Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK DIGESTIVE AND NEFROURINARY DISORDER


“PEMERIKSAAN URIN RUTIN DAN URIN KHUSUS”

Asisten :
NURINDA IFFATUS SA’IDAH (G1A015011)

Kelompok 1.5 :

DEUIS GUSTIANI RAHAYU G1A016116


CINDY LORENZA DARWIS G1A016117
RADITYA IRFAN PRADHANA G1A016118
VANNY PRANANDA G1A016119
RIZKY PRATAMA SANTOSO G1A016120

KEMENTRIAN RISET,TEKNOLOGI,DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan urin rutin atau urenalis adalah pemeriksaan laboratorium tertua dan
sederhana yang biasa dilakukan untuk skrining kesehatan secara umum.Hasil pemeriksaan
urin rutin juga dapat dipakai untuk menunjang diagnosis, menentukan prognosis serta
memantau perkembangan suatu penyakit.Pemeriksaan urin rutin bertujuan untuk
mengidentifikasi bahan yang ada dalam urin baik secara makroskopis, mikroskopis(sedimen)
maupun kimiawi.(McPherson RA,2017)
Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada
seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam
berikutnya. Akan tetapi kalau kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel – sampel urin
dari orang itu pada saat – saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam, akan kita lihat
bahwa susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Itu sebabnya maka penting
sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan ini
diperlukan pengumpulan sampel urin yang cermat agar tidak mempengaruhi hasilnya. Saat
ini banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan sampel urin, masing-masing cara
memiliki kelemahan tersendiri.
Pemeriksaan urin merupakan bagian penting pemeriksaan laboratorik. Salah satu
kegunaannya ialah untuk mendiagnosis adanya infeksi di saluran kemih. Infeksi saluran
kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran
kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna. (Gandasoebrata, 2013)

Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta :Dian Rakyat.


McPherson RA, Pincus MR,.Henry's Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods. 23nd ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2017
Metode praktikum

A. PEMERIKSAAN URIN RUTIN


1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Warna : Kuning muda
1) Penilaian :
Normal : kuning muda sampai tua tergantung besarnya diuresis dan beberapa zat
pelarut dalam urin terutama urobilin dan urochrom.
Kelainan warna :
Tak patologis : berasal dari makanan atau obat ( pewarna )
Patologis : Seperti teh : bilirubin.
Hijau : biliverdin, Ps. aeruginosa.
Merah : darah, B. prodigiosus.
Putih keruh : pus.
Putih susu : chylus.
Coklat : hematin, billirubin.

b. Kekeruhan : jernih
1) Penilaian
Kekeruhan urin dinyatakan dengan : jernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh. Kekeruhan dapat timbul:
1. Sejak dikemihkan :
a. Urin mengandung kristal dalam jumlah besar.
Kekeruhaan ini dapat dihilangkan dengan menambah asam encer.
b. Urin mengandung bakteri dalam jumlah banyak biasanya disertai unsur–
unsur lain dalam sedimen. Kekeruhan ini akan menetap.
c. Unsur dalam sedimen bertambah :
* Eritrosit : urin keruh seperti cucian daging.
* Leukosit : warna putih keruh dengan percobaan
Donne akan membentuk massa yang sangat
kental.
* Sel – sel epitel : ditemukan berbagai macam sel.
d. Chylus dan lemak : keruh menyerupai susu encer.
Adanya chylus dibuktikan dengan
menambahkan ether pada sampel sampai
menjadi jernih. Lemak yang ada dapat juga
dilihat dengan cara meneteskan campuran urin
– ether pada kertas saring maka akan tampak
bercak berminyak pada kertas saring tersebut.
e. Benda – benda koloid : Sukar diketahui jenis koloid dan sebabnya
ada didalam urin. Tak tampak pada
pemeriksaan mikroskopik dan tidak dapat
larut
dalam ether.

c. Buih : putih, cepat menghilang


1) Penilaian
Normal : putih jernih dan cepat hilang.
Abnormal : putih, jernih lama baru hilang/tak mau hilang kemungkinan
urin mengandung protein. Dibuktikan dengan pemeriksaan protein urin.Warna
kekuningan kemungkinan urin mengandung bilirubin.

