Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman.
Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat,
termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Bidang geoteknik merupakan
bidang ilmu tersendiri dan menitikberatkan pada aplikasi teknik sipil dalam
masalahmasalah yang berhubungan dengan sifat mekanis tanah dan batuan
(Suryolelono, 1996).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh air, udara, dan pergeseran lempeng bumi. Salah
satu akibat dari perubahan itu adalah adanya lereng. Lereng adalah permukaan
bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal.
Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat
oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan
tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan
timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul
sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran adalah keruntuhan dari
massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa
tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara,
secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda
yang terlihat.
Untuk menjaga kestabilan lereng lereng tersebut dan mencegah supaya
tanah tidak mengalami longsor, maka dibuatlah dinding penahan tanah. Dinding
penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk
jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan dengan tanah
berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding

penahan merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah di atas
struktur atau bangunan yang dibuat.
Struktur atau bangunan penahan tanah seperti dinding penahan
(retaining wall), dinding ruang bawah tanah (basement wall), pangkal jembatan
(abutment),dan turap baja pada umumnya digunakan dalam teknik pondasi.
Konstruksi penahan tanah tersebut biasanya digunakan untuk menahan massa
tanah dengan talud vertikal.
Agar dapat merencanakan konstruksi penahan tanah dengan benar, maka
kita perlu mengetahui gaya lateral yang bekerja antara konstrruksi penahan dan
massa tanah yang ditahan. Gaya lateral disebabkan oleh tekanan tanah arah
horizontal dan perubahan letak (displacement) dari dinding penahan dan sifatsifat tanahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dinding penahan tanah?
2. Bagaimanakah tipe-tipe kontruksi dinding penahan tanah?
3. Bagaimanakah tekanan tanah lateral?
4. Bagaimanakah Tekanan tanah lateral pada tembok penahan akibat tambahan
beban?

5. Bagaimanakah Analisis kinstruksi penahan tanah dan stabilitas akibat


gaya eksternal?
C. Tujuan masalah
1. Menjelaskan pengertian dinding penahan tanah.
2. Menjelaskan tipe-tipe kunstruksi dinding penahan tanah.
3. Menjelaskan tekanan tanah lateral
4. Menejelaskan Tekanan tanah lateral pada tembok penahan akibat tambahan
beban.

5. Menjelaskan Analisis kinstruksi penahan tanah dan stabilitas akibat gaya


eksternal?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dinding penahan tanah


Menurut Hary CH, (2002) dinding penahan tanah adalah suatu bangunan konstruksi
yang digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah urug
atau tanah asli yang labil. Kestabilan dinding penahan tanah diperoleh terutama dari berat
sendiri struktur dan berat tanah yang berada di atas pelat pondasi. Besar dan distribusi
tekanan tanah pada dinding penahan tanah, sangat bergantung pada gerakan kearah
lateral tanah relative terhadap dinding.

Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk


menstabilkan kondisi tanah tertentu pada umumnya dipasang pada daerah tebing
yang labil. Jenis konstruksi antara lain pasangan batu dengan mortar, pasangan
batu kosong, beton, kayu dan sebaginya. Fungsi utama dari konstruksi penahan
tanah adalah menahan tanah yang berada dibelakangnya dari bahaya longsor
akibat :

Benda-benda yang ada atas tanah (perkerasan & konstruksi

jalan,jembatan, kendaraan, dll


Berat tanah
Berat air (tanah)

Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting


utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan
tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding
penahan merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah di atas
struktur atau bangunan yang dibuat. Jenis konstruksi dapat dikonstribusikan jenis
klasik yang merupakan konstruksi dengan mengandalkan berat konstruksi untuk
melawan gaya-gaya yang bekerja.
B. Tipe-tipe konstruksi dinding penahan tanah
Terdapat beberapa tipe dari dinding penahan tanah antara lain adalah sebagai berikut:
1) Dinding gravitasi ( gravity wall)
2) Dinding semi gravitasi (semi gravity wall)
3) Dinding kantilever (kantilever retaining wall)
4) Dinding counterfort (counterfort wall)
5) Dinding butter (butter wall)
6) Dinding krib (crib wall)

7) Dinding tanah bertulang (reinforced earth wall/Soil reinforcement)


8) Dinding penahan tanah Soil nailing
Penjelasan tipe-tipe konstruksi dinding penahan tanah :
1. Dinding gravitasi
Dinding gravitasi

adalah dinding penahan yang dibuat dari beton tak

bertulang atau pasangan batu jika diperlukan tulangan beton hanya pada permukaan
dinding yang gunanya untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan
temperatur, seperti pada Gambar, dimensi dinding harus dibuat sedemikian hingga
tidak terdapat tegangan tarik pada badan dinding.

Catatan :
Apabila dinding penahan tanah tidak dihitung untuk menahan air
maka wajib dipasang subdrain (pipa PVC 2,5 Inc) agar tidak terjadi gaya
horizontal yang diakibatkan oleh tekanan air.
2. Dinding semi gravitasi (semi gravity wall)
Dinding semi gravitasi adalah dinding gravitasi yang berbentuk agak
ramping. Karena ramping, pada strukturnya diperlukan penulangan beton hanya pada
bagian dinding saja. Disini tulangan beton berfungsi sebagai pasak, dipasang untuk
menghubungkan bagian dinding dan pondasi.

3. Dinding kantilever (kantilever retaining wall)


Dinding kantilever adalah dinding yang terdiri dari kombinasi dari dinding
dan beton bertulang yang berbentuk huruf T. Ketebalan dari kedua bagian ini relatif
tipis dan secara penuh diberi tulangan untuk menahan momen dan gaya lintang yang
bekerja padanya., seperti pada Gambar. Bagian-bagian dinding kantilever terdiri
dari : dinding, pelat pondasi belakang dan pelat pondasi depan, pada setiap bagian
dirancang seperti merancang system kantilever.

Catatan :
Apabila dinding penahan tanah tidak dihitung untuk menahan air maka
wajib dipasang subdrain (pipa PVC 2,5 Inc) agar tidak terjadi gaya
horizontal yang diakibatkan oleh tekanan air.

Dinding ini sering dipakai dan terbuat dari beton bertulang yang
memanfaatkan sifat kantileverya untuk menahan massa tanah yang ada di
belakang dinding. Untuk mencapai stabilitas dinding penahan ini
mengandalkan berat tanah yang berada di atas tumit (heel). Yang berfungsi
disini adalah 3(tiga) bagian balok konsol yaitu bagian badan (steem), tumit
(heel) dan kaki (foot).
4. Dinding counterfort (counterfort wall)

Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka
bagian dinding vertikal & tumit perlu disatukan (counterfort wall).
Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertikal & ditempatkan
pada bagian timbunan dgn interval jarak tertentu. Counterfort wall akan lebih
ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7 m.
Dinding counterfort adalah dinding yang terdiri dari dinding beton
bertulang tipis, yang dibagian dalam dinding pada jarak tertentu didukung
oleh pelat /dinding pada jarak tertentu.
Apabila tekanan pada tumit cukup besar maka bagian badan dan tumit
diperlukan counterfort yang berfungsi sebagai pengikat dan di tempatkan pada
bagian-bagian interval tertentu, serta berfungsi mengurangi momen lentur dan
gaya lintang yang besar di dalam menahan badan dinding.

Gambar tipe konstruksi Dinding counterfort (counterfort wall)


Bahan dinding penahan tanah type counterfort = beton bertulang

A = 20 Cm sampai dengan 30 Cm
B = 0,4H sampai dengan 0,7H
C = H/14 sampai dengan H/12
D = H/14 sampai dengan H/12
E = 0,3H sampai dengan 0,6H
F = Minimum 20 Cm

Catatan :
Apabila dinding penahan tanah tidak dihitung untuk menahan air maka wajib
dipasang subdrain (pipa PVC 2,5 Inc) agar tidak terjadi gaya horizontal yang
diakibatkan oleh tekanan air.

Gambar Rincian pembuatan Dinding tipe counterfort (counterfort wall)

5. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress

Butters Wall hampir sama dengan Counterfort Wall, hanya bedanya


bagian counterfort diletakkan didepan dinding. Krn struktur counterfort-nya
berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih
pendek daripada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat
sendiri dinding penahan & berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini lebih
ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 m.
Dinding penahan ini dibagun pada sisi tembok di bawah tanah tertekan
untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada tembok memanjang dan
pelat lantai.
Pada umumnya jenis ini hanya membutuhkan bahan yang sedikit.Jenis ini
digunakan untuk dinding penahan yang cukup tinggi.Kelemahan dari jenis ini
adalah pelaksanaannya yang lebih sulit dari pada jenis lainnya.

Gambar dan rincian pembuatan Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress


A = 20 Cm sampai dengan 30 Cm
B = 0,4H sampai dengan 0,7H
C = H/14 sampai dengan H/12
D = 0,3H sampai dengan 0,6H

E = Minimum 20 Cm

Catatan :

1. Apabila dinding penahan tanah tidak dihitung untuk menahan air maka wajib
dipasang subdrain (pipa PVC 2,5 Inc) agar tidak terjadi gaya horizontal yang
diakibatkan oleh tekanan air.
2. Untuk penulangan dinding penahan tanah type buttress prinsipnya sama
dengan dinding penahan tanah type counterfort

6. Dinding krib (crib wall)

Dinding krib adalah dinding yang terdiri dari balok-balok beton yang
disusun menjadi dinding penahan. jenis dinding penahan tanah tipe blok beton
merupakan kumpulan blok-blok beton masif padat yang disusun secara
vertikal dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun. Umumnya
blok beton dibuat secara modular di fabrikasi berupa beton precash dan
kemudian proses pemasangannya di lakukan di lokasi - in situ.

Gambar Dinding krib (crib wall)

Gambar Dinding krib (crib wall)

7. Dinding tanah bertulang (reinforced earth wall)


Dinding tanah bertulang atau dinding tanah diperkuat (reinforced earth wall)
adalah dinding yang terdiri dari dinding yang berupa timbunan tanah yang diperkuat
dengan bahan-bahan tertentu yang terbuat dari geosintetik maupun dari metal, seperti
pada Gambar.

Gambar Dinding tanah bertulang (reinforced earth wall)


8. Dinding penahan tanah Soil nailing
Soil nailing pertama kali diaplikasikan sebagai perkuatan untuk
sebuah dinding penahan tanah diprancis (1961). Kemudian dikembangkan
oleh rabcewicz (1964), untuk digunakan dalam galian terowongan. Metode ini
mengkombinasikan perkuatan pasif dari batang baja dan shotcrete (adukan
beton yang ditembakkan dengan tekanan tinggi pada suatu permukaan.
Adanya perkuatan pasif dari batangan besi pada sekeliling dinding
terowongan, sangat mengurangu beban yang harus diterima struktur
terowongan.

(Foto dinding penahan tanah soil nailing)

C. Tekanan tanah lateral

Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga) macam, yaitu :


1. Tekanan tanah dalam keadaan diam.
Tekanan tanah yang terjadi akibat massa tanah pada dinding penahan dalam
keadaan seimbang.
2. Tekanan tanah aktif.
Tekanan yang berusaha untuk mendorong dinding penahan tersebut untuk
bergerak kedepan.
3. Tekanan tanah pasif.
Tekanan yang berusaha mengimbangi/menahan tekanan tanah aktif.
Berikut ini merupakan penjelasan dari tekanan tanah dalam keadaan diam,aktif dan
pasif.

1.Tekanan tanah dalam keadaan diam


Tekanan tanah diam jika dinding tidak bergerak kekiri atau kekanan dari posisi awal
seperti pada gambar dibawah ini

Penjelasan :
Nilai banding antara sv dan sh dinamakan koefisien tekanan tanah dalam keadaan
diam (Ko) :

Ko

h
v

Suatu elemen tanah yang terletak pada kedalaman z akan terkena tekanan arah
vertikal (

) dan tekanan arah horisontal (

vv

vh

vv

):

z
Ko + u

u = tekanan air pori

Harga-harga Ko adalah sebagai berikut :


Untuk tanah berbutir yang terkonsolidasi normal
(Jaky 1944)

Ko = 1 - sin

Brooker dan Jreland (1965) Tanah lempung yang terkonsolidasi normal (Brooker dan
Ireland, 1965) :
Ko = 0,95 - sin
= Sudut geser tanah dalam keadaan air teralirkan (drained).

Tanah lempung yang terkonsolidasi normal dan mempunyai indeks plastisitas (PI).
Ko = 0,4 + 0,007 (PI)

PI antara 0 - 40

Ko = 0,64 + 0,001 (PI)

PI antara 40 - 80

Tanah lempung yang terkonsolidasi lebih (overconsolidated)

OCR
KO(overconsolidated) = KO(normally consolidated)

OCR

= overconsolidated ratio (rasio konsolidasi lebih).

Tekanan pra konsolidasi


Tekanan efektif akibat lapisan tan ah di atasnya
=

Untuk compacted dense sand :

1 5,5

d (min)

Ko (1 sin )

= Sudut geser tanah

Berat isi kering tanah di lapangan

d (min)

Berat isi kering minimum dari tanah

2. Tekanan tanah aktif dan pasif menurut rankie


Rankine (1857) menyelidiki keadaan tegangan di dalam tanah yang
berada pada kondisi keseimbangan plastis yaitu suatu keadaan yang
menyebabkan tiap-tiap titik di dalam massa tanah menuju proses ke suatu
keadaan runtuh.

KONDISI AKTIF MENURUT RANKINE

Penjelasan :

Apabila AB tidak diizinkan bergerak sama sekali, maka


h = K0
v.
Kondisi tegangan dalam elemen tanah ini dapat diwakili oleh lingkaran Mohr a
(gambar c).
Bila dinding AB berputar terhadap dasar dinding ke suatu posisi AB, maka
massa tanah segitiga ABC yang berdekatan dengan dinding akan mencapai
keadaan aktif.
Bidang geser BC yang membatasi massa tanah yang berada pada kondisi
keseimbangan plastis adalah membuat sudut (45 + /2) dengan arah horisontal.
Tekanan a yang bekerja pada bidang vertikal adalah tekanan tanah aktif
menurut Rankine.

Kondisi tegangan ketika dalam keseimbangan plastis dapat digambarkan dalam


persamaan Mohr-Coulomb yaitu :

1 3 . tan 2 (45 2 ) 2 c tan ( 45 2 )


dimana :

1
3

= v (tegangan utama besar)


= a (tegangan utama kecil)

v
2c

tan 2 ( 45 2 )
tan ( 45 2 )

atau :
v =

v . tan 2 ( 45 2 ) 2 c tan ( 45 2 )

= v . Ka - 2 c

Ka

Ka

a
tan 2 (45 / 2)
v

KONDISI PASIF MENURUT RANKINE


Tekanan pasif adalah Tekanan yang berusaha mengimbangi/menahan tekanan tanah
aktif.

Penjelasan :
Keadaan tegangan awal pada suatu elemen tanah diwakili oleh lingkaran Mohr a
(gambar c).
Bila dinding mengalami perputaran ke arah massa tanah yaitu ke posisi AB maka
massa tanah

ABC akan mencapai keadaan pasif. Kondisi tegangan elemen

tanah dapat diwakili oleh lingkaran Mohr b (gambar c).


Pada geser BC yang membatasi massa tanah yang berada pada kondisi
keseimbangan plastis adalah membentuk sudut (45 - /2) dengan arah horisontal.
Tekanan tanah ke samping p, yang merupakan tegangan utama besar adalah
tekanan tanah pasif menurut Rankine.
Kondisi tegangan ketika dalam keseimbangan plastis dapat digambarkan dalam
persamaan Mohr-Coulomb yaitu :

1 3 . tan 2 (45 2 ) 2 c tan (45 2 )


Dimana :

1 = p (tegangan utama besar)

3 = v (tegangan utama kecil)


p

= v tan2 (45 + /2) + 2 c tan (45 + /2)

Kp
= v Kp + 2 c

Kp

p
v

tan 2 (45 / 2)
\

Beberapa Kasus Tanah dibelakang Dinding


A. Tekanan tanah lateral pada tanah non kohesif (c = 0)
Tanah urug dengan berat volume

dan ketinggian H, maka tekanan

tanah aktif Ea total untuk dinding penahan tanah adalah


Ea = H2. .Ka
Titik tangkap gaya yang bekerja terletak pada H/3 dari dasar
dinding penahan tanah.
Alas diagram segi tiga tekanan tanah aktif
b = Ka. .H , dengan Ka = koefisien tekanan tanah aktif Rankine

Dengan cara yang sama, besarnya tekanan tanah pasif

menurut Rankine, merupakan diagram segi tiga dengan


alas b = H. .Kp
Besarnya tekanan tanah pasif total = luas diagram segi
tiga tekanan tanah pasif
Ep = .H2. .Kp dengan titik tangkap gaya 1/3 H
Dimana :

Dan Apabila permukaan tanah urug miring membentuk sudut

maka koefisien tekanan tanah aktif dinyatakan sbb:

dimana

= sudut kemiringan permukaan tanah urug dibelakang DPT

= sudut gesek dalam tanah


Besarnya tekanan tanah aktif = luas diagram segi tiga
Ea = .H2. .Ka dgn alas b = H. . Ka
Dengan cara yang sama besarnya tekanan tanah pasif menurut

( 0)

Rankine, merupakan diagram segi tiga dengan alas


b = H. . Kp
Tekanan tanah pasif total = luas diagram segi tiga tekanan tanah
pasif .
Ep = .H2. .Kp dengan titik tangkap gaya 1/3 H
Untuk permukaan tanah miring.
Kp = koefisien tekanan tanah aktif.

B. Tekanan tanah lateral pada tanah kohesif c 0


1.

Tekanan tanah aktif

2. Tekanan tanah pasif

3. Tekanan tanah aktif dan pasif menurut coulomb

Saat kondisi aktif sbb :

Dalam memperhitungan kestabilan dari kemungkinan keruntuhan blok tanah (failure


wedge) ABC1, gaya-gaya yang diperhitungkan (per satuan lebar dinding) adalah :
a.

W, berat dari blok tanah.

b.

R, resultan dari gaya geser dan gaya normal pada permukaan bidang longsor
BC1, gaya resultan tersebut membuat kemiringan sebesar dengan normal dari
bidang BC1.

c.

Pa, gaya aktif per satuan lebar dinding. Arah Pa ini akan membuat

sebesar

sudut

dengan normal dari permukaan dinding yang menahan tanah, jadi

adalah sudut geser antara tanah dengan dinding.

Tekanan aktif menurut Coulomb :


Pa = H2 Ka

di mana : Ka = koefisien tekanan aktif Coulomb.


Ka

sin2
sin sin
2
sin sin 1

sin

sin

= tinggi dinding penahan.

Saat kondisi pasif sbb :

Tekanan tanah pasif (pp) menurut coulomb :


Pp = H2 Kp
di mana :

cos2
sin sin
cos2 cos 1

cos

cos

Kp

D. Tekanan tanah lateral pada tembok penahan akibat tambahan beban


a. Akibat beban terbagi rata ( 1 )

Beban terbagi rata dianggap sebagai beban tanah setinggi hs = q/, sehingga :
a

= hs Ka = q Ka

Jadi, tambahan tekanan tanah aktif akibat beban terbagi rata :


Pa1

= q H Ka

Akibat beban terbagi rata ( 2 )

b. Beban titik

Persamaan Bousinesq (1883)

3P
a2b
2 H2 (a2 b2)52
h =
dari penyelidikan Gerber (1929) dan Spangler (1938), persamaan tersebut mendekati
kenyataan bila diubah menjadi :

1,77P
b2
a 0,4
H2 (0,16 b2)3
h =

0,28P
b2
a 0,4
2
2 3
H
(0,16 b )
h =
c. Beban garis

d. Beban lajur

dimana :

b
tan1 ( )
1
H
=

a b
tan1 (
)
H

2
=

z H

H2 (2 1) (R Q) 57,30 a H
2 H (2 1)

(a b
Dimana :

b
Q

e.

(90 1)

Tekanan lateral akibat tekanan pengaruh muka air tanah

Apabila MAT = MT
Tekanan tanah aktif yang bekerja pada dinding penahan tanah :
(a). Ea1 = .H2. .Ka = berat vol. tanah terendam
b1 = H. .Ka
garis kerja gaya 1/3 H
(b). Ea2 = .H2. w
b1= H2.

w = berat vol. air

garis kerja gaya 1/3 H

f. Akibat dniding penahan tanah dengan muka air tanah tidak sama tinggi

Berat jenis tanah (G) ; angka pori (e) ; kadar air (w) ;
1 = sudut gesek intenal tanah di atas m.a.t

2 = sudut gesek intenal tanah di bawah m.a.t


Tekanan tanah aktif yang bekerja :
Ea1 = akibat tekanan tanah di atas mat
Ea2 = akibat beban terbagi merata ( tanah di atas m.a.t)
Ea3 = akibat tekanan tanah di bawah m.a.t
Ha = Tekanan hidrostis yang mendorong DPT
Tekanan tanah pasif
Ep1 = akibat tekanan tanah di atas m.a.t
Ep2 = akibat beban terbagi rata (tanah di atas m.a.t)
Ep3 = akibat tekanan tanah di bawah m.a.t
Hp = tekanan hidrostsatis yang menahan DPT

E. Analisis kinstruksi penahan tanah dan stabilitas akibat gaya eksternal

a. Analisis kinstruksi penahan tanah


Analisis konstruksi penahan tanah umumnya digunakan untuk menentukan

dimensi penahan tanah agar stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja


Analisis stabilitas dilakukan secara eksternal dan internal
Dalam analisis stabilitas eksternal, konstruksi dianggap sebagai satu
kesatuan yang masif dalam melawan gaya gaya yang bekerja. Tinjauan
dilakukan terhadap stabilitas guling, geser dan runtuhnya konstruksi akibat

daya dukung tanah terlampaui


Analisis stabilitas terhadap gaya-gaya internal yang bekerja, umumnya
berhubungan dengan kekuatan struktur, yang dalam ini adalah pecahnya

konstruksi dan patahnya kaki dan tumit.


b. Stabilitas akibat gaya eksternal
Keruntuhan akibat bahaya guling

Keruntuhan terhadap bahaya geser

Runtuhnya konstruksi akibat daya dukung tanah terlampaui

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Hary CH, (2002) dinding penahan tanah adalah suatu bangunan konstruksi yang
digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah urug atau
tanah asli yang labil. Kestabilan dinding penahan tanah diperoleh terutama dari berat
sendiri struktur dan berat tanah yang berada di atas pelat pondasi. Besar dan distribusi
tekanan tanah pada dinding penahan tanah, sangat bergantung pada gerakan kearah
lateral tanah relative terhadap dinding.
2. Terdapat beberapa tipe dari dinding penahan tanah antara lain adalah sebagai berikut:
Dinding gravitasi ( gravity wall)
Dinding semi gravitasi (semi gravity wall)
Dinding kantilever (kantilever retaining wall)
Dinding counterfort (counterfort wall)
Dinding butter (butter wall)
Dinding krib (crib wall)
Dinding tanah bertulang (reinforced earth wall/Soil reinforcement)
Dinding penahan tanah Soil nailing

3. Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga) macam, yaitu :


Tekanan tanah dalam keadaan diam.
Tekanan tanah aktif.
Tekanan tanah pasif.
4. Rankine (1857) menyelidiki keadaan tegangan di dalam tanah yang berada pada
kondisi keseimbangan plastis yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tiap-tiap
titik di dalam massa tanah menuju proses ke suatu keadaan runtuh.
Tekanan aktif menurut Coulomb :
Pa = H2 Ka
5. Analisis konstruksi penahan tanah umumnya digunakan untuk menentukan
dimensi penahan tanah agar stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja Analisis
stabilitas dilakukan secara eksternal dan internal
B. Saran
Untuk pengembangan makalah ini diharapkan mahasiswa lebih teliti memahami
tentang dinding penahan tanah agar dapat menambah ilmu dan dapat menjelaskan
secara detail tentang suatu dinding penahan tanah.

Anda mungkin juga menyukai