Pengertian
1. Sewa Guna Usaha, yang dilakukan berdasarkan: Ijarah dan Ijarah Muntahiyah
Bittamlik.
2. Anjak Piutang, yang dilakukan berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah;
3. Pembiayaan Konsumen, yang dilakukan berdasarkan: Murabahah, Salam, dan
Istishna’.
4. Usaha Kartu Kredit, yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah.
Namun, seiring dengan berubahnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peraturan di atas
digantikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah, yang menjelaskan bahwa penyelenggaraan
kegiatan pembiayaan syariah wajib memenuhi prinsip keadilan (‘adl), keseimbangan
(tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung
gharar, masyir, riba, zhulm, riswah, dan obyek haram.
a. Murabahah, yaitu jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya
(harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
lebih (margin) sebagai laba sesuai dengan kesepakatan para pihak;
b. Salam, yaitu jual beli suatu barang dengan pemesanan sesuai syarat-syarat
tertentu dan pembayaran harga barang terlebih dahulu secara penuh;
c. Istishna’, yaitu jual beli suatu barang dengan pemesanan pembuatan barang
sesuai dengan kriteria dan persyaratan tertentu dan pembayaran harga barang
sesuai dengan kesepakatan oleh para pihak.
2. Pembiayaan investasi;
Kegiatan pembiayaan investasi dilakukan dengan menggunakan akad:
a. Mudharabah, yaitu akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahib mal) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua
(mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka
sesuai dengan kesepakatan para pihak;
b. Musyarakah, adalah pembiayaan berdasarkan akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak;
c. Mudharabah musytarakah, adalah bentuk Mudharabah dimana pengelola dana
(mudharib) turut menyertakan modal dalam kerjasama dimana keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak;
d. Musyarakah mutanaqishoh, adalah musyarakah atau syirkah yang kepemilikan
aset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan
pembelian porsi kepemilikan (hishshah) secara bertahap oleh pihak lainnya
3. Pembiayaan jasa
a. Ijarah, adalah pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam jangka
waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;
b. ijarah muntahiyah bittamlik, adalah ijarah yang disertai dengan janji pemindahan
kepemilikan (wa’d) setelah masa ijarah selesai;
c. hawalah atau hawalah bil ujrah, adalah pengalihan utang dari satu pihak yang
berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung;
d. wakalah atau wakalah bil ujrah, adalah pemberian kuasa dari pemberi kuasa
(muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil) dalam hal yang boleh diwakilkan,
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH – ROBBY HENDRIAWAN YULIANDI
dimana penerima kuasa (wakil) tidak menanggung risiko terhadap apa yang
diwakilkan, kecuali karena kecerobohan atau;
e. kafalah atau kafalah bil ujrah, adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil);
f. ju’alah, adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (‘iwadh)
tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan;
g. qardh, adalah pinjam meminjam dana (dana talangan) tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu;
Secara teori, ada tiga hal yang menjadi karakteristik dari pembiayaan berbasis syariah ,
yaitu:
1. bebas bunga;
2. berprinsip bagi hasil dan risiko;
3. perhitungan bagi hasil tidak dilakukan di muka.
Bagi hasil pembiayaan syariah bukan berdasarkan hasil perhitungan spekulatif tetapi
didasarkan atas keuntungan riil karena dianggap lebih sesuai dengan iklim bisnis yang
mempunyai potensi untung dan rugi.
Secara umum, perbedaan antara pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan sistem bunga
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Perluasan lembaga pembiayaan berawal dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1988 yang
memberikan landasan operasional yang jelas. Yang kemudian dalam perkembangan
selanjutnya , landasan hukum tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.
Berdasarkan data dari OJK, Jumlah perusahaan pembiayaan syariah sampai dengan akhir
2013 adalah sebanyak 44 perusahaan yang terdiri dari 2 perusahaan berbentuk full-fledged
dan 42 melalui pembentukan unit usaha syariah, dengan rincian sebagai berikut
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-
03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-
04/BL/2007 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Kegiatan Perusahaan
Pembaiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
Soemitra, Andri. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Penerbit Kencana.
www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013