d. Bau : urin (asam, amoniak)


1) Penilaian
Bau perlu diperhatikan kemungkinan bau abnormal.
Bau urin normal oleh asam – asam organik yang mudah menguap.
Bau abnormal :
1. Oleh makanan yang mengandung zat – zat atsiri, seperti jengkol, petai,
durian, asperse. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.
2. Oleh obat – obatan seperti terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin
segar.
3. Bau Amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum. Biasanya terjadi pada
urin yang dibiarkan tanpa bahan pengawet.
4. Bau Ketonuria menyerupai bau buah – buahan atau bunga setengah layu.
5. Bau busuk bila sejak dikemihkan mungkin berasal dari perombakan zat – zat
protein misal pada keganasan saluran kemih, bisa juga terjadi akibat
pembusukan urin yang mengandung banyak protein diluar tubuh.
6.
2. Pemeriksaan Kimiawi
a. Derajat Keasaman (pH)
1. Alat dan bahan
Alat: kertas hisap yang mengandung macam indicator (methyl red dan
bromthymol biru), standar indicator universal pH, pipet tetes dan objek glas
Bahan: Urin jernih

2. Cara Pemeriksaan
a. Letakan sepotong kertas indicator universal pada objek glas
kemudian tetesi urin
b. Bandingkan dengan standar warna yang tersedia

3. Penilaian Hasil
Normal pH urin adalah 4,6-8,5
Urin 24 jam pH rata-rata 6,2

b. Pemeriksaan Reduksi gula dalam Urin (Metode Benedict)


1. Alat dan Bahan
A. Alat
a. Lampu spiritus.
b. Penjepit tabung.
c. Pipet tetes.
d. Tabung reaksi.
B. Bahan
Reagen Benedict berisi :Cupri Sulfat, Trisodium Sitrat, Sodium Karbonat

2. Cara Pemeriksaan
a) Masukanlah 5 ml reagen Benedict kedalam tabung Reaksi.
b) Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urin kedalam tabung itu.
c) Panaskan diatas api selama 5 menit.
d) Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi

3. Penilaian Hasil
Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh.
Positif 1 : Hijau kekuning-kuningan dan keruh.( Sesuai dengan 0,5 – 1 %
glukosa )
Positif 2 : Kuning keruh ( 1 – 1,5 % glukosa )
Positif 3 : Jingga atau warna lumpur keruh ( 2 – 3,5 % Glukosa )
Positif 4 : Merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )

C. Pemeriksaan Protein
Pemeriksaan protein dilakukan untuk mengetahui adanya protein dalam urin.

Syarat pemeriksaan :

Urin jernih dan sedikit asam.

Apabila urin keruh, saringlah atau tambahkanlah zat lain ( lihat test kekeruhan )
hingga urin menjadi jernih.
Metode : 1. Metode Rebus.

2. Metode Sulfosalisilat.

1. Metode Rebus.
Prinsip dengan pemanasan akan menyebabkan denaturasi protein dan terjadi

Presipitasi.

Reagen : Asam Asetat 6 %.

Cara kerja :

a. Masukan urin kedalam tabung reaksi 2/3 penuh.


b. Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin di atasapi spirtus sampai
mendidih selama 30 detik.
c. Amati hasilnya dan bandingkan dengan bagian bawah yang tidak dipanasi
sebagai kontrol negatif.
d. Apabila terjadi kekeruhan teteskan 3 – 5 tetes asam asetat 6 %. Jika
kekeruhan hilang urin menghandung protein, bila kekeruhan menetap
kemungkinan protein positif.
e. Panasi lagi sampai mendidih, berilah penilaian padakekeruhan yang
menetap tadi.

Penilaian :

 Negatif ( - ) : Jernih.
 Positif 1 ( + ) : Kekeruhan minimal(protein 10–50 mg %)
 Positif 2 ( ++ ) : Kekeruhan nyata, butiran halus (protein 50–200 mg%)
 Positif 3 ( +++ ) : Gumpalan nyata (protein >200 – 500 mg %)
 Positif 4 ( ++++ ): Gumpalan besar, mengendap (Protein >
500 mg%)
Positif palsu :

Kekeruhan yang timbul oleh obat yang dikeluarkan lewat urin.

Negatif palsu :

Urin terlalu encer.

2. Metode Sulfosalisilat.
Prinsip dengan penambahan sulfoalisilat pada urin ( tanpa pemanasan ) akan
menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.

Reagen : Sulfosalisilat 20 %.

Cara kerja :

a. Sediakan 2 tabung reaksi masing-masing diisidengan 2ml urin jernih


b. Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes larutan asam Sulfosalisilat 20
% kocok
c. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yangkedua; kalau tetap sama
jernihnya hasil test berarti negatif.
d. Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabung kedua, panasilah
tabung pertama diatas apisampai mendidih dan kemudian dinginkan.
- Jika kekeruhan tetap ada pada waktu proses pemanasan dan tetap
ada setelahdidinginkan kembali, berarti test positif.
- Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan, tetapi muncul
setalah dingin,mungkin sebabnya protein Bence Jones.

Penilaian sama seperti metode rebus.

Positif palsu : Bila kekeruhan yang timbul hilang dengan pemanasan,urin


mungkin mengandung urat atau karbonat.

Negatif palsu : Urin terlalu encer,Protein Bence Jones.

I. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS.
Terdiri dari :

1. Metode Natif.

2. Metode pengecatan dengan Sternheimer – Malbin.

Bahan : Urin pagi dan segar diperiksa dalam waktu 3-6 jam.

BJ minimal 1,015.

1. Metode Natif.
Cara kerja :

a. Pusingkan 10 – 15 ml urin yang dicampur dengan baik dengan kecepatan


1500 – 2000 rpm selama 5 – 10 menit
b. Buang filtratnya, sisakan 0,5 ml selanjutnya kocok dengan hati – hati
supaya sedimen larut dan tercampur rata.
c. Teteskan pada kaca obyek lalu tutup dengan kaca penutup secara hati –
hati dan jangan ada gelembung udaranya
d. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x untuk melihat
unsur sedimen dan pembesaran 400 x untuk identifikasi unsur-unsur
yang ada.

Unsur – unsur dalam sedimen :

A. Unsur organis ( asal jaringan ):


- Epitel.

- Leukosit.

- Eritrosit.

- Torax ( silinder )

B. Unsur Anorganik ( macam – macam kristal )Kurang mempunyai arti


klinis : kristal urat, fosfat, karbonat.
A. Unsur organis :
1. Epitel :
a. Squamus: bentuk polymorf, sitoplasma lebar, inti satu.
Asal: kandung kemih, urethra,kontaminasi vagina.

b. Polygonal / bulat: inti besar bulat, sitoplasma bergranula.

Asal: Ren ( tubulus )

c. Epitel berekor: inti besar bulat, sitoplasma seperti berekor.

Asal : Ureter, pelvis renis, prostat, dan vesikaurinaria.

d. Kontaminasi: Vagina, sel – sel tumor.

2. Eritrosit :
Hipotonik: Eritrosit membengkak, bila Hb keluar tampak bayangan sel dan
disebut “ Ghost Cell “

Hipertonik / Alkalis : bentuk krenasi.

Normal : 1 – 3 sel / LPB

Sumber kesalahan :

1. Yeast / jamur : ukuran tak sama kadang bentuk spora.


2. Tetes lemak : butiran tak sama larut dalam ether.
3. Tak tampak karena sel hemolisis.
4. Tertutup unsur lain yang lebih banyak.
3. Leukosit:
Bentuk bulat dan berinti satu atau lebih, sitoplasma bergranula/tanpa
granula.

Normal: Wanita :<15 sel / LPB.

Laki – laki :<5 sel / LPB.

4. Torak / silinder :
Dibentuk dalam lumen tubulus ginjal, ada tiga bentuk : kecil, sedang,
besar.

Macam – macam silinder :

a. Silinder Hialintransparan bentuk bulat tepi tegas.


Normal : 0 – 1 / LPK.
b. Silinder Granula
granula kasar  granula besar-besar irreguler.
granula halusgranula kasar yang mengalami degenerasi,
pendek, lebar, oval.
c. Silinder Epitel  bahan dasar silinder hialin, didalamnya berisi
sel epitel yang terperangkap pada saat pembentukan silinder.
d. Silinder Leukosithialin berisi leukosit.
e. Silinder Eritrosit dengan pembesaran lemah tampak padat
kekuningan tegas, bila eritrosit penuh matriks silinder tidak
kelihatan.
f. Silinder sel dan campuran silinder silinder dengan isi
bermacam-macam sel darah atau sel lain.
g. Silinder lilin ( waxy cast )sangat refraktil kekuningan,
berasaldari silinder yang mengalamidegenerasi, bentuk besar.
h. Silinder lemak (oval fat bodies) asal dari sel tubulus, yang
mengalami degenerasi lemak. Dapat dibuktikan dengan SUDAN
III.

Kesalahan penilaian :

1. Benang mucus : bentuk panjang seperti pita ujung mengecil.

2. Silinder : benang mucus yang ekornya berkelok – kelok.

3. Rambut.

4. Hifa / jamur : bercabang – cabang, saling berhubungan dan

berspora.

B. Unsur Anorganik:
a. Tak patologis :
Kristal dalam urin asam seperti : - Kristal urat.

- Kristal oksalat.

- Kristal sulfat.

Kristal dalam urin basa seperti : - Fosfat amorf.

- Triple fosfat.

- Ca.Carbonat.

b. Patologis :
Cystine : bentuk heksagonal refraktil tidak berwarna.

Tyrosine : seperti jarum warna kuning.

Leucine : kecoklatan seperti berminyak bentuk radial dan


konsentris.
Sulfa : kecoklatan asimetris seperti kipas atau

bulat bergaris radial.

C. Unsur lain :
 Spermatozoa.
 Bakteri : bila berasal dari kontaminasi dan berkembang biak maka
tampak bakteri banyak, leukosit sedikit / normal.
 Kapang : karena kontaminasi luar : bentuk kecil, ovoid ukuran tak sama,
warna hijau kekuningan dan berinti.
 Parasit : Trichomonas, larva cacing.

PEMERIKSAAN URIN KHUSUS

Pada keadaan penyakit tertentu kadar suatu zat yang semula ada didalam urin dalam jumlah
kecil atau semula tidak ada, dapat ditemukan dalam jumlah besar.

Zat-zat yang sering diperiksa antara lain :

- Bilirubin, urobilinogen dan urobilin


- Hemoglobin / darah samar.
- Benda-benda keton.
- Kalsium.
- Natrium dan Khlorida.

PEMERIKSAAN BILIRUBIN

Pada keadaan patologik bilirubin dapat dijumpai dalam urin. Bila urin tidak segera diperiksa
sebagian bilirubin akan teroksider dan berubah menjadi biliverdin. Perubahan akan
dipercepat oleh sinar matahari.
Metode pemeriksaan :

1. Tes Busa.
2. Tes Fouchet / Horison.
3. Tes carik celup

1. TES BUSA
A. Alat dan reagen :

Alat :

Tabung Reaksi

B. Cara pemeriksaan :

1. Kocoklah kuat-kuat kira-kira 5 ml urin segar dalam tabung reaksi.

2. Amati busa yang timbul.

Penilaian hasil :

(+) : bila timbul buih warna kuning.

(-) : buih tak berwarna / putih.

Catatan :

(+) palsu : - bila konsentrasi urobilin tinggi.

- Obat-obatan misalnya : acriflavin, pyridium.


Percobaan ini perlu diikuti pemeriksaan bilirubin dalam serum untuk memperkuat
dugaan adanya bilirubin uria.

2. TES FOUCHET / HORISON


Prinsip pemeriksaan :

Bilirubin dalam urin dipekatkan / diendapkan di atas kertas saring dengan


bariumchlorida. Dengan reagen Fouchet bilirubin akan teroksidasi dan berubah menjadi
biliverdin yang berwarna hijau.

A. Alat dan reagen :

Alat :

Tabung Reaksi Kertas Saring

Corong

Reagen :
Tabung Reaksi

Fouchet terdiri dari :

Larutan 25 gr trichloracetat dalam 100 ml aquadest dicampur dengan 10 ml


larutan ferrichlorida 10%.

B. Cara pemeriksaan :

1. Campurkan 5 ml urin segar dengan 5 ml larutan bariumchlorida 10% kemudian


disaring.

2. Angkat kertas saring dari corong dan biarkan agak kering.

3. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat pada kertas saring dan amati
hasilnya.

Penilaian hasil :

 negatif (-) : bila tak terjadi perubahan warna.


 positif (+) : bila timbul warna hijau yang makin lama makin jelas dan menjadi
biru hijau
 Sensitifitas : hasil (+) pada kadar 0,15 – 0,20 mg% bilirubin dalam urin.

PEMERIKSAAN CARIK CELUP

Pemeriksaan urin bertujuan menunjang diagnosis kelainan ginjal dan saluran kemih
seperti infeksi traktus urinarius juga kelainan di luar ginjal seperti kelainan metabolisme
karbohidrat, fungsi hati, gangguan keseimbangan asam basa. Urinalisis carik celup dipakai
sebagai analisis kimia untuk alat diagnostik cepat. Strik carik celup berupa plastik strip yang
terdiri dari area reagen untuk parameter pemeriksaan tertentu dan bantalan kalibrasi. Tes
multistik ini dapat juga digunakan untuk mendeteksi zat seperti glukosa, protein, bilirubin,
urobilinogen, pH, berat jenis, darah samar, keton, nitrit dan leukosit di urin.

Syarat pemeriksaan stik carik celup :

- Gunakan kontainer bersih dan kering untuk menampung urin


- Urin yang dipakai adalah urin segar
- Periksa dalam batas waktu 1 jam setelah sampling, karena mempengaruhi hasil
terutama dalam darah, nitrit dan eukosit. Simpan dalam lemari es dan diamkan
dalam suhu kamar sebelum diperiksa
- Hindarkan dari cahaya matahari langsung
- Jangan menggunakan antiseptik pada kontainer urin
- Sampling yang digunakan adalah spesimen urin pagi pertama
- Sampling sebaiknya urin pagi
- Suhu penyimpanan stik 1-30⁰C

Hasil palsu stik carik celup pada umumnya:

1. Stik carik celup diulang-ulang dalam urin sampel


2. Pencelupan terlalu cepat, perubahan warna tidak terjadi (negatif palsu)
3. Pencelupan terlalu lama, reagen larut (negatif palasu)
4. Suhu pengukuran 20-25⁰C
5. Pembacaan dibawah pencahayaan yang kurang

Prinsip pemeriksaan carik celup

1) Asam ascorbique
Pewarnaan Tillmann’s reagent. Asam askorbat terlihat dari perubahan dari
warna hijau kebiruan menjadi orange. Pasien dengan diet yang adekuat dapat
mengeksresi 2-10mg/dl dalam 24 jam.
Komposisi bahan kimia:
- 2,6-dichlorophenolindophenol
- Buffer
- Non reactive ingredients
2) Glukosa
Tes ini berdasarkan reaksi enzimatik glicose oksidase peroksidase dan kromogen.
Perubahan warna yang terjadi dari hijau ke coklat.
Komposisi bahan kimia:
- Glukosa oksidase
- Peroksidase
- Potassium iodide
- Buffer
- Non reactive ingredients
Harga normal :
- Sejumlah kecil glukosa dapat ditemukan pada urin normal
- Kadar glukosa 100mg/dl yang konsisten menunjjukkan adanya kelainan
klinis
3) Bilirubin

Prinsip kerja : Azo-coupling reaction reaksi antara bilirubin dengan diazotized


dichloroaniline pada medium asam kuat.

Komposisi bahan kimia


- 2,4-dichloroaniline diazonium salt
- Buffer
- Non reactive ingredients

4) Keton

Prinsip kerja : legal reaction (tes legal). Reaksi antara keton dengan nitroprusside dan
acetoacetic acid mengakibatkan perubahan warna dari merah muda menjadi lebih gelap
atau ungu saat hasil pemeriksaan positif. Fisiologis terjadi pada kondisi puasa, kehamilan
dan latihan berat. Pada kondisi abnormal atau gangguan metabolism karbohidrat keton
urin meningkat lebih dulu dibandingkan keton serum

Stik carik celup lebih sensitif untuk asam asetoasetat daripada aseton, tetapi
seharusnya tidak bereaksi dengan asam β-hidroxibutirat. Komposisi bahan
kimia :
- Sodium nitroprusside
- buffer
5) Berat Jenis
Stik carik celup spesifik untuk berat jenis urin sewaktu antara 1.003 sampai
1.035, sedangkan urin 24 jam 1,016-1,022. Pada kasus kerusakan ginjal kronik
yang berat berat jenis konstan pada angka 1,010
Komposisi bahan kimia :
- bromthymol blue indicator
- buffer
- non reactive ingredients
- poly (methyl vinyl ether/ maleic anhydride)
- sodium hydroxide
Prinsip kerja : cation extraction (pKa)

6) Darah samar
Prinsip kerja : aktivitas pengukuran dari pseudoperoksidase pada hemoglobin.
Perubahan warna yang terjadi dari orange hijau menjadi biru tua. Stik carik
celup lebih sensitif untuk pigmen darah (hemoglobin) dan miogloin dari pada
eritrosit. Tidak adanya hemolisis mengindikasikan hasil yang negatif meskipun
positif pada sedimen

Komposisi bahan kimia:


- diisopropylbenzene hydroperoxide
- 3,3’,5,5’-tetramethylbenzidin (TMB)
- Buffer
- Non reactive ingredients

7) pH

Prinsip kerja : double pH indicator. Perubahan warna yang terjadidari kuning kehijauan
menjadi biru. pH normal urin bayi baru lahir 5-7, pada dewasa 4,5-8 dengan rata-rata pH
6

Komposisi bahan kimia


- methyl red sodium salt
- bromthymol blue
- non reactive ingrediets
8) Protein
Pemeriksaan protein dalam urin berdasarkan prinsip kesalahan penetapan pH
oleh adanya protein (protein-error reaction). Perubahan warna yang terjadi dari
hijau menjadi hijau kebiruan untuk hasil yang positif (1-14 mg/dl). Stik carik
celup spesifik untuk albumin, kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-
Jones dan mukoprotein
Komposisi bahan kimia
- Tetrabromophenol blue
- Buffer
- Non reactive ingredients
Harga normal
- Sejumlah protein dapat ditemukan pada individu normal pada perubahan
fisiologis : latihan berat, stres, keseimbangan diit protein hewani,
premenstruasi
- Perlu diperiksa parameter lain bila protein lebih dari (+)

Positif palsu
- Hemoglobin kadar tinggi
- Medium kontras
- Substansi molekul besar
- Desinfektan dengan kandungan ammonium
- Urin pH >8

Negatif palsu

- Urin asam pH < 2


9) Urobilinogen
Prinsip kerja : Azo-coupling reaction, modifikasi reaksi Ehrlich antara p-
diethylaminobenzaldehide dengan urobilinogen pada medium asam
menghasilkan warna merah muda. Urobilinogen merupakan komponen utama
sintesis heme, normal ada di urin.
Nilai normal: 0,2-1,0 mg/dl (3,5-17µmol/L)
Komposisi bahan kimia
- P-diethylaminobenzaldehyde
- Buffer
- Non reactive ingrediets
10) Nitrit
Stik carik celup hanya bereaksi dengan nitrit. Tes ini berdasarkan bahwa sebagian
besar bakteri gram negative pada urin dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Nitrit positif juga tergantung pada lama urin dalam vesica urinaria (minimal 4
jam).
Komposisi bahan kimia :
- P-arsalinic acid
- N-(1-Naphthyl) enthylenediamine
- Non reactive ingredients
11) Leukosit
Tes ini menunjukkan adanya granulosit esterase pada urin. Stik carik celup
bereaksi dengan esterase dari leukosit urin yang merupakan enzim pada
granulaazurofilik atau granula primer dari granulosit.
Komposisi bahan kimia :
- Derivatized pyrrole amino acid ester
- diazonium salt
- buffer
- non reactive ingredients

CARA KERJA STIK CARIK CELUP

1) Keluarkan dari tabung stik carik celup secukupnya dan tutup kembali dengan rapat
2) Celupkanlah carik celup kedalam urin segar dan tercampur rata, selama 2 detik
3) Tiriskan kelebihan urin pada bibir kontainer urin atau keringkan pada secarik kertas
tisu
4) Pegang posisi horizontal, untuk mencegah tercampurnya reagen atau kontaminasi
urin terhadap pemeriksa
5) Sesuaikan dengan waktu reaksi yang tercantum pada tabung carik celup
6) Lihat interpretasi hasil dibandingkan pada color chart pada tabung carik celup
7) Bisa memakai urin analiser, bila jumlah pemeriksaan yang besar.

INTERPRETASI HASIL

Reagen Waktu Nilai Rujukan

Ascorbic acid (ASC) 30 detik 5 - 10 mg/ dl (0,28 - 0,56 mmol/ L)

Glukosa (GLU) 30 detik 50 – 100 mg/dl (2,5 – 5 mmol/L)

Bilirubin (BIL) 30 detik 0,4 -1,0 mg/dl (6,8 -17 µmol/ L)

Keton (KET) 40 detik 2,5 – 5 mg/dl (0,25 – 0,5 mmol/L)

Berat Jenis (SG) 45 detik 1,000 – 1,030 (± 0,005)

Darah (BLO) 60 detik 0,018 – 0,060 mg/dl (5 – 10 Ery/µL)

pH 60 detik 5-9

Protein (PRO) 60 detik 7,5 – 15 mg/dl (0,075 – 0,15 g/L)

Urobilinogen (URO) 60 detik 0,2 1,0 mg/dl (3,5 – 17 µmol/L)

Nitrit (NIT) 60 detik 0,05 – 0,1 mg/ dl

Leukosit (LEU) 120 detik 9 – 15 Leu/µL

PEMERIKSAAN UROBILINOGEN

Pada keadaan normal urobilinogen mencapai puncaknya pada awal tengah hari. Sampling
sebaiknya dilakukan antara jam 14.00 – 16.00 WIB untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
seperti yang diharapkan.

Metode pemeriksaan :

1. Tes Ehrlich ( Wallace – Diamond )


2. Tes carik celup.
1. TES EHRLICH ( WALLACE – DIAMOND )
A. Alat dan reagen :

Alat :

Tabung Reaksi

Reagen :

Erlich

Ehrlich terdiri dari :

* Paradimethylamino-benzaldehida 2 gr

* Asam hidrochlorida pekat 20 ml

* Aquades 80 ml

Catatan : larutan disimpan dalam botol warna coklat.

Syarat pemeriksaan :
- Urin segar ( yang baru dikemihkan ) sebab bila urin dibiarkan urobilinogen akan
teroksidasi menjadi urobilin.
- Bila urin mengandung bilirubin, endapkan dengan BaCl2 10%
B. Cara pemeriksaan :

1. Campurkan 10 – 20 tetes reagen Ehrlich dengan 5 ml urin.

2. Biarkan tegak pada rak tabung 3 – 5 menit, amati hasilnya.

Perhatikan :

- Bila timbul warna merah samara-samar, tes dianggap selesai.

- Bila warna merah tampak jelas, lakukan pengenceran urin dan kerjakan pemeriksaan
seperti semula.
Penilaian hasil :

 Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna.


 Negatif palsu : pada kadar protein tinggi, sulfonamide.
 Positif (+) : timbul warna merah.
 Positif palsu : adanya indol, skatol, makanan berkhlorofil.

Anda mungkin juga menyukai