Anda di halaman 1dari 33

PATOFISIOLOGI

ALAT GERAK DAN BATANG TUBUH

DOSEN PENGAMPU : ARY KURNIAWATI S.ST, M.Si

Disusun oleh :

1. Angga Faturohman P1337430220169


2. Deva Lestari P1337430220153
3. Jevina Shafiyyah Zuhrah P1337430220001
4. Resha Fitria Desri P1337430220003

PRODI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN

PROGRAM SARJANA TERAPAN

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Patofisiologi Alat
Gerak dan Batang Tubuh.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Anatomi Sistem Organ. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang anatomi dan fisiologi pada sistem pensyarafan.

Selama menyelesaikan makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk ini penulis ingin
menghaturkan penghargaan dan terimakasih yang tiada terhingga kepada:

1. Bapak Marsum, BE, SPd, MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang.

2. Ibu Fatimah, S.ST.,M.Kes., selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan


Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.

3. Ibu Dartini, SKM,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Teknologi Radiologi


Pencitraan Program Sarjana Terapan.
4. Ibu Ary Kurniawati S.ST, M. dan Ibu Yeti Kartikasari, ST,M.Kes selaku dosen mata
kuliah Patofisiologi.

5. Seluruh keluarga kami, khususnya kedua orangtua yang selalu meberikan semangat
dan dukungan baik moril maupun materil.

6. Teman-teman semua yang selalu menemani dan membantu dalam pembuatan


makalah ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari, tugas yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 21 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata Patologi berasal dari kata Yunani Patos = keadaan dan Logos = ilmu.
Jadi, patologi diartikan mempelajari penyakit secara ilmu pengetahuan.
Dalam arti yang luas, patologi pada hakekatnya merupakan biologi yang
abnormal, pelajaran mengenai keadaan sakit atau gangguan hidup. Sementara itu,
patofisiologi sendiri merupakan reaksi fungsi tubuh terhadap suatu penyakit yang
masuk ke dalam tubuh. Patofisiologi merupakan integrative ilmu anatomi, fisiologi,
biologi sel dan molekuler, farmakologi dan patologi. Patofisiologi fokus pada
mekanisme penyakit, atau proses dinamik yang menampakkan tanda (sign) dan gejala
(symptom).
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Bergerak semua perubahan
kedudukan tubuh atau bagian-bagian tubuh. Sistem gerak tersebut tersebut terdiri atas
tulang, sendi dan otot. Ketiganya bekerja sama membentuk sistem gerak. Oleh karena
itu, makalah mengenai patofisiologi alat gerak dan batang tubuh ini ditulis karena
sangat penting bagi kita untuk mengetahui patologi atau penyakit yang dapat
menyerang alat gerak serta batang tubuh kita, sehingga kita mengetahui tanda, gejala
serta cara mencegahnya.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah anatomi normal dari alat gerak dan batang tubuh manusia?
2. Apa saja penyakit yang dapat menyerang alat gerak dan batang tubuh manusia?

C. Tujuan makalah
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui anatomi normal dari alat gerak dan batang tubuh manusia.
2. Untuk mengetahu dan memahami penyakit-penyakit yang dapat menyerang alat
gerak dan batang tubuh manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Tulang


Tulang atau kerangka merupakan jaringan tubuh yang kaku dan terdiri atas sel-sel
yang tertanam dalam antar sel keras yang berlimpah. Tulang terdiri dari sel- sel matriks
ekstraselular. Sel-sel tersebut adalah osteosit, osteoblas, dan osteoklas. Tulang juga dapat
dikatakan suatu bentuk khusus jaringan ikat, ditandai oleh adanya sel bercabang panjang-
panjang dan berkeluk-keluk (osteosit) yang mengisi rongga-rongga (lakuna) dan celah
yang kecil (kanalikulis) di dalam matrix yang keras terdiri atas serabut kolagen pada
jaringan amorf yang mengandung gugusan fosfat kalsium.
1. Struktur Tulang
Struktur pada tulang terdiri dari:
a. Periosteum
Periostenum terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Lapisan luar (stratum fibrosum)
Terbentuk oleh jaringan pengikat. Mengandung pembuluh darah limfe dan
serabut saraf.
2. Lapisan dalam (stratum generativum)
Terdiri dari serabut halus dan sel yang membuat tulang baru.
b. Corteks yang terdiri dari:
1. Substantia compactum
Substantia compactum berada di sebelah luar, berbentuk padat dan susunannya
rapat.
2. Substantia spongiosum
Substantia spongiosum berada di sebelah dalam, terbentuk dari lubang-lubang
kecil seperti bunga karang.
c. Medulla
Jaringan lunak seperti spons yang ditemukan pada rongga interior sebagian
besar tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru.
2. Bagian Tulang

Tulang memiliki 4 bagian utama yaitu:

a. Epifisis (ditunjukan nomor 3)


b. Garis epifisis (ditunjukan nomor 5)
c. Metafisis (ditunjukan nomor 6)
d. Diafisis (ditunjukan nomor 7)

3. Pembentukan Tulang
Ossifikasi merupakan proses pembentukan tulang. Ossifikasi terdiri dari dua
proses, yaitu:
a. Ossifikasi primer
Proses penulangan kurang lebih minggu ke-8 intrauterine. Tipe anchondral pada
bagian tengah & endesmalis pada bagian tepi. Osifikasi ini terjadi pada tulang
pipih, tulang tengkorak.
b. Ossifikasi sekunder
Bagian tengah tulang panjang (Diafisis). Ke-2 ujungnya rawan ( Cartilago
epifisis) yang merupakan tempat ossifikasi enchondral) yang nantinya tulangnya
menjadi epifisis. Osifikasi ini terjadi pada tulang pipa dantulang pendek
4. Fungsi Tulang
Tulang memiliki beberapa fungsi diantaranya:
a. Meneguhkan & memberi bentuk badan.
b. Melindungi alat – alat dalam.
c. Tempat perlekatan otot ( alat gerak pasif).
d. Membentuk sel-sel darah.
e. Tempat penimbunan Calcium & phosphate
B. Anatomi Alat gerak Manusia
Kerangka anggota gerak atas dikaitkan dengan kerangka badan dengan perantaraan
gelang bahu yang terdiri dari skapula dan klavikula. Tulang-tulang yang membentuk
kerangka lengan antara lain : gelang bahu (skapula dan klavikula), humerus, ulna dan
radius, karpalia, metakarpalia dan falangus. Gelang bahu yaitu persendian yang
menghubungkan lengan dengan badan.Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi
yang tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka.Bagian ini di bentuk
oleh dua buah tulang yaitu skapula dan klavikula.
1. Bagian-bagian Tulang Ekstremitas
Tulang-tulang ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus,
radius, ulna, karpal, metakarpal, dan tulang-tulang phalangs (Pearce, 2009).
a. Tulang Skapula

Skapula (tulang belikat) terdapat di bagian punggung sebelah luar atas,


mempunyai tulang iga I sampai VIII, bentuknya hampir segitiga.
b. Tulang Klavikula

Klavikula adalah tulang yang melengkung membentuk bagian anterior


dari gelang bahu.Untuk keperlua pemeriksaan dibagian atas batang dan
dua ujung. Ujung medial disebut extremitas sternal dan membuat sendi
dengan sternum. Ujung lateral disebut extremitas akrominal, yang
bersendi pada proseus akrominal dari scapula.
c. Tulang Humerus

Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang berhubungan


dengan skapula melalui fossa glenoid.
d. Tulang Ulna

Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua
ujung.Tulang itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan
lebih panjang dari radius.
e. Tulang Radius

Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna.
f. Tulang Karpal

Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung
distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal.
Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser.Ke delapan
tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium,
trapezoid, capitate, dan hamate. Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang
terdapat di pergelangan tangan. Falang juga tulang panjang,mempunyai
batang dan dua ujung. Batangnya mengecil diarah ujung distal.Terdapat
empat belas falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari
2. Anatomi Ekstremitas Bawah
a. Pelvis
Pelvis terdiri dari sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan
tulang pipih. Tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis
dan ischium.

.
b. Femur

Pada bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal


berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta
permukaan untuk tulang patella.

c. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding
dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia artikulasi dengan femurdan fibula di
sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di
daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan
malleolus medial.
d. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding
dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.
Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies
untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
e. Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di


proksimal dan dengan metatarsal di distal.Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu
calcaneus (berperan sebagai tulang penyanggah berdiri), talus, cuboid,
navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Metatarsal merupakan 5 tulang yang
berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal.
Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid. Phalangs
merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3
phalangs di masing-masing jari sisanya.

C. Anatomi Batang Tubuh


Kolumna vertebralis disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis (C), 12
vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4 vertebra
koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna
vertebralis ini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-
sendi, dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis (Snell, 2003).

