Anda di halaman 1dari 5

Dinding Penahan Tanah

1. Pengertian Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan
memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser.

Gambar : Dinding Penahan Tanah Kantilevert


Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah dapat digolongkan
dalam beberapa jenis yaitu Dinding Gravitasi, Dinding Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort,
Dinding Butters, Dinding Jembatan dan Boks Culvert. Beberapa jenis dinding penahan tanah

antara lain :
a. Dinding Gravitasi ( Gravity Wall )
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan batu
kali. Stabilitas stabilitasnya konstryksinya diperoleh hanya dengan mengandalkan berat sendiri
konstruksinya. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 m (empat meter).
b. Dinding Penahan Kantilevert ( Cantilever Reatining Wall )
Dinding ini terbuat dari beton bertulang yang tersusun dari suatu dinding vertical dan
tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok atau plat kantiliever. Stabilitas
konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak
(hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertical
(steem) tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe) tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya
ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7 meter.
c. Dinding Kontrafort (Countefvort Wall)
Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan ditempatkan pada bagian
timbunan dengan interval jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 m (tujuh meter).

d.

Dinding Butters (Butters Wall)


Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya bagian
kontrafort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur kontrafort berfungsi memikul
tegangan tekanan pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek dari pada bagian kaki stabilitas
konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak.
Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 m (tujuh meter).

e.

Abutment Jembatan (Bridge Abutmeent)


Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan
tahanan horizontal dari tanah timbunan dibelakangnya. Pada perencanaanya,
struktur dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar dan tumpu bebas pada
bagian atas.

f.

Box Culvert
Dalam memilih jenis dinding penahan tanah yang ekonomis, faktor- faktor
yang mempengaruhi diantaranya sifat tanah, kondisi lokasi, metode pelaksanaan dan ketinggian.
Sebagai pegangan, ketinggian dinding penahan digunakan sebagai standar perencanaan kontruksi
dinding penahan tanah.
2. Tekanan Tanah Lateral
Teori Rankine (1857) dalam analisis tekanan tanah lateral dilakukan
dengan asumsi asumsi sebagai berikut :

a.

Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu sembarang elemen tanah dalam kondisi
tepat akan runtuh.

b.

Tanah urug tidak berkohesi (c = 0).

c.

Gesekan antara dinding dan tanah urug diabaikan atau permukaan dinding dianggap licin
sempurna ( = 0).
Akibat dinding penahan tanhah berotasi kekiri terhadap titik O, maka tekanan tanah yang
yang bekerja pada dinding akan berkurang perlahan-lahan sampai suatu harga yang seimbang.

Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam kondisi ini disebut tekanan
aktif.
Dinding penahan berotasi kekanan terhadap titik O, atau dengan kata lain dinding
mendekati tanah isian, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah
perlahan-lahan sampai mencapai suatu harga tetap. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap
dalam kondisi ini disebut tanah pasif.
3. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Kohesif
Bila tanah urug mempunyai kohesi ( c ) dan sudut gesek dalam ( ), maka

a kedudukan Rankine tekanan tanah aktif ( pa ) dinyatakan oleh persamaan:


pa = 2 ( z450 tg/2 ) 2c tg ( 450 /2 )
karena, Ka = tg2 ( 450 /2 ), maka pa = z2cKaKa
Dalam persamaan tersebut terlihat bahwa terdapat kemungkinan pa negatif, yang berarti ada gaya
tarik yang bekerja pada tanah. Pada bagian tanah yang menderita gaya tarik tersebut, tanah
menjadi retak retak. Retakan bila terisi oleh air hujan selain mengurangi kohesi juga
mengakibatkan tambahan tekanan tanah lateral akibat tekanan hidrostatis.

Kedalaman kritis hc yang menyatakan kedalaman tanah yang retak, terjadi saat pa = 0.
hc
Bila di permukaan tanah (z = 0) nilai pa akan sama dengan,
pa = 2c tg2 ( 450 /2 ) = 2c Ka
Bila tanah pada kedudukan pasif,
pp = z Kp + 2c Kp
Di permukaan tanah

pp = 2c Kp

Besarnya gaya gaya tekanan tanah aktif dan pasif pada dinding penahan
tanah denagn tanah urug yang kohesif, dinyatakan oleh persamaan persamaan sebagai
berikut:
Tekanan tanah aktif total:
Pa = 2 Ka H2c H Ka
Tekanan tanah pasif total:
Pp =

Kp +H 2c H Kp

Dengan :
Pa = tekanan tanah aktif total (kN)
Pp = tekanan tanah pasif total (kN)
H = tinggi dinding penahan tanah (m)
= berat volume tanah urug (kN/m2)

Anda mungkin juga menyukai