Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIK MANAGEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG YOHANES RUMAH SAKIT

ST. CAROLUS JAKARTA

DUSUSUN OLEH:

Agus Junianto Sagala (1904001)

Ceacilia Nika Candra Kusuma (1904005)

Eunike Rindayu Pradnya P.W (1904013)

Indah Sartika Permatasari (1904014)

Metelda Jesnilawati (1904019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Stase Manajemen Keperawatan ini sudah diteliti dan disahkan/disetujui

oleh pembimbing klinik Rumah Sakit St. Carolus Jakarta dan pembimbing

akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Yogyakarta, Januari 2020

Preceptor Klinik Preceptor Klinik

Ns. Ruli Amalia Anggraini, S. Kep Ns. Nuraili, S.Kep

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

Ns. Edmunda Mila, S. Kep Vivi Retno Intening, S.Kp., Ns., MAN

KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu

memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktek

stase manajemen keperawatan di Unit Yohanes Rumah Sakit St. Carolus Jakarta

Pusat. Kegiatan yang telah kami laksanakan selama empat minggu tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, maka dari itu kami menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Bapak dr. JB. Endrotomo Sumargono, Sp.OT selaku Direktur Utama Rumah

Sakit St. Carolus Jakarta.

2. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua STIKES Bethesda

Yakkum Yogyakarta dan pembimbing akademik praktik stase manajemen.

3. Sr. Engeltrudis, CB selaku Direktur Keperawatan Rumah Sakit St. Carolus

Jakarta.

4. Ibu Ns. R. Rumiris Setia Budi P, S.Kep, M.Kep selaku Kepala Bidang

Keperawatan Medikal Bedah dan Anak Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

5. Ibu Bertha Tri Sumartini, M.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Ruang

VIP dan Ruang Khusus di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

6. Ibu Ns. Edmunda Mila, S.Kep selaku Kepala Unit Yohanes Rumah Sakit St.

Carolus Jakarta.

7. Ibu Ns. Nuraili, S. Kep. selaku pembimbing klinik Unit Yohanes Rumah

Sakit St. Carolus Jakarta.

8. Ibu Ns. Ruli Amalia Anggraini, S. Kep. selaku pembimbing klinik Unit

Yohanes Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

ii
9. Ibu Ns Yohana Wiratikusuma, M.Kep selaku HR-Operasional Rumah Sakit

St. Carolus Jakarta.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material

yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari

itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan laporan

ini.

Jakarta, Januari 2020

Kelompok 1

DAFTAR ISI

iii
Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN.....…………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR....................…………………………………………….. iii

DAFTAR ISI......................................................................................................... v

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan Praktik .................................................................................... 3

BAB II: Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang Yohanes

A. Kajian situasi Rumah Sakit St. Carolus Jakarta

1. Sejarah............................................................................................ 5

2. Visi Rumah Sakit........................................................................... 8

3. Misi Rumah Sakit........................................................................... 8

4. Motto Rumah Sakit, Sifat dan Maksud.......................................... 8

5. Nilai Rumah Sakit St. Carolus....................................................... 8

6. Tujuan Rumah Sakit....................................................................... 9

B. Kajian Situasi Ruang Yohanes

1. Karakteristik Unit........................................................................... 9

2. Analisis terhadap klien.................................................................... 12

3. Analisis Unit Layanan Keperawatan............................................... 15

4. Sumber Daya/Kekuatan Kerja........................................................ 19

5. Lingkungan Kerja........................................................................... 29

6. Kajian Indikator Mutu Ruangan..................................................... 30

7. Pendidikan...................................................................................... 33

iv
8. Pelatihan.......................................................................................... 33

BAB III: ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisa Data ....................................................................................... 34

B. Perencanaan........................................................................................ 39

BAB IV: IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi....................................................................................... 40

B. Evaluasi............................................................................................... 42

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 44

B. Saran................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Undangan presentasi POA

2. Susunan acara presentasi POA

3. Daftar hadir presentasi POA

4. PPT Presentasi POA

5. Notulensi

6. Olahan Data SPSS

7. Kamus Olahan Data

8. PPT Hasil Implementasi

9. Daftar Hadir Presentasi POA

10. Notulensi Presentasi Hasil

11. Foto Presentasi POA

v
12. Foto Presentasi Hasil Implementasi

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan organisasi

yang memiliki beragam tenaga terampil dengan produk utamanya adalah jasa.

Pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan

bagi setiap orang. Rumah sakit baik pemerintah maupun swasta dituntut

untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna menghasilkan

pelayanan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat (Soeroso, 2010).

Suksesnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit

ditentukan oleh kualitas mutu pelayanan. Upaya dalam meningkatkan kualitas

mutu pelayanan rumah sakit harus disertai dengan meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan (Abdullah. Hamzah & Mulyono, 2013). Keperawatan

sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan

pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki

secara mandiri ataupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain

(Nursalam, 2016). Oleh karena itu, pelayanan keperawatan harus dikelola

secara profesional demi meningkatkan mutu pelayanan yang merupakan salah

satu indikator manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit (Kemenkes

RI, 2010; Hidayah N, 2014).

1
1

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

(Handoko, 2009). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses

menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara

efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosio-

spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik

yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan (Asmuji, 2011).

Kualitas pelayanan keperawatan diantaranya ditentukan oleh manajemen

asuhan keperawatan yaitu model praktik keperawatan profesional. Model

praktik keperawatan profesional adalah suatu model pemberian asuhan

keperawatan yang memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk

menetapkan otonominya dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi

asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dan mengatur lingkungan

untuk menunjang asuhan keperawatan (Sitorus & Panjaitan, 2011). Model

praktik keperawatan profesional diperlukan penetapan jumlah tenaga

keperawatan dan jenis tenaga keperawatan sehingga pemberian pelayanan

keperawatan berjalan secara optimal. Dengan adanya model praktik

keperawatan profesional dapat meningkatkan kepuasan pasien dan perawat,


2

meningkatkan kinerja perawat, dan meningkatkan standar asuhan

keperawatan.

Model layanan keperawatan yang digunakan di ruang Yohanes adalah Model

Modular. Pelayanan asuhan keperawatan di ruang Yohanes dibagi menjadi 2

tim dimana masing-masing tim mempunyai ketua tim dan perawat pelaksana

serta dibantu Administrasi. Kapasitas ruang Yohanes terdiri dari 32 bed kelas

II dan III untuk pasien anak, penyakit bedah dewasa.

Kepuasan pasien dalam pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit selain

tergantung pada asuhan keperawatan, juga dipengaruhi oleh proses

manajemen yang efektif. Sebagai mahasiswa keperawatan, kami menyadari

jika tugas kami kedepannya tidak hanya mencakup asuhan keperawatan saja,

tetapi juga tentang bagaimana menjalankan proses manajemen yang efektif di

rumah sakit, oleh sebab itu kami mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum

Yogyakarta ingin mempelajari dan menganalisa manajemen yang ada di

ruang Yohanes Rumah Sakit St Carolus Jakarta.

