian pada pasien dengan hiperbilirubin.
 Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas
hiperbilirubin.
 Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin
BAB II
ISI
A. Definisi
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas
atas nilai normal bilirubin serum.
Hiperilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince
pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.(Markum,
1991:314)

B. Etiologi
 Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
 Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
 Gangguan konjugasi bilirubin.
 Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah. Disebut
juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
 Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
 Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi
toxoplasma. Siphilis.
C.  Manifestasi Klinis
 Kulit berwarna kuning sampe jingga
 Pasien tampak lemah
 Nafsu makan berkurang
 Reflek hisap kurang
 Urine pekat
 Perut buncit
 Pembesaran lien dan hati
 Gangguan neurologic
 Feses seperti dempul
 Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
 Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
 Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
  Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan
menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
                
D. Patofisiologi
      Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi
hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
      Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas
terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut
dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada
umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.Mudah tidaknya kadar
bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat
badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991).

E. Komplikasi
 Retardasi mental - Kerusakan neurologis
 Gangguan pendengaran dan penglihatan
 Kematian.
  Kernikterus

F.  Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil
 Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
 Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
 Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
2. Tindakan khusus
 Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
 Pemberian fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini tidak
efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan baik pada
ibu dan bayi.
 Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi
misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan
transfuse tukar.
 Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi
untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan
dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan
kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat.
 Terapi transfuse 
digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
 Terapi obat-obatan
misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang
menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
 Menyusui bayi dengan ASI
 Terapi sinar matahari

3. Tindak lanjut
Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi berkala
terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi dengan
rehabilitasi terhadap gejala sisa.
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA BAYI NY.S DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Data
Identitas Bayi :                                     
Nama Klien      : An “E”                    
Nama Ayah      :  Tn.E (42 th)
Umur                :  4 hari                         
Nama Ibu         :  Ny.S (37 th)
Jenis Kelamin   :  Laki-laki                   
 Pekerjaan Ayah  :  PNS/ IRT
Agama/Suku     :  kristen               
BB                    :  2600 kg                     

Identitas Orang Tua  :


Nama Ayah      :  Tn.E (42 th)
Nama Ibu         :  Ny.S (37 th)
Pekerjaan Ayah  :  PNS/ IRT
Pekerjaan Ibu   :  IRT
Agama             :  Kristen
Pendidikan       :  Sarjana/SMA
 Alamat             : Wanea

B. Keluhan Utama
Badan bayi berwarna kuning

C. Keluhan saat dikaji


Bayi dalam keadaan lemah, klien muntah, mendapat foto therapy dan tampak
kuning diseluruh permukaan tubuh.
D. Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi lahir dengan Sectio cecaria di Rumah Bersalin Ibunda, saat lahir bayi
langsung menangis, lahir jam 12.40 dengan BBL 2600 gr, PB : 49 cm, LK : 34 cm,
ibu bayi dengan APB  placenta previa, datang ke RS lewat IGD pada tanggal 12-
5-05 dan dibawa keruang nicu pada tanggal 12-05-05 jam 17.40 wita dengan
keluhan nafas cepat, syanosis, nampak kuning diseluruh permukaan tubuh.

E. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Karena umur bayi baru 4 hari, maka tidak ada riwayat penyakit bayi yang pernah di
alami sebelumnya.

F. Riwayat  Kehamilan
Usia kehamilan   : 47-48 minggu
Anak ke              : 6 (enam)
Penyakit ibu       : -
Gerakan janin     : dirasakan
Hamil ke             : 6 (enam)
Rencana KB       : setelah bayi lahir ibu disarankan steril  ibu setuju
ANC                  : posyandu 4x teratur, bidan 2x teratur.
TT                       : 2x lengkap

G. Riwayat Kehamilan yang lalu


Anak Ke 1          : meninggal sejak lahir
Anak Ke 2          : laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 13 thn.
Anak Ke 3          : laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 10 thn.
Anak Ke 4          : meninggal sejak lahir.
Anak Ke 5          : laki-laki, lahir dengan secsio cesaria, usia 3 thn.
Anak Ke 6          : yang ini.

H. Riwayat Persalinan
Bayi lahir            : 12 Mei 2005 jam 12.40 Wita, dengan Secsio Cesaria,
BBL. PB,LK      : 2600 gr, 49 cm, 34 cm.

I. Riwayat \Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
sedang sakit, dan juga tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit menular
seperti TBC, atau penyakit menurun seperti DM, Asma.

