Anda di halaman 1dari 12

Health Education Oktober

2023

“Demam Typhoid”

Nama : Diaz Aditya Hamdani


No. Stambuk : N 111 22 102
Pembimbing : dr. Haryanti Kartini Huntoyungo, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Diaz Aditya Hamdani

Stambuk : N 111 22 102

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Judul : Demam Typhoid

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSUD Undata Palu
Program Studi Profesi Dokter
Fakulas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Oktober 2023

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. Haryanty Kartini Huntoyungo, Sp.A Diaz Aditya Hamdani

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Definisi......................................................................................................2
2.2 Etiologi......................................................................................................2
2.3 Epidemiologi.............................................................................................3
2.4 Patofisiologi...............................................................................................3
2.5 Tanda dan Gejala.......................................................................................4
2.6 Diagnosis...................................................................................................5
2.7 Tatalaksana................................................................................................7
2.8 Pencegahan................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut sistem pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi global, terutama di negara-negara berkembang.
Demam tifoid ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri Salmonella typhi, selain itu penyakit ini dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan feses, urin atau sekret penderita demam tifoid. Dengan
kata lain hygiene sanitasi adalah faktor utama penularannya.1
Demam tifoid terdapat di seluruh dunia, dan prevalensinya tinggi di negara
berkembang, khususnya di daerah tropis. Diperkirakan angka kejadian kasus 11-
21 juta/tahun dan angka kematian sekitar 128.000-161.000/tahun, sebagian besar
kasus terjadi di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara. Di Indonesia,
demam tifoid bersifat endemis serta banyak ditemukan di kota besar. Insiden
demam tifoid di Indonesia berkisar 350-810 per 100.000 penduduk, prevalensi
penyakit ini di Indonesia sebesar 1,6% dan menduduki urutan ke-5 penyakit
menular yang terjadi pada semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta
menduduki urutan ke-15 dalam penyebab kematian semua umur di Indonesia,
yaitu sebesar 1,6%. Sebagian kasus demam tifoid terjadi pada rentang usia 3 – 19
tahun.2
Manifestasi klinis demam tifoid yang timbul dapat bervariasi dari gejala
ringan hingga berat. Gejala klinis yang klasik dari demam tifoid diantaranya
adalah demam, malaise, nyeri perut dan konstipasi. Pemeriksaan kultur
merupakan pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosis demam
tifoid. Namun harganya yang mahal dan waktu pemeriksaan yang lama membuat
pemeriksaan kultur ini jarang dilakukan.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Demam tifoid (typhoid fever) merupakan penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi bakteri ini terdapat pada
makanan dan minuman dengan kebersihan yang buruk dan daerah dengan
sanitasi yang kurang baik. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab
kematian dibeberapa Negara berkembang seperti Asia Tenggara termasuk
Indonesia.3
Penyakit demam tifoid yang biasa disebut tipes merupakan penyakit
menyerang bagian saluran pencernaan. Selama terjadi infeksi, bakteri
salmonella typhi bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuclear dan secara
berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Demam tifoid termasuk penyakit
menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang
wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah
menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan
wabah.4

2.2. Etiologi
Agen penyebab utama demam tifoid adalah Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi, keduanya adalah anggota keluarga Enterobacteriaceae.
Salmonella adalah sebuah genus yang memiliki dua spesies Salmonella
enterica serovar dan enteritidis yang diklasifikasikan melalui analisis ekstensif
dengan reaksi rantai polimerase kuantitatif multipleks (PCR). Baik Salmonella
typhi maupun Salmonella paratyphi (A, B, C) adalah serotipe Salmonella
enterica. Salmonella nontyphoidal (NTS) lebih sering terjadi pada anak-anak
dan sebagian besar terbatas pada gastroenteritis.6
Salmonella ditularkan melalui jalur fecal-oral melalui air yang
terkontaminasi, makanan yang kurang matang, muntah-muntah pada pasien
yang terinfeksi, dan lebih sering terjadi di daerah yang memiliki kepadatan
penduduk, kekacauan sosial, dan sanitasi yang buruk. Bakteri ini hanya

2
ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain, karena manusia adalah
satu-satunya inang. Sumber utama salmonella adalah unggas, telur, dan jarang
kura-kura. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap distribusi isolat
salmonella dengan sekuensing seluruh genom di rumah pemotongan ayam di
Cina, 57% sampel dinyatakan positif.6
Flora normal pada usus bersifat protektif terhadap infeksi. Penggunaan
antibiotik seperti streptomisin menghancurkan flora normal, yang
meningkatkan invasi. Malnutrisi mengurangi flora normal usus dan dengan
demikian meningkatkan kerentanan terhadap infeksi ini juga. Oleh karena itu,
penggunaan antibiotik spektrum luas dan nutrisi yang buruk memperkuat
kejadian demam tifoid.6

2.3. Epidemiologi
Demam tifoid terdapat di seluruh dunia, dan prevalensinya tinggi di negara
berkembang, khususnya di daerah tropis. Diperkirakan angka kejadian kasus
11-21 juta/tahun dan angka kematian sekitar 128.000-161.000/tahun, sebagian
besar kasus terjadi di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara.2
Demam tifoid di Indonesia tergolong dalam penyakit endemik. Prevalensi
demam tifoid di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 500 kasus per 100.000
penduduk pertahun. Berdasarkan studi yang dilakukan di daerah kumuh
diperkirakan insidensi demam tifoid adalah 149 per 100.000 penduduk
pertahun pada rentang usia 2–4 tahun, 180 kasus pada rentang usia 5–15 tahun
dan 51 kasus pada usia diatas 16 tahun.3

2.4. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhi akan masuk kedalam tubuh melalui oral bersama
degan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sebagian bakteri akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian bakteri
salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di ileum dan
jejenum untuk berkembang biak. Jika sistem imun humoral mukosa (IgA)
tidak lagi baik dalam merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam sel
epitel usus halus (terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamona propia

3
bakteri akan difagositosis oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat
berkembang biak didalam makrofag dan masuk ke sirkulasi darah (bakterimia
I). bakterimia I dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi selama 7-
14 hari, bakteri ini juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plak
payer. Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan tranlokasi ke
dalam folikel limfoid intestine dan aliran limfe mesenterika dan beberapa
bakteri melewati sistem retikuloendotial di hati dan limpa. Pada fase ini
bakteri juga melewati organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri
meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biak di sinusoid hati.
Setelah dari, bakteri akan masuk ke sirkulasi darah untuk ke dua kalinya
(bakterimia II).1
Ketika bacteremia II, makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat
makrofag memfagositosis bakteri, maka terjadi pelepasan mediator inflamasi
salah satunya dalam sitokin. Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan demam,
malaise, myalgia, sakit kepala, dan gejala toksimia. Plak payer dapat
mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan dapat terus berlanjut hingga
terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat timbul ulserasi yang
pada akhirnya dapat terbentuknya ulkus diminggu ketiga. Terbentuknya ulkus
ini dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini meupakan salah satu
komplikasi yang cukup berbahaya dari demam tifoid.1

2.5. Tanda dan Gejala


Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica,
terutama serotype Salmonella Typhi. Masa inkubasi 7-21 hari, inkubasi
terpendek 3 hari dan terlama 60 hari, rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan
gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik seperti demam, sakit kepala,
abdomen terasa nyeri atau ketidaknyamanan, perut membesar, erupsi kulit.
Pada minggu pertama gejala yang muncul yaitu demam, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39 –
41OC), disertai denyut jantung yang lambat dan kelelahan, epistaksis,
konstipasi, diare. Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam

4
remiten, lidah nampak kering dan dilapisi selaput tebal, pembesaran hati dan
limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada abdomen bagian kanan bawah,
kemudian demam turun berangsurangsur pada minggu ketiga. Manifestasi
klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi, tetapi
biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu :
1). demam lebih dari 7 hari.
2). gangguan pada saluran cerna.
3). Diare atau konstipasi.
4). Hepatomegali atau slenomegali.
5). Dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran
6). Serta bradikardia relatif.5
Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu
pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu. Manifestasi klinis dari
demam tifoid bervariasi dari gejala ringan seperti demam, malaise, batuk
kering serta rasa tidak nyaman ringan di perut. Faktor tersebut antara lain
durasi penyakit sebelum dimulainya terapi yang tepat, pemilihan antimikroba,
usia, paparan atau riwayat vaksinasi.5 Gejala demam tifoid pada anak yaitu
selama masa inkubasi ditemukan gejala berupa rasa tidak enak badan. Gejala
khas pada anak biasanya di minggu pertama berupa demam yang menurun
menjelang pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu
kedua anak terus berada dalam kondisi demam yang turun secara berangsur-
angsur pada minggu ketiga. Gejala lainnya lidah kotor yaitu lidah yang
ditutupi selaput kecoklatan, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai kejang.
Timbul rasa nyeri pada perabaan dihati dan limpa yang mengalami
pembesaran. Biasanya anak juga mengalami diare.7

2.6. Diagnosis
a. Anamnesis
- Demam naik secara bertahap tap hari, mencapai suhu tertinggi
pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus
tinggi

5
- Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri
kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran,
kejang, dan icterus.8
b. Pemeriksaan fisis
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan
komplikasi. Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak
mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir
hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada
splenomegali. Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.8
c. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi perifer:
- Anemia, pada umumnya teriadi karena karena supresi sumsum
tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus Darah tepi perifer
- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
- Limfositosis relative
- Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
2. Pemeriksaan serologi:
- Serologi Widal: kenaikan titer S. typhi titer O I:200 atau kenaikan
4 kali titer fase akut ke fase konvalesens
- Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
3. Pemeriksaan biakan Salmonela:
- Biakan darah terutama pada minggu I-2 dari perjalanan penyakit
- Biakan sumsum tulang mash positif sampai minggu ke-4
4. Pemeriksaan radiologik:
- Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
- Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal
seperti perforasi usus.
- Pada perforasi usus tampak: distribusi udara tak merata, airfluid
level, bayangan radiolusen di daerah hepar, udara bebas pada
abdomen.8

6
2.7. Tatalaksana
a. Antibiotik
- Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgbb/hari, oral atau IV,
dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
- Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral atau intravena, selama 10 hari
- Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, oral, selama 10 hari
- Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, intravena atau intramuskular, sekali
sehari, selama 5 hari
- Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
- Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
- Deksametason|-3mg/kgbb/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
b. Bedah : Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus.
c. Suportif :
- Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
- Tirah baring
- Isolasi memadai
- Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi.8

2.8. Pencegahan
1. Menjaga kebersihan
Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu mencuci
tangan dengan rutin sebelum dan sesudah makan, setelah melakukan
kegiatan dan saat melakukan penyajian makanan maupun memasak.
Sebaiknya membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir, atau
tangan dapat dibersihkan dengan hand sanitizer yang mengandung 70%
alkohol. Selain itu menjaga kebersihan diri setelah bepergian ke luar
rumah, usahakan untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan
tangan yang kotor.9

7
2. Sebaiknya menghindari kontak dengan orang sakit.
Bakteri sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lain.
Maka hindari kontak terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit.
Menghindari menggunakan peralatan makan atau mandi yang sama
dengan orang sakit dapat meningkatkan risiko penularan penyakit.9
3. Vaksin Tifoid
Salah satu cara untuk mencegah penyakit demam Thypoid adalah
dengan vaksin Tifoid. Vaksin ini dapat dilakukan jika rentan atau berisiko
tinggi tertular penyakit demam Thypoid, dengan terlebih dahulu
mengkonsultasikan dengan dokter.9
4. Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin kebersihannya.
Makanan dan minuman menjadi salah satu media penularan
Thypoid. Maka dari itu usahakan untuk selalu makan dan minum yang
telah terjaga kebersihannya. Mengonsumsi makanan yang dimasak dan
disajikan panas jauh lebih baik dibandingkan dengan makanan mentah
atau setengah matang.9
5. Tidak menyiapkan / menyajikan makanan ketika masih sakit.
Usahakan untuk tidak memasak atau menyiapkan makanan sampai
dokter menyatakan bahwa bakteri Salmonella typhi tidak lagi menular,
agar tidak menularkan / menginfeksi penyakit kepada orang lain.9

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Levani, Yelvi, and Aldo Dwi Prastya. "Demam Tifoid: Manifestasi Klinis,
Pilihan Terapi Dan Pandangan Dalam Islam." Al-Iqra Medical Journal: Jurnal
Berkala Ilmiah Kedokteran 3.1 (2020): 10-16.
2. Khairunnisa, Sarah, E. M. Hidayat, and Ryan Herardi. "Hubungan Jumlah
Leukosit dan Persentase Limfosit terhadap Tingkat Demam pada Pasien Anak
dengan Demam Tifoid di RSUD Budhi Asih Tahun 2018–Oktober
2019." Seminar Nasional Riset Kedokteran. Vol. 1. No. 1. 2020.
3. Darmawati, Sri. Mengenal Karakter Molekuler Dan Imunogenesitas Flagella
Salmonella Typhi Penyebab Demam Tifoid. DeePublish, 2021.
4. Idrus, Hasta Handayani. (2020). Buku Demam Typhoid. Di unduh dari
https://www.researchgate.net/publication/
5. Rahmat, W. dkk. (2019). Demam tifoid dengan komplikasi sepsis : pengertian,
epidemiologi, patogenesis, dan sebuah laporan kasus. Jurnal Medical
Profession, 3, (3) , 2020-225
6. Bhandari J, Thada PK, DeVos E. Typhoid Fever. [Updated 2022 Aug 10]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/
7. Febry & Marendra. (2017). Smart Parents. Jakarta : Gagas Media.
8. IDAI., (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid
2 cetakan pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
9. Mustofa Ladyani Festy, dkk. 2020. Karakteristik Pasien Demam Tifoid pada
Anak dan Remaja di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung. Jurnal
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada Volume 9 Nomor 2.

iv

Anda mungkin juga menyukai