Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN REMATHOID ARTHTRITIS

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nur Diana

Abd Jalil

Hoirul Umam

Faisol Roji

Nur Faizah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayahnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, Sholawat serta salam
semoga selalu terhaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
Para Keluarga, Sahabatnya dan para pengikutnya yang tetap istiqamah hingga
akhir Zaman. Dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen-Dosen
yang telah memberi kami Masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Kmb 1 yang tak lain
adalah sebagai syarat untuk kelulusan mata kuliah tersebut.
Penulis mengharapkan adanya saran dan masukan dari pembaca demi
kesempurnaan Makalah ini bila dalam makalah ini terjadi kesalahan yang tidak
diketahui oleh penulis. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca baik itu sebagai acuan maupun sebagai masukkan dan juga semoga
makalah ini dapat bermanfaat pula bagi penulis.

Bangkalan, 19 Mei 2022

Kelompok

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 Definisi Artritis Reumatoid............................................................................2

2.2 Etiologi..........................................................................................................3

2.3 Anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal....................................................4

2.4. Patofisiologi.................................................................................................12

2.5 Pathways......................................................................................................13

2.6 Manifestasi Klinis........................................................................................14

2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................16

2.8 Asuhan Keperawatan Remathoid Artritis....................................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................24

3.1 Kesimpulan...................................................................................................24

3.2 Saran.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan
kesehatan.Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering
diujikan.Bisanya terdapat banyak tanda-tanda fisik.Diagnosa penyakit ini
mudah ditegakkan.Tata laksananya sering merupakan masalah utama.Insiden
pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit
ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat
insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui.Stimulusnya dapat virus atau bakterial.Mungkin juga
terdapat predisposisi terhadap penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Definisi Reumatoid Artritis?
B. Apa Etiologi
C. Bagaimana Anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal?
D. Apa Patofisiologi?
E. Apa Pathways?
F. Apa Manifestasi Klinis?
G. Apa Penatalaksanaan?
H. Bagaimana Asuhan Keperawatan Remathoid Artritis?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui definisi Reumatoid Artritis.
B. Untuk mengetahui etiologi.
C. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
D. Untuk mengetahui patofisiologi.
E. Untuk mengetahui pathways.
F. Untuk mengetahui a manifestasi klinis.
G. Untuk mengetahui penatalaksanaan.
H. Untuk mengetahui asuhan keperawatan remathoid artritis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik
yangmenyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi)
terjadisecara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar
kestruktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa
sendi,legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel
darahputih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan
pembentukanjaringan granular.Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi
danpenebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah
dannekrosis sel dan inflamasi berlanjut.Pembentukan panus terjadi
olehpenebalan sinovium yang dilapisi jaringan granular.Penyebaran panuske
sinovium menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan
parutmemacu kerusakan sendi dan deformitas. Biasanya jaringan ikat
yangpertama kali mengalami kerusakan adalah jaringan ikat
yangmembentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium

2
2.2 Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi.Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II;
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita.Faktor pencetus mungkin
adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau
mirip dengan sendi secara antigenis.Biasanya respon antibodi awal
terhadap mikro-organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini
berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang
mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG,
terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang ditujukan ke komponen
tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul
sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan.AR
diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit
autoimun.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis rheumatoid :
1. Kelainan pda daerah artikuler
- Stadium I (Stadium sinovitis)
- Stadium II (Stadium destruksi)

3
- Stadium III (Stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra artikuler
adalah :
- Otot : terjadi miopati
- Nodul subkutan
- Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi
pada pembuluh darah arteriol dan venosa
- Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari
aloiran limfe sendi, hiperplasi folikuler, penigkatan aktivitas
sistem retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan
splenomegali
- Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi
leukosit
- visera
2.3 Anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal
1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang).Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya
otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang )
yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka
terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi
dengan kartilago.Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka
apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
 Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-
organ panca indera.
 Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.

4
 Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
 Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya
lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat
melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga
memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak, adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow
marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri
dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.

5
Gambar : tulang pada tubuh manusia
(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk
tidak beraturan.Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon
misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.

6
Persarafan.Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi
tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara
serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
 Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%
fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.
Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan
berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
 Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor
oleh ginjal bila di perlukan.
 Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,
juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan.Dalam kombinasi
dengan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,
termasuk vitamin D2 dan D3.Substansi yang terjadi secara alamiah ialah

7
D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit
ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan
dibawa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal
untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25
dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di
produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di
dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi
kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan
kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,
dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan
pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
 Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun
sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
 Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang
tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
 Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan
hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.
 Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan
menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun

8
seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa
tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan
ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)
dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang
mungkin dilakukan pada persendian).

Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)

 Klasifikasi struktural persendian :


 Persendian fibrosa
 Persendian kartilago
 Persendian sinovial.
 Klasifikasi fungsional persendian :
 Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
 Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .
 Diartrosis

9
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
 Klasifikasi persendian sinovial :
 Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
 Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
 Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
 Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah
di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
 Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
 Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.
2. Anatomi Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat
tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut otot.
Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan
pekerjaan.

10
Gambar. Otot pada tubuh manusia
 Fungsi sistem Muskular
 Pergerakan
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur
 Produksi panas.
 Ciri-ciri otot
 Kontraktilitas
 Eksitabilitas
 Ekstensibilitas
 Elastisitas
 Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya,volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
 Jenis-jenis Otot
 Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.

11
 Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius, dan sistem
sirkulasi darah.
 Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung.
2.4.Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer.Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis).Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritisreumatoid berbeda dari tiap orang.Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi yang lain
terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif gangguan
reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya

12
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan generative
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
2.5 Pathways
reaksi faktor R dg antibody, reaksi peradangan nyeri

faktor metabolik, infeksi dg

kecenderungan virus

kekakuan sendi synovial menebal


kurangnya informasi

hambatan mobilitas fisik panus defisiensi


pengetahuan

ansietas

nodul infiltrasi dalam os,

sobcondria

deformitas sendi hambatan nutrisi pada

kartilago artikularis

gangguan citra tubuh

kartilago nekrosis kerusakan


kartilago dan

tulang

erosi kartilago

13
Adhesi pada permukaan tendon dan
ligamen

Sendi
melemah

Hambatan mobilitas fisik ankilosis fibrosa

Kekuatan sendi ankilosis tulang

Keterbatasan gerakan sendi mudah luksasi dan hilangnya


kekuatan otot

Subluksasi

resiko cidera

Defisit perawatan diri

2.6 Manifestasi Klinis


1. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari
30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya
tidak berlangsung lama.
 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
 Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling

14
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
 Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang
kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat
pada penyinaran sinar X.
 Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
 Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3
pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
 Kronik → Ciri khas rematoid artritis.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon.Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan
bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap.Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

15
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Olahraga teratur dan istirahat cukup
2. Ketahui penyebab dan tanda gejala penyakit
3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan kompres dingin dapat
membantu meredakan nyeri
4. Pertahankan BB yang normal
5. Mengkonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang
6. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan
minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, jeroan, bayam, jamur
kacan-kacangan, kembangkol dll
7. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan
buah berry untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
Juga asam lemak tertentu seperti minyak ikan salmon, minyak zaitun
8. Banyak minum air putih untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimban d sendi
9. Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
Inflamatory)
 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
 Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

16
2.8 Asuhan Keperawatan Remathoid Artritis
1. Pengkajian
IDENTITAS
a. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS : pasien biasanya mengeluh nyeri
dibagian persendian
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian : pasien biasanya mengeluh
nyeri pada persendian, Kaku pada eksteremitas yang sakit
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernahdirawat (x) ya (x) tidak kapan: …….
Diagnosa: ……..
2. Riwayat Penyakit kronik dan menular (x)ya (x) tidak
Jenis:
3. Riwayat Alergi (x) ya (x) tidak
Jenis: -
4. Riwayat operasi (x) ya (x) tidak
kapan:-
d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
(√) ya (x) tidak jenis :biasanya salah satu
keluarga punya riwayat keturunan penyakit reumatik
Pengkajian B1-B6
1. Breath : komplikasi yg ditemukan biasanya alveolitis fibrosis,
pleuritis, efusi pleura
2. Blood :Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat
intermiten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
3. Brain : hilangnya sensasi pada persendian
4. Bowel :Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat, mual, Anoreksia, Kesulitan untuk
mengunyah (keterlibatan TMJ). Biasanya ditandai dengan :
Penurunan berat badan, Kekeringan padamembran mukosa.

17
5. Bladder : susah berkemih, biasanya berkemih tidak teratur
6. Bone :Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
Pemeriksaan Penunjang
Data Laboratorium
Laboratorium :
Tes serologi (diagnostik imunologis):
ESR : meningkat
FR : >1:80 Positif (80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h
2. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis
rheumatoid
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi bengkok, deformitas
3. Resiko cidera berhubungan dengan hlangnya kekuatan otot, rasa nyeri
4. Defisiensi pengetahuan erhubungan dengan kurangnya informasi
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Defisit perawatan diri
7. ansietas
3. Intervensi Keperawatan

3.1 Standart Luaran SLKI

Tabel. 2.1 Evaluasi pada pasien nyeri kronis

Evaluasi Menurun Cukup sedang Cukup menigkat


Menurun menigkat
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menaik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
(tertekan)

18
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami cedera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Evaluasi memburuk Cukup sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berfikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Sumber: Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2018
2.1 Ekspektasi
Ekspektasi merupakan penilan terhadap hasil yang
diharapkan tercapai. Ekspektasi menggambarkan seperti ada
kondisi, perilaku, atau persepsi pasien akan berubah setelah
diberiakan intervensi keperawatan. Terhadap ada 3 kemugkinan
ekspektai yang diharapkan perawat yaitu:
Tabel 2.2 Ekspektasi dan definisi luaran keperawatan
No Ekspektasi Definisi
1 Menigkat Bertambah dalam ukuran , jumlah, derajat, atau tingkatan
2 Menurun Berkurang dalam ukuran , jumlah, derajat, atau tingkatan
3 Membaik Menimbulakan efek yang lebih baik, adekuat, atau efektif
Sumber: Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2018
2.1 Intervensi Utama
1) Manajemen nyeri
2) Perawatan kenyamanan
3) Terapi relaksasi
2.1 Intrvensi pendukung
1) Aromaterapi
2) Dukungan Hipnosis Diri

19
3) Dukungan Pengukapan kebutuhan
4) Dukungan koping keluarga
5) Dukungan meditasi
6) Edukasi aktivitas/istrahat
7) Edukasi efek samping obat
8) Edukasi kemoterapi
9) Edukasi kesehatan
10) Edukasi manajemen stres
11) Edukasi manajemen nyeri
12) Edukasi perawatan stoma
13) Edukasi proses penyakit
14) Edukasi teknik nafas
15) Kompres dingin
16) Kompres hangat
17) Konsultasi
18) Latihan pernafasan
19) Latihan rehabilitasi
20) Manajemen efek samping Obat
21) Manajemen kenyamanan lingkungan
22) Manajemen mood
23) Manajemen stres
24) Manajemen terapi radiasi
25) Pemantauan nyeri
26) Pemberian analgesik
27) Pemberian obat
28) Pemberian obat intravena
29) Pemberian obat oral
30) Pemberian obat topikal
31) Pengaturan posisi
32) Perawatan Amputasi
33) Promosi koping
34) Teknik Distraksi

20
35) Teknik imajinasi terbingbing
36) Terapi akupresur
37) Terapi akupuntur
38) Terapi bantuan hewan
39) Terapi humor
40) Terapi murattal
41) Terapi Musik
42) Terapi pemijatan
43) Terapi sentuhan
44) Transcutaneous electrical Stimulation ( TENS )
45) Yoga (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor faktor yang mempengaruhimasalah kesehatan klien.
Adapun tahap tahap dalam tindakan keperawatan sebagai berikut:
1) Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasi pada tahap perencanaan
2) Tahap 2 : Pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen, dan interdependen
3) Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.

21
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang sudah dibuat pada tahap pcrencanaan.
5.1 Tujuan Evaluasi
a. Untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan,
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan.
5.2 Macam Evaluasi
a. Evaluasi proses (Formatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan, berorientasi
pada etiologi. Dilakukan secara terus menerus sampai tujuan
yang ditentukan tercapai.
b. Evaluasi hasil (Sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara paripurna, berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi dan
kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu
yang ditetapkan.
5.3 Komponen Evaluasi (SOAP/SOAPIER)
a. S artinya Data Subjektif dapat dituliskan keluhan utama pasien
yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. O artinya Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil
observasi serna secara langsung kepada klien dan yang dirasakan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
c. A artinya Analisa
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisa
merupakan suatu mesalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

22
d. P artinya Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ada tambahan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah
menunjukkan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan
tindakan ulang yang pada umumnya dihentikan.
e. I artinya Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuatu
dengan intrusi yang teah teridentifikasi dalam komponen P
(perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam
pelaksanaan.
f. E artinya Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
g. R artinya adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari tindakan
perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau rencana dihentikan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan, dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses
pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat
timbul masalah baru (Asmadi, 2008).

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan
individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan
yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat dalam proses
pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang diberikan haruslah
sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa keperawatan yang ada. Akhirnya,
dengan penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid
yang telah dibuat menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan
keperawatan yang benar dalam bentuk teori dan penangganan langsung
kepada pasien. Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan
keluarga pasien dan pasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang
akan dilakukan. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini dapat
mempermudah dalam pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar
dalam pembuatan Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari
perawat itu sendiri. Askep yang akurat juga dapat membantu dalam
memenuhi syarat akreditasi asuhan keperawatan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan
pada pasien Artritis Reumatoid, dapat menunjang kita dalam proses
pembelajaran pada mata kuliah KMB I serta menjadi pedoman dan bahan
pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasienEdisi 3. Jakarta:
EGC.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1.Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Ian. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Atritis Reumatoid.

25

Anda mungkin juga menyukai