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan kajian situasi pada unit pelayanan, membuat

perencanaan untuk penanganan masalah, mengaplikasikan fungsi


3

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian di area

manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengendalian asuhan dan pelayanan keperawatan.

b. Mampu membina hubungan interpersonal dengan menerapkan

komunikasi secara efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip

manajemen keperawatan.

c. Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen diarea

keperawatan.

d. Mampu menjadi change agent dalam pemberian asuhan keperawatan.

e. Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus atau

belajar sepanjang hayat.


BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG YOHANES

A. Kajian situasi Rumah Sakit St. Carolus Jakarta

1. Sejarah

Rumah Sakit St. Carolus adalah rumah sakit umum yang berada di Jl.

Salemba Raya No. 41 Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Rumah sakit ini

berdiri pada tahun 1919 yang dirintis oleh 10 Suster-Suster Cinta Kasih St.

Carolus Borromeus dari Belanda. Rumah sakit ini milik Perkumpulan

Perhimpunan St. Carolus Vereeniging, di bawah Keuskupan Agung

Jakarta. Awalnya rumah sakit ini bernama Pelayanan Kesehatan St.

Carolus, namun sejak tahun 2016 berdasarkan rekomendasi dari Komite

Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Pelayanan Kesehatan St. Carolus diubah

menjadi Rumah Sakit St. Carolus.

1
1

Rumah Sakit St. Carolus didirikan pada tanggal 21 Januari 1919, tetapi

gagasan untuk mendirikan rumah sakit sudah dimulai sejak 9 tahun

sebelumnya. Pada tahun 1910 muncul gagasan untuk mendirikan sebuah

rumah sakit di Batavia (sekarang Jakarta) dari Mgr. Luypen Vikaris

Apostolik Batavia, diperkuat oleh dukungan gagasan dari Pastor Sondaal

SJ. Pada tahun 1913 dibuatlah ‘Perjanjian Kerja Sama’ antara Vikaris

Apotolik Batavia (sekarang disebut Keuskupan Agung Jakarta) dengan 7

Pemimpin Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus.

Pada tahun 1915 Perjanjian Kerja Sama tersebut disahkan oleh Pemerintah

Hindia Belanda. Mgr. Luypen sebagai Vikaris Apostolik Batavia menunjuk

dan mengangkat “Pengurus Perkumpulan Santo Carolus” (St. Carolus

Vereeniging), yang sekarang disebut “Perkumpulan Perhimpunan St.

Carolus Vereeniging” (PPSC) yang bertujuan untuk menyelenggarakan

perawatan bagi orang sakit melalui sebuah rumah sakit Katolik.

Gedung rumah sakit mulai dibangun pada tahun 1918, setelah Perang

Dunia I selesai, tahun itu tibalah 10 (sepuluh) suster misionaris pertama di

Indonesia. Tahun 1919 tanggal 21 Januari RS St. Carolus mulai dibuka

pertama kali untuk umum dengan nama Carolus Ziekenhuis.

Pada masa pendudukan Jepang, berbagai tantangan dan cobaan mulai

dilalui Carolus Zekenhuis dalam kiprahnya melayani sesama. Pada tahun

1943, Carolus Ziekenhuis diambil alih oleh tentara Jepang, kecuali Biara
2

Carolus. Para dokter, karyawan, dan suster-suster berkebangsaan Belanda

ditahan di ‘kamp tahanan’. Pasien diungsikan ke dua tempat, yaitu di Jl.

Kramat Raya No. 67 (sekarang Sekolah St. Fransiskus) untuk pasien

dewasa dan di Biara Ursulin Matraman (sekarang Sekolah Marsudirini)

untuk pasien anak. Setelah Jepang menyerah, Carolus Ziekenhuis

dikembalikan Kepada Sr. Fernande CB. Berkat keuletan para uskup

(Uskup Soegijapranata SJ dan Uskup Wilekens SJ), Carolus Ziekenhuis 8

akhirnya diizinkan beroperasi kembali walaupun dalam situasi yang belum

menguntungkan. Pengelolaan Carolus Ziekenhuis diserahkan kembali

kepada Suster-Suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus, di bawah

kepemimpinan Sr. Lioba CB.

Pada masa Kemerdekaan tahun 1945, dibuka Sekolah Bidan St. Yosef.

Tahun 1948, Carolus Ziekenhuis sepenuhnya berstatus swasta, mulai

terbuka bagi para dokter Indonesia. Tahun 1950 - 1952 dilakukan

pembangunan berbagai sarana pelayanan termasuk asrama putri, dan

pembaruan Pengurus dan Staf Ahli. Tahun 1952 didirikan sekolah

Pengatur Rawat yang dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1962

menjadi Akademi Perawat (Akper) St. Carolus.

Tahun 1967 didirikan Balai Kesehatan Masyarakat (BalKesMas) Paseban,

tahun 1968 - 1978 berturut-turut didirikan BalKesMas St. Yusuf Tanjung

Priok, BalKesMas Cijantung, BalKesMas Klender, dan BalKesMas


3

Cengkareng. Untuk bidang pendidikan dan klinik/BalKesMas, saat ini

masing-masing mempunyai badan hukum tersendiri dan terpisah dari

Rumah Sakit St. Carolus.

Sesuai dengan Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit St. Carolus merupakan rumah sakit

tipe B yang mempunyai 308 tempat tidur dan 1423 karyawan (dokter 919

orang, perawat 567 orang, penunjang medik 152 orang, dan penunjang

umum 613 orang). Rumah Sakit St. Carolus berada di area yang memiliki

luas 47.080 m2 dengan total luas bangunan sekitar 49.000 m2, dan

memiliki total area taman sebesar 6.000 m2 (termasuk Biara), yaitu sekitar

12,7% dari total luas area tanah.

2. Visi Rumah Sakit

Menjadi Rumah Sakit pilihan keluarga yang profesional, aman dan

berbelarasa.

3. Misi Rumah Sakit

Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan sikap belarasa,

hormat terhadap kehidupan tanpa membedakan agama, ras, golongan dan

sosial.

4. Motto Rumah Sakit, Falsafah, Sifat dan Maksud

Melayani dari hati, membangkitkan harapan.

5. Nilai Rumah Sakit St. Carolus


4

I-CARE

a. Integrity

Konsisten, profesional, jujur, bertanggung jawab, dan sepenuh hati.

b. Compassion

Ikut merasakan, memahami, dan berani bertindak.

c. Assurance

Menjamin kualitas layanan dan nyaman.

d. Respect

Menghormati dan menghargai.

e. Embrace Innovation

Membuat perubahan, konstruktif, dan inovatif.

