Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah

Vol. 2, No. 2, September 2016

Redaktur Ahli:
Amiur Nuruddin (UIN Sumatera Utara)
Agustianto (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Jakarta)
Ah. Azharuddin Latief (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Rohimin (Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bengkulu)
M. Ridwan (UIN Sumatera Utara)
Asnaini (IAIN Bengkulu)

Pemimpin Redaksi:
Fatimah

Redaktur Pelaksana:
Toha Andiko
Andang Sunarto
Nurul Hak

Asisten Penyunting:
Romi Adetio Setiawan

Desain Grafis:
Ayu Yuningsih

Sekretariat:
Orin Oktasari

Alamat Redaksi:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa, Bengkulu 38613
Telp : (0736) 51172
Fax : (0736) 51172
HP : 0823 750 660 75
Email : febiiainbengkulu@gmail.com/toha.andiko@gmail.com
DAFTAR ISI

INSTRUMEN HEDGING DAN SOLUSINYA MENURUT SYARIAH.......................................71


Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim

NETWORK MAKETING: ANALISIS TERHADAP PEMASARAN JEJARING DALAM


PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH..................................................................89
Rohimin

MEMBANGUN PARADIGMA BARU EKONOMI ISLAM UNTUK PENANGGULANGAN


PENGANGGURAN........................................................................................................................99
Dalmeri

PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN HARTA DALAM PERSPEKTIF SUFISTIK..........111


Bambang Irawan

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERBANKAN SYARIAH DI BIDANG


PENGOLAHAN IKAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMBERDAYAAN UMKM JANGKA
PANJANG......................................................................................................................................121
Amimah Oktarina

LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEMANUSIAAN MERUJUK PADA PSAK 109 ( SEBAGAI


KAJIAN UNTUK LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA NIRLABA SYARIAH) .......................133
Yunida Een Friyanti

PERDAGANGAN UANG DENGAN UANG DAN MUAMALAHNYA DALAM ISLAM.........143


Romi Adetio Setiawan
INSTRUMEN HEDGING DAN SOLUSINYA
MENURUT SYARIAH

Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim


Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Jl. Dempo No. 19 RT 2 RW 7, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10320
Email: Oni.sahroni75@yahoo.com

Abstract : Hedging Instrument and the Solution According to Sharia. Hedging (Hedging/ al-Tahawuth) is a method
or technique to reduce the risks incurred or expected to be incurred as a result of price fluctuations in the
financial markets. Hedging which is commonly used in conventional banking now could also be used in Islamic
banking system, because the option contract is forbidden it contains gharar (speculation), like wise forward
contract is also not allowed because it contains riba al-yad. Forward and Swaf contract is forbidden because it
is an instrument of ash-Sharf al-ajil and ghara (khathar / speculation). Then the solution is through trading of
currency with muwa’adah and selling foreign currency through commodity exchanges.
Keywords: hedging, risk, price fluctuations, sharia

Abstrak: Instrumen Hedging Dan Solusinya Menurut Syariah. Lindung Nilai (Hedging/ al-Tahawuth) adalah cara atau
teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi
harga di pasar keuangan. Saat ini instrumen hedging konvensional bisa dijadikan instrumen hedging karena
kontrak option hukumnya haram yang mengandung unsur gharar (spekulasi), begitu pula kontrak forward adalah
haram karena mengandung riba al-yad. Jika dianalisa lebih dalam, aspek terlarang (haram) dalam instrumen
forwad dan swaf itu adalah ash-sharf al-ajil dan gharar (khathar / spekulasi). Maka alternatifnya adalah jual beli
valas disertai muwa’adah dan jual beli valas melalui bursa komoditi.
Keyword: lindung nilai, risiko, fluktuasi harga, syariah

Pendahuluan forward atau swap atau option. Bisnis itu bisa


Lindung nilai (Hedging/al-Tahawuth) adalah menghasilkan keuntungan besar, tetapi bisa menjadi
cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang merugi karena nilai tukarnya rendah.
timbul maupun yang diperkirakan akan timbul
akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan. Transaksi Keuangan Untuk Tujuan Hedging
Yang Menjadi Objek Fatwa
Maksudnya, mengelola risiko nilai tukar pada
exposure yang dihadapi oleh lembaga keuangan Transaksi keuangan dengan tujuan hedging
syariah (LKS) akibat dari mismatch nilai tukar antara dalam perbankan syariah yang akan menjadi objek
mata uang lokal (domestic currency) dan volatilitas fatwa terdiri dari beberapa macam dan variasinya.
nilai tukar mata uang asing(foreign currency)dalam Pertama, Pendapatan. Dalam perbankan
memenuhi kewajiban bank pada masa mendatang konvensional transaksi ini dikenal dengan swap
(future exposure/al-hajah al-mustaqbaliyah).1 suku bunga atau Interest Rate Swap meliputi:
Secara sederhana, hedging dilakukan dengan a. Menukar (swap) pendapatan mengambang
cara mematok harga valuta pada kurs tertentu (floating) dengan pendapatan tetap (fixed).
untuk mengantisipasi kerugian akibat naik atau Dalam perbankan konvensional praktek ini
turunnya nilai valuta asing tersebut dengan cara dilakukan dengan menukar (swap) suku­bunga
floating (mengambang) dengan sukubunga tetap
1
Setiawan Budi Utomo, at. al, Analisis Kesesuaian Instrument (fixed). Dengan demikian bank memperoleh
Hedge Konvensional terhadap Prinsip Syariah, h. 3-5 pendapatan yang rata setiap bulan sebagai

71
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

ganti dari pendapatan berfluktuasi miliknya. adalah qardh (pinjaman), maka bank selaku
Untuk memperoleh pendapatan yang bersifat debitur berkepentingan untuk meng-hedging giro
tetap ini bank harus membayar sejumlah fee agar saat pengembaliannya, harga valuta asing
(premi) yang disepakati. Dalam perbankan tidak naik. Misalnya dalam transaksi giro valas
syariah (mungkin) dapat dilakukan dengan (dollar), saat nasabah menitipkan ke bank, harga
menukar pembiayaan. Mudharabah atau dollar ; 12.000, tetapi harga ini berpotensi naik
Musyarakah dengan pembiayaan Murabahah ke 12.500. Maka bank menghedg giro tersebut
atau Ijarah. Karena akad ijarah bersifat fix dengan kurs 12.000.
income sedangkan mudharabah bersiat ploating b. Menjaga nilai mata uang asing untuk aset
yang beresiko terkait tingkat pendaptan yang pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan dalam
akan didapatkan. valuta asing umumnya dilakukan hedging agar
b. Menukar pendapatan tetap (fixed) dengan tetap pada nominal yang diharapkan baik jumlah
pendapatan mengambang (floating). semuanya maupun cicilan pembayarannya, seperti
Dalam perbankan konvensional dikenal dengan transaksi-transaksi murabahah, mudharabah
melakukan swap sukubunga tetap (fixed) dengan dan ijarah yang menggunakan mata uangdollar.
sukubunga floating (mengambang). Dalam Misalnya Bank A memberikan pembiayaan
perbankan syariah dapat dilakukan dengan murabahah kepada nasabah berupa kredit
menukar pembiayaan Murabahah atau Ijarah pembelian traktor. Kemudian bank A membeli
dengan pembiayaan Mudharabah atau Ijarah. traktor ke dealer. Biasanya traktor dijual dalam
menukar akad murabahah yang sedang dilakukan bentuk dollar. Jika Bank hawatir kurs dollar naik,
antara nasabah dnegan akad mudharabah karena maka bank melakukan transaksi hedging dengan
akad mudaharabah bisa diasumsikan memberikan Bank B dengan jaminan LC sebagai underlying
pendapatan besar karen bereseko besar, tetapi asset dan nasabah yang membayar premi. Pada
pilihan ini jarang menjadi alternatif. (2) kedua transaksi ini, swap yang dilakukan dapat
Kedua, Valuta Asing (Valas). Dalam per­ dikembangkan dengan menambahkan option
bankan, hedging valuta asing antara lain untuk yaitu variasi syarat dalam transaksi pembelian/
tujuan: penjualan. Misalnya Bank akan membeli kembali
valuta asing yang ia jual dengan harga yang telah
a. Menjaga nilai valuta asing semua dana pihak
disepakati apabila di pasar harganya lebih tinggi.3
ketiga (giro, tabungan, deposito, antar bank
dan pinjaman luar negeri). Penjagaan ini
Instrumen Hedging Konvensional
dilakukan agar nilai valuta asing tetap pada nilai
nominalnya saat diperlukan. Hal itu dilakukan Instrumen hedge yang digunakan meliputi:
dengan mem­buat kontrak penjualan pada hari forward, futures, options, dan swaps. Instrumen-
ini (spot) dan pembelian kembali dari pihak lain instrumen tersebut telah secara luas digunakan dalam
untuk pengiriman pada masa yang akan datang transaksi keuangan konvensional dan menjadi dasar
(forward), atau sebaliknya, membeli pada hari transaksi instrumen derivatif yang lebih kompleks.
ini dan menjual kepada pihak lain untuk jangka Pertama, Transaksi Spot. Transaksi Spot yaitu
waktu tertentu. Dalam perbankan syariah, hal ini transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas)
juga dilaksanakan karena di sisi penghimpunan untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
dana bank syariah juga membuka rekening giro penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu
(wadiah), tabungan (Mudharabah) dan deposito dua hari (penghantaran maksimum 3 hari ke depan).
(Mudharabah) dalam valuta asing. Demikian Menurut para analis, transaksi spot bukan termasuk
juga penempatan antar bank dan pinjaman luar instrumen hedging karena dilakukan secara tunai.
negeri. Seperti juga giro, tabungan, deposito, Kedua, Transaksi Forward. Kontrak forward (aqdu
PKLN dan i/B. Misalnya giro dalam fatwa DSN al-mustaqbaliyat) yaitu kontrak tunai dimana dua

2
Cecep Maskanul Hakim, Hedging, h. 1 3
Cecep Maskanul Hakim, Hedging, h. 1

72
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

pihak setuju untuk melakukan transaksi pembelian skema di bawah ini:


dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada 1 Kedua pihak transaksi lindung nilai pada
saat pembayaran impor
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang
Pada hari H, terjadi akad tukar mata
akan datang, antara 2 x 24 jam (setelah lebih dari uang sesuai kurs pada saat transaksi

3 hari) sampai dengan satu tahun.4 A


3 A mengirim barang yang dibeli
Melalui bank penjamin, A mengirim bank
Hal ini sesuai dengan definisi dalam standar 2 garansi
Syariah AAOIFI yaitu sebagai berikut: 1
Kedua pihak sepakat,
‫العقود اليت ترتتب عليها أثارها يف تاريخ حمدد يف‬ pihak A mengekspor barang ke B

)5(
‫املستقبل وتنتىه اغبلا إما باملقاصة بني أطرافها‬
a) Pada tanggal 1/2/15 Bank A memerlukan hedging
‫) ويه‬7(‫) وإما بعقود معاكسة‬6(‫وإما بالتسوية انلقدية‬ (lindung nilai) atas valasnya dan akan ditawarkan
.8(‫نادرا ما تنتىه بالتسليم والتسلم الفعيل‬ ke market (bank-bank), setelah mendapatkan
Akad yang melahirkan akibat hukumnya pada tanggal penjual, bank A menjual rupiah ke dollar kepada
yang telah ditentukan dan—pada umumnya—berakhir bank B dengan harga 12.000 secara tidak tunai,
dengan cara muqashah di antara pihak-pihak akad, dengan perjanjian pada tanggal 3/3/15 bank A
al-taswiyah al-naqdiyah, `uqud mu`akisah. Sangat akan menyerahkan ke bank B.
jarang terjadi serah terima yang sebenarnya. b) Sesuai perjanjian, pada tanggal 3/2/15
dilakukanlah penyerahan.10
Al-Qurri menjelaskan karakteristik kontrak
Ketiga, Transaksi Swap. Transaksi Swap (al-
forward sebagai berikut:
muqalabat/al-mubadalat al-muaqqatah) yaitu suatu
a. Obyek kontrak forward, seperti jenis barang dan kontrak pembelian atau penjualan aset dengan
tanggal penyerahan itu sudah ditentukan dalam harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian
akad, sedangkan harga barang tidak ditentukan antara penjualan valas yang sama dengan harga
saat akad, tetapi tergantung permintaan dan forward.11 Sederhananya transaksi Swap adalah
penawaran pasar. gabungan antara spot dan forward.
b. Hubungan antara pihak akad itu tidak langsung Definisi ini sesuai dengan definisi dalam standar
karena ghurfatu al-muqashah yang menjadi Syariah AAOIFI yaitu sebagai berikut:
mediator antara pembeli dan penjual
c. Seluruh transaksi diselesaikan (tashfiyah) untuk ‫اتفاقات بني طرفني ىلع تبادل مؤقت لقدر معني‬
menentukan harga barang.9 ‫من األصول املايلة والعينية أو معدالت الفوائد وقد‬
Transaksi forward bisa digambarkan dalam ‫يقع بيع السلع باألجل إىل من اشرتيت منه نفسه أو‬
‫لغريه دون أن تتضمن العملية تبادال فعليا للسلع‬
4
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang jual beli ‫وقد يكون فيها حق اختيار بمقابل يعطى صاحبه‬
mata uang (sharf)
5
‫خصم جزء من ادلين األىلع قيمة بني شخصني كالهما دائن‬
12
.‫)احلق يف اتلنفيذ أو عدمه‬
‫ومدين يف ذات الوقت‬. “Kesepakatan antara dua pihak untuk melakukan
transaksi atas aset keuangan atau barang atau rata-
6
‫يه عملية يتم فيها تسوية عقود مستقبلية يتم فيها دفع الفرق‬
ً rata rate bunga secara temporal. Barang yang dibeli
‫انلقدي بني سعر السوق احلايل والعقد املستقبيل بدال من التسليم الفعيل‬
bisa dijual kepada pembeli pertama atau pihak lain
7
Standar Syariah AAOIFI no. 20 tentang Buyu` Sila’ fi al-
Aswaq al-Munadzamah pasal 3/2/2. tanpa ada serah terima barang. Bisa juga pembeli
8
Standar Syariah AAOIFI no. 20 tentang Buyu` Sila’ fi al-
Aswaq al-Munadzamah pasal 3/2/2. Cecep Maskanul Hakim, Hedging, h. 1, Presentasi Arya Putra
10

dalam Sekolah Hedging di LPPI pada 10 Maret 2015


9
Muhammad al-Qurri bin ‘Id, al-Tahawwuth fi al-`Amaliyyat
al-Maliyah, h. 9, dan Abdu Sattar Abu Guddah, “al-Tahawwuth”, Fatwa DSN-MUI Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang
11

Makalah, dipresentasikan dalam Muktamar Lembaga Fikih jual beli mata uang (sharf)
Internasional OKI XXI tentang Tahawwuth 21-22 November 12
Standar Syariah AAOIFI no. 20 tentang Buyu` Sila’ fi al-
2013 di Riyad, h.27 Aswaq al-Munazhamah, pasal 3/2/2.

73
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

membayar biaya atas hak memilih untuk melanjutkan Transaksi tersebut dilakukan dengan giro sebaga
akad atau tidak”. underlyingdan pihak yangmembutuhkanyang
bayar premi.
Secara umum, penggunaan swap dalam industri
Keempat, Transaksi Option. Kontrak option
perbankan konvensional dilakukan atas dua jenis
(`aqdu al-ikhtiyarat) yaitu kontrak untuk mem­
underlying yaitu nilai tukar dan suku bunga. Oleh
peroleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk
sebab itu, pengertian swap itu sendiri merujuk
menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah
kepada underlying assets yang digunakan.
unit aset pada harga dan jangka waktu atau tanggal
Swap dalam nilai tukar adalah aktifitas pembelian akhir tertentu.15 Atau sederhananya, option yaitu
dan penjualan mata uang secara simultan dalam nilai variasi pada kontrak forward dimana pembeli/penjual
yang sama untuk waktu jatuh tempo yang berbeda memiliki hak untuk membeli/menjual dari pihak
dengan harga kotrak swap dihitung berdasarkan yang berkontrak di masa depan dengan membayar
selisih harga mata uang atas dua periode jatuh fee tertentu. Hal ini sesuai dengan definisi dalam
tempo. Sementara swap dalam suku bunga adalah standar Syariah AAOIFI yaitu sebagai berikut:
perjanjian untuk melakukan penukaran pembayaran
jenis suku bunga dalam kewajiban yang dimiliki ‫عقد يتم بموجبه منح احلق – وليس االلزتام – لرشاء‬
yaitu suku bunga tetap menjadi suku bunga ‫أو بيع شيئ معني (اكألسهم أو السلع أو العمالت أو‬
mengambang ataupun sebaliknya.13
Transaksi forward bisa digambarkan dalam
‫املؤرشات أو ادليون بمن حمدد ملدة حمددة وال الزتاما‬
skema di bawah ini: .16)‫واقعا إال ىلع بائع هذا احلق‬
Kedua pihak transaksi lindung nilai pada
1 saat pembayaran impor “Akad yang memberikan hak untuk membeli atau
Pada hari H, terjadi akad tukar mata
menjual suatu barang (seperti saham, komoditas,
uang sesuai kurs pada saat transaksi valuta asing, indeks dan utang) untuk masa tertentu,
A
3 A mengirim barang yang dibeli sedangkan kewajiban hanya pada penjual hak”.
Melalui bank penjamin, A mengirim bank
2 garansi
1 Al-Qurri menjelaskan bahwa kontrak option
Kedua pihak sepakat, adalah transaksi dimana satu pihak berkomitmen
pihak A mengekspor barang ke B
untuk menjual atau membeli dengan harga tertentu
pada waktu tertentu dengan premi. Selanjutnya,
a. Transaksi spot pertama pembeli tersebut boleh membeli dan boleh juga
Transaksi spot pertama terjadi pada tanggal tidak membeli.17
1/2/15 dimana Bank A menjual dollar (ke Produk-
Instrumen Pihak-
rupiah) kepada bank B dengan harga 12.000 Obyek Target produk yang
Hedging pihak
dihedg
secara spot (tunai), dengan perjanjian pada
tanggal 2/3/15 bank A akan menjual kembali Spot

rupiah pada harga 12.500 ke Bank B. Forward


c) Transaksi Forwad, Sesuai perjanjian, pada tanggal Swap
3/2/15 dilakukanlah transksi jual beli dolar secara Option
tidak tunai,dengan perjanjian pada tanggal 3/3/15
Instrumen hedge pada umumnya dilakukan
bank A akan menyerahkan ke bank B.
pada tiga jenis transaksi, yaitu transaksi jual
d) Sesuai perjanjian, pada tanggal 3/2/15 di­
lakukan­lah penyerahan.14
15
Fatwa DSN-MUI No.: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang jual
beli mata uang (sharf).
16
Standar Syariah AAOIFI, “Hai’atu al-Muhasabah wa al-
Setiawan Budi Utomo, at. al, Analisis Kesesuaian Instrument
13
Muraja’ah li al-Muassasat al-Maliyah al-Islamiyah”, Al-Ma`ayir
Hedge Konvensional terhadap Prinsip Syariah, h. 3-5 al-Syar`iyah no. 20 tentang Buyu` Sila’ fi al-Aswaq al-Munazhamah
14
Cecep Maskanul Hakim, Hedging, h. 1, Presentasi Pak Arya pasal 3/2/2, (Bahrain: t.pn., 2010).
Putra dalam sekolah hedging di LPPI pada 10-03-2015 17
Muhammad al-Qurri bin `Id, al-Tahawwuth…, h. 9.

74
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

beli komoditas, transaksi jual beli sekuritas, atau tangan bagi pencuri, denda bagi safih, kewajiban
transaksi jual beli valuta asing. Diantara bentuk- pelaku pidana untuk mengganti. Bahkan banyak
bentuk transaksi hedging sebagai berikut: dalil-dalil dalam syariat Islam yang mewajibkan
1) Ekspor impor. Bagi eksportir, dibutuhkan pelaku usaha untuk melakukan bisnis dengan
lindung nilai dari mata uang yang digunakan mempertimbangkan resiko-resiko sehingga bisnisnya
importir sebagai pembayaran yang dikenal terjaga dan menguntungkan.18
sebagai lindung nilai terhadap resiko gejolak Mitigasi resiko sebagaimana dijelaskan di atas,
nilai tukar mata uang. itu sudah menjadi tradisi pelaku binsis sejak masa
2) Simpan pinjam. Kenaikan suku bunga pinjaman Rasulullah saw dan sahabat, sebagaimana penegasan
yang beresiko bagi pinjaman dan bagi si pemberi kisah Abbas bin Abdul Muthalib dan penjelasn
pinjaman apabila suku bunga turun Ibnu Taimiyah:
3) Ekuitas, resikonya adalah jatuhnya nilai ekuitas a. Kisah Abbas bin Abdul Muthalib
yang dimilikinya. ‫فيما روي أن العباس ابن عبد املطلب إذا دفع املال‬
4) Kontrak serah dan kontrak berjangka adalah
lindung nilai terhadap resiko pergerakan harga
‫مضاربة اشرتط ىلع صاحبه أن ال يسلك به حبرا‬
pasar di pasar komoditi. ‫وال يزنل به واديا وال يشرتى به دابة ذات كبد رطبة‬
5) Lindung nilai terjadap risiko kredit macet, ‫فإن فعل ذلك فهو ضامن فرفع رشطه إىل رسول اهلل‬
dimana kredit adalah resiko dalam bisnis
perbankan, namun risiko yang tidak dikehendaki ‫صىل اهلل عليه وسلم فأجازه‬
oleh para pedagang. Maka untuk melakukan “Diriwayatkan, jika ibnu Abbas menyerahkan modal
lindung nilai, pedagang menjual obligasi yang mudharabah, maka ia memberikan syarat kepada
dipegangnya dengan potongan harga. pengelola agar tidak melewati lautan, jurang, tidak
untuk dibelikan tunggangan yang memiliki hati yang
6) Lindung nilai terhadap mata uang digunakan
basah. Jika si pengelola melakukan hal-hal terlarang
oleh para investor guna melindungi investasinya tersebut, maka ia bertanggung jawab. Kemudian
di negara lain, ini juga oleh dunia industri ibnu Abbas menanyakan syarat-syarat ter­sebut kepada
yang menggunkaan berbagai mata uang dalam Rasulullah saw, maka Rasulullah membolehkannya”.19
perdagangannya.
7) Bagi debitur, yang dikhawatirkan adalah resiko b. Penjelasan Ibnu Taimiyah
akibat naiknya kurs pokok pinjaman, bagi
‫فاملساقة واملزارعة تعتمد‬.....:‫قال ابن تيمية رمحه اهلل‬
penjual yang dikhawatirkan adalah turunnya
kurs valuta asing. ‫ىلع أمانة العامل وقد يتعذر ذلك كثريا فيحتاج‬
Instumen hedging yang banyak digunakan di ‫انلاس إىل املؤاجرة اليت فيها مال مضمون يف اذلمة‬
industri keuangan syariah adalah instrumen forward
plus swap. Sedangkan instrumen forward murni ‫وهلذا يعدل كثري من انلاس يف كثري من األمكنة‬
tanpa swap masih jarang digunakan. .‫واألزمنة عن املزارعة إىل املؤاجرة ألجل ذلك‬
“Ibnu Taimiyah berkata: Akad musaqah dan
Hedging Menurut Fikih muzara`ah diberlakukan dengan mengandalkan
Resiko investasi adalah terjadi hal-hal yang tidak komitmen (amanah) pengelola, sesuatu yang
diinginkan (ihtimal al-makruh) dalam investasi. sulit terjadi/ sulit dilakukakn. Maka masyarakat
Maka melakukan mitigasi terhadap resiko-resiko membutuhkan akad ijarah, karena dengan akad
tersebut dengan cara-cara yang dibolehkan oleh ijarah, harta yang disewakan itu terjamin. Oleh
syariah itu dianjurkan karena termasuk menjaga sebab itu, masyarakat di banyak tempat dan kondisi
harta/ aset (hifzh al-mal) sebagai salah satu meninggalkan transaksi muzara`ah dan memilih
maqashid syariah. Hifzh al-mal tidak terbatas
18
Muhammad al-Qurri bin `Id, al-Tahawwuth…, h. 9
pada ketentuan-ketentuan hukum (ijra’at wa
19
Muhammad al-Qurri bin `Id, al-Tahawwuth…, h. 9, menukil
al-ahkam al-`ammah) seperti hukuman potong dari Bada’i al-Shanai’ 13/150.

75
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

ijarah sebagai alternatif karena sebab tersebut di dengan substansi fatwa DSN nomor: 82 Tahun
atas”.20 2011 tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan
Prinsip Syariah di Bursa Komoditi.22
Al-Qurri menjelaskan bahwa kedua penjelasan di Hukum hedging konvensional bisa dijelaskan
atas menjadi landasan dibolehkannya mitigasi resiko. berdasarkan instrumennya yaitu sebagai berikut:
Dalam kisah Abbas bin Abdul Mutthalib, akad
1. Kontrak option hukumnya haram sesuai fatwa
muzara`ah dan akad musaqah adalah akad amanah
DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual
yang mengandalkakn komitmen pengelola, karena
Beli Mata Uang (al-Sharf), tidak membolehkan
itu pemilik tanah menghadapi resiko komitmen
adanya kontrak option juga karena menyebabkan
pengelola (moral risk), maka di antara solusinya
adanya spekulasi yang akan merugikan salah
adalah akad ijarah agar tanah mereka terjamin.21
satu pihak, juga sesuai Standar Syariah AAOIFI,
Transaksi Lindung Nilai (Hedging/al-Tahawuth Lembaga Fikih Islam OKI dan Nadwa al-Baraka
al-Islami) adalah transaksi yang dilakukan Nasabah berdasarkan dalil-dalil berikut:
dengan Lembaga Keuangan Syariah dalam rangka
• Kontrak option mengandung unsur maisir
memitigasi risiko atau melindungi nilai suatu aset,
(spekulasi) sesuai dengan hadis Rasulullah saw:
kewajiban, pendapatan, dan/atau beban nasabah
terhadap risiko fluktuasi nilai mata uang di masa ‫نىه رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم عن بيع‬
yang akan datang. 23
‫الغرر‬
Instrumen Hedging Konvensional Menurut
“Rasulullah Saw melarang jual beli yang me­
Syariah ngandung gharar”.
WGPS menyimpulkan bahwa saat ini belum • Keinginan pihak akad (iradah) itu bukan
terdapat landasan operasional yang baik secara objek yang bisa diperjualbelikan, karena
prinsip kehati-hatian (prudential), bagi pelaksanaan keinginan itu bukan harta, bukan manfaat,
lindung nilai secara syariah untuk mengelola risiko dan bukan pula hak.
nilai tukar. Adapun fatwa Dewan Syariah Nasional • Kedua objek akad (tsaman dan mutsman)
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: diserahkan secara tidak tunai (ta’jil badalain),
28/DSN-MUI/III/2002 tentang jual beli mata dan ini termasuk ibtida dain bi al-dain.
uang (sharf) yang secara lex specialis derogat legi • Termasuk menjual sesuatu yang belum di­
generalis yang memungkinkan penggunaan forward miliki bukan dengan cara salam.24
agreement hanya untuk kebutuhan mendesak (li
2. Kontrak Swap hukumnya haram karena
al-hajah), dimaksudkan dalam konteks pertukaran
me­ ngandung transaksi ribawi, begitu pula
mata uang dan bukan dalam kontek exchange risk
hukumnya kontrak forward adalah haram
hedging, sehingga belum dapat menjadi dasar bagi
karena harga yang digunakan adalah harga yang
pelaksanaan lindung syariah.
diperjanjikan (muwa`adah) dan penyerahannya
Selain skema Wa`d dalam bentuk forward dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada
agreement (dengan mengacu kepada substansi fatwa waktu penyerahan tersebut belum tentu sama
nomor: 28 Tahun 2002 tentang jual beli mata
uang (sharf), dan substansi fatwa DSN nomor: 85 22
Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Pembahsan Working
Tahun 2012 tentang Janji (wa’d) dalam Transaksi Group Perbankan Syariah tentang Lindung Nilai Syariah (Hedging),
Keuangan dan Bisnis Syariah), instrumen lindung Tangerang, 25-26 Juli 2016
nilai lain yang dibenarkan secara syariah adalah
23
Hadis Riwayat Imam Muslim dalam shahihnya, 3/156.
Imam Bukhari juga membuat judul tersebut dalam salah bab
dengan menggunakan skema transaksi berbasis shahih bukhari (`Umdatul Qari’, 11/264).
perdagangan di bursa komoditi syariah, sesuai 24
Fatwa DSN-MUI Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang
jual beli mata uang (sharf), Standar Syariah AAOIFI no. 45 tentang
himayatu al-mal wa al-istitsmarat pasal 5, Al-Amanah `Ammah li
20
Muhammad al-Qurri bin `Id, al-Tahawwuth…, h. 9, menukil al-Hai’at al-Syar`iyah, Qararat wa Taushiyat Nadawat al-Barakah,
dari al-Fatawa 30/235. (Jeddah: Al-Amanah `Ammah li al-Hai’at al-Syar’iyah - Majmuatu
21
Muhammad al-Qurri bin `Id, al-Tahawwuth…, h. 13 Dallah Barakah, 2006), Cet. VII, h. 287.

76
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

dengan nilai yang disepakati.25 Hal ini sesuai atau uang, kelompok kedua adalah makanan.28
dengan penjelasan Standar Syariah AAOIFI Jika terjadi transaksi antara kelompok uang
sebagai berikut: tetapi berbeda jenis, maka harus dilakukan secara
tunai. Jika tidak, maka transaksi menjadi riba
‫حيرم الرصف األجل أيضا ولو اكن تلوىق اخنفاض‬
nasa’. Kaidah ini berlaku dalam jual beli valuta
26
‫ربح العملية اليت تتم بعملية يتوقع اخنفاض قيمتها‬ asing seperti pertukaran dollar dan rupiah, maka
“Transaksi sharf secara tidak tunai itu diharam­ transaksinya harus tunai. Kedua instrumen hedging
kan, walaupun bertujuan untuk menghindari (swap dan forward) itu dilakukan secara tidak
me­nurunnya keuntungan bisnis yang diprediksi tunai, maka termasuk riba nasa’ yang diharamkan.
kurs mata uangnya melemah”. Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang
Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf) tidak membolehkan
‫محاية رأس املال من خالل عقود اتلحوط اتلقليدية‬
adanya kontrak Forward karena tidak diperkenankan
‫مثل اإلختيارات واملستقبليات واملبادالت األجلة‬ menetapkan harga valuta asing sebelum pada hari
27
.‫فلك هذه الوسائل ممنوعة رشاع‬ pelaksanaannya. Yang dibolehkan adalah forward
agreement atau wa’ad yang merupakan rujukan harga
“Melindungi modal dengan instrumen hedging
kontrak. Dapat berubah pada saat pelaksanaan,
konvensional seperti transaksi option, forward
melihat harga pada hari pelaksanaan. Fatwa DSN
dan swap itu dilarang oleh syaiat Islam”.
tersebut tidak membolehkan adanya kontrak Swap
karena menyebabkan adanya spekulasi yang akan
Kedua instrumen hedging yaitu swap dan forward
me­rugikan salah satu pihak. Untuk menghindari
itu diharamkan karena termasuk riba nasa’ sesuai
adanya penggabungan dua kontrak ini, bank
dengan hadis Rasulullah saw.
syariah melakukan kontrak terpisah antara Spot
‫ملا روى عبادة بن الصامت أن انليب صىل اهلل عليه‬ dan Forward Agreement.
‫ والرب‬,‫ والفضة بالفضة‬,‫وسلم قال { اذلهب باذلهب‬
,‫ وامللح بامللح‬,‫ واتلمر باتلمر‬,‫ والشعري بالشعري‬,‫بالرب‬ Instrumen
Hedging
Akad
Ketentuan
Hukum
Yang
terjadi
Yang boleh

‫ يدا بيد فإذا اختلفت هذه األصناف‬,‫مثال بمثل‬ Spot Sharf Tunai Tunai -

.‫فبيعوا كيف شئتم يدا بيد} رواه أمحد‬ Tidak


Janji – spot
tunai
“Ubadah Bin ash Shamit r.a meriwayatkan bahwa Forward Sharf Tunai (Forward
Forward
agremen)
Rasulullah saw bersabda: (penukaran) antara emas contract
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan Tidak
gandum, syair dengan syair, korma dengan korma, Swap Sharf Tunai
Tunai Spot – janji
garam dengan garam itu harus sama dan dibayar Spot - - spot
forward
kontan. Jika berbeda (penukaran) barang di atas,
maka juallah barang tersebut sekehendak kamu sekalian Tidak
Option Sharf Tunai pasti Tidak boleh
dengan syarat dibayar kontan.” (H.R Ahmad) Jual hak

Jika ditelaah, hadis di atas menjelaskan tentang


Perbedaan Antara Muwa`adah Dengan al-Bai`
dua kelompok barang-barang ribawi (amwal al-Mu’ajjal
ribawiyat), kelompok pertama adalah mata uang
Muwa`adah adalah janji kedua belah pihak (saling
berjanji) untuk melakukan sesuatu pada masa yang
akan datang. Muwa`adah untuk sharf berarti janji
25
Fatwa DSN-MUI Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual
jual beli mata uang (sharf).
26
Standar Syariah AAOIFI No.1 tentang al-Mutajarah fi
al-`umulat. 28
Bisa dirujuk ke beberapa buku kontemporer seperti Rafiq
27
Standar Syariah AAOIFI No. 45 tentang Himayatu al-Mal Yunus al-Mashri, al-Jami’ fi Ushul al-Riba, h. 213 dan 307; Abdul
wa al-Istitsmarat, pasal 5 Fattah Idris, Mmuamalat al-Bunuk min Manzhuri Islami, h. 5-8

77
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

beli valas pada masa yang akan datang. Imam Adawi berkata:
Dalam muwa`adah, belum terjadi transfer of ‫[ وأما لو أراد أن يعقدا بعد ذلك فال رضر] حاشية‬
ownership kecuali saat penyerahaan dan belum
ada ijab dan qabul. Dalam bai` al-muajjal, sudah 83/5 ‫العدوي ىلع رشح اخلريش ىلع خمترص خليل‬
ada ijab dan qabul dan sudah ada tasallum taslim “Jika kedua belah pihak bertransaksi setelah
walaupun salah satunya. muwa`adah, maka itu dibolehkan”.
Pendapat ulama tentang muwa`adah, mayoritas ً
ulama berpendapat bahwa muwa`adah itu ‫األصل يف املواعدة من الطرفني أنها ملزمة‬ :‫أوال‬
dibolehkan jika status janjinya tidak mengikat. ً
.‫قضاء‬ ‫ وليست ملزمة‬،‫ديانة‬
Misalnya muwa`adah untuk sharf, maka sifatnya ً ً
tidak mengikat, jadi kedua belah pihak tidak wajib ‫ املواعدة من الطرفني ىلع عقد حتايال ىلع‬:‫ثانيا‬
menjual atau membeli valas. ‫ مثل املواطأة ىلع العينة أو املواعدة ىلع بيع‬،‫الربا‬
Ketentuan tidak mengikat karena jika muwa`adah ً
.‫وسلف ممنوعة رشاع‬
mengikat, maka substansi muwa`adah sama ً
dengan akad. Jika substansinya sama dengan akad, ‫يف احلاالت اليت ال يمكن فيها إجناز عقد‬ :‫ثاثلا‬
maka muwa`adah untuk jual beli valuta asing
‫ابليع لعدم وجود املبيع يف ملك ابلائع مع وجود‬
menjadi tidak boleh, karena saat muwa`adah telah
terjadi transaksi jual beli dengan penyerahan tidak ‫حاجة اعمة إللزام لك من الطرفني بإجناز عقد‬
tunai, dan itu tidak dibolehkan karena termasuk ‫ أو حبكم‬،‫يف املستقبل حبكم القانون أو غريه‬
riba al-yad. Ketentuan hukum ini dipertegas
dengan pendapat imam Syafi`i, imam Ahmad bin ‫ كما يف فتح االعتماد‬،‫األعراف اتلجارية ادلويلة‬
Hambal dan imam Adawi. Imam Syafi`i berkata:
ْ َ َ َ َّ ‫ فإنه جيوز أن جتعل‬،‫املستندي السترياد ابلضااعت‬
َ‫ال بَأ َس أَ ْن ي َ ْش َتي‬ ‫ف‬ ‫ف‬ ْ
‫الص‬ ‫ن‬
َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ
‫ال‬ ‫وإِذا تواعد الرج‬
ِ ِ ،‫املواعدة ملزمة للطرفني إما بتقنني من احلكومة‬
َ ْ ُ َ َّ ْ َ َّ
‫الر ُجال ِن ال ِفضة ث َّم يُ ِق َّرانِ َها ِعن َد أ َح ِد ِه َما َح َّت‬ ‫نص يف االتفاقية جيعل‬ ّ ‫وإما باتفاق الطرفني ىلع‬
َ ‫اها َو َي ْصنَ َعا ب َها َما َش‬ َ َ َ َََ .‫املواعدة ملزمة للطرفني‬
23/3 ‫اءا] األم‬ ِ ‫يتبايع‬
ً
“Jika dua pihak saling berjanji (muwa`adah) ‫إن املواعدة امللزمة يف احلالة املذكورة يف ابلند‬ :‫رابعا‬
untuk transaksi sharf, maka kedua belah pihak ً
boleh membeli perak, kemudian keduanya sepakat ‫ فال‬،‫ثاثلا ال تأخذ حكم ابليع املضاف إىل املستقبل‬
bahwa perak tersebut milik salah satu pihak, ‫ وال يصري اثلمن‬،‫ينتقل بها ملك املبيع إىل املشرتي‬
sehingga bisa memperjual belikan perak tersebut ً
sesuai kehendaknya”. ‫ وال ينعقد ابليع إال يف املوعد املتفق عليه‬،‫دينا عليه‬
ً
.‫بإجياب وقبول‬
Imam Ibnu Hazm berkata: ّ ً
‫ يف احلاالت‬،‫ إذا ختلف أحد طريف املواعدة‬:‫خامسا‬
‫واتلواعد يف بيع اذلهب باذلهب أو بالفضة ويف بيع‬ ُ َ ً
‫ فإنه يرب‬،‫وعد به‬ ‫ عما‬،‫املذكورة يف ابلند ثاثلــا‬
‫الفضة بالفضة ويف سائر األصناف األربعة بعضها‬ ّ ‫ أو‬،‫قضاء ىلع إجنـــــاز العقد‬ ً
‫حتمل الرضر الفعيل‬
‫ببعض جائز تبايعا بعد ذلك أو لم يتبايعا ألن اتلواعد‬
ً ‫احلقييق اذلي حلق الطرف اآلخر بسبب ختلفه عن‬
‫ليس بيعا‬ .)‫وعده (دون الفرصة الضائعة‬
“Muwa`adah untuk bertransaksi jual beli emas
a) Pada dasarnya, muwa`adah yang dilakukan oleh
dengan emas, jual beli emas dengan perak, jual beli
perak dengan perak, dan jual beli antara keempat kedua belah pihak akad itu mengikat menurut
barang-barang ribawi itu hukumnya boleh, baik aspek agama dan tidak mengikat menurut aspek
terjadi transaksi jual beli setelahnya atau tidak terjadi peradilan.
karena muwa`adah bukan jual beli”. b) Jika muwa`adah yang dilakukan oleh kedua

78
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

belah pihak, akad itu bertujuan sebagai nya) kepada pihak kedua. Komitmen yang
tahayul untuk melakukan praktik riba, seperti dimaksud adalah komitmen untuk menjual
kesepakatan bertransaksi `inah, muwa`adah valuta asing yang dibutuhkan pada kurs tertentu.
untuk melakukan transaksi bai` wa salaf, maka Kemudian pihak kedua membayar upah (rasm)
transaksi itu dilarang menurut syariat Islam. kepada pihak pertama atas jasa komitmennya
c) Dalam kondisi, dimana akad jual beli tidak tersebut. Sedangkan pihak kedua selaku pihak
bisa dilaksanakan karena obyek jual beli belum yang mendapatkan manfaat (pemilik hak) itu
dimiliki oleh penjual. Dan di sisi lain, ada memiliki hak khiyar; boleh membeli atau tidak
hajat massif untuk mengikat pihak-pihak akad jadi membeli.
agar melakukan akad pada masa yang akan b) Akad kedua adalah akad antara untuk jual beli
datang sesuai peraturan perundang-undangan valuta asing sesuai dengan hak yang diberikan
atau ketentuan lainnya, atau sesuai tradisi pada akad pertama. Akad kedua ini adalah
perdagangan internasional seperti pembukaan akad najiz, bukan akad mu`alaq atau mudhaf
l/c ekspor barang, maka dalam kondisi tersebut ila mustaqbal karena belum ada jual beli
dibolehkan melakukan muwa`adah yang sebelumnya ketika masuk ke dalam iltizam ini.
mengikat pihak-pihak akad, baik berdasarkan Iltizam tersebut boleh diperjual belikan dengan
ketentuan pemerintah atau kesepakatan pihak- syarat-syarat berikut:
pihak akad. • Iltizam bermanfaat bagi penerima hak.
d) Muwa`adah yang mengikat dalam kondisi • Manfaat iltizam dibolehkan pada kondisi
tersebut dalam poin 3 itu tidak seperti hukum normal
bai` al-mudhaf ila al-mustaqbal (jual beli untuk • Iltizam itu berharga (bernilai uang) sesuai
masa yang akan datang), karena itu, dalam `urf masyarakat
muwa`adah, objek barang tidak berubah menjadi
• Iltizam bisa dipenuhi oleh penjualnya.29
milik pembeli. Begitu pula harganya tidak
menjadi tanggungan pembeli, dan transaksi jual Kedua, dua transaksi jual beli secara tidak tunai
beli tidak terjadi kecuali dengan ijab dan qabul a) Bank membeli barang kepada pihak lain
pada waktu akad yang disepakati. dengan mata uang dollar secara tidak tunai
e) Jika salah satu pihak melanggar janji pada kasus dan terjadi taqabudh, kemudian bank menjual
poin ketiga di atas, maka hukum (pengadilan) barang tersebut kepada pihak lain dengan
dapat memaksanya untuk menyempurnakan mata uang euro secara tidak tunai juga dan
kontrak atau menanggung kerugian yang terjadi taqabudh diantara kedua belah pihak
dialami pihak lain dengan sebab pelanggaran dengan kesepakatan; harga (uang euro) akan
janjinya tersebut (hal ini untuk menjaga dibayarkan pada tanggal/waktu yang sama
kesempatan yang hilang/oppotunity cost). dengan pembayaran transaksi pertama. Sehingga
(Keputusan Lembaga Fikih Internasional OKI pada tanggal pembayaran, bank mendapatkan
no. 157 tentang Muwatha`ah fi al-`Uqud dalam kelebihan euro dan kekurangan dollar.30 Atau
sidangnya yang ke 17, yang diselenggarakan b) Bank membeli barang kepada pihak lain
pada 24-28 2006 di Amman) dengan mata uang dollar secara tidak tunai
dan terjadi taqabudh, kemudian bank menjual
Instrumen Hedging Yang Dibolehkan Menurut barang tersebut kepada pihak yang sama dengan
Fikih mata uang euro secara tidak tunai juga dan
Pertama, al-tahawwuth `an thariq al-iltizam
(bi ajr) bi al-bai` aw al-syira’. Ini terdiri dari 29
Nazih Hammad, “Al-Tahawwuth li Sharf al-`Umulat”, h.
2, 20, 21, 22, Makalah yang dipresentasikan dalam Muktamar
dua akad yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu Lembaga Fikih Internasional OKI XXI tentang Tahawwuth 21-22
sebagai berikut: November 2013 di Riyad
a) Akad pertama adalah akad antara dua pihak, 30
Abdu Sattar Abu Guddah, “al-Tahawwuth”, h.27, Makalah
yang dipresentasikan dalam Mu’tamar Lembaga Fikih Internasional
pihak pertama menjual komitmen (iltizam OKI XXI tentang Tahawwuth 21-22 November 2013 di Riyad

79
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

terjadi taqabudh diantara kedua belah pihak disesuaikan harga index saham. Dengan demikian,
dengan kesepakatan; harga (uang euro) akan modal bisnis bisa dimitigasi dari resiko kerugian.
dibayarkan pada tanggal/ waktu yang sama
dengan pembayraan transaksi pertama. Sehingga Fatwa DSN Tentang Lindung Nilai Syariah
pada tanggal pembayaran, bank mendapatkan Menurut fatwa DSN, transaksi Lindung Nilai
kelebihan euro dan kekurangan dollar. (Hedging/al-Tahawwuth) itu boleh dilakukan
Transaksi ini tidak termasuk bai` al-`inah, dengan syarat mengikuti ketentuan-ketentuan
karena bai` al-`inah itu terdiri dari transaksi beli dalam fatwa. Menurut fatwa DSN, ada tiga
secara tunai dan jual secara tidak tunai dengan alternatif akad dalam transaksi lindung nilai
harga yang lebih besar, kedua harga dalam transaksi (hedging/al-tahawwuth) yang dibolehkan yaitu:
tersebut menggunakan mata uang yang sama. Pertama, `aqd al-tahawwuth al-basith. `Aqd
Sedangkan dalam transaksi ini kedua transaksi al-tahawwuth al-basith itu seperti forward agreement
dilakukan secara tidak tunai dan dengan mata uang yang dijelmakan dalam fatwa DSN tentang sharf.
yang berbeda, dengan syarat akad yang pertama Forward agreement bisa didefinisikan secara sederhana
tidak disyaratkan harus ada akad kedua.Kecuali sebuah janji antara beberapa bihak untuk melakukan
kalau dikatakan bahwa transaksi ini bentu rekayasa transaksi jual beli valuta asing pada waktu yan
(hilah) jual beli dollar dengan euro tanpa ada ada akan datang secara tunai. Rumus disain kontraknya
serah terutama kedua mata uang tersebut.31 adalah dalam forward konvensional terjadi ketika
Ketiga, bai` al-`urbun. Bank membagi modal kontrak jual beli valas dilakukan secara tidak tunai
(100%) ke dalam dua bagian, bagian pertama (serah terima valasnya terjadi kemudian). Praktik
93 dijadikan modal transaksi murabahah dengan ini tidak dibolehkan karena termmasuk riba al-yad
margin 7. Sedangkan bagian yang kedua: 7 (tujuh) atau dikenal dengan istilah bai` al-sharf al-ajil (jual
dijadikan `urbun untuk membeli saham sebesar beli valas tanpa disertai penyerahan tidak tunai).
700. Jika harganya naik, maka bank akan membeli Maka bisa disimpulkan, bahwa titik ke­
saham, tapi jika harganya turun, maka bank akan haramananya ada di penyerahan valas yang tidak
kehilangan `urbun. tunai. Oleh sebab itu, maka cara mendisain
Keempat, al-wu`ud al-mutabadalah al- kontrak­nya agar halal adalah dengan membuat
mukhtalifah fi mahalli al-wurud. Bank berjanji kontrak tunai melalui forward, diawali dengan
(yang sifatnya mengikat) untuk membeli barang muwa`adah (janji membeli/janji menjual) kemudian
milik pihak tertentu pada tanggal yang telah dilakukan kontrak spot. Sehingga urutan transaksi
ditentukan, dengan syarat harga yang berlaku di forward agreement bisa digambarkan sebagai
pasar itu lebih kecil dari harga yang telah disepakati. berikut: muwa’adah (saling janji beli) + transaksi
Pada waktu yang diperjanjikan, dan harga pasar spot + penyelesaian. Dengan demikian, mekanisme
lebih kecil dari harga yang disepakati, dibuatkan transaksi lindung nilai dengan ‘aqd al-tahawwuth
akad jual beli.32 al-basith adalah dengan tahapan sebagai berikut:
Kelima, al-tahawwuth bi al-istikhdami Tahap pertama, para pihak saling berjanji
barnamij al-murabahatain. Pertama, Bank (muwa‘adah) untuk melakukan satu kali atau
membeli barang dengan akad murabahah ke satu lebih transaksi valuta asing pada masa yang akan
pihak dengan harga tidak tunai (misalnya hingga datang meliputi kesepakatan:
satu tahun), dengan syarat setelah satu tahun, 1) Mata uang yang diperjual belikan
kedua belah pihak sepakat untuk melakukan 2) Jumlah nominal
transaksi murabahah lagi, dengan cara bank menjual
3) Harga atau cara perhitungan nilai tukar, dan
barangnya ke pihak pertama dengan margin
4) Waktu pelaksanaan
Tahap kedua, pada waktu pelaksanaan, para
31
Abdu Sattar Abu Guddah, “al-Tahawwuth”, h.27 dan 29
pihak melakukan transaksi valuta asing (ijab/qabul)
Muhammad al-Qurri bin `Id, al-Tahawwuth fi al-
32

`Amaliyyat…, h. 18-19
secara spot sesuai harga yang disepakati yang diikuti

80
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

dengan serah terima mata uang yang dipertukarkan. ada di penyerahan yang tidak tunai, maka cara
Hal ini sebagaimana penjelasan fatwa DSN bahwa mendisain kontrak yang halal adalah dengan
mekanisme transaksi lindung nilai dengan `Aqd al- membuat kontrak tunai melalui forward. Akad
Tahawwuth al-Basith adalah sebagai berikut: ini diawali dengan muwa`adah (janji membeli)
1. para pihak saling berjanji (muwa`adah), baik kemudian kontrak spot. Sehingga urutan transaksi
secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk forward agreement bisa digambarkan yaitu
melakukan jual-beli satu kali atau lebih atas muwa’adah (saling janji beli) + transaksi spot
mata uang asing pada masa yang akan datang + penyelesaian. Dengan demikian, mekanisme
yang meliputi kesepakatan: (1) Mata uang yang transaksi lindung nilai dengan `aqd al-tahawwuth
diperjualbelikan, (2) jumlah nominal, (3) nilai al-murakkab adalah sebagai berikut:
tukar atau perhitungan nilai tukar, dan (4) a. Tahap pertama, para pihak melakukan transaksi
waktu pelaksanaan; jual beli secara spot
2. Pada waktu pelaksanaan, para pihak melakukan b. Tahap kedua, para pihak saling berjanji
Transaksi Spot(ijab-qabul) dengan harga yang (muwa‘adah) untuk melakukan satu kali atau
telah disepakati yang diikuti dengan serah lebih transaksi valuta asing pada masa yang
terima mata uang yang dipertukarkan. akan datang yang meliputi kesepakatan:
Perlu dicatat, bahwa muwa`adah yang dimaksud 1) Mata uang yang diperjual belikan
bisa tertulis, juga bisa tidak tertulis, tetapi karena 2) Jumlah nominal
tuntutan mashlahat, maka muwa`adah secara tertulis 3) Harga atau cara perhitungan nilai tukar, dan
atau terdokumentasikan menjadi sebuah keharusan.
4) Waktu pelaksanaan.
Disamping itu, karena status janji itu mengikat,
maka janji secara tertulis menjadi sebuah keharusan c. Tahap ketiga, pada tanggal pelaksanaan, para
karena rekaman itu belum menjadi alat bukti yang pihak melakukan transaksi valuta asing (ijab/
sah, tetapi hanya sebagai bukti permulaan. qabul) secara spot sesuai harga yang disepakati
yang diikuti dengan serah terima mata uang
Menurut akuntansi, muwa`adah itu harus
yang dipertukarkan. Mekanisme transaksi
dicatat grosnya dan ketika eksekusi yang akan
lindung nilai dengan `aqd al-tahawwuth al-
dicatat hanya nettingnya. Transaksi pada saat jatuh
murakkab adalah sebagai berikut:
tempo harus dilakukan secara sesungguhnya yang
antara lain berupa beralihnya kepemilikan (transfer 1) para pihak melakukan transaksi jual-beli
of ownership / intiqal milkiyah), dan serah terima secara spot;
(real settlement / qabdh).33 2) para pihak saling berjanji (muwa`adah) untuk
Kedua, `aqd al-tahawwuth al-murakkab. `Aqd melakukan jual-beli satu kali atau lebih
al-tahawwuth al-murakkab itu bisa didefinisikan atas mata uang asing pada masa yang akan
secara sederhana sebuah transaksi spot kemudian datang meliputi kesepakatan: (1) Mata uang
janji antara beberapa pihak untuk melakukan yang diperjualbelikan, (2) jumlah nominal,
transaksi jual beli valuta asing secara tunai (swap (3) nilai tukar atau perhitungan nilai tukar,
syariah). Rumus disain kontraknya adalah bahwa dan (4) waktu pelaksanaan;
dalam swap konvensional terjadi ketika kontrak jual 3) pada waktupelaksanaan, para pihak me­
beli valas secara tidak tunai (serah terima valasnya lakukan Transaksi Spot(ijab-qabul) dengan
terjadi kemudian) kemudian forward contract, harga yang telah disepakati yang diikuti
praktik ini tidak dibolehkan karena termasuk dengan serah terima mata uang yang
riba al-yad karena termasuk (bai` al-sharf al-ajil). dipertukarkan.
Bisa disimpulkan bahwa titik keharamananya Ketiga, `aqd al-tahawwuth fi suq al-sil`ah.
Mekanisme transaksi lindung nilai (hedging/al-
tahawwuth) dengan `aqd al-tahawwuth bi al-sil`ah
33
Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Pembahasan Workong
Group Perbankan Syariah tentang Lindung Nilai Syariah (Hedging), adalah sebagai berikut:
25-26 Juli di Tangerang.

81
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

Mekanisme 1: (Forward agreement) tunai) yang pembayarannya dilakukan pada


waktu yang akan datang sesuai kesepakatan;
(LEG I)
Tahap pertama (Nasabah yang punya utang (LEG II)
valas memesan komoditas dan wa`d beli) g. Konsumen Komoditi menerima mata uang asing
a. Bursa komoditi syariah memfasilitasi pelaku dari pihak pembeli dalam rangka menunaikan
transaksi lindung nilai syariah untuk melakukan kewajibannya kepada pihak lain.
transaksi atas sil`ah di bursa komoditi syariah; Mekanisme 2:
b. Konsumen komoditi yang memiliki kewajiban a. Bursa Berjangka Jakarta memfasilitasi LKS
mata uang asing melakukan pemesanan sil`ah untuk melakukan transaksi atas sil`ah di Bursa
dan berjanji (wa`d) untuk membeli sil`ah Berjangka Jakarta;
tersebut secara tunai, bertahap, atau tangguh b. Konsumen Komoditi (LKS atau Nasabah)
kepada Peserta Komersial dalam mata uang memberikan kuasa (akad wakalah) kepada
rupiah atau mata asing lainnya; Peserta Komersial untuk membeli sil`ah secara
Sebagai catatan, dalam bursa komoditi, tidak ada tunai dalam mata uang rupiah;
wa`ad/ muwa`adah. Muwa`adah hanya terjadi di c. Berdasarkan akad wakalah tersebut, Peserta
luar lantai bursa ketika nasabah yang mempunyai Komersial membeli sil`ah dari sejumlah Peserta
kewajiban valas memesan komoditas dan janji Pedagang Komoditi dalam mata uang rupiah
untuk membeli. Untuk Skuaring (mencari secara tunai;
partner yang lebih besar, pembeli hedging akan d. Peserta Komersial menerima dokumen ke­
menjual ke pihak lain seperti asuransi ke re pemilikan yang berupa SPKAT yang diterbitkan
asuransi) menggunakan wa`d Bursa sebagai bukti pembelian komoditi;
Tahap kedua (bank beli komoditas / harus tunai) e. Konsumen Komoditi menjual sil’ah kepada
c. Berdasarkan pemesanan sebagaimana dimaksud Peserta Komersial dalam mata uang asing secara
pada huruf b di atas, Peserta Komersial membeli tangguh atau secara bertahap (tidak tunai) yang
sil’ah dari sejumlah Peserta Pedagang Komoditi pembayarannya dilakukan pada waktu yang
dalam mata uang rupiah atau mata uang asing akan datang sesuai kesepakatan;
lainnya yang dipertukarkan secara tunai; f. Peserta Komersial menjual sil`ah miliknya kepada
d. Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan Penjual (Pedagang) Komoditi melalui Bursa baik
yang berupa SPKAT yang diterbitkan Bursa secara tunai, tangguh, maupun bertahap;
sebagai bukti pembelian komoditi; g. Konsumen Komoditi menerima mata uang asing
Tahap Ketiga (Bank jual ke nasabah secara dari pihak pembeli dalam rangka menunaikan
tidak tunai dengan akad murabahah dapat kewajibannya kepada pihak lain; 34
komoditas secara forward ) Untuk memudahkan memahami kedua
e. Konsumen Komoditi membeli sil`ah dari Peserta mekanisme di atas, maka bisa dijelaskan rumusnya
Komersial dengan akad jual-beli murabahah (logikanya bai’ al-jam’a bi al-darahim dengan skema
dalam mata uang rupiah atau mata uang asing tawarruq ) yaitu:
lainnya yang pembayarannya dilakukan secara 1) Nasabah butuh IDR: (a) Nasabah yang mem­
tunai, bertahap, atau tangguh, dan diikuti butuhkan rupiah membeli komoditas dengan
dengan serah terima dokumen kepemilikan; menggunakan mata uang rupiah secara murabahah.
Tahap Keempat (Nasabah jual ke bursa / harus (b) Nasabah Jual komoditas minta dengan mata
tunai dapat rupiah secara forward akan dapat uang rupiah secara forward (6 bulan).
uang pada masa yang akan datang) 2) (a) Pertama, nasabab beli komoditas ke bank
f. Konsumen Komoditi menjual sil`ah kepada
Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang 34
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
asing secara tangguh atau secara bertahap (tidak Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging)

82
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

secara tidak tunai (forward) dengan rupiah. membeli sil`ah secara tunai dari sejumlah
(b) Kedua, Nasabah jual komoditas ke pelaku Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang
usaha di bursa komoditi secara tunai -- goalnya yang diserahkan;
nasabah (Spot) dengan dollar.35 3. Konsumen Komoditi menerima dokumen
Mekanisme Transaksi Lindung Nilai Syariah kepemilikan yang berupa Surat Penguasaan Atas
atas Nilai Tukar dengan `aqd al-tahawwuth bi Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang diterbitkan
al-sil`ah adalah sebagai berikut: Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian
Mekanisme 1: Bursa Komoditi Syariah mem­ komoditi;
fasilitasi pelaku transaksi lindung nilai syariah atas 4. Peserta Komersial membeli sil’ah dari Konsumen
nilai tukar untuk melakukan transaksi atas sil`ah Komoditi dengan akad jual-beli murabahah
di Bursa Komoditi Syariah; Para pihak melakukan dalam mata uang yang diterima, yang
dua transaksi sil`ah secara berurutan: pembayarannya dilakukan secara tunai, bertahap,
Transaksi Pertama: atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti
1. Konsumen Komoditi yang memiliki kewajiban dengan serah terima dokumen kepemilikan;
mata uang asing melakukan pemesanan sil’ah 5. Peserta Komersial menjual sil`ah secara tunai
dan berjanji (wa’d) untuk membeli sil’ah tersebut kepada Peserta Pedagang Komoditi dalam mata
secara tunai, bertahap, atau tangguh kepada Peserta uang yang diserahkan;
Komersial dalam mata uang yang diserahkan; 6. Konsumen Komoditi menerima mata uang yang
2. Berdasarkan pemesanan sebagaimana di­maksud diterima dari Peserta Komersial dalam rangka
pada angka 1) di atas, Peserta Komersial membeli menunaikan kewajibannya kepada pihak lain
sil’ah secara tunai dari sejumlah Peserta Pedagang dan menyerahkan mata uang yang diserahkan
Komoditi dalam mata uang yang diserahkan; kepada Peserta Komersial.
3. Peserta Komersial menerima dokumen ke­ Mekanisme 2:
pemilikan yang berupa Surat Penguasaan Atas 1. Bursa Komoditi Syariah memfasilitasi pelaku
Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang diterbitkan transaksi lindung nilai syariah atas nilai tukar
Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian untuk melakukan transaksi atas sil`ah di Bursa
komoditi; Komoditi Syariah;
4. Konsumen Komoditi membeli sil`ah dari Peserta 2. Para pihak melakukan dua transaksi sil’ah secara
Komersial dengan akad jual-beli murabahah berurutan:
dalam mata uang yang diserahkan, yang Transaksi Pertama:
pembayarannya dilakukan secara tunai, bertahap, 1. Konsumen Komoditi yang memiliki kewajiban
atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti mata uang asing melakukan pemesanan sil`ah
dengan serah terima dokumen kepemilikan; dan berjanji (wa’d) untuk membeli sil’ah
5. Konsumen Komoditi menjual sil`ah secara tunai tersebut secara tunai, bertahap, atau tangguh
kepada Peserta Pedagang Komoditi dalam mata kepada Peserta Komersial dalam mata uang
uang yang diserahkan; yang diserahkan;
Transaksi Kedua: 2. Berdasarkan pemesanan sebagaimana dimaksud
1. Konsumen Komoditi (LKS atau Nasabah) pada angka 1) di atas, Peserta Komersial
memberikan kuasa (akad wakalah) kepada membeli sil`ah secara tunai dari sejumlah
Peserta Komersial untuk membeli sil’ah secara Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang
tunai dalam mata uang yang diserahkan; yang diserahkan;
2. Berdasarkan akad wakalah di atas, Peserta 3. Peserta Komersial menerima dokumen ke­
Komersial mewakili Konsumen Komoditi pemilikan yang berupa Surat Penguasaan Atas
Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang diterbitkan
35
Presentasi Tim JFX di Working Group Perbankan Syariah Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian
pada 17-03-2-15 di Solo. komoditi;

83
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

4. Konsumen Komoditi membeli sil`ah dari Peserta yang dimaksud adalah adanya kebutuhan nyata
Komersial dengan akad jual-beli murabahah pada masa yang akan datang terhadap mata
dalam mata uang yang diserahkan, yang uang asing yang tidak dapat dihindarkan (li al-
pembayarannya dilakukan secara tunai, bertahap, hajah) akibat dari suatu transaksi yang sah sesuai
atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti dengan peraturan perundang-perundangan yang
dengan serah terima dokumen kepemilikan; berlaku dengan obyek transaksi yang halal. Hal
5. Konsumen Komoditi menjual sil`ah secara tunai ini sebagaimana dijelaskan dalam fatwa DSN:
kepada Peserta Pedagang Komoditi dalam mata “Transaksi nilai syariah (al-Tahawwuth al-Islami/
uang yang diserahkan; Islamic hedging) atas nilai tukar hanya boleh
Transaksi kedua: diterapkan apabila terdapat kebutuhan nyata
1. Konsumen Komoditi (LKS atau Nasabah) pada masa yang akan datang terhadap mata
memberikan kuasa (akad wakalah) kepada uang asing yang tidak dapat dihindarkan (li al-
Peserta Komersial untuk membeli sil’ah secara hajah) akibat dari suatu transaksi yang sah sesuai
tunai dalam mata uang yang diterima; dengan peraturan perundang-perundangan yang
berlaku dengan obyek transaksi yang halal”.36
2. Berdasarkan akad wakalah di atas, Peserta
Komersial mewakili Konsumen Komoditi Transaksi Lindung Nilai syariah atas Nilai Tukar
membeli sil’ah secara tunai dari sejumlah Peserta dengan menggunakan akad `Aqd al-Tahawwuth
Pedagang Komoditi dalam mata uang yang al-Basith, `Aqd al-Tahawwuth al-Murakkab, dan
diterima; `Aqd al-Tahawwuth fi Suq al-Sil`ah hanya boleh
diterapkan apabila terdapat kebutuhan nyata
3. Konsumen Komoditi menerima dokumen pada masa yang akan datang terhadap mata uang
kepemilikan yang berupa Surat Penguasaan Atas asing yang tidak dapat dihindarkan (li al-hajah)
Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang diterbitkan akibat dari suatu transaksi yang sah sesuai dengan
Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian peraturan perundang-perundangan yang berlaku
komoditi; dengan objek transaksi yang halal.
4. Peserta Komersial membeli sil’ah dari Konsumen Di antara kebutuhan akan hedging tersebut
Komoditi dengan akad jual-beli murabahah terlihat jelas dalam beberapa poin berikut ini:
dalam mata uang yang diterima, yang
pembayarannya dilakukan secara tunai, bertahap, 1. Ada transaksi yang menimblkan kewajiban
atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti dan membutuhkan instrumen hedging, seperti
dengan serah terima dokumen kepemilikan; deposito valas, dan lain sebagainya.
5. Peserta Komersial menjual sil’ah secara tunai 2. Hedging juga sangat dibutuhkan dalam bisnis,
kepada Peserta Pedagang Komoditi dalam mata karena jika pun bisnis telah menghasilkan
uang yang diterima; keuntungan besar tetapi karena tidak dihedging,
maka keuntungan bisa hilang karena jatuhnya
6. Konsumen Komoditi menerima mata uang yang mata uang.
diterima dari Peserta Komersial dalam rangka
menunaikan kewajibannya kepada pihak lain 3. Keperluan Ekspor-Impor nasabah bank syariah
dan menyerahkan mata uang yang diserahkan Pada umumnya pembayaran ekspor atau impor
kepada Peserta Komersial. melalui Latter of Credit dilakukan setelah
barang diterima atau dikirim dengan jangka
Batasan (Dhawabith) Transaksi Lindung Nilai
waktu yang disepakati (setelah penerimaan
Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging)
dokumen) biasanya sampai 90 hari (3 bulan).37
Dalam jangka waktu tersebut dimungkinkan
Dalam transaksi lindung nilai syariah (al-
Tahawwuth al-islami/Islamic hedging) berlaku
ketentuan sebagai berikut:
36
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
Pertama, adanya kebutuhan nyata. Transaksi nilai syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic hedging)
lindung nilai dengan dua skema di atas tersebut, 37
Uniform Customs and Practice for Documentary Credits-
jika ada kebutuhan yang nyata(al-hajah). Kebutuhan UCP 600, standar ekspor impor yang ditetapkan oleh International
Chamber of Commerce tahun 2007

84
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

nilai tukar valuta asing berfluktuasi berdasarkan Kedua, Obyek yang boleh dilakukan hedging.
kondisi pasar keuangan. Untuk melindungi Obyek transaksi lindung nilai syariah (al-Tahawwuth
nasabah dari nilai tukar yang berubah-ubah al-islami / Islamic hedging) atas nilai tukar adalah
ini, maka diperlukan penjagaan nilai (hedging) pertama, paparan (axprosure) risiko karena posisi
sehingga dana yang disediakan untuk membayar aset atau liabilitas dalam valuta asing yang tidak
impor/ dana penerimaan tetap pada nilai yang seimbang.42 Poin pertama ini menunjukan bahwa
disepakati dengan pihak luar negeri. obyek yang dihedging tidak perlu kewajiban yang
4. Keperluan bank syariah bagi menjaga nilai ditimbulkan atas transaksi, tetapi walaupun tanpa
(menutup posisi) dana pihak ketiga. transaksi seperti kebutuhan akan likuiditas. Kedua,
Bank syariah maupun Unit Usaha Syariah saat kewajiban atau tagihan dalam mata uang asing yang
ini umumnya telah menjadi bank devisa yang timbul dari transaksi yang sesuai dengan prinsip
diantara usahanya adalah membuka rekening syariah. 43 Kewajiban yang timbul dari transaksi
giro, tabungan dan deposito dalam valuta asing. yang sesuai prinsip syariah seperi utang piutang
yang timbul dari transaksi tidak tunai. Kewajiban
Dalam beberapa kasus bank syariah juga diminta tersebut itu boleh dijadikan objek hadging karena
untuk melakukan hedging atas dana modal transaksi murabahah yang menjadi underlayingnya
yang diterima dalam bentuk valuta asing. itu halal. Ketiga, apabila hedging dilakukan atas
5. Keperluan bank bagi menjaga nilai aset kewajiban pinjaman yang tidak sesuai dengan
pembiayaan yang diberikan dalam valuta asing syariah yang dilakukan oleh entitas non keuangan,
Bank syariah yang melakukan pembiayaan maka yang boleh dilakukan hedging hanya pokok
dengan valuta asing sedangkan pendapatan pinjaman. 44 Ketentuan ini menunjukan bahwa
nasabah diperoleh pada nilai rupiah akan bunga pinjaman tidak boleh menjadi obyek hedging.
memerlukan penjagaan nilai valuta asing yang Dalam fatwa DSN ini kewajiban yang timbul
diberikan. Oleh sebab itu, bank meminta agar dari transaksi ribawi itu dibolehkan jika dilakukan
pendapatan itu dilakukan hedging. oleh entitas konvensional non keuangan, juga
6. Keperluan bank bagi menjaga nilai dana dengan syarat yang dihedging adalah pokok
penempatan pinjaman bukan bunganya. Dengan batasan ini,
Penempatan dana pada bank syariah dalam maka pinjaman ribawi dari lembaga keuangan
bentuk valuta asing dapat berasal dari bank konvensional itu tidak dibolehkan dijadian obyek
dalam negeri maupun luar negeri. Penempatan hedging. Ini selaras dengan fatwa DSN tentang
itu dilakukan guna disalurkan kepada nasabah pedoman pasar modal yang menjelaskan bahwa
yang memerlukan.38 dana non halal adalah pendapatan dari transaksi
ً َّ َ ْ َ ْ َ َ ً َّ َ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ non halal (al-kasbu al-ghair al-masyru`).
39
‫اصة‬ ‫نلة الضور ِةعمة كنت أو خ‬ ِ ‫نل م‬ِ ‫الاجة ت‬ Hal ini sebagaimana penjelasan fatwa bahwa
“Hajah kedudukannya sama dengan dharurah; baik objek lindung nilai sebagaimana dimaksud pada
hajah bersifat khusus atau umum”. angka 2 di atas, antara lain dapat berupa:
َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ ُ ُ َ ْ ُ َّ 1. Simpanan dalam mata uang asing;
40
ِ ‫الضورات ت ِبيح المحظور‬
‫ات‬ 2. Kewajiban atau tagihan dalam transaksi yang
“Kondisi dharurah membolehkan hal-hal terlarang”. menggunakan mata uang asing;
َ َ َّ َ ُ ُ ُ َّ
‫الض ْو َرات تقد ُر بِق َد ِرها‬
3. Kebutuhan dalam mata uang asing untuk
41

“Kondidis dharurah memiliki ukuran dan batasan”. 42


Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging)
38
Cecep Maskanul Hakim, Hedging, h. 1 43
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
al-Suyuthi, al-Asybah wa an-Nadzair, (Kairo: al-Maktabah
39
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
at-Taufiqiyah, t,th), h. 180 Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging)
al-Zarqa, Syarh al-Qawa’id al-Fiqhiyah, (Damaskus: Dar
40
44
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
al-Qalam,1996), Cet. II, h. 185 (DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
41
al-Zarqa, Syarh al-Qawa’id al-Fiqhiyah, h. 187 Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging)

85
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

penyelenggaraan haji/ umrah dan biaya


perjalanan ke luar negeri lainnya yang sesuai
‫ خطر اتلجارة وهو أن يشرتى السلعة‬:‫اخلطر خطران‬
dengan prinsip syariah; ‫ فهذا‬،‫بقصد ان يبيعها بربح ويتولك ىلع اهلل يف ذلك‬
4. Kebutuhan dalam mata uang asing untuk biaya .‫) فاتلجارة ال تكون إال بذلك‬....( ،‫ال بد منه للتجار‬
pendidikan di luar negeri;
5. Kebutuhan dalam mata uang asing lainnya yang ‫ امليرس اذلي يتضمن أكل أموال انلاس‬:‫واخلطر اثلاىن‬
sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan ‫بابلاطل فهذا اذلي حرمه اهلل ورسوهل‬
perundang-undangan yang berlaku; “Resiko terbagi menjadi dua, resiko bisnis, yaitu
Hal ini sebagaimana penjelasan fatwa bahwa seseorang yang membeli barang dengan maksud
objek Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai menjualnya kembali dengan tingkat keuntungan
Tukar adalah: tertentu, dan dia bertawakkal kepada Allah atas hal
1. Paparan (exposure) risiko karena posisi aset atau tersebut. Ini merupakan resiko yang harus diambil
liabilitas dalam mata uang asing yang tidak oleh para pebisnis.... bisnis tidak mungkin terjadi
seimbang; tanpa hal tersebut.” 47
2. Kewajiban atau tagihan dalam mata uang asing
Kelima, Transaksi lindung nilai tidak boleh
yang timbul dari transaksi yang sesuai dengan
dilakukan untuk tujuan spekulasi. Transaksi
prinsip syariah;
lindung nilai syariah hanya dipergunakan untuk
3. Hanya pokok pinjaman,apabila lindung nilai mengelola resiko nilai tukar yang riil (nyata)
dilakukan atas kewajiban pinjaman yang dan bukan untuk mencari keuntungan yang
diterima oleh entitas non keuangan. termasuk spekulasi.48 Underlying yang dimaksud
Ketiga, Tidak boleh diselesaikan dengan dalam hedging adalah tujuan penggunaan hedging
cara netting. Dalam Fatwa DSN dijelaskan bahwa (obyek hedging). Jika seorang nasabah memiliki
Penyelesaian transaksi hedging yang berupa serah piutang murabahah dengan mata uang asing,
terima mata uang pada saat jatuh tempo tidak kemudian melakukan transaksi hedging, maka
boleh dilakukan dengan cara muqashshah (netting)45. kebutuhan yang timbul saat murabahah adalah
Proses netting ini menyebabkan valuta asing yang objek hedging. Salah satu indikator spekulasi
dipertukarkan tidak bisa diserah terimakan secara adalah hedging tanpa underlyingnya; hedging
tunai sehingga menyebabkan rib al-yad. Misalnya, tanpa ada transaksi sebelumnya.49
Bank A menghedg angsuran murabahah valas Keenam, Hak janji jual tidak boleh
nasabah A secara forward. Penyelesaian transaksi diperjual belikan. Menurut fatwa DSN, hak
lindung nilai yang berupa serah terima mata uang pelaksanaan (eksekusi) penyerahan obyek akad
pada saat jatuh tempo tidak boleh dilakukan tidak boleh diperjual belikan. Maksudnya, pihak
dengan cara muqashshah (netting). yang melakukan muwa’adah (saling berjanji)
Keempat, Tidak ada tujuan untuk spekulasi. tidak boleh menjual haknya kepada pihak lain,
Dalam Fatwa DSN dijelaskan bahwa Transaksi
dilakukan bukan untuk spekulasi (untung-untungan), `Ayyasy al-Faddad, Makhathir al-Tsiqah fi Tathbiqat al-
47

yaitu pihak yang berjanji untuk membeli tidak boleh Mudharabah wa `Ilajuha, (Jedah: al-Barakah, 2010), Cet. I, h. 4,
menukil dari Ibnu Taimiyah, tafsir ayat asykalat, 2/702
menjual hak pelaksanaan wa`d-nya kepada pihak
lain karena mata uang yang diperjualbelikan belum
48
‫ خطر اتلجارة وهو أن يشرتى السلعة بقصد‬:‫اخلطر خطران‬
menjadi miliknya dan belum diserah terimakan.46 )....( ،‫ فهذا ال بد منه للتجار‬،‫ان يبيعها بربح ويتولك ىلع اهلل يف ذلك‬
‫ امليرس اذلي يتضمن أكل‬:‫واخلطر اثلاىن‬.‫فاتلجارة ال تكون إال بذلك‬
Ibnu Taimiyah menjeaskan tentang perbedaan
‫أموال انلاس بابلاطل فهذا اذلي حرمه اهلل ورسوهل‬
antara pengendalian resiko dan spekulasi: Resiko terbagi menjadi dua, resiko bisnis yaitu seseorang yang
membeli barang dengan maksud menjualnya kembali dengan
45
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia tingkat keuntungan tertentu, dan dia bertawakkal kepada Allah
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung atas hal tersebut. Ini merupakan resiko yang harus diambil oleh
Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging) para pebisnis.... bisnis tidak mungkin terjadi tanpa hal tersebut.
46
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia `Ayyasy al-Faddad, Makhathir al-Tsiqah…, h. 4
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung 49
Cecep Maskanul Hakim, Hedging, h. 1, Presentasi Arya Putra
Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging) dalam sekolah hedging di LPPI pada 10 Maret 2015

86
Oni Sahroni, Hasanuddin, Cecep Maskanul Hakim Instrumen Hedging dan Solusinya Menurut Syariah

karena pihak yang berjanji belum memiliki obyek nilai tukar harus disepakati pada saat saling berjanji
akad (valas yang diperjual belikan) sebagaimana (muwa`adah);
dalam fatwa DSN: “Hak pelaksanaan wa`d- Kedelapan, Produk-produk Hedging. Fatwa
nya dalam mekanisme lindung nilai tidak boleh DSN memberikan beberapa contoh objek lindung
diperjualbelikan”.50 Hak pelaksanaan wa`d tidak nilai antara lain dapat berupa:
boleh diperjual belikan karena ini adalah indikator a. Simpanan dalam valuta asing yang menggunakan
praktik spekulasi, dan ini bertentangan dengan valuta asing antarbank;
hadis Rasulullah saw:
b. Kebutuhan dalam valuta asing untuk penye­
‫ال تبع ما يليس عندك‬ lenggaraan haji/umroh dan biaya perjalanan ke
“Janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak luar negeri lainnya yang sesuai dengan syariah;
engkau miliki”. c. Kebutuhan dalam valuta asing untuk biaya
pendidikan di luar negeri;
Menurut Nadwah Dala al-Baraka, hak janji d. Kebutuhan dalam valuta asing lainnya yang
beli itu tidak boleh diperjual belikan karena hal- sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan
hal berikut: perundang-undangan yang berlaku; 54
• Keinginan pihak akad (iradah) itu bukan obyek Kalau ditelaah contoh-contoh di atas, contoh
yang bisa diperjual belikan, karena keinginan poin b hingga poin d adalah hedging atas kewajiban
itu bukan harta, bukan manfaat, dan bukan bukaan hedging atas asset. Di samping itu, yang
pula hak. dihedging adalah kebutuhan bukan akadnya,
• Kedua objek akad (tsaman dan mutsman) akadnya adalah mubah / tahsinat.
diserahkan secara tidak tunai (ta’jil badalaian), Underlying assets setiap transaksi jual beli
dan ini termasuk ibtida dain bi al-dain. komoditi syariah yang mendasari instrumen
• Termasuk menjual sesuatu yang belum dimiliki hedging harus halal, riil (tidak fiktif) yaitu harus
bukan dengan cara salam.51 benar-benar ada dan dapat diserah terimakan.55
Ketujuh, Nilai tukar harus disepakati pada Kesembilan, Pelaku transaksi dalam lindung
saat saling berjanji (muwa‘adah); Nilai tukar nilai syariah. Menurut fatwa DSN pelaku transaksi
atau perhitungan nilai tukar harus disepakati pada dalam lindung nilai syariah adalah antara lain berupa:56
saat saling berjanji (muwa`adah); dengan metode (a) Lembaga Keuangan Syariah, atau
perhitungan mengacu pada base practise (standar
(b) Lembaga keuangan konvensional (LKK) sebagai
internasional). Perhitungan nilai tukar dibolehkan
penerima lindung nilai
dalam wa`ad karena status wa`d itu belum pasti
karena bukan wa`d.52 Wa`d dalam transaksi Seperti bank konvensional sebagai penerima
heedging tersebut memerlukan konfirmasi dan manfaat hedging (obyek hedging).
persetujuan dari counterpartynya terkait enforceability (c) Bank Indonesia, misalnya bank syariah minta
dalam realisasinya.53 Nilai tukar atau perhitungan ke Bank sentral ke BI.
(d) Lembaga Bisnis yang tidak bertentangan dengan
50
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia prinsip syariah. sebagai penerima lindung nilai
(DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic Hedging) (e) Orang dan badan hukum lainnya. Seperti
51
Fatwa DSN-MUI Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Kemenag dan lain-lain.
jual beli mata uang (sharf), Standar Syariah AAOIFI no. 45 tentang
himayatu al-mal wa al-istitsmarat pasal 5, Al-Amanah `Ammah li
al-hai’at al-Syar`iyah, Qararat wa Taushiyat Nadawat al-Barakah, 54
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(Jeddah: Al-Amanah `Ammah li al-hai’at al-Syar`iyah – Majmu`atu (DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
Dallah Barakah, 2006) Cet. VII, h. 287. Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic hedging)
52
Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Pembahasan Working 55
Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Pembahsan Working
Group Perbankan Syariah tentang Lindung Nilai Syariah (Hedging) Group Perbankan Syariah tentang Lindung Nilai Syariah (Hedging)
25-26 Juli di Tangerang. 25-26 Juli di Tangerang
53
Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Pembahsan Working 56
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Group Perbankan Syariah tentang Lindung Nilai Syariah (Hedging) (DSN-MUI) Nomor: 99/DSN-MUI/III/2015 tentang Lindung
25-26 Juli di Tangerang. Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/ Islamic hedging)

87
AL-INTAJ Vol. 2, No. 2, September 2016

Dengan demikian, maka lembaga keuangan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
konvensional tidak boleh menjadi pihak dalam Indonesia (DSN-MUI) Nomor: 28/DSN-
transaksi hedging syariah, baik sebagai pembeli MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang
atau penjual. (Sharf )
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa Guddah, Abdu Sattar Abu, “al-Tahawwuth”,
setiap entitas keuangan atau non syariah atau non Makalah, dipresentasikan dalam Mu’tamar
syariah itu boleh menjadi pelaku lindung nilai, baik Lembaga Fikih Internasional OKI XXI
sebagai pembeli ataupun penjual, kecuali lembaga tentang tahawwuth 21-22 November 2013
keuangan konvensional itu hanya dibolehkan di Riyad.
sebagai pembeli. Pelaku transaksi lindung nilai Idris, Abdul Fattah, Muamalat al-Bunuk min
syariah atas nilai tukar antara lain: Mandzuri Islami, Kairo: Dar al-Syuruq, t.th.
1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS); Kesimpulan dan rekomendasi hasil pembahasan
Working Group Perbankan Syariah tentang
2. Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) hanya
Lindung Nilai Syariah (Hedging) 25-26
sebagai penerima lindung nilai dari LKS;
Juli di Tangerang
3. Bank Indonesia; Mashri, Rafiq Yunus al-, al-Jami` fi Ushul al-
4. Lembaga bisnis yang tidak bertentangan dengan Riba, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
prinsip syariah; Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005
5. Pihak lainnya yang sesuai dengan peraturan Tentang Pembatasan Transaksi Rupiah Dan
perundang-undangan yang berlaku; Pemberian Kredit Valuta Asing Oleh Bank
Presentasi Tim JFX di Working Group Perbankan
Penutup
Syariah pada 17-03-2-15 di Solo
Qararat wa Taushiyat Nadawat al-Barakah,
Instumen hedging yang banyak digunakan di
Jeddah: Al-Amanah `Ammah li al-Hai’at
industri keuangan syariah adalah instrumen forward
al-Syar`iyah – Majmu`atu Dallah Barakah,
plus swaf. Sedangkan instrument forward murni
2006, Cet. VII.
tanpa swaf masih jarang digunakan. Jika dianalisa
Qurri, Muhammad al-, “al-Tahawwuth fi al-
aspek terlarang (haram) dalam instrumen forwad
`Amaliyyat al-Maliyah”, Makalah, di­
dan swaf itu adalah al-sharf al-ajil dan maisir
presentasikan dalam Muktamar Lembaga
(khathar/ spekulasi), maka alternatifnya adalah:
Fikih Internasional OKI XXI tentang
1. Forward agreement dengan cara dibuat tahawwuth 21-22 November 2013 di Riyad .
kesepakatan penentuan harga, bukan akad Setiawan Budi Utomo, at. al, Analisis kesesuaian
tetapi hanya agreement (janji). instrument hedge konvensional terhadap
2. Bai` al-iltizam dengan cara reinterpretasi bahwa prinsip syariah,
yang menjadi objek akad bukan uang tetapi Standar Syariah AAOIFI, Hai’atu al-Muhasabah
hak. Menurut Nazih Hammad, hak itu berharga wa al-Muraja`ah li al-Muassasat al-Maliyah
bisa diperjual belikan al-Islamiyah, Al-Ma’ayir al-Syar’iyah No. 20
3. Bai` `urbun, premi yang biasa dibayarkan tentang buyu` sila’ fi al-aswaq al-munadzamah,
sebagai bunga atas jasa hedging itu diganti No.1 tentang al-mutajarah fi al-`umulat, No.
dengan down payment dengan skema `urbun. 45 tentang himayatu al-mal wa al-istitsmarat.
4. Al-bai` bi al-syart, akadnya dengan syarat harga Suyuthi, al-Asybah wa an-Nazha’ir, Kairo: al-
normal, jika tidak, maka tidak jadi transkasi. Maktabah at-Taufiqiyah, t,th.
Utomo, Setiawan Budi at. al, Analisis Kesesuaian
Instrument Hedge Konvensional terhadap
Pustaka Acuan
Prinsip Syariah
Faddad, `Ayyasy al-, Makhathir al-Tsiqah fi
Zarqa, Syarh al-Qawa’id al-Fiqhiyah, Damaskus:
Tathbiqat al-Mudharabah wa `Ilajuha, Jedah:
Dar al-Qalam,1996, Cet. II
al-Barakah, 2010, Cet. I

88

Anda mungkin juga menyukai