J. Riwayat Bio, psiko, sosial, spiritual.


 Pola respirasi
Klien terlihat nafas cepat, RR 68x/mt, terpadang O2 .
 Nutrisi
Klien masih dipuasakan, kebutuhan klein akan nutrisi 310 cc/ 24 jam. Karena
BB klien saat dikaji 2300 kg masuk pada hari ke 4 kelahiran dan dikalikan
dengan jumlah cairan yang dibutuhkan dan ditambah 30 cc dikarenakan klien
mendapat foto therapy. NGT terpasang dan retensi banyak klien juga di
spulling.
 Eliminasi
Saat dikaji klien BAB 3x dan BAK 5x, warna feces jitam kehijau-hijauan.
 Aktifitas
Segala kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya dan perawat ruangan, aktivitas
klien berada dalam boks bayi dibawah sinar foto therapy selama 6 jam dan
diistirahatkan selama 2 jam dan dilanjutkan kembali hingga kadar
bilirubinnya turun.
 Istirahat tidur
Klien dapat tidur dengan nyenyak,klien sering bangun dan menangis karena
popoknya basah akibat BAK dan BAB serta karena haus.
 Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,7 oC
 Personal hygiene
Bayi dimandikan dengan diseka 1 kali sehari dan kebersihan bayi dibantu
oleh perawat dan ibu, popok diganti setiap kali popok basah oleh urin dan
feses.

K. Pemeriksaan Fisik.
1. Reflek menggenggam       : lemah
2. Refleks menghisap            : lemah
3. Kekuatan menangis           : lemah
4. BB : 2300 kg, LK : 34 cm, LL : 14 cm, PB : 49 cm.
5. Kepala    : Rambut hitam, bagian depan dicukur, infus terpasang 12
                                       tts/mt KA EN IB, tidak ada lesi dikulit kepala.Lingkar kepala
                                      34 cm
6. Wajah    : warna wajah terlihat kuning, tidak ada lesi pada wajah, kulit bersih.
7. Leher     : tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi vena
                               jugolaris)
8.   Mata    : mata tertutup verban saat terapy sinar, mata klien semetris tidak
                                 ada lesi pada kedua mata.
9.  Hidung   : tidak ada lesi pada hidung, lubang hidung bersih, terpasang O2
                                 dan NGT.
10.  Mulut     : mukosa bibir lembab, lidah klien berwarna merah keputih
                                 putihan, ada bekas muntah di sudut bibir klien.
11.   Telinga  : bentuk simetris, tidak ada serumen
12.  Dada       : warna dada terlihat kuning, tidak ada lesi, terdengar DJJ 138/ mnt
13. Abdomen  : tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
14.  Ektermitas  : atas bawah tidak ada lesi, kuku klien pendek, gerak aktif
L. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 13-05-2005
Haemoglobin         :  16,6
Lekosit                  : 19.000
Eritrosit                 :  4,61
Trombosit              :  279.000
Hematokrit            :  48,2

M. Terapi
IVFD : KA-EN 1B 12 tts/mnt
Cefotaxim : 2x 125 mg IV
Spuling dengan NACL

II. Analisa Data

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1.| Ds : - Adanya Resiko tinggi
Do : pemberian foto terjadinya injury
           Warna kulit klien nampak therapy
kuning
2. Ds :       - Kelebihan Resiko terjadinya
Do :      bilirubin indirek kern ikterus
           nampak warna kuning di dalam tubuh
seluruh pemukaan tubuh klien yang dapat
                   S : 36,50C N : 160 masuk kedalam
x/mnt RR = 48x/mnt jaringan otak
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya kern ikterus b/d kelebihan bilirubin indirek dalam tubuh klien yang
dapat masuk kedalam jaringan otak.
2. Resiko terjadinya injury b/d adanya pemberian foto therapy

IV. PERENCANAAN
RENCANA
TUJUAN DX RASIONAL
TINDAKAN

Setelah dilakukan I Ø  Kolaborasi dengan Ø Merupakan


tindakan selama dokter untuk foto indikator untuk
24 jam therapy,O2, injeksi menilai jumlah
diharapkan resiko Cepotaxim 2x 125 mg bilirubin klien serta
tinggi terjadinya IV waktu yang
kern ikterus dapat diperlukan dalam
Ø Kolaborasi dengan
dihindari dicegah terapy klien
Lab untuk memeriksa
dengan kriteria :
bilirubin setiap 8 jam Ø Untuk menilai
→ Kadar minimal setiap 24 jam apakah kadar bilirubin
Bilirubin klien melebihi normal
Ø Beri minum yang
berkurang atau kurang dari
banyak
normal

Ø Agar dehidrasi tidak


terjadi dan Untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien karena
klien berada dibawah
terapi sinar
Setelah dilakukan II Ø Observasi Vital sign Ø Melihat sejauhmana
tindakan selama perkembangan klien
Ø Observsi pemberian
24 jam
cahaya sesuai dengan Ø Dengan
diharapkan resiko
kebutuhan dan kondisi mengobservasi
tinggi injury
klien pemberian cahaya
dapat dicegah
sesuai dengan
dengan kriteria : Ø Observasi keadaan
kebutuhan dapat
umum klien setelah
Ø  Pencahayaan mengetahui dan
therapy
cukup sesuai menilai penurunan
dengan Ø Cek intake dan kadar bilirubin serta
kebutuhan output selama sejauhmana klien
penyinaran mengalami injury.
Ø  Kadar
bilirubin Ø Untuk mengetahui
berkurang tingkat perkembangan
klien dan sejauhmana
Ø  Tubuh klien
terjadinya dehidrasi
tidak berwarna
kuning lagi Ø Menilai apakah
jimlah cairan yang
masuk sesuai dengan
instruksi dokter

                                                                                 

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DX IMPLEMENTASI RESPON HASIL

I Ø  Memonitor warna kulit bayi Ø  Kulit bayi masih


tampak kuning
Ø  Melakukan tindakan kolaborasi
dengan dokter untuk foto therapy Ø  Foto therapy
terpasang jam 11.00 dan
Ø  Memberikan injeksi cefotaxim
berakhir jam 17.00, bayi
125 mg IV
tampak menangis
Ø  Mengobservasi vital sign
Ø  Klien mendapat
Ø  Mengoservasi kondisi kulit dan injeksi cefotaxim
mata klien
Ø  Suhu 36,4  C, RR : 68
Ø  Menimbang BB x/mnt, DJJ : 136x/ mnt.

Ø  Mengobservasi keadaan umum Ø  Kulit baik mata


bayi tertutup dengan baik pula

Ø  Mengobservasi intake dan output Ø  BB 2300 gr

Ø  Mengobservasi penutup mata dan Ø  Keadaan umum masi


popok klien lemah

Ø  Bayi masi puasa NGT


terpasang infuse KA EN
IB 12 tts/mnt retensi
banyak

Ø  Mata tertutup rapat


dengan kain kasa dan
dilapisi dengan karbon
begitu pula dengan
popoknya tertutup
dengan baik
II Ø  Memonitor warna kulit bayi Ø  Kulit bayi masih
tampak kuning
Ø  Melakukan tindakan kolaborasi
dengan dokter untuk foto therapy Ø  Foto therapy
terpasang jam 11.00 dan
Ø  Memberikan injeksi cefotaxim
berakhir jam 17.00, bayi
125 mg IV
tampak menangis
Ø  Mengobservasi vital sign
Ø  Klien mendapat
Ø  Mengoservasi kondisi kulit dan injeksi cefotaxim
mata klien
Ø  Suhu 36,5 C, RR : 40
Ø  Menimbang BB x/mnt, DJJ : 144x/ mnt.

Ø  Mengobservasi keadaan umum Ø  Kulit baik masih


bayi tampak kuning, mata
tertutup dengan baik saat
Ø  Memberi minum bayi
foto therapy
Ø  Memberi minum bayi
Ø  BB 2260 kg
Ø  Mengobservasi penutup mata dan
Ø  Keadaan umum lesu,
popok bayi
tangis kuat
Ø  Memberi minum bayi
Ø  Bayi minum pasi 10
cc

Ø  Bayi minum pasi 10


cc

Ø  Mata tertutup kain


kasa dilapisi dengan
karbon begitu juga
dengan popoknya
tertutup dengan baik

Ø  Bayi minum pasi 10


cc

VI    CATATAN PERKEMBANGAN

DX CATATAN PERKEMBANGAN

S:-

O:

     Ø  Kadar bilirubin 11,4

     Ø  Klien masih nampak kuning


I
A  :      Resiko tinggi kern ikterus dapat
dicegah

P   : Intervensi dilanjutkan

S:-

O:

    Ø  kulit klien masih nampak kuning

II     Ø  pencahayaan cukup sesuai dengan


kebutuhan dan kondisi,  klien yaitu
selama 6 jam dan disitirahatkan selama
2 jam

A  :      Resiko tinggi injury dapat


dicegah

P   : Intervensi dilanjutkan
BAB IV 
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatusHiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi
akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan
tubuh   Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu
diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus.

B. Saran
Berdasarkan perumusan dan hambatan yang dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan
kami mengemukakan beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mungkin
dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keperawatan di masa mendatang, saran
yang dapat kami kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Perawat dan keluarga dapat bekerja sama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep asuhan keperawatan pada pasien
Hiperbilirubin
 3.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa dan   dapat diterapkan dalam
dunia keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

 ml.scribd.com/doc/.../Hi-Per-Bilirubin-Emi-A - Translate this page


http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-hemaptoe.html

Anda mungkin juga menyukai