1. Vertebra Cervical
Terdapat 7 ruas tulang leher dengan ruas pertama adalah tulang atlas.  Tulang
atlas berfungsi untuk menunjang tengkorak.  Ruas kedua adalah tulang
pemutar (aksis).  Adanya tulang atlas dan aksis memungkinkan kepala untuk
berputar.  Ruas ketiga sampai ruas ketujuh  memiliki bentuk yang mirip dan
tidak bersendian dengan tulang rusuk.
2. Vertebra Torakalis
Tulang punggung berjumlah 12 ruas dengan bentuk yang hampir serupa.  Tiap
ruas tulang punggung memiliki badan tulang dengan tonjolan tulang ke kiri
dan ke kanan sebagai tempat persendian dengan tulang-tulang rusuk (ribs). 
Badan tulang ini berlekatan dengan lengkung vertebra yang melindungi
sumsum tulang belakang.  Diantara ruas tulang belakang terdapat tulang rawan
(kartilago).
3. Vertebra Lumbar
 Berujumlah 5 ruas tulang. Tulang pinggang merupakan ruas tulang belakang
yang paling kuat dan besar dibandingkan ruas tulang belakang lainnya. 
Bentuknya hampir serupa dengan ruas tulang punggung, namun tidak
bersendian dengan tulang rusuk.
4. Sakrum
Sakrum merupakan gabungan 5 ruas tulang yang bersatu.  Tulang ini
bersendian dengan tulang gelang panggul, ruas tulang pinggang terakhir dan
tulang ekor.
5. Coccyx
 Tulang ekor merupakan vertebra terakhir.  Tulang ekor atau coccyx adalah
gabungan 4 ruas tulang yang bersatu.  Tulang ini bersendian dengan tulang
kelangkang.

D. Patologi
1. Fraktur
Fraktur/Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan/tulang rawan
yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi akibat trauma langsung
dan trauma tidak langsung. Adapun penyabab trauma langsung adalah benturan pada
tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut. Fraktur memiliki banyak jenis
sebagai berikut :
a. Faktur Greenstick
Fraktu rgreenstick terjadi ketika tulang menekuk dan patah, tetapi tulang tidak
patah menjadi dua bagian terpisah. Fraktur jenis ini biasanya terjadi pada tulang
panjang seperti tulang lengan, tulang kering, tulang paha dan tulang panjang
lainnya. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah "fraktur parsial." Anak-anak
lebih cenderung mengalami fraktur greenstick karena tulang mereka lebih lunak
dan tidak rapuh seperti orang dewasa.
Penyebab paling umum dari fraktur greenstick adalah terjatuh. Biasanya
dikarenakan mencoba untuk menahan diri ketika jatuh dengan menumpu pada
lengan.
Gejala fraktur greenstick bervariasi tergantung pada tingkat keparahan fraktur.
Gejala fraktur ini  mungkin hanya mengalami memar atau nyeri tekan jika
hanya mengalami fraktur ringan. Dalam kasus lain, dapat tampak adanya
bengkokan di tungkai atau daerah yang patah, disertai
dengan pembengkakan dan rasa sakit. Gejala juga tergantung pada lokasi
cedera.

b. Fraktur Komunitif
Fraktur dimana garis patah lebuh dari satu dan saling berhubungan. Pada
fraktur ini tulang berkeping – keping atau remuk. Karena kekuatan dan energi
yang cukup dapat memecah tulang, jenis patah tulang ini terjadi setelah trauma
seperti kecelakaan kendaraan.

c. Fraktur avulsi
Fraktur avulsi terjadi ketika terdapat cedera pada tulang di dekat tempat tulang
menempel pada tendon atau ligamen. Fraktur avulsi biasanya terjadi pada orang
yang berolahraga. Fraktur avulsi umumnya disebabkan oleh trauma. Fraktur ini
biasanya terjadi ketika tulang bergerak pada satu arah, dan tendon atau ligamen
tiba-tiba tertarik ke arah yang berlawanan.
d. Fraktur Kompresi
Fraktur kompresi biasanya pada vertebrae,corpus yang satu lebih pipih dari
pada corpus yang lainnya, atau fraktur vertebra akibat tenaga vertikal yang
berlebihan sehingga pecahan tulang keluar kearah horizontal.

e. Fraktur Transversal
Fraktur transversal jenis spesifik dari fraktur di mana patah berada pada sudut
yang tepat terhadap bidang panjang tulang. Fraktur transversal biasanya terjadi
sebagai akibat dari gaya kuat yang diterapkan tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Fraktur ini juga mungkin akibat dari fraktur stres di mana
banyak istirahat mikroskopis terbentuk di tulang dari stres berulang, seperti
berlari.

