DISUSUN OLEH :
NAMA : HJ. ENNY RAHMAN. S.Kep, Ns
KOTA MAKASSAR
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi
otot. Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun
usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan
merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit yang
adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli dibidang rematologi, rematik dapat
terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya
tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak.
(sonarto,1982)
Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal menempati urutan
kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
2
rheumatoid arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi
Darmojo et.al, 1991). Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada
B. RUMUSAN MASALAH
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rheumatoid arthritis?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
g. Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis.
D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan berdasarkan literatur yag diperoleh dari buku ataupun
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
BAB II: Isi yang terdiri dari pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
artritis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram
sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada
saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan
dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai
banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur – struktur
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler. (Buku
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada
interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 : Blab et al,
1999).
5
C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya
nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan
sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid
arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa
nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang
klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid
arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long,
1996).
D. PATOFISIOLOGI
sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon
meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen,
fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan
membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal
kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
E. KOMPLIKASI
1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru
6
F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan selanjutnya akan
mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah terkena artritis
reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh
beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita
artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik. Maka
seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan
sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh
organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung
rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau
pada daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati
gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan
menahun yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di
fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA jenis ringan.
Disamping hal-hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita RA bukan
disebabkan oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini
timbul akibat pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan
limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
7
pengubah perjalanan penyakit (desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi
saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat
lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan pergelangan
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
H. PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi
lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil,
menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak
memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang
mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
8
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan
dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup,
gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Oleh
3. Latihan Fisik
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
5. Gizi
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari.
Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat
9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID ARTRITIS
1. Pengkajian
Sistem Muskuloskeletal
a. Inspeksi :
1) Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai,
bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah
dan panggul
b. Palpasi :
Ringan : 0–3
Sedang : 3–7
Berat : 7 – 10
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
a. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/ proses
ketidakseimbangan mobilitas.
10
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
B. SARAN
Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar seimbang, untuk
12
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta : EGC
13