DENGAN
SEPTIS ATRITIS DI RUANG RAWAT INAP ANGSOKA I RSUP
PROF. DR. I. G. N. G NGOERAH PADA TANGGAL 2-5 MEI 2023
OLEH KELOMPOK VI
1. DERFINA MARIA BAHAGIA IDU
2. ALFIO NATALIA JENITA
3. YOHANA SIMUN
4. ATRINO IFANSIUS MEDI
Menyetujui
A. Definisi
Arthritis berasal dari bahasa yunani yaitu arthr yang berarti sendi,
dan it is yang berarti inflamasi. Arthritis ialah suatu penyakit sendi
menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan
(kartilago) sendi dan tulang di didekatnya..Tulang rawan (kartilago)
adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk
memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan
berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi yang mengakibatkan
gangguan mobilitas fisik (Ismaningsih dan Selviani, 2018). Arthritis
sering terjadi pada usia >61 tahun, dan lebih banyak menyerang lutut
yaitu 6,13% pada pria dan 8,46% pada wanita (Riskesdas, 2018)
Arthritis adalah penyakit kronis jangka panjang yag ditandai dengan
kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling
bergesekan dan memicu timbulnya kekakuan, nyeri,dan gangguan
gerakan sehari-hari. Arthritis terkait dengan proses penuaan, hal ini
karena berbagai resiko yang dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk
diantarnya obesitas, kurang berolahraga, kecenderungan genetik,
kurangnya kepadatan tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin.
Arthritis dapat mempengaruhi semua sendi pada tubuh, tetapi pada
bagian bahu, siku, dan pergelangan kaki cenderung tidak terkena
Arthritis, kecuali pada kondisitraumatik.Dan dari semua sendi, yang
rentan adalah sendi pada lutut.Arthritis pada lutut lebih dikenal dengan
encok lutut (Ismaningsih dan Selviani, 2018).
B. Anatomi
Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan
sendi.Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinyaaktivitas dan pergerakan. Anatomi fisiologi sistem
musculoskeletal menurut Kemenkes RI (2017) adalah sebagai berikut :
a. Sistem Muskuler
Sistem muskuler berfungsi sebagai pergerakan, penopang tubuh
danmempertahankan potur, dan produksi panas.Sistem muskuler
terdiridari otot, tendon dan ligamen.
1) Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.Jenis-jenis Otot Otot dibedakan menjadi otot
rangka, otot polos, danotot jantung.
Mekanisme kerja otot sebagai berikut:
a) Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan).
b) Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup).
c) Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan).
d) Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan).
e) Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan).
f) Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh).
2) Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang
bersifatfleksibel, yang terbuat dari fibrous protein
(kolagen).Tendonberfungsi melekatkan tulang dengan otot
atau otot dengan otot.Tendon dibedakan menjadi dua, yaitu
Origon dan Inersio.
3) Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat,
yangmerupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri
ataskolagen.Ligamen terdiri dari dua tipe, yaitu ligamen tipis
danligamen jaringan elastis.
b. Sistem Skeletal/Rangka
1) Tulang
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang,
sendi,dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat
menempelnya otot danmemungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.Sistem skeletal dibagi
menjadi axial dan appendicular, denganpenjelasan sebagai
berikut :
a) Axial atau rangka aksial, terdiri dari tengkorak
kepala/cranium dantulang-tulang muka, columna
vertebralis/batang tulang belakang,costae/tulang-tulang
rusuk, dan sternum/tulang dada.
b) Appendicular atau rangka tambahan, terdiri dari
tulangextremitas superior dan tulang extremitas
inferior.
Tulangextremitas superior, terdiri dari:
Korset pectoralis, terdiri dari scapula
(tulangberbentuk segitiga) dan clavicula (tulang
berbentuklengkung)
Lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku
Lengan bawah, mulai dari siku sampai
pergelangantangan
Tangan.
Tulang extremitas inferior terdiri dari korset pelvis,
paha, tungkai bawah dan kaki.Sel Penyusun tulang
tersusun oleh sel osteobast, osteosit, dan
osteoclast.Tulang sebagai alat gerak pasif karena
hanya mengikuti kendali otot. Fungsi Tulang:
Penyangga berdirinya tubuh, tempatmelekatnya
ligamenligamen, otot,jaringan lunak dan organ.
Penyimpanan mineral (kalsium danfosfat) dan
lipid (yellow marrow)atau hemopoesis.
Produksi sel darah (red marrow).
Pelindung
Penggerak.
C. Etiologi
Faktor-faktor predisposisi Arthritis menurut Fernanda (2018) :
a. Peningkatan Usia
Arthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai
penderitaarthritis yang berusia dibawah 40 tahun. Usia rata-rata laki-
laki yangmendapat arthritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun
denganpuncaknya pada usia 55-64 tahun, sedangkan wanita pada
umur wanita65,3 tahun dengan puncaknya pada usia 65-74tahun.
b. Obesitas
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
tulangbekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada
terjadinyaarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan atau
masa tubuhdapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4
kilogram.Dan terbuktibahwa penurunan berat badan dapat mengurangi
resiko terjadinyaarthritis atau memperparah keadaan arthritis lutut.
c. Jenis Kelamin
Angka kejadian arthritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan
lebihtinggi pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu
sebanyak149 pasien dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki
nilaipersentase sebesar 31,33% yaitu sebanyak 68 pasien.
d. Riwayat Trauma
Cedera sendi, terutama pada sendi-sendi penumpu berat tubuh
sepertisendi pada lutut berkaitan dengan risiko arthritis yang lebih
tinggi.Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap
ligamentumkrusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya
arthritis lutut
e. Riwayat cedera sendi
Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat
menjadifaktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyaipredisposisiarthritis dan berkaitan pula dengan
perkembangan dan beratnya arthritis.
f. Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.
Adanyamutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain
untukunsurunsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan
proteoglikanberperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
arthritis.
g. Kelainan pertumbuhan tulang
Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti
penyakit perthes dan dislokasi kongenitas tulang paha
dikaitkandengan timbulnya arthritis paha pada usia muda
h. Pekerjaan dengan beban berat.
Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10
tahundan kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko
dariarthritis lutut. Dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg
padausia 43 tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya
arthritisdan akan meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun.
i. Tingginya kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang
dapatmeningkatkan resiko terjadinya arthritis , hal ini mungkin terjadi
akibattulang yang lebih padat atau keras tak membantu mengurangi
benturanbeban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
j. Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan
tekananmekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih
seringmenyebabkan arthritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitandengan arthritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi
jugadengan arthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik)
yangberperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit
jantungkoroner, diabetes melitus dan hipertensi.
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, arthritis dibagi menjadi osteoarthritis
primer(idiopatik) dan arthritis sekunder.arthritis primer (idiopatik) adalah
jenisarthritis yang tidak diketahui Secara pasti penyebab yang
mendasarinya.Sedangkan arthritis sekunder adalah jenis arthritis yang
didasari olehbeberapa kelainan tertentu seperti: gangguan Perkembangan
sendi(kongenital), ketidakcocokan panjang tungkai, Ehlers-Danlos
syndrome,Marfan’s syndrome, penyakit rematologi (Rheumatoid
Arthritis, SystemicLupus Erithematosus, cedera sendi atau ligamen,
penyakitLyme, artritis septik, metabolik (hemokromatosis, gout,
penyakitWilson, Alkaptonuria), endokrin (diabetes, akromegali,
hipotiroidisme,NObesitas), Hemofilia, dan osteonekrosis. artritis primer
lebih sering dijumpai dibandingkan Dengan artritis sekunder.
Berdasarkan lokasi sendi yang terkena, osteoarthritis dibedakan menjadi
artritis lutut, artritis tangan, artritis kaki, artritis koksa (panggul), artritis
vertebra, artritis generalisata / Sistemik, dan artritis di tempat lainnya.
Klasifikasi Arthritis Lokasi
1) Arthritis lutut Bony enlargement, genu valgus, genuvarus
2) Arthritis tangan Nodus Heberden dan Bouchard (nodal),
artritis erosif inferfalang, karpalmetakarpal
3) Arthritis kaki Haluks valgus, haluks rigidus, jarikontraktur
(hammer/cock-up toes),talonavikular
4) Arthritis koksa (panggul) Eksentrik (superior),
kosentrik(aksial,medial), difus (koksa senilis)
5) Arthritis vertebra Sendi apofiseal, sendi
intervertebral,spondilosis (osteofit), ligamentum(hiperostosis,
penyakit Forestier, DiffuseIdiopathic Skeletal Hyperostosis
(DISH)Arthritis ditempat lainnya Gleohumeral,
akromiklavikular,tibiotalar,
sakroiliaka,temporomandibularArthritisgeneralisata/sistemik
meliputi 3 atau lebih daerah yang disebutdi atas.Secara
radiologis, klasifikasi arthritis lutut dibagi menjadi beberapa
derajat.
Berdasarkan kriteria Kellgren-Lawrence.Kelima derajat
dibedakanberdasarkan Gambaran osteofit, jarak antar sendi,
sklerosis subkondral,dan kista yang Terbentuk.
E. Patofisiologi
F. Pathway
Artritis
Kontraktur kapsul
Iregularitas dan Penebalan pada instabilitas sendi
pekunakan pada synivial berupa kista
tulang rawan
Deformitas sendi
Gangguan
Mobilitas Fisik
Ansietas Deficit
pengetahuan
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala arthritis sebagai berikut :
1) Nyeri
Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah buruk
olehgerakan, weight bearing dan jalan (Abdurrahman et al., 2019).
Danmenurut The International Association For The Study of pain
(IASP).Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang
tidaknyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berpotensimerusak jaringan.Defenisi tersebut mrupakan pengalaman
subyektifdan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat dipahami
bahwakesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan
perasaan nyeriyang sama (Fernanda, 2018)
2) Kaku Sendi
Gejala yang sering dijumpai pada arthritis, terjadinya kesulitan
ataukekakuan pada saat akan memulai gerakan pada kapsul,
ligamentum,otot dan permukaan sendi (Abdurrahman et al., 2019).
3) Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
Diakibatkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler,
musclespasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau
melakukangerakan secara maksimal sampai batas normal, sehingga
dalam waktutertentu mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi
pada lutut.Keterbatasan gerak biasanya bersiat pola kapsuler yaitu
gerakan fleksilebih terbatas dari pada gerakan ekstensi (Abdurrahman
et al., 2019).
4) Krepitasi
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena
degredasidan rawan sendi (Abdurrahman et al., 2019)
5) Kelemahan Otot
Kelemahan otot tidak bagian dari arthritis, tetapi peranan sebagai
salahsatu faktor resiko arthritis perlu dicermati kekuatan isometrik
dari ototmerupakan faktor yang berperan pada arthtritis.Otrofi otot
dapatditimbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait
merupakanmanifestasi awal dari arthritis yang menyerang sendi
penopang beratbadan.(Fernanda, 2018).
6) Deformitas
Deformitas yang dapat terjadi pada arthritis yang paling berat
akanmenyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak
skitarsendi. Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada
kopartemenmedial dan kendornya ligamentum (Fernanda, 2018).
7) Instabil Sendi Lutut
Disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot disekitar sendi lutut
yangmencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh
kendornyaligamentum sekitar sendi (Abdurrahman et al., 2019).
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menyingkirkan kemungkinan artritis karena penyebab lain
makadilakukan pemeriksaan penunjang, namun tidak ada
pemeriksaanpenunjang khusus yang dapat mementukan diagnosis
arthritis. Salah satupemeriksaan penunjang untuk membantu
menentukan ada atau tidaknyaarthritis adalah pemeriksaan radiologi,
namun pemeriksaan tidakberhubungan langsung dengan gejala klinis
yang ditimbulkan. Gambaranradiografi sendi yang mendukung
penegakan diagnosis arthritis yaitu :penyempitan celah sendi yang
seringkali asimetris (lebih berat pada bagianyang menanggung beban),
peningkatan densitas (sklerosis) tulangsubkondral, kista tulang, osteofit
pada pinggir sendi, dan perubahanstruktur anatomi sendi (Bararah,
2016).Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui sinar-x dilakukan
setiap saatuntuk memantau aktivitas dan progesivitas penyakit.Foto
rontgen yangdiambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya
kartilago danmenyempitnya rongga sendi.Pemeriksaan sinar-x
menunjukkanabnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang
yang abnormaldan osteopenia (mineralisasi tulang menurun)
(Fernanda, 2018).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan arthritis pada umumnya bersifat simptomatik
yangterfokus pada beberapa hal, yaitu memperlama progresifitas
penyakit,mengontrol gejala-gejala yang timbul, dan meningkatkan
kualitas hiduppasien. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengombinasikan antaraterapi non farmakologis dan farmakologis.
Terapeutik
6) Berikan teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
7) Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
8) Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
9) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
10) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
11) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
12) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama…x 24 Observasi
berhubungan jam,diharapakn tingkat 1. Identifikasi
dengan kurang pengetahuan membaik, kesiapan dan
terpaparnya dengan kriteria hasil: kemampuan
informasi Prilaku sesuai anjuran menerima
meningkat. informasi
Kemampuan 2. Identifikasi factor-
menjelaskan sesuai faktor yang dapat
topic meningkat. meningkatkan dan
Pertanyaan tentang menurunkan
masalah yang motivasi perilaku
dihadapi menurun. hidup bersih dan
sehat
Terapeuetik
1. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
1. Jelaskan factor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan startegi
yang dapat
digunakan untuk
menignkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat.
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
berhubungan keperawatan selama …x 24 Observasi
dengan kurang jam, diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat
terpapar ansietas menurun, dengan ansietas berubah
informasi kriteria hasil: 2. Monitor tanda-
Konsentrasi menurun tanda ansietas
Pola tidur menurun Terapeuetik
Perilaku gelisah 1. Ciptakan suasana
menurun terapeuetik untuk
Verbalisasi khwatir menumbuhkan
menurun kepercayaan
Prilaku tegang 2. Temani pasien
menurun untuk mengurangi
kecemasan jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual
memgenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap
bersama klien
4. Latih tekhnik
realaksasi.
D. Implementasi
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai
rencana.Tindakan inibersifat intelektual, teknis, dan
interpersonal berupa berbagai upayamemenuhi kebutuhan
dasarklien.Tindakan keperawatan meliputitindakan
keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikankesehatan/keperawatan, dan tindakan medis
yang dilakukanperawat (Saifudin, 2018).
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkansebelumnya dalam perencanaan, mebandingkan
hasil tindakankeperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telahditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatanmulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
Evaluasi disusun menggunkan SOAP.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan
yangdilakukan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan
yangdilakukan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif
untukmenyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul
atau adamasalah baru atau ada masalah yang kontradiktif
dengan masalahyang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil
analisarespon klien (Fadhila, 2018).
BAB III
ASUHAN KEPERAWAWATAN KASUS
Unit : Angsoka I
Autoanamnese : Tn. M
Kamar : 104 Bed 3
Alloanamnese : Keluarga Pasien
Tanggal masuk RS : 2 Mei 2023
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. I. N. R
Umur : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status Pernikahan : Menikah
Jumlah Anak : 4 Orang
Agama / Suku : Hindhu
Warga Negara : Indonesia
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Alamat Rumah : Negara
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun
Alamat : Nusa Dua
Hubungan dengan pasien : Anak
D. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 22 cm.
2. Tinggi badan : 163 cm..
3. Berat badan : 50 kg.
4. Berat badan ideal : 54 Kg
5. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 15,3 Kgm2
Status gizi pasien dalam keadaan abnormal, karena IMT
pasien dalam rentang nilai dibawah IMT normal yaitu 16,4
Kgm2, yang mengindikasi pasien mengalami gisi kurang.
E. GENOGRAM
80
Keterangan :
: Laki –Laki
: Perempuan
: Pasien
: Menikah
: Garis keturunan
Keterangan : Tn. I. N. R Berumur 80 tahun dan sudah menikah dengan Ny.
I. N. R Dan memiliki 4 orang anak , Tn. I. N. R Mengatakan tidak ada
keluarga yang memiliki riwayat atau menderita penyakit seperti yang
dialami oleh Tn. I. N. R
5. Pemeriksaan fisik:
a. Kebersihan rambut : Rambut tampak bersih dan sudah
beruban
b. Kulit kepala : tampak bersih, tidak terdapat lesi dan
kemerahan.
c. Kebersihan kulit : tampak bersih, turgor kulit menurun dan
tampak pucat.
d. Hygiene rongga mulut: Mulut pasien tampak bersih , gigi
tampak ada caries
e. Kebersihan genetalia : tampak bersih
f. Kebersihan anus : tampak bersih
2. Pola nutrisi dan metabolik
a Keadaan sebelum sakit:Pasien mengatakan bisa
menghabiskan makanan sepiring dengan porsi yang sedikit
b Keadaan sejak sakit:Pasien bisa menghabiskan sebagian
porsi nasi, pasien meminum air segelas setiap sehabis makan.
Selama Sakit pasien mendapatkan diet lunak bubur.
c Observasi: Pasien tampak nafsu makan baik, Terpasang infus
NS 20 tpm dan makan 3 kali sehari dan selalu
menghabiskan makanan sebagian porsi, Selama Sakit pasien
mendapatkan diet lunak bubur.
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan rambut : tampak bersih dan beruban
b) Hidrasi kulit : tidak ada hidrasi pada kulit
c) Conjungtiva : Anemis .
d) Sclera : tidak ikterik
e) Hidung : Tidak terdapat polip, lesi , tampak
bersih.
f) Rongga mulut : Tampak bengkak,bibir tampak
bengkak.
g) Gusi : Tidak terdapat lesi dan kemerahan.
h) Gigi : Tampak kotor , tidak terdapat gigi
palsu, gigi tampak lengkap, ada caries gigi.
i) Kemampuan menguyah keras :pasien tidak mampu
menguyah makanan yang keras.
j) Lidah : Tampak kotor bersih, tidak ada bercak-
bercak berwarna putih.
k) Faring : Tidak terdapat lesi dan tumor dan ada
peradangan
l) Kelenjar getah bening : Tidak tampak pembesaran
kelenjar getah bening.
m)Kelenjar parotis: Tidak tampak pembesaran kelenjar
parotis.
n) Abdomen :
Inspeksi : tampak simetris, tidak tampak lesi, tidak ada
kemerahan dan tidak ada asites.
Auskultasi: terdengar bising usus dengan peristaltik 20
x/mnt.
Palpasi : tidak teraba massa dan tidak adanya
pembesaran hati.
Perkusi : suara timpani.
o) Kulit : tidak terdapat edema dan pucat
p) Lesi : tidak ada lesi
3. Pola eliminasi
1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan bab lancar 1
kali dalam sehari dan bak 5-6 kali dalam sehari.
Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sudah belum bab
dan baknya 4- 5 kali dalam sehari dan Tn. I. N. R
terpasang pampers.
2. Observasi : Pasien terpasang pampers dan pasien
terpasang kateter urine.
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 20 x/mnt.
b) Palpasi kandung kemih : kosong (-)
c) Nyeri ketuk ginjal : tidak ada (-)
d) Mulut uretra : tampak bersih, tidak ada lesi ataupun herpes
e) Anus :
- Peradangan : tidak ada tanda- tanda infeksi ( bengkak,
merah ataupun ada lesi).
- Hemoroid : tidak ada hemoroid
- Fistula : tidak ada benjolan ataupun abses pada anus.
-
4. Pola aktifitas dan latihan
1. Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan selalu beraktifitas
seperti biasanya yaitu membantu berjualan ( warung kecil)
2. Keadaan sejak sakit : Tn. M mengatakan untuk beraktifitas
klien tampak lemah, dan aktifitasnya dibantu sebagian oleh
keluarga, untuk akses kekamar mandi ataupun makan dibantu
sebagian oleh keluarga.
3. Observasi :klien tampak terbaring di tempat tidur,
kemampuan mobilisasi di batasi , Pemenuhan ADL dibantu
sebagian oleh keluarg dan Pada Penilaian Kekuatan skala 5
pada ekstermitas atas dan bawah.
5 5
4 3
g. Jantung
Inspeksi :
Ictus Cordis : tidak tampak
- Palpasi
Ictus Cordis : teraba pada ics 4 dan
- Perkusi :
- Batas Kanan Atas : ICS 2 linea sternalis dekstra :
sonor ke pekak
Batas Bawah : ICS 5 midclavikularis sinistra :
Pekak
Batas Kanan : ICS ICS 4 parasternal kanan:
Pekak
Batas Kiri : ICS 4 linea midclavikularis sinistra:
Pekak
- Auskultasi :
Bunyi Jantung II A : dup, reguler dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung II P : dup, regular dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung 1 T : lup, reguler dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung 1 M: lup, reguler dan intensitas
kuat
Bunyi Jantung III Irama Gallop : (Negatif )
Murmur : Tidak ada
h. Tungkai
Atrofi Otot : Tidak ada atrofi otot (-)
Rentang gerak : Positif tidak ada hambatan (hanya
mobilisasi dibatasi
Kaku sendi : Ada
Nyeri Sendi : Ada
Fraktur : Tidak ada
Parase : Tidak Ada
Paralisis : Tidak Ada
5 5
Uji Kekuatan Otot :
3 3
Keterangan: Berdasarkan ujia kekuatan otot, Skala
kekuatan otot pasien pada ekstermitas bawah 3 dan 5
pada ekstermitas atas
Reflek Fisiologi : + ( Ada )
Reflek Patologi : (-) Gerakan Involunter
Babinski, Kiri : Tendon Aktif
Kanan : Tendon Aktif
Clubing Jari : (+) bisa di lakukan
Varises tungkai : Tidak tampak varises
i. Columna Vetebralis
a. Inspeksi : Leher Panjang, bahu simetris, tidak ada
skoliosis,tidak ada benjolan
b. Palpasi : tidak ada nyeri pada bone contours,
lekukan tulang belakang (+)
c. Kaku kuduk : Tn. I. N. R tidak ada kaku kuduk
5. Pola Tidur dan Istrahat
a Keadaan Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit tidak
ada gangguan pola tidurnya . klien biasa tidur 6-7 jam sehari.
b Keadaan Sejak Sakit : klien mengatakan selama sakit kadang
tidurnya terganggu karena merasakan nyeri pada daerah
lututnya.
c Observasi : klien tampak lemah , ekspres wajah mengantuk
6. Pola Persepsi Kognitif dan persepsi sensori
1. Keadaan Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit
selau memperhatikan kondisi kesehatannya, dan hanya
mengontrol saat sakit hipertensinya kambuh dan
mengkonsumsi obat, dan klien tidak kepikiran kalau
diharuskan dirawat dirumah sakit.
2. Keadaan Saat Sakit : : klien tampak kwatir dengan kondisinya
saat ini
3. Observasi : klien tampak gelisah saat menanyakan tentang
kondisi kesehatannya
7. Pola Persepsi dan Konsep diri
1. Keadaan Sebelum Sakit : pasien mengatakan sebelum sakit
tidak malu dengan kondisi kesehatannya.
2. Keadaan sejak saat sakit : pasien mengatakan tidak merasa
malu dengan kondisi kesehatannya, dan selalu berpikir positif
dan berharap untuk cepat sembuh dan mendapatkan program
chemoterapi.
3. Observasi : tampak cemas , dan selalu berharap untuk cepat
sembuh.
a) Kontak Mata: Selalu kontak mata saat di kaji
b) Rentang perhatian : Sangat kooperatif dan berusaha terbuka
untuk menceritakan kondisinya.
c) Suara dan cara bicara : Suaranya masih terbata-bata karena
kondisinya sangat lemah
d) Postur tubuh : tidak ada kelaianan.
4. Pemeriksaan fisik
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada kelaianan bawaan
b) Bentuk / Postur tubuh : Tidak ada kelaianan/ normal
c) Kulit : Warna Putih, turgor kulit menurun
8. Pola Peran dan Hubungan Sesama
1. Keadaan sebelum sakit : keluarga mengatakan mereka selalu
berhubungan baik dengan tetangga sekitar dan selalu aktif
kegiatan di kelompok
2. Keadaan sejak sakit : mengatakan selalu berhubungan baik
dengan pasien dalam satu ruangan dan saling bercerita dan
bahkan saling membantu ketika ada butuh bantuan sesama
keluarga pasien.
3. Observasi : keluarga berhubungan baik dan selalu berkomunikasi
dua arah dan sangat baik dengan dokter dan perawat ruangan
angsoka
Q : Seperti ditusuk –
tusuk dan terbakar
S:6
DO :
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- TD : 134/84 mmHg .
- TD : 134/84 mmHg .
Edukasi
20) Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
21) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
22) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
23) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
24) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
25) Kolaborasi
pemberian
analgetik
1) Verbalisasi 2) Identifikasi
kebingungan kermampuan
menurun mengambili.keput
2) Verbalisasi usan
khawatir akibat 3) Monitor tande-
kondisi yang tanda ansietas
dihadapi (verbal dan
menurun nonverbal)
3) Perilaku gelisah
Terapeutik
menurun
4) Perilaku tegang 4) Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
5) Keluhan pusing menumbuhkan
menurun kepercayaan
6) Anoreksia
5) Temani pasien
menurun
untuk mengurangi
7) Palpitasi
kecemasan, jika
menurun
memungkinkan
8) Frekuensi
pernapasan 6) Pahami situasi
menurun yang mernbuat
9) Frekuensi nadi ansietas
menurun
7) Dengarkan
10) Tekanan darah
dengan penuh
menurun
perhatian
11) Diaforesis
menurun 8) Gunakan
12) Tremor pendekatan yang
menurun tenang dan
meyakinkan
9) Tempalkan
barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
10) Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
11) Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas
E. IMPLEMENTASI
N0 Diagnosa Hari/ Implementasi Respon
kep tgl pasien /hasil
( Jam) ( SO)
1. Nyeri akut Rabu 1. Mengidentifikasi S : Pasien masih
berhubung 03/05/ lokasi, mengeluh nyeri
an dengan 2023 karakteristik, pada lutut
agen 09 :10 durasi bagian kanan
pencedera 2. Mengidentifikasi P : Nyeri
fisiologis 09: 20 skala nyeri karena
3. Memberikan pembengkakan
teknik
Q : Seperti
09: 45 nonfarmakologis
ditusuk – tusuk
untuk
dan terbakar
mengurangi rasa
10 :50 nyeri. R :Pada lutut
4. Mengontrol bagian kanan
11:00 lingkungan yang
S:5
memperberat
rasa nyeri. T : ± 7 menit
11:20 5. Menjelaskan nyeri terus
penyebab, menerus
12:20 periode, dan
O:
pemicu nyeri
6. menjelaskan - Pasien
12:40 strategi tampak
meredakan nyeri meringis
7. menganjurkan kesakitan
memonitor nyeri
- TD :
secara mandiri
130/80
8. menganjurkan
mmHg
menggunakan
analgesik secara - Tampak
tepat sulit
9. melayani tidur
pemberian
Paracetamol 500
mg /4x1 (1 tiap 6
jam )
mobilisasi dengan Do :
11:20 alat bantu. pasien masih
memfasilitasi tampak
12:20 melakukan meringis
pergerakan pasien
meningkatkan mmhg
pergerakannya.
menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi.
menganjurkan
melakukan
mobilisasi
dini.
mengajurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus di
lakukan
3 Ansietas Rabu mengidentifikasi Ds :
berhubung 03/05/ saat tingkat Pasien
an dengan 2023 ansietas berubah mengatakan
kurang (mis. kondisi, masih khawtir
terpaparny 09 :10 waktu, stresor) dengan kakinya
a mengidentifikasi yang semakin
informasi 09: 20 kermampuan sakit saat
mengambili digerakan
keputusan Do:
09: 45 Memonitor tanda- Pasien
tanda ansietas masih
(verbal dan tampak
10 :50 nonverbal) gelisah
menciptakan pasien
11:00 suasana terapeutik masih sulit
untuk tidur
menumbuhkan TD :
11:20 130/80
kepercayaan MmHg.
12:20
menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
12:40
memungkinkan
memahami situasi
yang mernbuat
ansietas
Dengarkan dengan
penuh perhatian
menggunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
Memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
mendiskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang
menjelaskan
prosedur, temasuk
sensasi yang
mungkin dialami
menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jlka perlu
Latih teknik
relaksasi
memfasilitasi tampak
16: 10 melakukan meringis
pergerakan pasien
menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
memahami situasi
yang mernbuat
ansietas
Dengarkan dengan
penuh perhatian
menggunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
Memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
mendiskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang
menjelaskan
prosedur, temasuk
sensasi yang
mungkin dialami
menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jlka perlu
Latih teknik
relaksasi
12:20 - Pasien
tampak
meringis
12:40 kesakitan
menurun
- TD :
120/80
mmHg
Tampak sulit
tidur menurun
2 Gangguan Jumaa mengidentifikasi Ds:
mobilitas t toleransi fisik pasien
fisik 05/05/ melakukan mengatakan
berhubung 2023 pergerakan. masih
an Memonitor merasa nyeri
kekakuan 09 :10 kondisi umum pada pada
sendi sebelum lutut saat di
09: 20 melakukan gerakan
tindakan. pasien
memfasilitasi mengatakan
09: 45 aktivitas bisa
mobilisasi dengan melakukan
alat bantu. mobilisasi
10 :50 memfasilitasi duduk diatas
meningkatkan pasien
12:20 pergerakannya. tampak
S:3
10 :50
T : ± 4 menit nyeri hilang
11:00 muncul
O:
- TD : 120/80
mmHg
12:40
- Tampak sulit tidur
menurun