Anda di halaman 1dari 5

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH – ROBBY HENDRIAWAN YULIANDI

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Pengertian

Lembaga Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun


2009 tentang Lembaga Pembiayaan terdiri atas perusahaan pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura (PMV), dan perusahaan pembiayaan infrastruktur. Perusahaan pembiayaan
juga sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari masyarakat. Sedangkan
dalam Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah pembiayaan berdasarkan
persetujuan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dengan jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil

Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Syariah Menurut Peraturan Ketua Badan Pengawas


Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-03/BL/2007 tentang Kegiatan
Perusahaan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, kegiatan pembiayan berdasarkan
Prinsip Syariah seperti:

1. Sewa Guna Usaha, yang dilakukan berdasarkan: Ijarah dan Ijarah Muntahiyah
Bittamlik.
2. Anjak Piutang, yang dilakukan berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah;
3. Pembiayaan Konsumen, yang dilakukan berdasarkan: Murabahah, Salam, dan
Istishna’.
4. Usaha Kartu Kredit, yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah.

Namun, seiring dengan berubahnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peraturan di atas
digantikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah, yang menjelaskan bahwa penyelenggaraan
kegiatan pembiayaan syariah wajib memenuhi prinsip keadilan (‘adl), keseimbangan
(tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung
gharar, masyir, riba, zhulm, riswah, dan obyek haram.

Kegiatan usaha pembiayaan syariah meliputi:

1. Pembiayaan jual beli;


Kegiatan pembiayaan jual beli dilakukan dengan menggunakan akad:
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH – ROBBY HENDRIAWAN YULIANDI

a. Murabahah, yaitu jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya
(harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
lebih (margin) sebagai laba sesuai dengan kesepakatan para pihak;
b. Salam, yaitu jual beli suatu barang dengan pemesanan sesuai syarat-syarat
tertentu dan pembayaran harga barang terlebih dahulu secara penuh;
c. Istishna’, yaitu jual beli suatu barang dengan pemesanan pembuatan barang
sesuai dengan kriteria dan persyaratan tertentu dan pembayaran harga barang
sesuai dengan kesepakatan oleh para pihak.
2. Pembiayaan investasi;
Kegiatan pembiayaan investasi dilakukan dengan menggunakan akad:
a. Mudharabah, yaitu akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahib mal) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua
(mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka
sesuai dengan kesepakatan para pihak;
b. Musyarakah, adalah pembiayaan berdasarkan akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak;
c. Mudharabah musytarakah, adalah bentuk Mudharabah dimana pengelola dana
(mudharib) turut menyertakan modal dalam kerjasama dimana keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak;
d. Musyarakah mutanaqishoh, adalah musyarakah atau syirkah yang kepemilikan
aset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan
pembelian porsi kepemilikan (hishshah) secara bertahap oleh pihak lainnya
3. Pembiayaan jasa

Kegiatan pembiayaan jasa dilakukan dengan menggunakan akad:

a. Ijarah, adalah pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam jangka
waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;
b. ijarah muntahiyah bittamlik, adalah ijarah yang disertai dengan janji pemindahan
kepemilikan (wa’d) setelah masa ijarah selesai;
c. hawalah atau hawalah bil ujrah, adalah pengalihan utang dari satu pihak yang
berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung;
d. wakalah atau wakalah bil ujrah, adalah pemberian kuasa dari pemberi kuasa
(muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil) dalam hal yang boleh diwakilkan,
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH – ROBBY HENDRIAWAN YULIANDI

dimana penerima kuasa (wakil) tidak menanggung risiko terhadap apa yang
diwakilkan, kecuali karena kecerobohan atau;
e. kafalah atau kafalah bil ujrah, adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil);
f. ju’alah, adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (‘iwadh)
tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan;
g. qardh, adalah pinjam meminjam dana (dana talangan) tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu;

Karakteristik Pembiayaan Syariah

Secara teori, ada tiga hal yang menjadi karakteristik dari pembiayaan berbasis syariah ,
yaitu:

1. bebas bunga;
2. berprinsip bagi hasil dan risiko;
3. perhitungan bagi hasil tidak dilakukan di muka.

Berbeda dengan dengan pembiayaan konvensional yang memperhitungkan suku bunga di


depan, pembiayaan syariah menghitung hasil setelah periode transaksi berakhir.

Bagi hasil pembiayaan syariah bukan berdasarkan hasil perhitungan spekulatif tetapi
didasarkan atas keuntungan riil karena dianggap lebih sesuai dengan iklim bisnis yang
mempunyai potensi untung dan rugi.

Secara umum, perbedaan antara pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan sistem bunga
dapat dijabarkan sebagai berikut:

No Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga


1 Penentuan besar rasio bagi hasil Penentuan bunga dilakukan pada waktu
dibuat pada waktu akad dengan akad dengan asumsi akan selalu untung
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi
2 Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan Besarnya persentase bunga berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang pada jumlah modal yang dipinjamkan
diperoleh
3 Bagi hasil bergantung pada Pembayaran bunga tetap seperti yang
keuntungan proyek yang dijalankan. dijanjikan tanpa mempertimbangkan
Bila usaha merugi maka kerugian proyek yang dijalankan mengalami
ditanggung bersama para pihak untung atau rugi
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH – ROBBY HENDRIAWAN YULIANDI

4 Jumlah pembagian laba meningkat Jumlah pembayaran bunga tidak


sesuai dengan peningkatan jumlah dipengaruhi oleh jumlah keuntungan
pendapatan

Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah

Perluasan lembaga pembiayaan berawal dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1988 yang
memberikan landasan operasional yang jelas. Yang kemudian dalam perkembangan
selanjutnya , landasan hukum tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.

Seiring dengan perkembangan bisnis pembiayaan, beberapa perusahaan pembiayaan mulai


menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip
syairah ini didukung dengan diterbitkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan Nomor PER-03/BL/2007 tanggal 10 Desember 2007 tentang
Kegiatan Perusahaan Berdasarkan Prinsip Syariah dan Nomor PER-04/BL/2007 tanggal 10
Desember 2007 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Kegiatan Perusahaan
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Yang keduanya diubah dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha
Pembiayaan Syariah.

Berdasarkan data dari OJK, Jumlah perusahaan pembiayaan syariah sampai dengan akhir
2013 adalah sebanyak 44 perusahaan yang terdiri dari 2 perusahaan berbentuk full-fledged
dan 42 melalui pembentukan unit usaha syariah, dengan rincian sebagai berikut

Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013


Perusahaan Pembiayaan Murni Syariah 2 2 2 2 2
Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai unit 5 9 12 32 42
usaha Syariah

Kesimpulan

Dalam konsep pembiayaan, perusahaan sudah banyak yang menerapkan dengan


menggunakan prinsip syariah. Hal ini dikarenakan penggunaan sistem syariah terbebas dari
bunga jika dibandingkan dengan sistem konvensional. Penggunaan sistem pembiayaan
syariah juga dirasa lebih memberi kemudahan kepada sebagian besar masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan karena tidak hanya memperhatikan keuntungan tetapi juga kerugian.
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH – ROBBY HENDRIAWAN YULIANDI

Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah juga dikarenakan dukungan dari pihak


pemerintah dengan diterbitkannya peraturan-peraturan terkait Usaha Pembiayaan Syariah
yang bisa dijadikan sebagai landasan hukum.

Daftar Pustaka

Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-
03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-
04/BL/2007 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Kegiatan Perusahaan
Pembaiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan


Usaha Pembiayaan Syariah

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

Soemitra, Andri. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Penerbit Kencana.

www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013

Anda mungkin juga menyukai