f. Fraktur Longitudinal
Jenis fraktur ini biasanya cukup panjang dan retakan sepanjang sumbu tulang
serta berupa pecahan tulang yang memanjang kearah longitudinal. Fraktur ini
biasanya tidak bergeser dan dapat dibagi menjadi dua atau lebih garis fraktur.
g. Fraktur Impesi
Fraktur impresi merupakan fraktur yang menyebabkan jarak . fraktur ini pada
tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duramater dan
jaringan otak, 

h. Fraktur Pergelangan Tangan dan Tangan


1. Fraktur Smith
Fraktur Smith adalah kondisi retak atau patah pada tulang radius distal.
Cedera ini mengakibatkan tulang radius menonjol ke arah depan (arterior)
dari posisi normal. Namun, fraktur pada tulang radius tidak akan meluas ke
sendi pergelangan tangan. Ada 2 hal utama yang bisa menjadi penyebab
fraktur Smith, yaitu jatuh menumpu pada pergelangan tangan dan
menyebabkan terkilir dan rauma atau pukulan langsung yang mengenai
radius distal, misalnya karena kecelakaan mobil.
2. Fraktur Colles
Fraktur Colles merupakan fraktur yang sering terjadi pada dewasa
lanjut di atas usia 50 tahun. Penyebab tersering akibat jatuh dalam keadaam
tangan terentang degan lengan pronasi arah dorsofleksi, sehingga
menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior
dari fragmen distal.

i. Fraktur Metakarpal
Fraktur yang terjadi pada metacarpal karena tidak mampu menahan
trauma langsung ketika tangan terkepal. Biasanya karena berbagai cedera
akibat terjatuh, tabrakan kendaraan, atau tinju membentur benda keras.

Sebagian besar patah tulang atau fraktur disertai dengan nyeri hebat ketika
cedera awal terjadi. Ini bisa menjadi lebih buruk ketika bergerak atau
menyentuh area yang terluka. Dalam beberapa kasus, bahkan bisa pingsan
karena rasa sakit.
Tanda dan gejala fraktur potensial lainnya meliputi;
 Bunyi kertak ketika cedera terjadi;
 Bengkak, kemerahan, dan memar di area yang terluka;
 Kesulitan menopang berat badan dengan area luka;
 Kelainan bentuk terlihat di area cedera Angulation (area yang terkena mungkin
tertekuk pada sudut yang tidak biasa);
 Jika fraktur terbuka, mungkin ada perdarahan Dalam beberapa kasus, mungkin
melihat tulang yang patah menembus kulit;
 Terlihat pucat ;
 Perasaan sakit dan mual..

2. Aposisi dan Alignment


Aposisi merupakan suatu keadaan dimana fragmen tulang mengalami
perubahan letak sehingga terjadi perubahan dalam kontak antara fragmen tulang
proksimal dan distal. Pada pemeriksaan radiologik, aposisi dinyatakan dalam
persentase kontak antara fragmen proksimal dan distal. Aposisi baik jika tulang tidak
jauh dari bentuk atau letak tulang. Sedangkan aposisi disebut jelek jika tulang
menimpang jauh atau bisa sampai terjadi pembelokan tulang. Contohnya manusia
sampai ada penonjolan tulang sewaktu kecelakaan dan tulang tidak bisa berfungsi
dengan sempurna.
Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang
sehingga arah aksis longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal
fragmen proksimal dan distal membentuk sudut maka disebut angulasi. Alignment
disebut bagus jika tulang patah namun masih satu garis atau dalam artian masih
sejajar dengan tulang seharusnya. Alignment jelek terjadi jika tulang sudah
menyimpang jauh atau sampai terjadi pembelokan.
Aposisi dan alignment dibagi menjadi :
a. Aposisi baik dan alignment jelek

b. Aposisi baik dan alignment baik


c. Aposisi jelek dan alignment jelek

3. Sifilis (Lues)
Patofisiologi sifilis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sifilis yang didapat
maupun sifilis kongenital. Perbedaan patofisiologi keduanya terdapat pada cara
masuknya bakteri Treponema pallidum. Pada sifilis didapat, bakteri masuk melalui
mukosa atau kulit, sedangkan pada sifilis kongenital, bakteri menembus sawar
plasenta dan menginfeksi fetus.
Sifilis dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sifilis kongential (bawaan)
Sifilis kongenital adalah sifilis yang ada di dalam rahim dan saat lahir, dan
terjadi saat seorang anak lahir dari ibu penderita sifilis . Infeksi sifilis dini yang
tidak diobati menyebabkan risiko tinggi pada hasil kehamilan yang buruk,
termasuk hidung pelana , kelainan ekstremitas bawah, keguguran , kelahiran
prematur , lahir mati , atau kematian pada bayi baru lahir . Beberapa bayi dengan
sifilis kongenital memiliki gejala saat lahir, tetapi banyak yang kemudian
menunjukkan gejala. Bayi yang terpapar dalam rahim dapat mengalami kelainan
bentuk, keterlambatan perkembangan, atau kejang bersama dengan banyak
masalah lain seperti ruam, demam,hati dan limpa yang membesar , anemia ,
dan penyakit kuning . Bayi baru lahir biasanya tidak akan mengembangkan
chancre sifilis primer, tetapi dapat muncul dengan tanda-tanda sifilis sekunder
(yaitu ruam tubuh umum). Seringkali bayi-bayi ini akan
mengembangkan rinitis sifilis ("ingus"), lendir yang mengandung bakteri T.
pallidum , dan karenanya sangat menular. Gejala sipilis jarang terlihat pada bayi
sehingga timbul gejala sifilis laten , termasuk kerusakan tulang, gigi, mata,
telinga, dan otak.

b. Lues acquisita (didapat)


Treponema pallidum mula-mula masuk melalui mikroabrasi dermal atau
membran mukosa yang intak. Hal ini akan menyebabkan munculnya lesi tunggal
tidak nyeri (chancre) pada area inokulasi.  Dalam beberapa jam setelahnya
bakteri akan masuk ke dalam aliran limfe dan darah yang kemudian menjadi
infeksi sistemik.
1. Sifilis Primer
Sifilis primer memiliki karakteristik dengan terbentuknya chancre yang tidak
nyeri pada lokasi inokulasi setelah masa inkubasi 3-6 minggu. Lesi akan
sembuh sendiri dalam 4-6 minggu.
2. Sifilis Sekunder
Dalam hitungan jam setelah inokulasi, saat terjadi evolusi stadium
primer, Treponema pallidum  menyebar dan berdeposit pada jaringan tubuh
secara luas, tetapi umumnya pada area kutan atau mukosa. Pada tahap ini,
akan muncul lesi makulopapular, papular, makular, atau anular papular. Lesi
kulit umumnya ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Lesi berbatas tegas,
berwarna merah kecoklatan, dengan diameter sekitar 5 mm dan merupakan
lesi paling infeksius.
3. Sifilis Laten
Lesi sifilis sekunder dan manifestasi lainnya umumnya menghilang sendiri
dalam 3 bulan. Periode tanpa gejala ini disebut sebagai sifilis laten. Namun,
kendati tidak terdapat gejala, sifilis laten tetap menular dan dapat diturunkan
pada bayi yang lahir dari ibu yang tidak diobati.

4. Sifilis Tersier
Beberapa tahun setelah periode laten, orang dengan sifilis dapat mengalami
gejala tersier berupa neurosifilis, penyakit kardiovaskular, dan sifilis
gummatosa.

4. Tumor Tulang
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus-menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam tulang, jaringan,
atau sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari unsur pembentuk
darah yang terdapat pada sumsung tulang. Tumor tulang diklasifikasikan menjadi
tumor tulang benigna dan tumor tulang maligna.
Perbedaan radiologis tumor jinak dan ganas :

NO TUMOR JINAK GANAS


1 Batas Tegas Tidak tegas
2 Tumbuh Lambat Cepat
3 Tepi Sklerotik Irregular
4 Sifat Eksponsif Infiltratif
5 Reaksi periosteal (-) (+)
6 Metastase (-) (+)

a. Tumor Jinak (Benigna)


Tumor tulang benigna, terdiri dari :
1. Osteoma
Berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jrang terjadi, biasanya
timbul pada tulang membranosa tengkorak. Tumor ini memiliki beberapa
ciri-ciri seperti, berbentuk bulat oval; berdiameter kurang dari 2,5 cm; tepi
sklerotik dan homogen; batasnya tegas dan padat; biasanya menyerang
calvarium, mandibula, maxilla, dan tulang frontal.
2. Condroma
Sering terjadi pada tulang Panjang, misalnya pada lengan, kadang-kadang
terdapat pada tulang datar seperti tulang ilium. Ciri-ciri khas tumor ini
termasuk sumbu vaskular di dalam tumor, yang membedakannya
dengan tulang rawan hialin normal. Berdasarkan lokasinya, chondroma
dapat digambarkan sebagai enchondroma atau ecchondroma

3. Osteochondroma
Bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel yang tertinggal pada
permukaan tulang. Tumor ini memiliki ciri-ciri seperti, penonjolan tulang
dengan ujung tak teratur; menjauhi sendi; lokasi sekitar lutut, metafisis;
terjadi pada orang berumur 2-60 tahun, tapi lebih sering terjadi pada umur
10-20 tahun.
4. Aneurysmal Bone Cyst
Tumor jinak ini memiliki ciri-ciri seperti, soft tissue mass; osteolitik
irregular; korteks menipis dan mengembang keluar; batas lesi tidak tegas,
sering disertai sklerot; sering terjadi pada umur 5-20 tahun.

5. Giant Cell Tumor


Tumor ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut terjadi pada ujung tulang;
korteks menipis dan mengembang keluar; batas lesi tidak tegas dan sering
disertai sklerot; sel tumor akan membesar pada usia 20-40 tahun.

b. Tumor Ganas (Maligna)


Perbedaan tumor ganas primer dan sekunder :

NO PEMBEDA PRIMER SEKUNDER


1 Focus Soliter Multiple
2 Usia Muda Tua
3 Reaksi periosteal (+) (+)
4 Soft tissue swelling (+) (+)
Jenis-jenis tumor ganas :
1. Osteosarcoma
Tumor ini memiliki ciri-ciri seperti, terjadi pada metafisis; menyerang femur
bagian distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan pelvis; khasnya ada sun
ray appearance; soft tissue swelling, biasanya terdapat periosteal; menyerang
pada umur 10-25 tahun.

2. Sarcoma Ewing
Tumor ini memiliki ciri-ciri seperti, terjadi pada diafisis dan metafisis;
bermetastasis ke paru-paru, kelenjar limfe, tulang, hati, otak,dll; penyebaran
infeksi berawal dari kelainan yang timbul dari medulla kemudian menyebabkan
kanalikus melebar menuju kortex sehingga merangsang peritoneum dan membuat
tulang baru yang berlapis-lapis dan konsentrik;terjadi pada tulang tibia, humerus,
femur, clavicula dan fibula.

5. Radang pada Sendi


Radang sendi atau artritis adalah istilah yang meliputi sekelompok penyakit
yang menyerang persendian. Semunya penyakit sendi meyebabkan rasa nyeri, kaku,
san bengkak. Kebanyakan radang sendi tidak dapat disembuhkan tetapi gejalanya
dapat diatasi dengan oba, diet, dan olahraga. Orang tua biasanya lebih sering
menderita radang sendi tapi tidak menutup kemumngkinan orang muda juga dapat
terserang.

a. Osteoarhritis
Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabakan timbulnya
nyeri dan disabilitas (hambatan) gerakan pada populasi usia lanjut. Pria dan
wanita memiliki kesempatan yang sama untuk terkena osteoarthritis, namun
pada wanita biasanya sendi yang terkena lebih banyak. Radang sendi ini dapat
menyerang semua sendi, namun predileksi yang tersering adalah pada sendi-
sendi yang menanggung beban berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi
tulang belakang bagian lumbal bawah. Mengenai sendi besar-besar, sering
terjadi hanya satu sendi tetapi kadang-kadang juga dapat mengenai sendi kecil-
kecil pada tangan dan kaki, sehingga buku-buku sangat membengkak dan
bertonjuol-tonjol. Pada wanita lebih sering ditemukan tonjolan Heberden, yaitu
pertumbuhan tulang kecil-kecil pada phalanx terminal. Tulang akan mengalami
degenerasi. Terjadi pnyempitan ruang sendi dan terdapat gambar osteofis
(pengapuran disetiap sendi).

b. Rheumathoid arthritis
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya menyetang
pada umur 40 ahun. Biasanya terjadi pada jari tangan, pergelangan tangan,
lutut, dan bahu. Pada penyakit ini akan ada penebalan dan pembekakan
jaringan lunak; penyempitan celah sendi pada panus dan absorbs cartilage;
dan trid soft tissue swelling.
c. Piral (Gout)
Goat paling sering terjadi pada ibu jari kaki, sendi lutut, dan
pergelangan kaki. Biasanya terjadi pada laki-laki di atas usia 30 tahun.
Penyakit ini memiliki ciri-ciri terdapat pembengkakan pad jaringan lunak
(periarticular); terdapat flek kalsium pada jaringan lunak; terjadi
penimbunan kristal urat pada sendi-sendi juga pada ginjal dan erdapat
spur-spur kecil.

d. Arthritis tuberculosa
Radang sendi ini memiliki ciri-ciri seperti, berasal dari tuberculosis
tulang yang berdekatan; sering terjadi pada tulang belakang (penyakit pott)
dan sendi pangkal paha; lesi tulang terjadi pada metafisis; lesi yang
tampak menunjukkan gambaran synovitis tuberkulosa; membrana
synovialis menyerupai reumathoid arthritis, namun lebih tebal dan dapat
mengisi seluruh ruangan.
e. Arthritis Acuta Suppurativa
Radang sendi ini memiliki beberapa ciri-ciri seperti, ulang rawan sendi
erosif dan tulang di bawahnya akan langsung berhubungan dengan sendi,
yang mengakibatkan nyeri pada pergerakan; ligamen akan rusak, sehingga
terjadi dislokasi; dan simpai sendi kemudian robek dan nanah masuk
jaringan sekitarnya.
Etiologi dari penyakit ini adalah osteomyelitis yang menjalar; trauma,
luka tembus pada sendi; dan hematogen, misalnya pneumonia, meningitis.
Radang ini disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus dan
pneumococcus. Biasanya menyerang pada usia 10-40 tahun. Contoh dari
arthiritis acuta suppurativa adalah arthiritis gonorhoica.

6. Radang
Radang atau inflamasi (bahasa Inggris: inflammation) adalah respons dari
suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa
rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera,
seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang merupakan salah satu dari
respons utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi
distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan
prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang
di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran
infeksi. Contoh radang adalah osteomyelitis piogen, tuberculosis, dan lues.
Osteomielitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff,
2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada
tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya terjadi
pada radang jaringan tulang dan sumsum tulang.
Radang jaringan tulang osteomielitis adalah infeksi tulang yang umumnya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus. Osteomielitis tergolong penyakit yang
jarang terjadi, tetapi butuh segera ditangani karena dapat menimbulkan sejumlah
komplikasi serius. Osteomielitis bisa dialami oleh semua orang dari segala usia.
Sumsum Tulang adalah jaringan lunak yang berada di dalam tulang besar,
seperti tulang panggul atau tulang belakang. Sumsum tulang berisi sel punca,
yaitu sel awal sebelum mengalami perkembangan dan perubahan menjadi sel
darah merah, sel darah putih, dan keping darah (trombosit) yang matang.
Penyebaran penyakit ini melalui hematogen yang artinya penyebaran
mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman.
Osteomyelitis biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan
streptococcus.
Osteomielitis terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Osteomielitis akut :
Radang bagian lunak tulang, yaitu isi sum-sum tulang, saluran harvers dan
periosteum.

b. Osteomyelitis kronik :
Terjadi bila osteomielitis akut tidak diobati dengan baik, keadaan ini dapat
berlangsung menerus hingga penderita meninggal karena amyloidosis.

Perjalanan infeksi :
a. Kuman bersarang di spongiosa metafisis
b. Menjalar le diafisis dan korteks.
c. Pus di bawah perioesteum, membentuk focus sekunder.
d. Timbul nekrosis tulang yang luas (sekwester).
e. Periosteum yang terangkat oleh pus (Rx periosteal)
f. dalam tulang dibentuk tulang baru (baik korteks dan medulla)/(sclerosis).
g. Tulang yang baru membentuk bungkus bagi tulang lama (involukrum.).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam arti yang luas, patologi pada hakekatnya merupakan biologi yang abnormal,
pelajaran mengenai keadaan sakit atau gangguan hidup.Oleh karena itu, makalah
mengenai patofisiologi alat gerak dan batang tubuh ini ditulis karena sangat penting bagi
kita untuk mengetahui patologi atau penyakit yang dapat menyerang alat gerak serta
batang tubuh kita, sehingga kita mengetahui tanda, gejala serta cara mencegahnya.
Tulang juga dapat dikatakan suatu bentuk khusus jaringan ikat, ditandai oleh adanya
sel bercabang panjang-panjang dan berkeluk-keluk (osteosit) yang mengisi rongga-
rongga (lakuna) dan celah yang kecil (kanalikulis) di dalam matrix yang keras terdiri atas
serabut kolagen pada jaringan amorf yang mengandung gugusan fosfat kalsium.
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna
dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal.
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di proksimal
dan dengan metatarsal di distal.Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus (berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri), talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3).
Tulang ini bersendian dengan tulang gelang panggul, ruas tulang pinggang terakhir
dan tulang ekor.
Patologi dalam alat gerak dan batang tubuh dapat berupa fraktur, aposisi dan
alignment, sifilis (lues), tumor tulang, radang sendi, dan radang.
Fraktur jenis ini biasanya terjadi pada tulang panjang seperti tulang lengan, tulang
kering, tulang paha dan tulang panjang lainnya.
Tanda dan gejala fraktur potensial lainnya meliputi;
• Bunyi kertak ketika cedera terjadi;
• Bengkak, kemerahan, dan memar di area yang terluka;
• Kesulitan menopang berat badan dengan area luka;
• Kelainan bentuk terlihat di area cedera Angulation (area yang terkena
mungkin tertekuk pada sudut yang tidak biasa);
• Jika fraktur terbuka, mungkin ada perdarahan Dalam beberapa kasus, mungkin
melihat tulang yang patah menembus kulit;
• Terlihat pucat ;
• Perasaan sakit dan mual..
Patofisiologi sifilis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sifilis yang didapat
maupun sifilis kongenital. Perbedaan patofisiologi keduanya terdapat pada cara
masuknya bakteri Treponema pallidum.
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus-menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor pada tulang dibagi menjadi tumor benigna
dan maligna.
Radang sendi atau artritis adalah istilah yang meliputi sekelompok penyakit
yang menyerang persendian. Semunya penyakit sendi meyebabkan rasa nyeri, kaku,
dan bengkak.
Radang atau inflamasi (bahasa Inggris: inflammation) adalah respons dari
suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa
rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti
karena terbakar, atau terinfeksi.

B. Saran
1. Dikarenakan dalam proses pembuatan laporan/makalah ini dilakukan secara online
dan diskusi juga dilakukan secara online, sangat dibutihkan Peran aktif dan kerja
sama semua anggota kelompok
2. Dalam pembuatan makalah ini, sumber sumber yang digunakan sebagai bahan
referensi pembuatan harus dapat diambil dari sumber yang bisa dipertanggung
jawabkan.
3. Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Davies, Kim. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang & Otot. Jakarta: Penerbit Erlangga.

DokterSehat, Redaksi, dr. Ursula Penny Putrikristila. 2019. “Patah Tulang (Fraktur): Jenis,
Penyebab, Gejala, Pengobatan, & Pencegahan”, https://doktersehat.com/patah-tulang-
fraktur/ , diakses pada 23 Januari 2021.

Dosan, dr. Ricky. 2020. “Patofisiologi Sifilis”,


https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/sifilis/patofisiologi , diakses
pada 23 Januari 2021.

Marianti. 2018. “Kifosis”, https://www.alodokter.com/kyphosis , diakses pada 24 Januari


2021.

Murtala, Bachtiar. 2019. Radiologi Trauma & Emergensi. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Pane, Merry Dame Cristy. 2020. “Spina Bifida”, https://www.alodokter.com/spina-bifida ,


diakses pada 24 Januari 2021.

Puji, Aprinda. 2020. “Skoliosis”, https://hellosehat.com/muskuloskeletal/kelainan-tulang-


belakang/pengertian-skoliosis/ , diakses pada 24 Januari 2021.

Sifilis. (2020, Desember 17). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Diakses pada 23 Januari
2021, dari https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sifilis&oldid=17721970

Suratun, dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal sAK. Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Tamin, Rizki. 2020. “Stenosis Spinal”, https://www.alodokter.com/stenosis-spinal , diakses


pada 24 Januari 2021.

Team Honestdocs Editorial. 2019. “Fraktur Avulsi-Tanda, Penyebab, Gejala, Cara


Mengobati”, https://www.honestdocs.id/fraktur-avulsi#:~:text=Fraktur%20avulsi
%20umumnya%20disebabkan%20oleh,tertarik%20ke%20arah%20yang
%20berlawanan , diakses pada 23 Januari 2021.

Team Honestdocs Editorial. 2019. “Fraktur Greenstick-Tanda, Penyebab, Gejala, Cara


Mengobati”, https://www.honestdocs.id/greenstick-fracture#:~:text=Seseorang
%20yang%20mengalami%20fraktur%20greenstick,juga%20tergantung%20pada
%20lokasi%20cedera , diakses pada 23 Januari 2021.
Wikipedia contributors. (2020, October 22). Chondroma. In Wikipedia, The Free
Encyclopedia. Diakses pada 23 Januari 2021, dari
https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Chondroma&oldid=984883180

Wikipedia contributors. (2021, January 23). Congenital syphilis. In Wikipedia, The Free
Encyclopedia. Diakses pada 23 Januari 2021,
dari https://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Congenital_syphilis&oldid=1002171861

Willie, Prince. 2011. “Konsep Dasar Fraktur”,


http://willieprhiwillie.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-fraktur.html , diakses pada
24 Januari 2021.

Willy, Tjin. 2019. “Hernia Nukleus Pulposus”, https://www.alodokter.com/hernia-nukleus-


pulposus , diakses pada 24 Januari 2021.

Yuliati, Mia. 2018. “7 Cara Pencegahan Lordosis yang Dapat Dilakukan Dengan Mudah”,
https://ahlitulang.com/cara-pencegahan-lordosis , diakses pada 24 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai