Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN I. Y. R.

DENGAN
SEPTIS ATRITIS DI RUANG RAWAT INAP ANGSOKA I RSUP
PROF. DR. I. G. N. G NGOERAH PADA TANGGAL 2-5 MEI 2023

OLEH KELOMPOK VI
1. DERFINA MARIA BAHAGIA IDU
2. ALFIO NATALIA JENITA
3. YOHANA SIMUN
4. ATRINO IFANSIUS MEDI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan kelompok VI pada Tn. I.Y.R. dengan Septis


Atritis di ruang rawat inap angsoka I telah di setujui pada tanggal ………….

Menyetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ns. Yohana Hepilita, M. Kep Ns.Ni Komang budiasih, SST


NIDN: 0830018802 NIP: 19781125199032001
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Arthritis berasal dari bahasa yunani yaitu arthr yang berarti sendi,
dan it is yang berarti inflamasi. Arthritis ialah suatu penyakit sendi
menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan
(kartilago) sendi dan tulang di didekatnya..Tulang rawan (kartilago)
adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk
memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan
berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi yang mengakibatkan
gangguan mobilitas fisik (Ismaningsih dan Selviani, 2018). Arthritis
sering terjadi pada usia >61 tahun, dan lebih banyak menyerang lutut
yaitu 6,13% pada pria dan 8,46% pada wanita (Riskesdas, 2018)
Arthritis adalah penyakit kronis jangka panjang yag ditandai dengan
kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling
bergesekan dan memicu timbulnya kekakuan, nyeri,dan gangguan
gerakan sehari-hari. Arthritis terkait dengan proses penuaan, hal ini
karena berbagai resiko yang dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk
diantarnya obesitas, kurang berolahraga, kecenderungan genetik,
kurangnya kepadatan tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin.
Arthritis dapat mempengaruhi semua sendi pada tubuh, tetapi pada
bagian bahu, siku, dan pergelangan kaki cenderung tidak terkena
Arthritis, kecuali pada kondisitraumatik.Dan dari semua sendi, yang
rentan adalah sendi pada lutut.Arthritis pada lutut lebih dikenal dengan
encok lutut (Ismaningsih dan Selviani, 2018).
B. Anatomi
Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan
sendi.Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinyaaktivitas dan pergerakan. Anatomi fisiologi sistem
musculoskeletal menurut Kemenkes RI (2017) adalah sebagai berikut :
a. Sistem Muskuler
Sistem muskuler berfungsi sebagai pergerakan, penopang tubuh
danmempertahankan potur, dan produksi panas.Sistem muskuler
terdiridari otot, tendon dan ligamen.
1) Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.Jenis-jenis Otot Otot dibedakan menjadi otot
rangka, otot polos, danotot jantung.
Mekanisme kerja otot sebagai berikut:
a) Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan).
b) Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup).
c) Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan).
d) Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan).
e) Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan).
f) Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh).
2) Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang
bersifatfleksibel, yang terbuat dari fibrous protein
(kolagen).Tendonberfungsi melekatkan tulang dengan otot
atau otot dengan otot.Tendon dibedakan menjadi dua, yaitu
Origon dan Inersio.
3) Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat,
yangmerupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri
ataskolagen.Ligamen terdiri dari dua tipe, yaitu ligamen tipis
danligamen jaringan elastis.
b. Sistem Skeletal/Rangka
1) Tulang
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang,
sendi,dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat
menempelnya otot danmemungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.Sistem skeletal dibagi
menjadi axial dan appendicular, denganpenjelasan sebagai
berikut :
a) Axial atau rangka aksial, terdiri dari tengkorak
kepala/cranium dantulang-tulang muka, columna
vertebralis/batang tulang belakang,costae/tulang-tulang
rusuk, dan sternum/tulang dada.
b) Appendicular atau rangka tambahan, terdiri dari
tulangextremitas superior dan tulang extremitas
inferior.
Tulangextremitas superior, terdiri dari:
 Korset pectoralis, terdiri dari scapula
(tulangberbentuk segitiga) dan clavicula (tulang
berbentuklengkung)
 Lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku
 Lengan bawah, mulai dari siku sampai
pergelangantangan
 Tangan.
Tulang extremitas inferior terdiri dari korset pelvis,
paha, tungkai bawah dan kaki.Sel Penyusun tulang
tersusun oleh sel osteobast, osteosit, dan
osteoclast.Tulang sebagai alat gerak pasif karena
hanya mengikuti kendali otot. Fungsi Tulang:
 Penyangga berdirinya tubuh, tempatmelekatnya
ligamenligamen, otot,jaringan lunak dan organ.
 Penyimpanan mineral (kalsium danfosfat) dan
lipid (yellow marrow)atau hemopoesis.
 Produksi sel darah (red marrow).
 Pelindung
 Penggerak.
C. Etiologi
Faktor-faktor predisposisi Arthritis menurut Fernanda (2018) :
a. Peningkatan Usia
Arthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai
penderitaarthritis yang berusia dibawah 40 tahun. Usia rata-rata laki-
laki yangmendapat arthritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun
denganpuncaknya pada usia 55-64 tahun, sedangkan wanita pada
umur wanita65,3 tahun dengan puncaknya pada usia 65-74tahun.
b. Obesitas
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
tulangbekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada
terjadinyaarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan atau
masa tubuhdapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4
kilogram.Dan terbuktibahwa penurunan berat badan dapat mengurangi
resiko terjadinyaarthritis atau memperparah keadaan arthritis lutut.
c. Jenis Kelamin
Angka kejadian arthritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan
lebihtinggi pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu
sebanyak149 pasien dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki
nilaipersentase sebesar 31,33% yaitu sebanyak 68 pasien.
d. Riwayat Trauma
Cedera sendi, terutama pada sendi-sendi penumpu berat tubuh
sepertisendi pada lutut berkaitan dengan risiko arthritis yang lebih
tinggi.Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap
ligamentumkrusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya
arthritis lutut
e. Riwayat cedera sendi
Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat
menjadifaktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyaipredisposisiarthritis dan berkaitan pula dengan
perkembangan dan beratnya arthritis.
f. Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.
Adanyamutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain
untukunsurunsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan
proteoglikanberperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
arthritis.
g. Kelainan pertumbuhan tulang
Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti
penyakit perthes dan dislokasi kongenitas tulang paha
dikaitkandengan timbulnya arthritis paha pada usia muda
h. Pekerjaan dengan beban berat.
Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10
tahundan kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko
dariarthritis lutut. Dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg
padausia 43 tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya
arthritisdan akan meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun.
i. Tingginya kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang
dapatmeningkatkan resiko terjadinya arthritis , hal ini mungkin terjadi
akibattulang yang lebih padat atau keras tak membantu mengurangi
benturanbeban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
j. Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan
tekananmekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih
seringmenyebabkan arthritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitandengan arthritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi
jugadengan arthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik)
yangberperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit
jantungkoroner, diabetes melitus dan hipertensi.
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, arthritis dibagi menjadi osteoarthritis
primer(idiopatik) dan arthritis sekunder.arthritis primer (idiopatik) adalah
jenisarthritis yang tidak diketahui Secara pasti penyebab yang
mendasarinya.Sedangkan arthritis sekunder adalah jenis arthritis yang
didasari olehbeberapa kelainan tertentu seperti: gangguan Perkembangan
sendi(kongenital), ketidakcocokan panjang tungkai, Ehlers-Danlos
syndrome,Marfan’s syndrome, penyakit rematologi (Rheumatoid
Arthritis, SystemicLupus Erithematosus, cedera sendi atau ligamen,
penyakitLyme, artritis septik, metabolik (hemokromatosis, gout,
penyakitWilson, Alkaptonuria), endokrin (diabetes, akromegali,
hipotiroidisme,NObesitas), Hemofilia, dan osteonekrosis. artritis primer
lebih sering dijumpai dibandingkan Dengan artritis sekunder.
Berdasarkan lokasi sendi yang terkena, osteoarthritis dibedakan menjadi
artritis lutut, artritis tangan, artritis kaki, artritis koksa (panggul), artritis
vertebra, artritis generalisata / Sistemik, dan artritis di tempat lainnya.
Klasifikasi Arthritis Lokasi
1) Arthritis lutut Bony enlargement, genu valgus, genuvarus
2) Arthritis tangan Nodus Heberden dan Bouchard (nodal),
artritis erosif inferfalang, karpalmetakarpal
3) Arthritis kaki Haluks valgus, haluks rigidus, jarikontraktur
(hammer/cock-up toes),talonavikular
4) Arthritis koksa (panggul) Eksentrik (superior),
kosentrik(aksial,medial), difus (koksa senilis)
5) Arthritis vertebra Sendi apofiseal, sendi
intervertebral,spondilosis (osteofit), ligamentum(hiperostosis,
penyakit Forestier, DiffuseIdiopathic Skeletal Hyperostosis
(DISH)Arthritis ditempat lainnya Gleohumeral,
akromiklavikular,tibiotalar,
sakroiliaka,temporomandibularArthritisgeneralisata/sistemik
meliputi 3 atau lebih daerah yang disebutdi atas.Secara
radiologis, klasifikasi arthritis lutut dibagi menjadi beberapa
derajat.
Berdasarkan kriteria Kellgren-Lawrence.Kelima derajat
dibedakanberdasarkan Gambaran osteofit, jarak antar sendi,
sklerosis subkondral,dan kista yang Terbentuk.
E. Patofisiologi

Arthritis adalah penyakit sendi degeneratif merupakan suatu


penyakitkronik, tidak meradang, dan progesif lambat, arthritis tidak
hanyamelibatkan proses degeneratif, namun juga melibatkan hasil
kombinasiantara degradasi tulang rawan, remodelling tulang
subkondral, daninflamasi sendi. Beberapa faktor seperti umur, stres
mekanik ataupenggunaan sendi yang berlebihan, defek mekanik,
obesitas, genetik,humoral, dan faktor kebudayaan dapat menyebabkan
jejas mekanis dankimiawi pada sinovium sendi.Jejas mekanik dan
kimiawi tersebut didugamerupakan faktor penting yang merangsang
terbentuknya molekulabnormal dan produk degradasi tulang rawan
sendi di dalam cairansinovial sendi.Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya inflamasi sendi,kerusakan kondrosit, dan nyeri.Tulang
rawan sendi terletak di setiap ujung tulang untuk melaksanakan2
fungsi, yaitu mencegah gesekan di dalam sendi saat pergerakan
denganadanya cairan sinovial serta menerima beban atau benturan
sehinggatulang di bawahnya tidak mengalami kerusakan. Kedua fungsi
ini dapatberjalan dengan baik karena adanya kolagen tipe II dan
proteoglikan yangdikeluarkan oleh kondrosit memiliki daya regang
yang tinggi dan mampumemperbaiki tulang rawan sendi setelah
tertekan oleh beban. Tulangrawan sendi yang “aus” diuraikan dan
diganti oleh kondrosit, yang tidakhanya mensintesis matriks tulang
rawan.Oleh karena itu, kesehatankondrosit dan kemampuan sel ini
memelihara sifat esensial matriks tulangrawan menentukan integritas
sendi.Pada osteoarthritis, proses initerganggu oleh beragam sebab
(Bararah, 2016).

F. Pathway

Usia,jenis kelamin,genetik,suku bangsa, kegemukan,cedera


sendi,pekerjaan dan olahraga, kelainan pertumbuhan, kepadadtan
tulang.
Kerusakan fokal tulang rawan, pembentukan tulang baru pada sendi
yang progresif

Integritas, matrik, perubahan komponen sendi, kolagen,


proteoglikan kartilago

Artritis

Tulang rawan Membrane synovial Kerusakan tulang rawan

Kontraktur kapsul
Iregularitas dan Penebalan pada instabilitas sendi
pekunakan pada synivial berupa kista
tulang rawan
Deformitas sendi

Pergeseran Fibrosis kapsul,


sendi/adanya cairan osteosit, iregularitas Perubahan bentuk tubuh
yang viskosa permukaan sendi pada tulang dan sendi

Kekakuan pada Perubahan status kesehatan


Nyeri akut/kronis
sendi besar atau
pada jari tangan
Kurangnya informasi

Gangguan
Mobilitas Fisik
Ansietas Deficit
pengetahuan
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala arthritis sebagai berikut :
1) Nyeri
Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah buruk
olehgerakan, weight bearing dan jalan (Abdurrahman et al., 2019).
Danmenurut The International Association For The Study of pain
(IASP).Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang
tidaknyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berpotensimerusak jaringan.Defenisi tersebut mrupakan pengalaman
subyektifdan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat dipahami
bahwakesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan
perasaan nyeriyang sama (Fernanda, 2018)
2) Kaku Sendi
Gejala yang sering dijumpai pada arthritis, terjadinya kesulitan
ataukekakuan pada saat akan memulai gerakan pada kapsul,
ligamentum,otot dan permukaan sendi (Abdurrahman et al., 2019).
3) Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
Diakibatkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler,
musclespasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau
melakukangerakan secara maksimal sampai batas normal, sehingga
dalam waktutertentu mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi
pada lutut.Keterbatasan gerak biasanya bersiat pola kapsuler yaitu
gerakan fleksilebih terbatas dari pada gerakan ekstensi (Abdurrahman
et al., 2019).
4) Krepitasi
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena
degredasidan rawan sendi (Abdurrahman et al., 2019)
5) Kelemahan Otot
Kelemahan otot tidak bagian dari arthritis, tetapi peranan sebagai
salahsatu faktor resiko arthritis perlu dicermati kekuatan isometrik
dari ototmerupakan faktor yang berperan pada arthtritis.Otrofi otot
dapatditimbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait
merupakanmanifestasi awal dari arthritis yang menyerang sendi
penopang beratbadan.(Fernanda, 2018).
6) Deformitas
Deformitas yang dapat terjadi pada arthritis yang paling berat
akanmenyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak
skitarsendi. Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada
kopartemenmedial dan kendornya ligamentum (Fernanda, 2018).
7) Instabil Sendi Lutut
Disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot disekitar sendi lutut
yangmencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh
kendornyaligamentum sekitar sendi (Abdurrahman et al., 2019).
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menyingkirkan kemungkinan artritis karena penyebab lain
makadilakukan pemeriksaan penunjang, namun tidak ada
pemeriksaanpenunjang khusus yang dapat mementukan diagnosis
arthritis. Salah satupemeriksaan penunjang untuk membantu
menentukan ada atau tidaknyaarthritis adalah pemeriksaan radiologi,
namun pemeriksaan tidakberhubungan langsung dengan gejala klinis
yang ditimbulkan. Gambaranradiografi sendi yang mendukung
penegakan diagnosis arthritis yaitu :penyempitan celah sendi yang
seringkali asimetris (lebih berat pada bagianyang menanggung beban),
peningkatan densitas (sklerosis) tulangsubkondral, kista tulang, osteofit
pada pinggir sendi, dan perubahanstruktur anatomi sendi (Bararah,
2016).Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui sinar-x dilakukan
setiap saatuntuk memantau aktivitas dan progesivitas penyakit.Foto
rontgen yangdiambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya
kartilago danmenyempitnya rongga sendi.Pemeriksaan sinar-x
menunjukkanabnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang
yang abnormaldan osteopenia (mineralisasi tulang menurun)
(Fernanda, 2018).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan arthritis pada umumnya bersifat simptomatik
yangterfokus pada beberapa hal, yaitu memperlama progresifitas
penyakit,mengontrol gejala-gejala yang timbul, dan meningkatkan
kualitas hiduppasien. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengombinasikan antaraterapi non farmakologis dan farmakologis.

a. Terapi non farmakologis


Tindakan non farmakologis yang paling umum digunakan
untukmeringankan gejala seperti nyeri adalah menurunkan
berat badan,terapi fisik dan rehabilitasi.Selain itu, edukasi juga
diperlukan agarpasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang
penyakitnya, bagaimanamenjaganya agar penyakitnya tidak
bertambah parah sertapersendiannya tetap dapat dipakai.
b. Terapi farmakologis
Obat-obatan pilihan yang dapat digunakan sebagai terapi
farmakologisosteoarthritis seperti asetaminofen, Obat Anti
Inflamasi Non Steroid(OAINS), suntikan asam hialuronat atau
kortikosteroid, SerotoninNorepinephrine Reuptake Inhibitor
(SNRI) duloxetine, dan opioidssecara intraartikular. Selain itu,
beberapa suplemen gizi juga dapatdigunakan untuk mengurangi
nyeri dan memperlambat progresifitaspenyakit.
c. Terapi bedah
Pada osteoarthritis fase lanjut sering diperlukan terapi bedah.
Terapibedah diberikan apabila terapi farmakologis tidak
berhasil untukmengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabilaterjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.Beberapa prosedur yang mungkin
dilakukan yaitu: antroskopi,osteotomi, fusion (artrodesis), dan
penggantian sendi (artroplasti)
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi
apabilaarthritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam
komplikasiyaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonecrosis, ruptur baker cyst,
bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang disignifikasi,
yangterparah ialah terjadi kelumpuhan (Azizah, 2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien Arthritis
meliput:
1) Identitas pasien dan keluarga
2) Aktifitas/Istirahat
3) Riwayat Keperawatan
Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat
perlumengidentifikasi adanya :
a) Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah),
leher danpinggang
b) Berat badan menurun
c) Biasanya di atas 45 tahun
d) Jenis kelamin sering pada wanita
e) Pola latihan dan aktivitas
f) Keadaan nutrisi (mis. Kurang vitamin D dan C, serta
kalsium)
g) Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
h) Adanya penyakit endokrin : diabetes mellitus,
hipertiroid,hiperparatiroid, sindrom cushing,
akromegali, hipogonadisme.
4) Pemeriksaanfisik:
a) Lakukan penekanan pada tulang panggung, sendi
lutut dansendi kaki terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergerakan.
b) Periksa mobilitas pasien
c) Amati posisi pasien yang nampak membungkuk.
d) Kaji pada Sistem Muskuloskeletal
Kelainan musculoskeletal utama dapat diidentifikasi
selamapengkajian meliputi penurunan tonus otot,
kehilangan massaotot, dan kontraktur. Gambaran
pengukuran antropometrikmengidentifikasi
kehilangan tonus dan massa otot. Pengkajianrentang
gerak adalah penting data dasar yang mana hasil
hasilpengukuran nantinya dibandingkan untuk
mengevaluasi terjadikehilangan mobilisasi
sendi.Rentang gerak di ukur denganmenggunakan
geniometer.Pengkajian rentang gerak dilakukanpada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
5) Riwayat Psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering
timbul
kecemasan, takut melakukan aktfitas, dan perubahan
konsep diri.Perawat perlu mengkaji masalah-masalah
psikologis yang timbulakibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya
6) Pengkajian Khusus
a) Fungsi kognitif SPMSQ
b) Status fugsional (katz Indeks)
c) MMSE
d) APGAR keluarga
e) Skala depresi
f) Screening Fall
g) Skala Norton
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis
terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau
komunitas padamasalah kesehatan, pada resiko masalah
kesehatan atau padaproses kehidupan (SDKI, 2017).
Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI(2017) :
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kekakuan sendi.
b) Nyeri kronis berhubungan dengan agen
pencederaan fisik
c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpaparnya informasi.
d) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan lansia adalah suatu penyusunan
berbagaiintervensi keperawatan yang berguna untuk
mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah-
masalah lansia (Kholifah,2016). Intervensi keperawatan
menurut Tim Pokja SIKI & SLKIDPP PPNI (2017),
merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakanoleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaianklinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan
dan pemulihankesehatan klien indivisu, keluarga, dan
komunitas.
Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulansi
mobilitas fisik keperawatan 3 x24 jam 1. Observasi
berhubungan diharapkan mobilitas fisik 1) Identifikasi adanya
dengan meningkat dengan kriteria nyeri atau keluhan
kekakuan hasil : fisik lainnya
sendi. 1. Pergerakan ekstermitas 2) Identifikasi toleransi
aktif fisik melakukan
2. Kekuatan otot meningkat ambulansi
dengan skala kekuatan 3) Monitor frekuensi
otot 5 jantung dan tekanan
3. Nyeri menurun ( 0 dari darah sebelum
10 dalam NRS) memulai ambulansi
4. Kaku sendi menurun 4) Monitor kondisi
5. Gerakan terbatas umum selama
menurun melakukan
Kelemahan fisik ambulansi
menurun 2. Terapeutik
1) Fasilitas aktifitas
ambulansi dengan
alat bantu ( Mis
tongkat, kruk )
2) Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik jika
perlu
3) Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulansi
3. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulansi
2) Anjurkan melakukan
ambulansi dini
Anjurkan ambulansi
sederhana yang harus
dilakukan
Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama ..x24 Observasi
dengan agen jam, diharapkan ekspetasi 1) Identifikasi lokasi,
cedera fisik. tingkat nyeri menurun. karekteristik,
Kriteria hasil : durasi, frekuensi,
1. Kemampuan kualitas, intensitas
menuntaskan aktivitas nyeri
meningkat 2) Identifikasi skala
2. Keluhan nyeri nyeri
menurun 3) Identifikasi
3. Meringis menurun respons nyeri non
4. Sikap protektif verbal
menurun 4) Identifikasi faktor
5. Gelisah menurun yang memperberat
6. Kesulitan tidur dan memperingan
menurun nyeri
5) Monitor efek
samping
penggunaan
analgesik

Terapeutik
6) Berikan teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
7) Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi
8) Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
9) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
10) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
11) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
12) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama…x 24 Observasi
berhubungan jam,diharapakn tingkat 1. Identifikasi
dengan kurang pengetahuan membaik, kesiapan dan
terpaparnya dengan kriteria hasil: kemampuan
informasi  Prilaku sesuai anjuran menerima
meningkat. informasi
 Kemampuan 2. Identifikasi factor-
menjelaskan sesuai faktor yang dapat
topic meningkat. meningkatkan dan
 Pertanyaan tentang menurunkan
masalah yang motivasi perilaku
dihadapi menurun. hidup bersih dan
sehat
Terapeuetik
1. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
1. Jelaskan factor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan startegi
yang dapat
digunakan untuk
menignkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat.
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
berhubungan keperawatan selama …x 24 Observasi
dengan kurang jam, diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat
terpapar ansietas menurun, dengan ansietas berubah
informasi kriteria hasil: 2. Monitor tanda-
 Konsentrasi menurun tanda ansietas
 Pola tidur menurun Terapeuetik
 Perilaku gelisah 1. Ciptakan suasana
menurun terapeuetik untuk
 Verbalisasi khwatir menumbuhkan
menurun kepercayaan
 Prilaku tegang 2. Temani pasien
menurun untuk mengurangi
kecemasan jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual
memgenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap
bersama klien
4. Latih tekhnik
realaksasi.

D. Implementasi
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai
rencana.Tindakan inibersifat intelektual, teknis, dan
interpersonal berupa berbagai upayamemenuhi kebutuhan
dasarklien.Tindakan keperawatan meliputitindakan
keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikankesehatan/keperawatan, dan tindakan medis
yang dilakukanperawat (Saifudin, 2018).
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkansebelumnya dalam perencanaan, mebandingkan
hasil tindakankeperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telahditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatanmulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
Evaluasi disusun menggunkan SOAP.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan
yangdilakukan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan
yangdilakukan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif
untukmenyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul
atau adamasalah baru atau ada masalah yang kontradiktif
dengan masalahyang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil
analisarespon klien (Fadhila, 2018).

BAB III
ASUHAN KEPERAWAWATAN KASUS
Unit : Angsoka I
Autoanamnese : Tn. M
Kamar : 104 Bed 3
Alloanamnese : Keluarga Pasien
Tanggal masuk RS : 2 Mei 2023

Tanggal pengkajian : 2 Mei 2023

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. I. N. R
Umur : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status Pernikahan : Menikah
Jumlah Anak : 4 Orang
Agama / Suku : Hindhu
Warga Negara : Indonesia
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Alamat Rumah : Negara

PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun
Alamat : Nusa Dua
Hubungan dengan pasien : Anak

II. Data medik


Diagnosa medik
Saat masuk : Septis Atritis
Saat pengkajian : Septis Atritis
Keadaan umum
A. Keluhan Utama : Nyeri pada lutut sebelah kanan setelah
terbentur meja rumah.
B. Keadaan sakit : pasien tampak sakit sedang alasannya: tingkat
kesadaran pasien composmentis, klien tampak lemah klien
mengeluh nyeri pada ektremitas bawah yaitu pada lutut bagian
kanan. klien memerlukan observasi dan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
C. Tanda vital
1. Kesadaran (kualitatif) : Compos Mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Kesimpulan : keadaan pasien baik, karena
kesadaran pasien baik dan respon motorik, bicara membuka
spontan.
2. Tekanan darah: 134/84 MmHg
MAP : 100 MmHg
Kesimpulan : Nilai MAP masih dalam rentang normal
yaitu 100 MmHg
Suhu : 36,80C dengan Lokasi Pengukuran aksila.
Pernapasan : 18 x/mnt, irama : teratur, jenis pernapasan
dada.
Nadi : 84 x/mnt, dengan irama : teratur, Spo2: 98%
.

D. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 22 cm.
2. Tinggi badan : 163 cm..
3. Berat badan : 50 kg.
4. Berat badan ideal : 54 Kg
5. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 15,3 Kgm2
Status gizi pasien dalam keadaan abnormal, karena IMT
pasien dalam rentang nilai dibawah IMT normal yaitu 16,4
Kgm2, yang mengindikasi pasien mengalami gisi kurang.
E. GENOGRAM

80

Keterangan :
: Laki –Laki

: Perempuan

: Pasien

: Menikah

: Garis keturunan
Keterangan : Tn. I. N. R Berumur 80 tahun dan sudah menikah dengan Ny.
I. N. R Dan memiliki 4 orang anak , Tn. I. N. R Mengatakan tidak ada
keluarga yang memiliki riwayat atau menderita penyakit seperti yang
dialami oleh Tn. I. N. R

IV . Pengkajian pola kesehatan


1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa ia dapat beraktivitas seperti
biasanya yaitu dan beraktifitas ringan sebagai pedangang,
karena klien sudah tidak kuat lagi untuk bekerja sebagai
buruh bangunan.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama: klien mengatakan merasa lemah dan nyeri
pada lutut bagian kanan
b) Riwayat keluhan utama:
pasien mengatakan keluhan nyeri pada lutut kanan sejak 2
tahun yang lalu. Awalnya hanya nyeri jika suhu dingin
namun lama – kelamaan bentuk lutut berubah menjadi
lengkung. Pasien masih bisa berjalan namun terasa nyeri
dan memberat apabila naik turun tangga dan membaik jika
istrahat. Riwayat alergi obat dan makanan tidak ada.
keluhan demaam, batuk dan sesak dalam 2 minggu terakhir.
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
pasien mengatakan Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak
16 tahun yang lalu klien juga punya riwayat penyakit
jantung dan batu ginjal sejak tahun lalu.
4. riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit sebelumnya.

5. Pemeriksaan fisik:
a. Kebersihan rambut : Rambut tampak bersih dan sudah
beruban
b. Kulit kepala : tampak bersih, tidak terdapat lesi dan
kemerahan.
c. Kebersihan kulit : tampak bersih, turgor kulit menurun dan
tampak pucat.
d. Hygiene rongga mulut: Mulut pasien tampak bersih , gigi
tampak ada caries
e. Kebersihan genetalia : tampak bersih
f. Kebersihan anus : tampak bersih
2. Pola nutrisi dan metabolik
a Keadaan sebelum sakit:Pasien mengatakan bisa
menghabiskan makanan sepiring dengan porsi yang sedikit
b Keadaan sejak sakit:Pasien bisa menghabiskan sebagian
porsi nasi, pasien meminum air segelas setiap sehabis makan.
Selama Sakit pasien mendapatkan diet lunak bubur.
c Observasi: Pasien tampak nafsu makan baik, Terpasang infus
NS 20 tpm dan makan 3 kali sehari dan selalu
menghabiskan makanan sebagian porsi, Selama Sakit pasien
mendapatkan diet lunak bubur.
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan rambut : tampak bersih dan beruban
b) Hidrasi kulit : tidak ada hidrasi pada kulit
c) Conjungtiva : Anemis .
d) Sclera : tidak ikterik
e) Hidung : Tidak terdapat polip, lesi , tampak
bersih.
f) Rongga mulut : Tampak bengkak,bibir tampak
bengkak.
g) Gusi : Tidak terdapat lesi dan kemerahan.
h) Gigi : Tampak kotor , tidak terdapat gigi
palsu, gigi tampak lengkap, ada caries gigi.
i) Kemampuan menguyah keras :pasien tidak mampu
menguyah makanan yang keras.
j) Lidah : Tampak kotor bersih, tidak ada bercak-
bercak berwarna putih.
k) Faring : Tidak terdapat lesi dan tumor dan ada
peradangan
l) Kelenjar getah bening : Tidak tampak pembesaran
kelenjar getah bening.
m)Kelenjar parotis: Tidak tampak pembesaran kelenjar
parotis.
n) Abdomen :
 Inspeksi : tampak simetris, tidak tampak lesi, tidak ada
kemerahan dan tidak ada asites.
 Auskultasi: terdengar bising usus dengan peristaltik 20
x/mnt.
 Palpasi : tidak teraba massa dan tidak adanya
pembesaran hati.
 Perkusi : suara timpani.
o) Kulit : tidak terdapat edema dan pucat
p) Lesi : tidak ada lesi
3. Pola eliminasi
1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan bab lancar 1
kali dalam sehari dan bak 5-6 kali dalam sehari.
Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sudah belum bab
dan baknya 4- 5 kali dalam sehari dan Tn. I. N. R
terpasang pampers.
2. Observasi : Pasien terpasang pampers dan pasien
terpasang kateter urine.
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 20 x/mnt.
b) Palpasi kandung kemih : kosong (-)
c) Nyeri ketuk ginjal : tidak ada (-)
d) Mulut uretra : tampak bersih, tidak ada lesi ataupun herpes
e) Anus :
- Peradangan : tidak ada tanda- tanda infeksi ( bengkak,
merah ataupun ada lesi).
- Hemoroid : tidak ada hemoroid
- Fistula : tidak ada benjolan ataupun abses pada anus.
-
4. Pola aktifitas dan latihan
1. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan selalu beraktifitas
seperti biasanya yaitu membantu berjualan ( warung kecil)
2. Keadaan sejak sakit : Tn. M mengatakan untuk beraktifitas
klien tampak lemah, dan aktifitasnya dibantu sebagian oleh
keluarga, untuk akses kekamar mandi ataupun makan dibantu
sebagian oleh keluarga.
3. Observasi :klien tampak terbaring di tempat tidur,
kemampuan mobilisasi di batasi , Pemenuhan ADL dibantu
sebagian oleh keluarg dan Pada Penilaian Kekuatan skala 5
pada ekstermitas atas dan bawah.

5 5

4 3

Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:


1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a) Cicatriks ( Tidak ada).
b) Fistulae : Tidak ada
c) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi: Tidak ada
d) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-
hal yang tidak biasa (abnormal): tidak ada .
e) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas : Tidak ada fraktur
2) Feel (palpasi)
a) Terdapat nyeri pada daerah yang mengalami fraktur :
ada fraktur
b) Perubahan suhu s(hangat) dan kelembaban kulit.
Capillary refill time Normal >3 detik
3) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan
(1/3 proksimal, tengah, atau distal). : Tidak ada
4) Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Pergerakan
aktif.
a Aktifitas harian
1. Makan : pasien tidak terpasang NGT dan Pemenuhan
Makan dan Minum dibantu oleh keluarga sebagian.
2. Mandi : pasien terbaring di tempat tidur, dan biasa
akses kekamar mandi dengan bantuan keluarga
3. Pakaian : bantuan keluarga
4. Kerapihan : tampak rapih
5. Buang air besar : pasien tampak memakai pampers dan
belum BAB
6. Buang air kecil : pasien menggunakan pampers dam
kateter dan sudah BAK .
1) Mobilisasi di tempat tidur : Mobilisasi ditempat tidur
dengan bantuan keluarga.
b. Postur tubuh : Tubuh pasien tampak tegap, postur tubuh
ideal, Kepala, pundak, tulang belakang, pinggang, lutut dan
pergelangan kaki di garis lurus..
c. Gaya jalan : Gaya jalan tidak ada kelaianan..
d. Anggota gerak yang catat : pasien tidak memiliki anggota
trubuh yang catat
e. Fiksasi : klien tidak di fiksasi , klienKooperatif
1. Pemeriksaan fisik
b. Tekanan darah : 110/80MmHg
kesimpulan : tekanan darah pasien di dalam batas normal.
c. N: 92 x/menit.
d. Kulit : tampak tampak pucat, dan berkeringat dingin.
e. Perfusi pembuluh kapiler kuku : CRT 2 detik
f. Thoraks dan pernapasan :
Inspeksi :
Bentuk thoraks : normal, simetris
Retraksi intercostal : tidak ada
Sianosis : tidak tampak sianosis
Stridor : tidak terdengar stridor
Palpasi :
Vocal vermitus : memiliki getaran yang sama
Krepitasi : tidak ada, Tn. I. N. R tidak ada indikasi
osteoporosis atau kerapuhan tulang
Auskultasi :
Suara Nafas : Terdengar Vesikuler , Ronchi
+ +
Suara Ucapan : Tidak ada kesulitan bicara
Suara tambahan : Ronchi (-), Whezing (-)

g. Jantung
Inspeksi :
Ictus Cordis : tidak tampak
- Palpasi
Ictus Cordis : teraba pada ics 4 dan
- Perkusi :
- Batas Kanan Atas : ICS 2 linea sternalis dekstra :
sonor ke pekak
Batas Bawah : ICS 5 midclavikularis sinistra :
Pekak
Batas Kanan : ICS ICS 4 parasternal kanan:
Pekak
Batas Kiri : ICS 4 linea midclavikularis sinistra:
Pekak
- Auskultasi :
Bunyi Jantung II A : dup, reguler dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung II P : dup, regular dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung 1 T : lup, reguler dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung 1 M: lup, reguler dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung III Irama Gallop : (Negatif )
Murmur : Tidak ada
h. Tungkai
Atrofi Otot : Tidak ada atrofi otot (-)
Rentang gerak : Positif tidak ada hambatan (hanya
mobilisasi dibatasi
Kaku sendi : Ada
Nyeri Sendi : Ada
Fraktur : Tidak ada
Parase : Tidak Ada
Paralisis : Tidak Ada

5 5
Uji Kekuatan Otot :
3 3
Keterangan: Berdasarkan ujia kekuatan otot, Skala
kekuatan otot pasien pada ekstermitas bawah 3 dan 5
pada ekstermitas atas
Reflek Fisiologi : + ( Ada )
Reflek Patologi : (-) Gerakan Involunter
Babinski, Kiri : Tendon Aktif
Kanan : Tendon Aktif
Clubing Jari : (+) bisa di lakukan
Varises tungkai : Tidak tampak varises
i. Columna Vetebralis
a. Inspeksi : Leher Panjang, bahu simetris, tidak ada
skoliosis,tidak ada benjolan
b. Palpasi : tidak ada nyeri pada bone contours,
lekukan tulang belakang (+)
c. Kaku kuduk : Tn. I. N. R tidak ada kaku kuduk
5. Pola Tidur dan Istrahat
a Keadaan Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit tidak
ada gangguan pola tidurnya . klien biasa tidur 6-7 jam sehari.
b Keadaan Sejak Sakit : klien mengatakan selama sakit kadang
tidurnya terganggu karena merasakan nyeri pada daerah
lututnya.
c Observasi : klien tampak lemah , ekspres wajah mengantuk
6. Pola Persepsi Kognitif dan persepsi sensori
1. Keadaan Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit
selau memperhatikan kondisi kesehatannya, dan hanya
mengontrol saat sakit hipertensinya kambuh dan
mengkonsumsi obat, dan klien tidak kepikiran kalau
diharuskan dirawat dirumah sakit.
2. Keadaan Saat Sakit : : klien tampak kwatir dengan kondisinya
saat ini
3. Observasi : klien tampak gelisah saat menanyakan tentang
kondisi kesehatannya
7. Pola Persepsi dan Konsep diri
1. Keadaan Sebelum Sakit : pasien mengatakan sebelum sakit
tidak malu dengan kondisi kesehatannya.
2. Keadaan sejak saat sakit : pasien mengatakan tidak merasa
malu dengan kondisi kesehatannya, dan selalu berpikir positif
dan berharap untuk cepat sembuh dan mendapatkan program
chemoterapi.
3. Observasi : tampak cemas , dan selalu berharap untuk cepat
sembuh.
a) Kontak Mata: Selalu kontak mata saat di kaji
b) Rentang perhatian : Sangat kooperatif dan berusaha terbuka
untuk menceritakan kondisinya.
c) Suara dan cara bicara : Suaranya masih terbata-bata karena
kondisinya sangat lemah
d) Postur tubuh : tidak ada kelaianan.
4. Pemeriksaan fisik
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada kelaianan bawaan
b) Bentuk / Postur tubuh : Tidak ada kelaianan/ normal
c) Kulit : Warna Putih, turgor kulit menurun
8. Pola Peran dan Hubungan Sesama
1. Keadaan sebelum sakit : keluarga mengatakan mereka selalu
berhubungan baik dengan tetangga sekitar dan selalu aktif
kegiatan di kelompok
2. Keadaan sejak sakit : mengatakan selalu berhubungan baik
dengan pasien dalam satu ruangan dan saling bercerita dan
bahkan saling membantu ketika ada butuh bantuan sesama
keluarga pasien.
3. Observasi : keluarga berhubungan baik dan selalu berkomunikasi
dua arah dan sangat baik dengan dokter dan perawat ruangan
angsoka

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas


1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan sudah menikah dan
memiliki 4 orang anak.
2. Keadaan Sejak Sakit : klien mengatakan tidak bisa dilakukan
sendiri untuk membersihkan organ reproduksinya karena
aktifitasnya dibatasi sesuai anjuran dokter dan selama sakit
keluarganya selalu membantu membersihkan .
3. Observasi : klien terpasang pampers dan selalu digantikan saat
selesai BAB ataupun BAK.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress
1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit ketika
mereka memiliki masalah dalam keluarga mereka selalu
menyelsaikan secara kekeluargaan dengan komunikasi dua arah
dan selalu mengambil keputusan atas keputusan bersama
2. Keadaan saat sakit : klien merasa kwatir dengan kondisinya dan
keluarga selalu mensuport dan memotifasi klien dan untuk
pengambilan keputusan selama sakit klien mengatakan atas
kesepakatan keluarga.
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan selalu berdoa
2. Keadaan Sejak Sakit : klien mengatakan dia pasrah dengan
kondisinya dan berserah.
3. Observasi : klien Tampak sebagai orang beriman karena saat
berbicara kepercayaannya klien tampak tenang dan sangat terbuka
V. Uji Saraf Kranial
1. Nervus Olfaktori : Pada pemeriksaan fungsi saraf sensorik untuk
penciumanan, klien bisa membedakan aroma minyak kayu putih.
2. Nervus Optikus : Pada pemeriksaan fungsi saraf sensorik untuk
penglihatan lapang pandang baik dalam jarak 1 meter bisa
membaca.
3. Nervus Okulo Motoris : Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik
untuk mengangkat kelopak mata keatas, konstriksi pupil dan
sebagian gerakan ekstraokuler, Pada pemeriksaan putaran bola
mata mengikuti arahan perawat, reflek pupil isokor dan inspeksi
kelopak mata.
4. Nervus trocklearis : Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik,
gerakan mata kebawah dan kedalam pada klien tidak ada
kelaianan.
4. Nervus Trigeminus : Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik,
gerakan mengunyah tampak sulit , sensasi wajah , lidah dan gigi,
reflek kornea dan reflek kedip klien dapat menggerakan rahang
kesemua sisi, klien dapat memejamkan mata, dan ada sensasi
pada sentuhan kassa pada dahi dan pipi
5. Nervus Fasialis : Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik untuk
ekspresi wajah, klien dapat senyum, mengangkat alis mata,
menutup kelopak mata dan bisa membedakan manis gula dan
pahit kopi
6. Nervus Vestibulocochlearis , fungsi saraf sensori pendengaran
dan keseimbangan, klien tidak mengalami penurunan
pendengaran
7. Nervus Glasofaringeus : Pada klien dapat membedakan rasa
manis gula, dan pahit kopi
8. Nervus Vagus klien dapat menelan dan tidak ada penurunan
fungsi menelan
9. Nervus Asesoris : Klien dapat menggerakan bahu dan melawan
tahanan
10. Nervus Hipoglosus : klien dapat menjulurkan lidah dan
menggerakan dari sisi ke sisi ( Kiri dan Kanan ) tampak susah

VI. Pemeriksaan Penunjang


` Tanggal 03 mei 2022 ( Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap )
N JENIS HASIL SATUAN NILAI
O PEMERIKSAAN NORMAL
DARAH LENGKAP (tanggal 03 Mei 2022)
1 NE# 16,39 10e3/uL 2.50-7.50
2 WBC 17.19 10e3/uL 13-40
3 NE% 95.30 % 2.50-7.50
4 LY% 2.90 % 4.1-11.0
5 MO% 1.70 % 13-40
6 EO# 0.00 % 2.0-11.0
7 BA# 0.10 % 0.0-5.0
8 LY# 0.50 10e3/uL 0.0-2.0
9 MO# 0.29 10e3/uL 1.00-4.00
10 EO# 0.00 10e3/uL 0.10-1.20
11 BA# 0.01 10e3/uL 0.00-0.50
12 RBC 3.54 10e3/uL 4.5-5.9
13 HGB 10.30 g/dL 13.5-17.5
14 HCT 31.80 % 41.0-53.0
15 MCV 89.80 FL 80.0-150.0
16 MCH 29.10 pg 26.0-34.0
17 MCHC 32,40 g/dL 31-36
18 RDW 14.30 % 11.6-14.8
19 PLT 290.00 10e3/uL 150-440
20 MPV 10.30 FL 6.80-10.0
21 NLR 32.86 3.13
VII. Terapi
N NAMA GOLONGAN DOSIS INDIKASI EFEK SAMPING
O OBAT OBAT OBAT
1. Paraceta Analgesik 4 x 500 1. Mered 1. Sakit kepala
mol 4 x dan Mg akan 2. Mual atau
500 Mg antipiretik ) nyeri muntah
2. Mered 3. Sulit tidur
akan 4. Perut bagian
demam atas terasa
sakit
5. Urin
berwarna
gelap
6. Lelah yang
tidak biasa
7. Penyakit
kuning
B. ANA LISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
( SUBYEKTIF DAN
OBYEKTIF )
1. Ds : klien mengatakan Agen pencedera Nyeri Akut
nyeri pada kaki bagian fisiologis
kanan
P : Nyeri kaki kanan

Q : Seperti ditusuk –
tusuk dan terbakar

R : saat kaki di gerakan


dan berjalan

S:6

T : ± 9 menit nyeri terus


menerus

DO :

- Pasien tampak
meringis kesakitan

- TD : 134/84 mmHg .

- Pasien tampak sulit


tidur

2. Ds : pasien mengatakan Kekakuan sendi Gangguan


sakit saat lutut kanannya di mobilitas fisik
gerakan dan merasa nyeri
saat berjalan
Do:
 kekuatan otot
menurun
 sendi kaku
 fisik lemah
 gerakan terbatas
- Pasien tampak
meringis kesakitan

- TD : 134/84 mmHg .

- Pasien tampak sulit


tidur

3 Ds : pasien mengatakan Kurang Ansietas


khawatir dengan kondisi terpaparnya
kakinya yang semakin informasi
memberat dan semakin
terasa nyeri.
Do:
 pasien tampak
gelisah (sering
bertanya)
 pasien tampak sulit
tidur
 tekanan darah
meningkat
 TD : 134/84 mmHg
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis
b. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kekakuan sendi
c. ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
o Keperawata Hasil
n
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubunga tindakan keperawatan Observasi
n dengan selama ..x24 jam, 13) Identifikasi
agen diharapkan ekspetasi lokasi,
pencedera tingkat nyeri menurun. karekteristik,
fisiologis Kriteria hasil : durasi, frekuensi,
1. Kemampuan kualitas,
menuntaskan intensitas nyeri
aktivitas 14) Identifikasi skala
meningkat nyeri
2. Keluhan nyeri 15) Identifikasi
menurun respons nyeri non
3. Meringis verbal
menurun 16) Identifikasi
4. Sikap protektif faktor yang
menurun memperberat dan
5. Gelisah memperingan
menurun nyeri
6. Kesulitan tidur 17) Monitor efek
menurun samping
7. Menarik diri penggunaan
menurun analgesik
8. Berfokus pada
Terapeutik
diri sendiri
18) Berikan teknik
menurun
non farmakologis
9. Diaforesis
untuk
menurun
mengurangi rasa
10. Perasaan
nyeri (mis.
depresi
TENS, hypnosis,
(tertekan)
akupresur, terapi
menurun
music,
11. Perasaan takut
biofeedback,
mengalami
terapi pijat,
cedera berulang
aromaterapi,
menurun
teknik imajinasi
12. Anoreksia
terbimbing,
menurun
kompres
13. Pupil dilatasi
hangat/dingin,
menurun
terapi bermain)
14. Frekuensi nadi
19) Kontrol
membaik
lingkungan yang
15. Pola nafas
memperberat rasa
membaik
nyeri (mis. suhu
16. Tekanan darah
ruangan,
membaik
pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi
20) Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
21) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
22) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
23) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
24) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi
25) Kolaborasi
pemberian
analgetik

2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi;


mobilitas asuhan keperawatan Observasi;
fisik selama ...x 24 jam,  Identifikasi adanya
diharapkan mobilitas nyeri atau keluhan
fisiknya tidak fisik lainnya.
terganggu dengan  Identifikasi toleransi
kriteria hasil; fisik melakukan
 Pergerakan pergerakan.
ekstermitasnya  Monitor kondisi
meningkat. umum sebelum
 Kekuatan melakukan tindakan.
ototnya Terapeutik;
meningkat.  Fasilitasi aktivitas
 Rentang gerak mobilisasi dengan alat
ROM bantu.
meningkat  Fasilitasi melakukan
Kelemahan fisik pergerakan
menurun.  Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakannya.
Edukasi ;
 jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi.
 Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini.
 Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus di lakukan.

3 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


berhubunga tindakan asuhan
Observasi
n dengan keperawatan
kurang selama ..x 24 1) Identifikasi saat

terpapar diharapkan ekspektasi tingkat ansietas

informasi tingkat ansietas berubah (mis.

menurun kondisi, waktu,

dengan Kriteria hasil: stresor)

1) Verbalisasi 2) Identifikasi

kebingungan kermampuan

menurun mengambili.keput
2) Verbalisasi usan
khawatir akibat 3) Monitor tande-
kondisi yang tanda ansietas
dihadapi (verbal dan
menurun nonverbal)
3) Perilaku gelisah
Terapeutik
menurun
4) Perilaku tegang 4) Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
5) Keluhan pusing menumbuhkan
menurun kepercayaan
6) Anoreksia
5) Temani pasien
menurun
untuk mengurangi
7) Palpitasi
kecemasan, jika
menurun
memungkinkan
8) Frekuensi
pernapasan 6) Pahami situasi
menurun yang mernbuat
9) Frekuensi nadi ansietas
menurun
7) Dengarkan
10) Tekanan darah
dengan penuh
menurun
perhatian
11) Diaforesis
menurun 8) Gunakan
12) Tremor pendekatan yang
menurun tenang dan
meyakinkan

9) Tempalkan
barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
10) Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan

11) Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

Edukasi

12) Jelaskan prosedur,


temasuk sensasi
yang mungkin
dialami
13) Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pangobatan, dan
prognosis
14) Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jlka perlu
15) Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitir,
sasual kebutuhan
16) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
17) Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
18) Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
19) Latih teknik
relaksasi

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
obat antiansietas
E. IMPLEMENTASI
N0 Diagnosa Hari/ Implementasi Respon
kep tgl pasien /hasil
( Jam) ( SO)
1. Nyeri akut Rabu 1. Mengidentifikasi S : Pasien masih
berhubung 03/05/ lokasi, mengeluh nyeri
an dengan 2023 karakteristik, pada lutut
agen 09 :10 durasi bagian kanan
pencedera 2. Mengidentifikasi P : Nyeri
fisiologis 09: 20 skala nyeri karena
3. Memberikan pembengkakan
teknik
Q : Seperti
09: 45 nonfarmakologis
ditusuk – tusuk
untuk
dan terbakar
mengurangi rasa
10 :50 nyeri. R :Pada lutut
4. Mengontrol bagian kanan
11:00 lingkungan yang
S:5
memperberat
rasa nyeri. T : ± 7 menit
11:20 5. Menjelaskan nyeri terus
penyebab, menerus
12:20 periode, dan
O:
pemicu nyeri
6. menjelaskan - Pasien
12:40 strategi tampak
meredakan nyeri meringis
7. menganjurkan kesakitan
memonitor nyeri
- TD :
secara mandiri
130/80
8. menganjurkan
mmHg
menggunakan
analgesik secara - Tampak
tepat sulit
9. melayani tidur
pemberian
Paracetamol 500
mg /4x1 (1 tiap 6
jam )

2 Gangggua Rabu  mengidentifikasi Ds:


n 03/05/ adanya nyeri atau  pasien
mobilitas 2023 keluhan fisik mengatakan
fisik 09 :10 lainnya. masih
berhubung  mengidentifikasi merasa nyeri
an dengan 09: 20 toleransi fisik pada pada
kekakuan melakukan lutut saat di
sendi pergerakan. gerakan
09: 45  Memonitor  pasien
kondisi umum mengatakan
sebelum bisa
10 :50 melakukan melakukan
tindakan. mobilisasi
11:00  memfasilitasi duduk diatas

aktivitas tempat tidur

mobilisasi dengan Do :
11:20 alat bantu.  pasien masih

 memfasilitasi tampak
12:20 melakukan meringis

pergerakan  pasien

 Libatkan keluarga tampak


12:40 untuk membantu masih lemah

pasien dalam  TD: 130/80

meningkatkan mmhg
pergerakannya.
 menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi.
 menganjurkan
melakukan
mobilisasi
dini.
 mengajurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus di
lakukan
3 Ansietas Rabu  mengidentifikasi Ds :
berhubung 03/05/ saat tingkat Pasien
an dengan 2023 ansietas berubah mengatakan
kurang (mis. kondisi, masih khawtir
terpaparny 09 :10 waktu, stresor) dengan kakinya
a  mengidentifikasi yang semakin
informasi 09: 20 kermampuan sakit saat
mengambili digerakan
keputusan Do:
09: 45  Memonitor tanda-  Pasien
tanda ansietas masih
(verbal dan tampak
10 :50 nonverbal) gelisah
 menciptakan  pasien
11:00 suasana terapeutik masih sulit
untuk tidur
menumbuhkan  TD :
11:20 130/80
kepercayaan MmHg.
12:20
 menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
12:40
memungkinkan

 memahami situasi
yang mernbuat
ansietas

 Dengarkan dengan
penuh perhatian

 menggunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan

 Memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan

 mendiskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

 menjelaskan
prosedur, temasuk
sensasi yang
mungkin dialami

 menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jlka perlu
 Latih teknik
relaksasi

1 Nyeri akut Kamis 1. Memberikan S : Pasien masih


berhubung 04/05/ teknik mengeluh nyeri
an dengan 2023 nonfarmakologis pada lutut
agen untuk bagian kanan
pencdera 14: 15 mengurangi rasa P : Nyeri
fisiologis nyeri. karena
14: 30 2. Mengontrol pembengkakan
lingkungan yang
Q : Seperti
memperberat
ditusuk – tusuk
14: 50 rasa nyeri.
dan terbakar
3. Menjelaskan
penyebab, R :Pada lutut
15: 30 periode, dan bagian kanan
pemicu nyeri
S:3
15: 45 4. menjelaskan
strategi T : ± 5 menit
meredakan nyeri nyeri terus
16: 10 5. menganjurkan menerus
memonitor nyeri
O:
secara mandiri
6. menganjurkan - Pasien
menggunakan tampak
analgesik secara meringis
tepat kesakitan
7. melayani menurun
pemberian
- TD :
Paracetamol 500
120/80
mg /4x1 (1 tiap 6
mmHg
jam )
- Tampak
sulit
tidur
menurun

2 Gangguan Kamis  mengidentifikasi Ds:


mobilitas 04/05/ adanya nyeri atau  pasien
fisik 2023 keluhan fisik mengatakan
lainnya. masih
 mengidentifikasi merasa nyeri
14: 15 toleransi fisik pada pada
melakukan lutut saat di
14: 30 pergerakan. gerakan
 Memonitor  pasien
kondisi umum mengatakan
14: 50 sebelum bisa
melakukan melakukan
tindakan. mobilisasi
15: 30  memfasilitasi duduk diatas

aktivitas tempat tidur


15: 45 mobilisasi dengan Do :

alat bantu.  pasien masih

 memfasilitasi tampak
16: 10 melakukan meringis

pergerakan  pasien

 Libatkan keluarga tampak

untuk membantu masih lemah


pasien dalam  TD: 120/80
meningkatkan mmhg
pergerakannya.
 menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi.
 menganjurkan
melakukan
mobilisasi
dini.
mengajurkan
mobilisasi sederhana
yang harus di lakukan
3 Ansietas Kamis  mengidentifikasi Ds :
berhubung 04/05/ saat tingkat Pasien
an dengan 2023 ansietas berubah mengatakan
kurang (mis. kondisi, khwatirnya
terpaparny 14: 15 waktu, stresor) menurun ketika
a  mengidentifikasi anaknya selalu
informasi 14: 30 kermampuan mendampinginy
mengambili a saat sakit
keputusan Do:
14: 50  Memonitor tanda-  gelisah
tanda ansietas menurun
(verbal dan  pola tidur
15: 30 nonverbal) sudah
 menciptakan membaik
15: 45 suasana terapeutik  TD :
untuk 120/80
menumbuhkan MmHg.
16: 10
kepercayaan

 menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan

 memahami situasi
yang mernbuat
ansietas

 Dengarkan dengan
penuh perhatian

 menggunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan

 Memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan

 mendiskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

 menjelaskan
prosedur, temasuk
sensasi yang
mungkin dialami

 menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jlka perlu
 Latih teknik
relaksasi

1 Nyeri akut Jumaa 1. menjelaskan S : Pasien masih


berhubung t strategi mengeluh nyeri
an agen 05/05/ meredakan nyeri pada lutut
pencedera 2023 2. menganjurkan bagian kanan
fisiologis memonitor nyeri P : Nyeri
09 :10 secara mandiri karena
3. menganjurkan pembengkakan
09: 20 menggunakan
Q : Seperti
analgesik secara
ditusuk – tusuk
tepat
dan terbakar
09: 45 4. melayani
pemberian R :Pada lutut
Paracetamol 500 bagian kanan
10 :50 mg /4x1 (1 tiap 6
S:3
jam )
11:00 T : ± 5 menit
nyeri terus
menerus
11:20
O:

12:20 - Pasien
tampak
meringis
12:40 kesakitan
menurun

- TD :
120/80
mmHg

Tampak sulit
tidur menurun
2 Gangguan Jumaa  mengidentifikasi Ds:
mobilitas t toleransi fisik  pasien
fisik 05/05/ melakukan mengatakan
berhubung 2023 pergerakan. masih
an  Memonitor merasa nyeri
kekakuan 09 :10 kondisi umum pada pada
sendi sebelum lutut saat di
09: 20 melakukan gerakan
tindakan.  pasien
 memfasilitasi mengatakan
09: 45 aktivitas bisa
mobilisasi dengan melakukan
alat bantu. mobilisasi
10 :50  memfasilitasi duduk diatas

melakukan tempat tidur


11:00 pergerakan Do :

 Libatkan keluarga  pasien masih

untuk membantu tampak


11:20 pasien dalam meringis

meningkatkan  pasien
12:20 pergerakannya. tampak

 menjelaskan masih lemah

tujuan dan  TD: 120/80


12:40 prosedur mmhg
mobilisasi.
 menganjurkan
melakukan
mobilisasi
dini.
 mengajurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus di
lakukan

F. EVALUASI AKHIR (SUMATIF)


NO dan Waktu Respon perkembangan Tanda Tangan
diagnosa ( (SOAP)
tgl/Jam)
1. nyeri akut 03-05 S : Pasien masih
berhubung mei mengeluh nyeri pada lutut
an dengan 2023 bagian kanan
agen 09 :10 P : Nyeri karena
pencedera pembengkakan
fisiologis 09: 20
Q : Seperti ditusuk –
tusuk dan terbakar

09: 45 R :Pada lutut bagian


kanan

S:3
10 :50
T : ± 4 menit nyeri hilang
11:00 muncul

O:

11:20 - Pasien tampak


meringis kesakitan
12:20 menurun

- TD : 120/80
mmHg
12:40
- Tampak sulit tidur
menurun

A: Maslah belum teratasi


P:Manajemen nyeri
dilanjutkan

2. gangguan 3-5 mei Ds:


mobilitas 2023  pasien mengatakan
fisik 09 :10 masih merasa nyeri
berhubung pada pada lutut saat di
an dengan 09: 20 gerakan
kekakuan  pasien mengatakan
sendi bisa melakukan
09: 45 mobilisasi duduk
diatas tempat tidur
Do :
10 :50  pasien masih tampak
meringis
11:00  pasien tampak masih
lemah
 TD: 120/80 mmhg
11:20 A: mobilitas fisik belum
teratasi
12:20 P : intervensi mobilisasi
dilanjutkan
3. ansietas 03-05 Ds :
berhubung Mei Pasien mengatakan
an dengan khwatirnya menurun
kurang 2023 ketika anaknya selalu
terpapar 09 :10 mendampinginya saat
informasi sakit
09: 20 Do:
 gelisah menurun
 pola tidur sudah
09: 45 membaik
 TD : 120/80 MmHg.
A : Reduksi Ansietas
10 :50 sudah teratasi
P: intervensi di hentikan
11:00
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standa Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standa Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standa Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai