“Servisitis Gonore”
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
A. DEFINISI
servisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan epitel serviks. Ketika
terjadi radang dari selaput lendir saluran servikal. Singkatnya, servisitis adalah
peradangan dari serviks uterus. Gonore merupakan istilah umum untuk menunjukkan
serangkaian kondisi klinis yang melibatkan infeksi oleh bakteri pathogen Neisseria
gonorrhoeae yang didapat melalui hubungan seksual. Servisitis pada wanita memiliki
banyak fitur yang sama dengan uretritis pada pria dan banyak kasus disebabkan oleh
IMS. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 60% perempuan karena infeksi bakteri seperti
gonore atau infeksi pra dan pascapersalinan. Duenhoelter (2010)
B. Etiologi
servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti trikomas vaginalis, kandrada dan
mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti
streptococcus, entamoeba coli, dan stapilococus”. Kuman-kuman ini menyebabkan
deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi komik dalam jaringan serviks
yang mengalami trauma (Mallesappha, 2011).
C. Epidemiologi
WHO mengestimasi terdapat 357 juta kasus infeksi menular seksual baru
ditemukan setiap tahunnya. Infeksi menular seksual tersebut terutama disebabkan oleh
infeksi klamidia, gonorrhea, sifilis, dan trikomonas. Selain itu, lebih dari 500 juta orang
diperkirakan terkena infeksi HSV (Herpes Simplex Virus) dan lebih dari 290 juta wanita
terkena infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus) yang berkaitan dengan risiko kanker
serviks. Selain gonorrhea dan klamidia, servisitis juga dapat disebabkan oleh
Mycoplasma genitalium. Sebuah studi yang melibatkan 27,000 wanita menemukan
prevalensi global infeksi Mycoplasma genitalium sebesar 7,3% pada populasi risiko
tinggi dan 2% pada populasi risiko rendah. (WHO, 2016)
D. Patafosiologi
Patofisiologi servisitis berupa peradangan pada serviks yang melibatkan leukosit
dan produk darah lain seperti protein plasma. Proses inflamasi atau peradangan
merupakan bagian dari respons imun untuk melawan agen penyebab infeksi atau zat
berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk
darah lain seperti protein plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan
vasodilatasi pembuluh darah serta peningkatan aliran darah. (fernandes 2015)
Aktivasi proses inflamasi dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun
mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi mediator inflamasi seperti
sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun alamiah muncul, tubuh akan
membentuk respon imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan
sel limfosit B. Berdasarkan jenis antigennya, limfosit T yang naif akan berubah menjadi
sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik. Sedangkan sel limfosit
B akan membentuk antibodi yang dapat melawan patogen atau zat berbahaya tersebut.
Proses inflamasi akan mereda setelah patogen atau zat berbahaya hilang. Namun, bila
stimulus menetap, proses inflamasi akan terjadi terus-menerus dan bersifat kronis.
(fernandes . 2015)
Keluar cairan dari vagina yang tidak biasa dan dalam jumlah banyak. Cairan ini bisa
berwarna kuning pucat keabu-abuan yang disertai bau tidak sedap.
Buang air kecil yang sering dan menyakitkan.
Dispareunia.
Perdarahan dari vagina setelah berhubungan seksual.
Vagina terasa nyeri.
Panggul terasa tertekan.
Sakit punggung.
Rasa nyeri pada bagian panggul atau perut.
Demam.
Peradangan serviks dapat menjadi parah jika berkembang lebih lanjut, yang ditandai
dengan terbentuknya luka terbuka atau keluarnya cairan dari vagina berupa nanah.
(Matson, 2016)
F. Diagnosis
Diagnosis servisitis dimulai dengan anamnesis berupa keluhan utama keputihan
atau perdarahan serta keluhan penyerta seperti nyeri saat buang air kecil atau saat
berhubungan intim. Pada pemeriksaan fisik menggunakan spekulum, perlu dilihat ada
tidaknya duh tubuh mukopurulen atau berwarna kuning kehijauan. Pemeriksaan
penunjang dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan swab vagina dan endoserviks
yang kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan kalium hidroksida (KOH)
atau pewarnaan Gram. Baku emas untuk diagnosis servisitis adalah pemeriksaan kultur
tetapi lamanya waktu pemeriksaan membuat pemeriksaan ini hanya disarankan untuk
servisitis berulang. (kemenkes RI.2015)
Anamnesis
Pastikan suasana privasi dan empati dengan pasien terjaga dengan baik saat
melakukan anamnesis karena penyakit genitalia seperti servisitis merupakan isu yang
sensitif bagi pasien. Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien di antaranya:
Keluhan utama pasien, biasanya pada servisitis pasien mengalami keluhan keputihan
abnormal dan perdarahan di luar siklus haid terutama setelah berhubungan intim
Keluhan penyerta, seperti nyeri saat buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil,
nyeri perut bawah, nyeri saat berhubungan intim, rasa terbakar pada organ intim,
gatal pada organ intim, bau menyengat pada organ intim, nyeri panggul, lesi pada
kulit genital
Riwayat perjalanan penyakit
Riwayat seksual: status aktivitas seksual, berganti-ganti pasangan atau tidak,
penggunaan kondom, kapan hubungan seksual terakhir dilakukan, cara melakukan
hubungan seksual
Riwayat Infeksi Menular Seksual dalam 1 bulan terakhir
Penggunaan KB (misalnya IUD)
Paparan zat iritan atau bahan kimia
Riwayat pengobatan sebelumnya
Hari terakhir haid dan siklus haid. (kemenkes RI.2015)
Pemeriksaan Fisik
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari servisitis di antaranya adalah:
Vaginosis bakterialis: pada pemeriksaan fisik ditemukan duh tubuh berwarna keabuan
atau kehijauan, berbau amis dengan keluhan vagina yang gatal dan terbakar. Pada
pemeriksaan hapusan swab vaginal ditemukan clue cell dan tes Whiff positif.
Kandidiasis vaginalis: keluhan vagina terasa gatal dan panas, pada pemeriksaan
penunjang ditemukan hifa.
Kanker serviks: Ditandai dengan perdarahan di luar siklus haid, perdarahan setiap
setelah berhubungan intim, penurunan berat badan serta gangguan pada buang air
kecil dan buang air besar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan serviks yang mudah
berdarah dan berdungkul-dungkul. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sel
kanker.
Kista ovarium: Bila kista berukuran besar dapat menyebabkan nyeri pelvis, siklus
haid yang tidak teratur, rasa penuh di perut dan infertilitas. Pada pemeriksaan USG
ditemukan kista pada ovarium.
Kutil kelamin: Ditemukan adanya kutil kelamin pada pemeriksaan fisik. Kutil
kelamin biasanya disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV).
Pada pasien dengan keluhan nyeri abdomen akut, diagnosis banding nyeri
abdomen lainnya harus disingkirkan, seperti endometritis, penyakit radang panggul,
infeksi saluran kemih dan sistitis, kehamilan ektopik, dan appendicitis. (CDC, 2015)
H. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis servisitis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dari
yang paling sederhana seperti pemeriksaan swab endoserviks di bawah mikroskop sampai
pemeriksaan rumit seperti polymerase chain reaction (PCR) dan kultur. Pemeriksaan
tambahan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis servisitis adalah:
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan serologis
untuk mengetahui adanya antibodi terhadap infeksi misalnya Sifilis. Selain itu dapat
dilakukan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dan pemeriksaan NAAT
(Nucleic acid amplification testing) untuk infeksi klamidia dan gonorrhea. Pemeriksaan
ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga disarankan jika kultur tidak dapat
dilakukan. (CDC,2015)
I. Pencegahan
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar tidak terkena penyakit ini. Di
antaranya dengan:
J. Tatalaksana
Pada pasien tanpa keluhan nyeri perut bagian bawah yang disertai duh tubuh
serviks mukopurulen pada pemeriksaan spekulum, atau terdapat faktor risiko jika
pemeriksaan spekulum tidak dapat dilakukan, tangani sebagai servisitis gonokokus,
klamidiosis, dan trikomoniasis. Faktor risiko untuk servisitis adalah:
Jika keluhan tidak menghilang setelah 7 hari pengobatan, rujuk pasien ke spesialis
obstetri dan ginekologi. ( Kemenkes RI, 2015)
Pada pasien tanpa tubuh mukopurulen atau faktor risiko, tangani terlebih dahulu
sebagai vaginitis. Jika keluhan tidak menghilang setelah tujuh hari, tangani sebagai
servisitis gonokokus, klamidiosis, dan trikomoniasis. Jika keluhan tetap tidak menghilang
setelah 7 hari pengobatan, rujuk pasien ke spesialis obstetri dan ginekologi. (kemenkes
RI, 2015)
Doxycycline 100 mg, per oral, dua kali sehari, selama 7 hari
Erithromycin 500 mg, per oral, empat kali sehari, selama 7 hari (chung san ,2019)
Penanganan Vaginitis
Nystatin000 IU, intravagina, sekali sehari, selama 7 hari. (kemenkes RI, 2015)
Penanganan pada Ibu Hamil dan Menyusui
Pada ibu hamil dan menyusui, regimen obat di atas tetap dapat digunakan, kecuali
doxycycline, fluconazole, dan itraconazole.
Krioterapi
Dicurigai terkena penyakit radang panggul dan tidak dapat mengonsumsi obat oral
Gejala sistemik atau sepsis, termasuk demam dan nyeri abdomen akut. (chung
san,2019)
Pada populasi risiko tinggi seperti pekerja seks komersial atau wanita dengan
riwayat infeksi menular seksual sebelumnya disarankan untuk melakukan skrining untuk
klamidia dan gonorrhea setiap satu tahun sekali. (CDC,2015)
K. Prognosis
Prognosis pasien ditentukan dari etiologi servisitis, ada tidaknya komplikasi,
kepatuhan terapi, perubahan perilaku seksual yang berisiko, serta penanganan pasangan
seksual pasien. (jhonson,2017)
DAFTAR PUSTAKA
CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2015. Sexually Transmitted Diseases
Treatment Guidelines. Diseases Characterized by Urethritis and Cervicitis. MMWR Recomm
Rep 64(3). http://googleschoolar.ac.id
Chung San Medical University Hospital. 2019 Cervicitis. View 05 feb 2021.
http://www.csh.org.tw/Dr.TCJ/Educartion/f/web/Cervicitis/index.htm
Duenhoelter, Johann H., 2010, Ginekologi Greenhill Edisi 12, EGC, Jakarta
Fernandes JV, Fernandes, de Azevedo , et al. 2015. Link between chronic inflammation and
human papillomavirus-induced carcinogenesis . vol 9(3) view on 05 feb 2021 .
https://googleschoolar.ac.id
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2015. Kementerian
KesehatanRI.http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Nasional_Tatalaksana_IMS_
2015.pdf
Malleshappa, K. 2011. Knowledge and attitude about reproductive health among Rural
Adolescent Girl in Kuppam Mandal: An Intervention Study. Biomedical Research, 22(3): 305-
310
Mattson, et al. 2016. Chronic Cervicitis: Presenting Features and Response to Therapy. Journal
of Lower Genital Tract Disease. Vol 20(3). View 05 feb 2021. http://googleschoolar.ac.id