6. Tujuan Rumah Sakit St. Carolus

a. Berkembangnya budaya hidup sehat pada masyarakat yang dilayani

melalui pendekatan holistik dan komprehensif.

b. Tersedianya rumah sakit bermutu bagi mereka yang membutuhkan

dengan memperhatikan kemajuan ilmu, teknologi, dan etika profesi,

serta penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.


5

c. Terciptanya suasana dan iklim kerja partisipatif yang didasari cinta

kasih demi pengembangan karya Rumah Sakit St. Carolus dan

kesejahteraan seluruh karyawan.

B. Kajian Situasi Ruang Yohanes

1. Karakteristik Unit

a. Visi Ruangan

Sedang dalam proses revisi.

b. Misi Ruangan

Sedang dalam proses revisi.

c. Mutu Ruang

Kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian pasien selama 24

jam.

d. Model Layanan

Sudah terbentuk pelayanan asuhan keperawatan dengan metode

moduler.

Menurut Gillies, metode moduler merupakan bentuk variasi dari

metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat

non-profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan

keperawatan, dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas

sekelompok kecil pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan


6

dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu tim terdiri dari 2

hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok

pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Nursalam, 2016).

e. Letak Ruangan

Unit Yohanes terletak di Lantai 2 Gedung lama RS St. Carolus,

dengan denah ruangan sebagai berikut:

205 204 203 202 201

F A
D C F
206 H

G E
207 208 I
7

Keteragan :
201 : Kamar Perawatan Dewasa Laki-laki Kelas III
202 : Kamar Perawatan Dewasa Perempuan Kelas III
203 – 204 : Kamar Perawatan Anak Kelas II
205 – 206 : Kamar Perawatan Anak Kelas III
207 – 208 : Kamar Perawatan Khusus
A : Nurse Station
B : Nurse Station
C : R. Kepala Unit Yohanes
D : R. Tindakan
E : R. Dapur
F : R. Penyimpanan alkes
G : R. Sloopzink
H : R. Gudang
I : R. Makan perawat

f. Kapasitas Unit

Kapasitas unit Yohanes terdiri dari 32 tempat tidur.

Jumlah
JKN/Personal/Asurans No
Kelas Tempat Jumlah
i Kamar
Tidur
Dewasa
Laki- JKN/Personal/Asurans
201 6 6
Laki i
III
Dewasa
JKN/Personal/Asurans
Wanita 202 6 6
i
III
Khusus JKN/Personal/Asurans
208 1 1
Dewasa i
Anak JKN/Personal/Asurans
203, 204 3 6
II i
Anak JKN/Personal/Asurans
205, 206 6 12
III i
8

Khusus JKN/Personal/Asurans
207 1 1
Anak i
Jumlah Total Tempat Tidur 32

2. Analisis terhadap klien

a. Karakteristik

Ruang Yohanes merupakan ruang anak (internis dan bedah) serta ruang

dewasa dengan kasus bedah.

b. Data 10 penyakit terbanyak

Terdapat 10 kasus terbesar dari bulan November 2019 yaitu sebagai

berikut:
9

c. Tingkat Ketergantungan

Tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga yaitu minimal care

(keperawatan mandiri), partial care (keperawatan sebagian) dan total

care (Keperawatan Maksimal).

1) Minimal care memerlukan waktu perawatan 1-2 jam/24 jam. Kriteria

klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri

kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian termasuk minum,

observasi tanda vital tiap shift, pengobatan minimal, status psikologi

stabil dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

2) Partial care memerlukan waktu perawatan 3-4 jam/24jam. Kriteria

klien pada klasifikasi ini perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan

diri, makan dan minum, ambulasi, pemantauan tanda vital setiap 6

jam.
10

3) Total care memerlukan waktu perawatan 5-6 jam/24 jam. Kriteria

klien pada klasifikasi ini harus dibantu tentang segala sesuatunya,

posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 4 jam, makan

memerlukan slang nasogastrik, menggunakan terapi, pemakaian alat

suction dan kadang gelisah.

Berdasarkan pengamatan pada tanggal 07-08 januari 2020 terdapat

pasien dengan kategori sebagai berikut:

1) Tanggal 07 januari 2020

1. Tim A (Dewasa)

Pasien dengan kategori partial care berjumlah 8

2. Tim B (Anak)

Pasien dengan kategori partial care berjumlah 10

2) Tanggal 08 januari 2020

a) Tim A (Dewasa)

Pasien dengan kategori Partial care berjumlah 9

Pasien dengan kategori Total care berjumlah 1

b) Tim B (Anak)

Pasien dengan kategori Partial care berjumlah 13

3) Tanggal 09 januari 2020

c) Tim A (Dewasa)

Pasien dengan kategori Minimal care berjumlah 2

Pasien dengan kategori Partial care berjumlah 6

Pasien dengan kategori Total care berjumlah 2


11

d) Tim B (Anak)

Pasien dengan kategori Minimal care berjumlah 2

Pasien dengan kategori Partial care berjumlah 8

3. Analisis Unit Layanan Keperawatan

a. Flow of Care

Flow of Care (Alur pasien masuk) ke Unit Yohanes adalah sebagai

berikut:

1) Pasien masuk ke unit perawatan Yohanes berasal dari Poliklinik

maupun unit emergency melalui pelayanan administrasi pasien (PAP)

untuk memesan kamar yang selanjutnya diinformasikan kepada

perawat yang ada di ruangan baik itu perawat pelaksana yang

nantinya akan disampaikan kepada penanggung jawab shift/KaTim.

2) .......Setelah koordinasi dengan front office pasien diantar ke ruang

perawatan dan dilakukan pengkajian oleh perawat untuk selanjutnya

diorientasikan ruangan yang ada, fasilitas ruangan, menjelaskan hak

dan kewajiban pasien, memberikan edukasi 6 langkah cuci tangan,

menjelaskan fungsi gelang identitas, fungsi dan cara penggunaan bel,

jam kunjung pasien, fungsi kartu tunggu dan menjelaskan jalur

evakuasi dan titik kumpul jika terjadi bencana atau kebakaran,

menjelaskan dokter penanggung jawab pasien, kepala unit dan

perawat penanggungjawab pada pasien dan keluarga.


12

3) Saat pasien diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab,

maka perawat akan melengkapi dokumen, menyiapkan obat pulang

dan akan mendokumentasikan pada lembar follow up pasien pulang.

Pasien

Pendaftaran
Emergency

Penanggung jawab
Rawat jalan /POLI

Pelayanan Administrasi Pasien (PAP)

Ruang
Direktur perawatan
Keperawatan

Kepala Bidang Keperawatan

Kepala Ruang

Supervisor
Klinik
b. Manajemen Unit

1) Organisasi Keperawatan
Ka TIM Ka TIM
I I

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Penunjang
p.Adm/POS/pekarya
13

2) Ketenagaan di ruang Yohanes

Unit Yohanes terdapat 31 orang perawat dengan status karyawan

tetap dan termasuk orentee (Pra PK) di dalamnya yaitu:

No. Jumlah Jabatan Pendidikan


1 1 Kepala unit S.Kep.,Ns
2 1 Supervisior klinik S.Kep.,Ns
3 11 Perawat pelaksana S.Kep.,Ns
4 16 Perawat pelaksana D III
5 2 Perawat SPK
Jumlah 31
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Unit

4. Sumber Daya/Kekuatan Kerja

a. Manusia
14

1) Pola Ketenagaan unit Yohanes

a) Berdasarkan tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Perawat Presentasi


S1 13 41,93%
Diploma 16 51,61%
SPK 2 6,45%
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Unit

b) Berdasarkan lama bekerja

Lama Jumlah Perawat Presentasi


Bekerja
≤ 1 th 6 19.6%
1-5 th 9 29%
6-10 th 4 12.9%
11-15 th 4 12.9%
>15 th 8 25.8%
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Unit

c) Berdasarkan tingkatan PK

Tingkatan Jumlah Perawat Presentasi


PK
PK 3 4 12.9%
PK 2 8 25.8%
PK 1 8 25.8%
Pra PK 7 22.6%
Asisten 4 12.9%
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Unit

Keterangan:

Menurut PPNI uraian tugas dan wewenang perawat klinik (PK),

dapat dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:

(1) PK I

(a) Memberikan keperawatan dasar

(b) Memberikan askep dengan bimbingan dari perawat

klinik lebih tinggi


15

(c) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan

melakukan dokumentasi askep

(d) Memberikan penyuluhan pada keluarganya

(e) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

(2) PK II

(a) Memberikan keperawatan dasar dalam lingkup

keperawatan medikal bedah, Maternitas, Pediatrik,

Komunitas, gadar tanpa komplikasi/tidak komplek

dengan bimbingan terbatas dari perawat klinik yang

lebih tinggi

(b) Melakukan tindakan kolaborasi dengan profesi lain

(c) Melakukan dokumentasi askep

(d) Memberikan pendidikan kesehatan bagi klien dan

keluarganya serta bagi perawatklinik pada tingkat

dibawahnya

(e) Membimbing PK I

(3) PK III

(a) Memberikan keperawatan dasar pada klien dalam

lingkup keperawatan medikal bedah, maternitas,

pediatric, jiwa, komunitas, gawat darurat dengan

komplikasi/kompleks

(b) Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan resiko

(c) Melakukan konseling kepada klien


16

(d) Melakukan rujukan keperawatan

(e) Melakukan askep dengan keputusan secara mandiri

(tanpa bimbingan)

(f) Melakukan dokumentasi askep

(g) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

(h) Memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan

keluarga pasien

(i) Membimbing PK II

(j) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

(4) PK IV

(a) Memberikan keperawatan dasar pada klien dalam

lingkup keperawatan medikal bedah, maternitas,

pediatric, jiwa, komunitas, gawat darurat dengan

komplikasi/kompleks

(b) Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan resiko

(c) Melakukan konseling kepada klien

(d) Melakukan rujukan keperawatan

(e) Melakukan askep dengan keputusan secara mandiri &

(tanpa bimbingan)

(f) Melakukan dokumentasi askep

(g) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

(h) Memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan

keluarga pasien
17

(i) Membimbing PK III

(j) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

(5) PK V

(a) Memberikan askep khusus atau sub-spesialisasi dalam

lingkup medikal bedah, maternitas, pediatric, jiwa,

komunitas, gawat darurat

(b) Melakukan tindakan keperawatan secara khusus atau sub

spesialis dengan keputusan secara mandiri

(c) Melakukan bimbingan bagi PK IV

(d) Melakukan dokumentasi askep

(e) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

(f) Melakukan konseling pada pasien

(g) Memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan

keluarga

(h) Membimbing peserta didik keperawatan

(i) Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya

(j) Berperan sebagai peneliti

Berdasarkan uraian tugas dan wewenang perawat klinik (PK),

sebagai berikut:

(1) Kondisi Ruangan: tingkat ketergantungan pasien

(a) Tanggal 7 Januari 2020

- Perawatan minimal: 0

- Perawatan parsial: 100%


18

- Perawatan total: 0

(b) Tanggal 8 Januari 2010

- Perawatan minimal: 0

- Perawatan parsial: 95,65%

- Perawatan total: 4,35 %

(c) Tanggal 9 Januari 2020

- Perawatan minimal: 22,22%

- Perawatan parsial: 55,56%

- Perawatan total: 22,22%

Rata-rata tingkat ketergantungan pasien 07-09 Januari 2020,

adalah sebagai berikut:

(1) Perawatan minimal: 7,4 %

(2) Perawatan parsial: 83,8 %

(3) Perawatan total: 8,8 %

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diperhitungkan jumlah

tenaga perawat, adalah sebagai berikut

(1) Hitungan bulanan:

7.4
(a) PK I x 3 1=2
100

8 3 .8
(b) PK II x 3 1=26
100

8 .8
(c) PK III x 3 1=3
100
19

(2) Hitungan harian (berdasarkan kajian dari tanggal 07-09

Januari 2020):

7.4
(a) PK I x 22=2
100

83 .8
(b) PK II x 22=18
100

8 .8
(c) PK III x 22=2
100

2) Kebutuhan tenaga (Rumus Depkes 2005)


Jumlah tenaga yang dibutuhkan/hari:

a) BOR: 63.5%

b) Jumlah Tempat Tidur: 32

c) Jumlah Rata-rata pasien perhari: 20 pasien

d) Rata-rata jam perawatan perhari: 4.5 jam/24 jam


e) Jam kerja perawatan perhari: 7 jam
Rumus:
Ra ta−rata p asien per h a r i x jam perawatan
Ju ml ah jam kerjaefektif / shiff
20.33 x 4.5
= 13.05 =13 (A)
7

Faktor Koreksi:
(1) Loss day

52+12+18xA = 82 x 13 = 4 (B)

365-82 283

(2) Tugas Non Keperawatan


20

(A+B) x 25%= C
(13 + 4) x 25% = 4
Jumlah tenaga kerja keperawatan yang diperlukan adalah
(13+4+4) = 21+ 1 karu

f) Tenaga yang libur/bebas tugas/hari

Ju ml a h h ar i no n ef ek tif x ju ml a h te na ga ya ng di bu tu h ka n/ta h un
Ju ml ah jam kerja efektif /shiff
82 x 2 2 19 36
= =6 . 8 4=7
(3 65−88) 2 8 3

Kesimpulan: ketenagaan di Unit Yohanes sesuai penghitungan

rumus Depkes (2005) didapatkan jumlah tenaga yang dibutuhkan 22

perawat sedangkan ketenagaan unit Yohanes saat ini ada 19 perawat

PK 1 sampai PK 3, Pra PK 7 perawat, Asisten 4 perawat dan 1

kepala unit.

b. Non Manusia

1) Metode

a) Penerapan model asuhan keperawatan professional

Unit Yohanes menggunakan model asuhan keperawatan

profesional yang diterapkan yaitu model pelayanan tim modular

yaitu gabungan antara Tim-primer.

b) Serah terima
21

Berdasarkan hasil pengamatan dari tanggal 7-9 Januari 2020,

serah terima di unit Yohanes sudah dilakukan secara sistematis

pada setiap pergantian shift jaga. Serah terima antara shift

malam ke shift pagi dilakukan di tim besar untuk melaporkan

pasien dengan kondisi istimewa dan pasien baru, kemudian

dilanjutkan dengan serah terima di masing-masing tim.

Sedangkan pada saat serah terima shift pagi ke siang, serah

terima dilakukan di masing-masing tim, kemudian dilanjutkan

laporan ditim besar untuk melaporkan pasien dengan kondisi

istimewa dan pasien baru. Serah terima dilaksanakan sesuai

dengan kondisi pasien dimana intervensi didokumentasikan

dalam format hand over dan CPPT. Format hand over berisi

tanggal, jam, nama, status pasien, diagnosa medis, diagnosa

keperawatan, dokter penanggung jawab pasien, rencana

tindakan pagi, siang dan malam, nilai dan hasil kritis, evaluasi

dan tanda tangan.

Serah terima di Unit Yohanes sudah dilaksanakan sesuai

prosedur, yaitu serah terima di masing-masing tim kemudian

serah terima dilakukan untuk melaporkan pasien dengan kondisi

istimewa diikuti oleh kepala ruang, dan perawat jaga, namun

serah terima shift sore ke malam hanya diikuti oleh perawat

jaga. Hal-hal operan berisi tanggal, jam, nama, status pasien,


22

diagnosa medis, diagnosa keperawatan, dokter penanggung

jawab pasien, rencana tindakan pagi,siang dan malam, nilai dan

hasil kritis, evaluasi. Hal yang dilaporkan saat serah terima

kepada perawat jaga selanjutnya yaitu intervensi keperawatan

mandiri atau kolaborasi yang sudah dilakukan maupun yang

belum. Setelah semua pasien selesai dilaporkan, selanjutnya

perawat berkeliling keruangan dari pasien satu ke pasien lainnya

untuk validasi dan memperkenalkan perawat jaga selanjutnya.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 07-09 Januari 2020

tentang waktu pelaksanaan dan komponen hand over didapatkan

data:

1) Waktu Pelaksanaan Hand Over

Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Hand Over

Tanggal Waktu
Pelaksanaan
07 Januari 2020 60 menit
08 Januari 2020 60 menit
09 Januari 2020 40 menit
Analisis: Dari hasil observasi selama 3 hari terdapat 2 hari
waktu pelaksanaan hand over melebihi ketentuan waktu
yang ditetapkan.

2) Komponen Hand Over

Tabel 2. Komponen Hand Over

Jumlah
Tanggal Komponen
Ya Tidak
07 Januari 2020 Identitas 83.33% 16.33%
23

DPJP 100% 0
PN 33.33% 66.67%
Diagnosis 100% 0
Medis
Diagnosis 60% 40%
Keperawatan
Kondisi 88.89% 11.11%
Terakhir
Jumlah
Tanggal Komponen
Ya Tidak
Program 100% 0
Terapi 88.89% 11.11%
08 Januari 2020 Identitas 62.21% 34.79%
DPJP 99.6% 0.04%
PN 34.78% 65.22%
Diagnosis 95.65% 4.35%
Medis
Diagnosis 69.56% 30.44%
Keperawatan
Kondisi 95.65% 4.35%
Terakhir
Program 95.65% 4.35%
Terapi 95.65% 4.35%
09 Januari 2020 Identitas 75% 25%
DPJP 90% 10%
PN 40% 60%
Diagnosis 95% 5%
Medis
Diagnosis 75% 25%
Keperawatan
Kondisi 95% 5%
Terakhir
Program 95% 5%
Terapi 95% 5%
Analisis: Dari hasil observasi komponen Hand Over selama
3 hari diperoleh item yang tidak konsisten disebutkan antara
lain identitas (25.37%), DPJP (3.34%), PN (63.96%),
Diagnosis Medis (3.1%), Diagnosis Keperawatan (31.81%),
Kondisi Terakhir (6.82%), Program (3.11%), Terapi
(6.82%).
24

Berdasarkan Nursalam dan beberapa jurnal ketentuan waktu

hand over berdasarkan kesepakatan ruang keperawatan dengan

mempertimbangkan rata-rata tingkat ketergantungan pasien.

Dalam pelaksanaan handover waktu yang dibutuhkan untuk

menyampaikan laporan adalah 5 menit untuk satu rekam medis

pasien kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan

yang lengkap dan rinci (Nursalam, 2006). Menurut Nursalam

waktu yang dibutuhkan dalam persiapan handover adalah 5

menit, pelaksanaan handover 20 menit dan evaluasi 5 menit.

Total waktu yang dibutuhkan dalam handover adalah 30 menit.

c) Penerimaan pasien baru

Setiap pasien baru diterima di unit Yohanes diberikan informasi

tentang orientasi ruangan yang ada, fasilitas ruangan,

menjelaskan hak dan kewajiban pasien, memberikan edukasi 6

langkah cuci tangan, menjelaskan fungsi gelang identitas, fungsi

dan cara penggunaan bel, jam kunjung pasien, fungsi kartu

tunggu dan menjelaskan jalur evakuasi dan titik kumpul jika

terjadi bencana atau kebakaran, menjelaskan dokter penanggung

jawab pasien, kepala unit dan perawat penanggungjawab pada

pasien dan keluarga.


25

Hasil pemantauan dari tanggal 7-9 Januari 2020 di ruang

Yohanes diperoleh data bahwa belum semua perawat

memberikan informasi secara lengkap sesuai dengan SOP yang

ada. Hasil ini didapat dari wawancara yang dilakukan pada

perawat.

d) Discharge planning

Discharge planning dilaksanakan pada semua pasien yang akan

pulang oleh perawat ruangan. Komponen dari discharge

planning adalah perlu pelayanan homecare, perlu pemasangan

implain, penggunaan alat bantu, telah dilakukan pemasangan

alat, dirujuk ke komunitas tertentu, dirujuk ke tim terapis,

dirujuk ke ahli gizi, obat-obatan yang akan dibawa pulang

(nama obat, dosis dan kegunaan), surat kontrol dan lain-lain.

2) Material

Peralatan yang digunakan di Unit Yohanes telah memenuhi standar

rumah sakit St. Carolus. Peralatan medis dan non medis yang ada

sudah memenuhi jumlah kebutuhan.

Berikut merupakan daftar material yang berada di unit Yohanes

untuk menunjang pelayanan medis pasien.

No Alat Jumlah
1. Syiring pump 2
2. Infus pump 2
3. bedsite monitor 1
26

4. O2 portable 5
5. Suction Sentral 3
6. Tensimeter 6
7. Stetoscope 8
8. Termometer Microlife 2
9. Timbangan 2
10. Glucotest 2
11. Tourniqet 2
12. Kursi Roda 3
13. Set Steril 4
14. Oksimetri 1
15. Nebulizer Portable 1
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Unit

3) Money

Penyusunan anggaran ruangan dibuat oleh kepala ruangan

(Head Nurse) dan diajukan ke Departemen Keperawatan.

Pembiayaan pasien dari pribadi dan BPJS. Biaya perawatan yang

berlaku saat ini sesuai kelas perawatan.

4) Marketing

Dalam meningkatkan jaminan pelanggan/customer Tim Marketing

RS St. Carolus bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan terkait

dalam bentuk MOU salah satunya dengan PT. Gramedia dalam

pelayanan medical checkup. Dalam rangka meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat RS. St Carolus bekerjasama dengan BPJS dan

asuransi seperti Manulife, Astra, Prudential. Setiap staf diharapkan

menjadi tim marketing terhadap customer dalam memberikan

pelayanan kesehatan secara langsung dan dievaluasi melalui opini

pasien yang diberikan saat pasien datang ataupun kritik dan saran

yang ditujukan ke bagian humas. Hal tersebut menggambarkan


27

bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan sasaran mutu

RS.

5. Lingkungan Kerja

a. Lingkungan Fisik

1) Nurse Station

Ruang perawatan di Unit Yohanes terbagi menjadi dua tim, Kedua

ruangan tersebut terdapat fasilitas meja, kursi, computer, telephone,

alat tulis, tempat rekam medis, alat pemeriksaan fisik, timbangan,

ukuran tinggi badan, emergency troley, troley untuk peralatan (alkes)

pemasangan infus, tempat penyimpanan obat dan infus, safety box,

trole dan wastafel.

2) Ruang linen

Ruang linen adalah ruang yang digunakan untuk tempat

penyimpanan linen. Ruang spool hoek, rak, urinal, pispot, kereta

linen, mesin desinfektan, kom untuk mandi, tempat sampah

infeksius dan non infeksius, dan toilet khusus karyawan.

3) Kamar perawatan

Fasilitas yang disediakan antara lain tempat tidur pasien, bantal

pasien, lampu, meja kursi, almari, kamar mandi, AC, TV, jam

dinding, tempat sampah, handrub gel, bel.

b. Lingkungan non fisik


28

Hubungan antara kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana di

Unit Yohanes berjalan dengan baik. Situasi kerja di Unit Yohanes

berjalan kurang kondusif karena presentasi orientee sebesar 22.6%

masih memerlukan pendampingan saat melakukan tindakan.

Lingkungan kerja yang diciptakan saling berkomunikasi dan

membangun hubungan interpersonal. Para karyawan menjalin

komunikasi yang akrab dengan sesama teman kerja untuk mengerjakan

tugas-tugas.

6. Kajian Indikator Mutu Ruangan

a. BOR (Bed Occupancy Rate)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat

tidur pada suatu waktu tertentu. Nilai parameter BOR yang ideal adalah

60-80% (Depkes RI, 2005).

Penghitungan BOR dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ju ml a h h ar i pe ra wata n
BOR ¿ x 1 00 %
ju ml a h te mp at ti dur x pe ri od e

Bed Occupancy Rate atau Tingkat Hunian RS yang ditemukan pada

tanggal 7-8 Januari 2020.

Jumlah pasien pada tanggal 7 Januari 2020 = 18 pasien

Jumlah pasien pada tanggal 8 Januari 2020 = 23 pasien

Jumlah pasien pada tanggal 9 Januari 2020 = 20 pasien

BOR = Bed Occupancy Rate

Jumlah pasien pada tanggal 7 Januari 2020 = 18 pasien


29

18
BOR ¿ x 1 00 % = 56,25%
32

Jumlah pasien pada tanggal 8 Januari 2020 = 23 pasien

23
BOR ¿ x 1 00 % = 71,8%
32

Jumlah pasien pada tanggal 9 Januari 2020 = 20 pasien

20
BOR ¿ x 1 00 % = 62,5%
32

Jumlah BOR dalam tiga hari :

61
BOR ¿ x 100 % = 63,5%
96

b. LOS (Length of Stay)

Menurut Depkes RI (2015), LOS adalah rata-rata lama rawat seorang

pasien. Secara umum nilai AVLOS yang ideal anatarnya 6-9 hari.

Penghitungan LOS dihitung dengan rumus sebagai berikut.

ju ml ah lama dirawat
LOS =
ju ml ah pasien keluar

Nama Tanggal Tanggal keluar Keluar


pasien masuk hidup /
meninggal
An. D 02-01-2020 Masih dalam perawatan
Ny. L 03-01-2020 Masih dalam perawatan
Ny. E 03-01-2020 Masih dalam perawatan
An. E 04-01-2020 Masih dalam perawatan
An. R 04-01-2020 08-01-2020 Hidup
An. R 04-01-2020 08-01-2020 Hidup
An. B 04-01-2020 09-01-2020 Hidup
An. M 04-01-2020 Masih dalam perawatan
Bp. V 05-01-2020 08-01-2020 Hidup
30

Bp. V 06-01-2020 08-01-2020 Hidup


Sr. M 06-01-2020 Masih dalam perawatan
An. K 06-01-2020 Masih dalam perawatan
An. P 06-01-2020 09-01-2020 Hidup
Bp. T 06-01-2020 Masih dalam perawatan
Bp. A 06-01-2020 Masih dalam perawatan
Nama Tanggal Tanggal keluar Keluar
pasien masuk hidup /
meninggal
An. C 06-01-2020 Masih dalam perawatan
An. A 06-01-2020 Masih dalam perawatan
An . S 07-01-2020 09-01-2020 Hidup
Ny. S 07-01-2020 Masih dalam perawatan
Ny. D 07-01-2020 Masih dalam perawatan
Ny. Z 07-01-2020 Masih dalam perawatan
Sdr. D 07-01-2020 Masih dalam perawatan
Tn. Y 07-01-2020 Masih dalam perawatan
Ny . E 09-01-2020 Masih dalam perawatan
Bp. S 09-01-2020 Masih dalam perawatan
23
LOS = = 3,28
7

c. TOI (Turn Over Interval)

Menurut Depkes RI (2005), TOI adalah rata-rata hari dimana tempat

tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Ideal

tempat tidur kosong tidak terisi adalah 1-3 hari.

Penghitungan TOI dihitung dengan rumus sebagai berikut:

( ju ml a h T T x periode ) −ha ri p erawatan


TOI =
ju ml ah pasien keluar

(3 2 x 1)−3
TOI = =4
7
31

TOI = 4 hari

d. BTO (Bed Turn Over)

Menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur

pada satu periode,berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu-satuan

waktu tertentu.

Rumus:

ju ml ah pa s ienkeluar ( hi du p dan mati )


BTO =
ju ml ah TT

7
BTO = = 0,218 / hari
32

7. Pendidikan

Pendidikan perawat di Unit Yohanes terdiri dari:

Pendidikan Jumlah Perawat Presentasi


S1 13 41,93%
Diploma 16 51,61%
SPK 2 6,45%
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Unit

Rumah Sakit St. Carolus memiliki program pendidikan bagi perawat yang

diselenggarakan sesuai dengan kebijakan menejemen.


32

8. Pelatihan

Pelatihan yang didapatkan oleh tenaga perawat unit Yohanes adalah:

a. In House Tranning dilakukan 3-4 kali dalam satu tahun. Terakhir

dilakukan bulan November 2019 dengan tema perawatan luka.

b. Mengikuti seminar yang dilakukan diluar rumah sakit.


BAB III

ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisis Data

Strength Weakness
1. Jumlah perawat di ruangan Yohanes ada 31 1. Hand over belum selalu dilakukan
perawat. S1 13 orang, D3 16 orang, SPK 2 secara efektif dan efisien
orang, orentee S1 6 orang. 2. Waktu dan komunikasi saat hand over
2. Perawat datang tepat waktu pukul 06.40 WIB tidak efektif akibat dari banyak
3. Selalu ada Pre conference dan post conference interupsi
(Briefing Besar yang berisi informasi, edukasi 3. Nurse station Tim B berlokasi di lorong
Matriks TOWS
maupun review oleh kepala ruang) depan kamar pasien, terdapat banyak
4. Adanya hand over keliling lalu lalang yang mengganggu
5. Model pelayanan keperawatan yang digunakan konsentrasi saat hand over
adalah moduler (tim dan PN) 4. Belum semua perawat memperkenalkan
6. Peralatan medis yang ada sudah lengkap diri saat keliling pasien pada pergantian
7. Komunikasi perawat terhadap pasien baik dan shift
ramah 5. Ketidakefektifan penggunaan alat skala
8. Lingkungan ruangan Yohanes bersih dan rapi nyeri
9. Cara perawat bekerja terstruktur dan disiplin 6. Ketidakefektifan waktu pemberian obat
10. Adanya pelayaan kerohaniaan untuk semua 7. Presentase orientee sebesar 22.6%
agama (berdasarkan tugas dan wewenang
orientee masih dalam bimbingan)

1
Opportunities/Peluang Strategi SO Strategi WO
1. Menjadi Rumah Sakit 1. Meningkatkan sistem tentang RS Pendidikan 1. Melakukan komunikasi efektif saat
Pendidikan. 2. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit SNARS hand over
2. Menjadi pilihan Rumah sakit Edisi 1.1 sebagai persyaratan RS yang bermutu. 2. Memberikan motivasi kepada
studi banding dalam hal 3. Meningkatkan layanan unggulan khususnya perawat agar menjalankan SPO
menajemen keperawatan. bedah tulang hand over sehingga menjadi habit
3. Menjadi RS pilihan dalam 4. Memberikan layanan perawatan anak yang 3. Memperkenalkan diri perawat saat
pemberian pelayanan komprehensif keliling ke ruangan pasien pada
unggulan khususnya bedah 5. Meningkatkan kepatuhan dalam pemberian pergantian shift
tulang. pendidikan kesehatan preoperasi 4. Memberikan obat tepat waktu
4. Unit Yohanes menjadi Unit 5. Mensosialisasikan ulang
Perawatan Anak yang penggunaan alat skala nyeri
komprehensif. 6. Mengkoordinasikan tugas
5. Unit Yohanes menjadi Unit wewenang orientee bersama
Bedah Dewasa dengan manajemen keperawatan RS
persiapan operasi yang
lengkap (termasuk di
dalamnya penkes preoperasi)
Threats Strategi ST Strategi WT

2
1. Adanya tuntutan akan 1. Memaksimalkan tenaga keperawatan dalam 1. Melakukan komunikasi efektif saat
pelayanan yang professional bekerja secara professional. hand over
di Ibu Kota. 2. Meningkatkan mutu RS. 2. Memberikan motivasi kepada
2. Persaingan antar Rumah Sakit 3. Menigkatkan sistem layanan informasi di RS. perawat agar menjalankan SPO hand
swasta dan negeri. over sehingga menjadi habit
3. Mudahnya mengakses 3. Mengoptimalkan ketua tim, PN, dan
informasi kesehatan membuat perawat Associate untuk
konsumen semakin kritis. memperkenalkan diri kepada pasien
saat hand over.
4. Memberikan obat tepat waktu
5. Mensosialisasikan ulang penggunaan
alat skala nyeri
6. Mengkoordinasikan tugas wewenang
orientee bersama manajemen
keperawatan RS

3
4

1. Daftar Masalah

No. Data Penunjang Masalah


1. Pemberian obat oral tidak tepat Ketidakefektifan waktu
sesuai waktu yang di tentukan pemberian obat
2. Komunikasi efektif saat hand Ketidakefektifan waktu dan
over dalam tim belum menjadi komunikasi dalam hand over
habit
3. Instrument untuk pengukuran Ketidakefektifan penggunaan
nyeri ada, tetapi tidak digunakan skala nyeri
saat pengkajian
4. Presentase orientee sebesar 22.6% Komposisi orientee cukup
(berdasarkan tugas dan wewenang besar
orientee masih dalam bimbingan)

2. Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas


1. Ketidakefektifan
waktu pemberian 3 2 2 3 1 11 2
obat
2. Ketidakefektifan
waktu dan
3 2 3 3 1 12 1
komunikasi dalam
hand over
3. Ketidakefektifan
penggunaan skala 2 1 3 3 1 10 3
nyeri
4. Komposisi
orientee cukup 2 2 1 3 1 9 4
besar

Keterangan :
Magnitud (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya
kejadian masalah
Severity (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan
Manageability (Mn) : Kemungkinan masalah bisa dipecahkan
Nursinging Consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat
5

Affordability (Af) : Belum optimal adanya ketersediaan


sumber daya, barang,tempat dan alat
Keterangan Skor :
1 : Belum optimal Setuju
2 : Setuju
3 : Sangat Setuju

3. Daftar Prioritas Masalah

No Skor Masalah
Priorita
s
1. 12 Ketidakefektifan waktu dan komunikasi dalam
hand over
2. 11 Ketidakefektifan waktu pemberian obat
3. 10 Ketidakefektifan penggunaan skala nyeri
4. 9 Komposisi orientee cukup besar
B. Perencanaan (Plan Of Action)

No Penanggung
Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Evaluasi
. Jawab
1. Ketidakefektifan Mengefektifkan 1. Mendiskusikan Perawat di Minggu ke Unit Minggu ke Kelompok
waktu dan waktu dan dan unit 2 Yohanes 3 dan
komunikasi hand komunikasi mensosialisasik Yohanes preseptor
over perawat dalam an ulang klinik
hand over tentang
SOP/prosedur
komunikasi
saat hand over

2. Melakukan
pemantauan
dalam
pelaksanaan
hand over

6
BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi

1. Tujuan

a. Bersadarkan POA yang telah disusun diharapkan perawat di unit

Yohanes mampu melakukan hand over sesuai dengan SOP Hand Over

RS. St.Carolus.

b. Berdasarkan POA yang telah disusun diharapkan perawat Unit

Yohanes mampu menggunakan waktu hand over secara efektif dan

efisisen.

2. Agenda Kegiatan

Waktu Kegiatan
07 Januari 2020 Berdiskusi dan koordinasi dengan kepala unit Yohanes
untuk melakukan observasi dan pemantauan terhadap
manajemen keperawatan di ruang Yohanes.
07-08 Januari 1. Melakukan pengamatan, wawancara terhadap
2020 kepala unit, supervisor, dan perawat terkait
manajemen keperawatan di ruang Yohanes.
2. Mendiskusikan masalah dan menentukan prioritas
dari beberapa masalah yang ditemukan dengan
kepala unit ruang Yohanes.
09 Januari 2020 Menyusun POA.
10 Januari 2020 Presentasi/ seminar dengan perawat di unit Yohanes
tentang TOWS, masalah prioritas dan POA.
Sosialisasi lisan SOP Hand Over
Waktu Kegiatan
11-13 Januari Sosialisasi kepada perawat SOP Hand Over (dengan
2020 Mini Poster SOP Hand Over yang ditempel di tiap

7
Team)
14-22 Januari Melakukan evaluasi menggunakan lembar observasi
2020 pelaksanaan Hand over
22-24 Januari Melakukan olah data hasil observasi pelaksaan Hand
2020 over
22-24 Januari Melakukan konsultasi hasil olahan data kepada Kepala
2020 Unit dan Supervisor
27 Januari 2020 Presentasi Hasil Implementasi POA

B. Evaluasi

8
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi pelaksanaan Hand Over

menggunakan Check List pada pelaksanaan hand over dari tanggal 14-22

Januari 2020, data dikelompokkan serta dilakukan analisa data dengan SPSS.

Hasil evaluasi waktu pelaksanaan dan komponen Hand over tanggal 14-22

Januari 2020 adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Hand Over

Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Hand Over (SPSS)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Efektif < 30 17 89.5 89.5 89.5
menit dan 30-45
menit
Tidak Efektif >45 2 10.5 10.5 100.0
menit
Total 19 100.0 100.0
Analisis: Hasil evaluasi pelaksanaan hand over tanggal 14-22 Januari 2020
yaitu 89.5% sudah sesuai (30-45 menit), masih terdapat 10.5% tidak sesuai
(>45 menit). Asumsi kelompok dari waktu pelaksanaan hand over yang
tidak sesuai karena masih terdapat beberapa interupsi diantaranya dokter
visit, ada lalu lalang saat hand over, bel pasien.

2. Berdasarkan Komponen Hand Over

9
Tabel 4. Komponen Hand Over

Komponen Ya Tidak
Nama 100% 0%
Umur 61% 39%
DPJP 99.6% 0.4%
Primary Nursing 39.9% 60.1%
Diagnosis Medis 99.6% 0.4%
Diagnosis Keperawatan 84.4% 13.6%
Keadaan Umum 100% 0%
Program 100% 0%
Terapi 96.6% 0.4%

Pelaksanaan Hand Over sebagian besar sudah dilakukan sesuai SOP.

Beberapa hal yang masih belum konsisten disebutkan, antara lain:

a. Primary Nursing tidak disebutkan sebesar 60,1 %

10
Menurut asumsi kelompok hal ini disebabkan nama PN terkadang

belum ditulis di Status RM pasien, selain itu terdapat beberapa

perawat yang belum familiar untuk menyebutkan PN saat Hand Over.

b. Umur tidak disebutkan sebesar 39 %

Berdasarkan hasil pengamatan hal ini sering terjadi pada pelaporan

pasien dewasa. Menurut asumsi kelompok beberapa perawat lupa

menyebutkan umur pasien.

c. Diagnosa Keperawatan tidak disebutkan sebesar 13,6%

Menurut asumsi kelompok hal ini terjadi disebabkan beberapa perawat

belum terbiasa menyebutkan diagnosa keperawatan saat Hand Over.

d. DPJP tidak disebutkan sebesar 0,4%

Menurut asumsi kelompok hal ini terjadi karena tidak disengaja

terlewat.

e. Diagnosa Medis tidak disebutkan sebesar 0,4%

Menurut asumsi kelompok, hal ini terjadi karena tidak disengaja

terlewat.

f. Terapi tidak disebutkan sebesar 0,4%

Menurut asumsi kelompok hal ini terjadi karena terlewat atau karena

sudah terapi rutin yang dilanjutkan.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan observasi, analisa data dengan menggunakan SPSS,

intervensi, implementasi dan evaluasi pada tanggal 13 Januari 2020 sampai

dengan tanggal 22 Januari 2020 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelaksanaan Hand Over sebagian besar belum sepenuhnya dilakukan sesuai

SOP. Berdasarkan data yang diperoleh ada beberapa item belum konsisten

disebutkan seperti Primary Nursing (60,1%), umur (39%), Diagnosa

Keperawatan (13,6%), DPJP (0,4%), Diagnosa Medis (0,4%) dan Terapi

(0,4%). Menurut asumsi kelompok, hal tersebut terjadi karena adanya banyak

interupsi, tempat hand over yang kurang mendukung (Tim B), PN kadang

belum tertulis di status pasien, serta ketidaksiapan pemberi dan penerima

akibat kesibukan ruangan yang belum selesai.

B. Saran

1. Diharapkan perawat melakukan hand over sesuai Standar Operational

Prosedur (SOP) yang telah disepakati bersama dan dapat menjadikan hal

tersebut sebagai habit.

2. Hand Over dapat dilakukan diruangan tertutup terutama pada Tim B (bila

memungkinkan tidak di lorong jalan, didepan kamar pasien, sehingga

meminimalkan terjadinya gangguan saat melakukan hand over).

12
3. Diharapkan perawat dapat memberikan kesempatan perawat yang

memberikan laporan menyelesaikan laporannya, tanpa diinterupsi.

Selanjutnya perawat penerima laporan diberikan kesempatan untuk

bertanya setelah laporan selesai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gillies, DA. (2010). Nursing Manajemen A System Approach. Phicadelpia : WB.


Saudes Company.

Kurniadi, Anwar. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Teori,


Konsep dan Aplikasi. Jakarta: FK UI.

Marquis, B.L & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Jakarta: EKG.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai