Anda di halaman 1dari 50

Bab VI

TEMBOK PENAHAN
Pengertian
Tembok penahan adalah suatu
bangunan yang dibangun untuk
mencegah keruntuhan tanah yang
curam atau lereng, melindungi
kemiringan tanah, dan melengkapi
kemiringan dengan pondasi yang
kokoh.
Macam-macam tembok penahan
Tembok Penahan Tembok Batu dan Yang Berupa Balok
Jenis ini digunakan untuk mencegah keruntuhan tanah apabila tanah
asli di belakang tembok cukup baik dan tekanan tanah dianggap kecil.
Terbagi menjadi penembokan kering ( dry masonry ) dan penembokan
basah ( water masonry ). Dibagi juga menjadi penembokan tak searah dan
searah tergantung cara penterasan. Biaya pekerjaan rendah dan
pelaksanaan mudah dilakukan sesuai sumbu jalan.
Tembok Penahan Beton Type Gravitasi ( Type Semigravitasi )
Bertujuan memperolaeh ketahanan berat terhadap tekanan tanah
dengan berat sendiri. Bentuk sederhana dan pelaksanaan mudah sering
digunakan apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak yerlalu tinggi
atau tanah pondasinya baik.
Tembok Penahan Beton Dengan Sandaran ( Lean Against Type )
Jenis ini direncanakan supaya keseimbangan tetap terjaga dengan
keseimbangan berat sendriri, badan tembok dan tekanan tanah pada
permukaan bagian belakang ( dorongan dari dua gaya tersebut ). Volume
beton lebih ekonomis dan bias digunakan dengan jangkauan yang luas,
tetapi tidak bias digunakan bila tanah pondasi tidak kuat dan mudah
tergelincir.
Tembok Penahan Beton Bertulang dengan Balok Kantiliver
Tersusun darisuatu tembok memanjang dan suatu pelaat lantai.
Masing-masing berlaku senagai balok Kantilever dan kemantapan dari tembok
didapatkan dengan berat sendiridan berat tanah di atas tumit pelat
lantai.Relatif ekonomis dan mudah jadi bias dipakai dalam jangkauan luas.

Tembok Penahan Beton Bertulang dengan Penahan ( Buttress )


Dibangun pada sisi tembok di bawah tanah tertekan untuk
memeperkecil gaya irisan yang bekerja pada tembok memanjang dan pelat
lantai. Hanya membutuhkan sedikit bahan. Digunakan untuk tembok penahan
yang cukup tinggi dengan pelaksanaan yang cukup sulit.

Tembok Penahan Beton Bertulang dengan Tembok Penyokong


Tembok penyokong yang berhubungan dengan penahan ditempatkan
pada sisi yang berlawanan dengan sisi dimana tekanan tanah bekerja. Berat
tanah diatas bagian tumit pelat lantai tidak digunakan untuk menjadi
kemantapan, maka diibutuhkan pelat lantai yang besar.

Tembok Penahan Khusus


Jenis ini dibagi menjadi tembok penahan macam rak, type kotak,
terbuat di pabrik, menggunakan jangkar, cara penguatan tanah, dan
berbentuk Y terbalik.
Hal-hal Dasar Dalam
Merencanakan Tembok Penahan
Beban yang dipakai untuk perencanaan :
Berat sendiri tenbok penahan :
Berat sendiri tembok penahan yang digunakan dalam perhitungan
kemantapan (stability) adalah berat tembok penahan itu sendiri dan
berat tanah pada atas tumit pelat lantai seperti diperlihatkan pada
gambar 6.4, dalam hal dipakai tembok penahan type balok kantilever.
Tekanan tanah :
Tekanan tanah dicari seperti pada pasal mengenai tekanan tanah.
Beban pembebenan :
Apabila permukaan tanah di belakang dinding akan digunakan
untuk jalan raya atau lainnya, maka pembebanan itu harus dimasukkan
dalam perhitungan.
Beban lainnya :
Beban lainnya seperti daya apung dan tekanan air bila disebutkan
maka beban itu harus dimasukkan dalam perhitungan.
Kemampuan tembok penahan:

a) Kemantapan terhadap guling


b) Kemantapan terhadap longsor
c) Kemantapan dalam daya dukung tanah
pondasi
d) Kemantapan keseluruhan sistem
termasuk penanggulan/pengisian pada
bagian belakang dan tanah pondasi
sebagai satu kesatuan.
Pendekatan Terhadap Perencanaan
Bermacam-macam Tembok Penahan dan
Contoh-contoh Perencanaan
1.Tembok penahan tembok batu
(stone masonry) dan pasangan
balok (balok work) :

Struktur dasar dari tembok


penahan ini seperti diperlihatkan
pada gambar 6.6. Pondasi tidak
terkukuhkan oleh ketahanan
monolit seperti halnya pada
tembok penahan beton, tetapi oleh
sifat saling mengait tiap balok atau
batu. Apabila sesuatu sebab
keseimbangan tersebut hilang,
akan tejadi penggembungan
permukaan tembok atau copotnya
batu, dan akhirnya berakibat
terjadinya keruntuhan. Gambar 6.6 : Tembok batu dan pasangan
balok
2. Tembok penahan type
gravitasi (gravity type)

Pada tembok penahan tanda


type gravitasi, maka dalam
perencanan harus tidak
terjadi tegangan tarik pad
setiap irisan badannya.
Mengingat bentuk dan ukuran
badannya, lebih baik
perhatikan hal-hal berikut ini
(gambar 6.7)
Pada umumnya lebar pelat
lantai B dianggap antara 0,5H
0,7H dari tinggi tembok Gambar 6.7 Bentuk penahan tanah
penahan. type gravitasi
Lebar bagian puncaknya B
dianggap lebih dari 0,2m dari
titik pelaksanaan. Bila dibuat
pagar pengaman maka
ditetapkan lebih dari 30cm.
Tabel 6.1 Tinggi tegak lurus, perbandingan kemiringan
tebing dan panjang balok (batu)
Tabel 6.2 Tinggi tegak lurus dan tebal bahan pengisi bagian belakang

Tinggi tegak lurus (m) 0 1,5 1,5 3,0 3,0 5,0 5,0 7,0

Bagian atas 20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 40
Tebal (cm)
Bagian
30 - 60 45 - 75 60 - 100 80 120
bawah
Contoh perencanaan diperlihatkan dibawah ini :
a) Kondisi perencanaan :
Tinggi tembok penahan dan kondisi permukaan belakang (lihat gamabar
6.8)
Tekstur tanah :
Tanah berpasir dengan permeabilitas rendah/kecil termasuk
juga lanau dan lempung (s = 1,9 t/m3)
Tekanan tanah : berdasarkan rumus terzaghi
Tegangan satuan yang diijinkan
Beton (berat sendiri c = 2,35 t/m3)
Kekuatan rencana : ck = 180 kg/cm2
Tegangan tekan lentur yang diijinkan : ca = 60 kg/cm2
Tegangan geser yang diijinkan : a = 8 kg/cm2
Faktor keamanan
Titik peralihan : titik kerja resultante dianggap berada dalam
daerah sepertiga lebar pelat lantai dari pusat pelat lantai.
Daya dukung yng diijinkan : Qa = 15 t/m2
Koefisien geser alas : u = 0,6
b) Berat sendiri dan tekanan tanah :
Apabila penampang dibagi dalam beberapa
penampang seperti pada gambar 6.9 dan berat
sendiri tiap penampang ditetapkan sebagai W1 W8
dan jarak mendatar dari titk A ke pusat gaya berat
masing-masing penampang ditetapkan berturut-
turut sebagai 11-18, maka hasilnya disusun seperti
pada tabel 6.3.
Untuk tekanan tanah, koefisien tekanan tanah dicari
dari gambar tekanan tanah terzaghi (gambar 6.10).
Karena tekstur dari permukaan tanah dipermukaan
belakang adalah (2) seperti yang telah diuraikan
maka dengan membaca titik perpotongan (2) dengan
1;2 akan didapatkan:
Gambar 6.7 Bentuk penahan tanah type
gravitasi

Gambar 6.8 Bentuk penampang dan


kondisi permukaan belakang
Gambar 6.9 Pembagian penampang
Tabel 6.3 momen terhadap titik A
i Wi Ii Wi.Ii
1 2,400 x 0,500 x 2,35 2,82 1,200 3,38
2 1,900 x 0,200 x 2,35 0,89 1,450 1,29
3 0,500 x 0,200 x x 2,35 0,12 0,333 0,04
4 0,500 x 3,300 x x 2,35 1,94 0,833 1,62
5 0,300 x 3,300 x 2,35 2,33 1,150 2,68
6 1,100 x 3,300 x x 2,35 4,27 1,667 7,12
7 1,100 x 3,300 x x 1,9 3,45 2,033 7,01
8 1,100 x 0,550 x x 1,9 0,57 2,033 1,16

16,39 24,30

Kh = 0,27 t/m3 : Kv = 0,35 t/m3


Seterusnya,
Pv = Kv . /2 = 0,35 x /2 = 3,62 t/m
Ph = Kh . /2 = 0,72 x /2 = 7,45 t/m
Titik kerja pada ketinggian H/3 = 4.55/3 = 1,51 m, dari dasar.
c) Analisa kemantapan (stability) :
Momen terhadap titik A pada gambar 6.9 dan gaya pada tabel 6.4. oleh
karena itu titk kerja resultante dihitung dari titk A adalah sebagai berikut :

Tabel 6.4 ikhtisar gaya terhadap titik


A
Gaya Jarak Momen Gaya Jarak Momen
vertikal mendatar tahan Mr mendatar vertikal guling Mo
Berat
sendiri 1,639 - 24,30 - - -
total
Tekana
tanah 3,62 2,400 8,69 - - -
vertikal
Jarak - - - 7,45 1,51 11,25
mendatar
20,01 - 32,99 7,45 - 11,25
d = (Mr Mo)/W= (32,99 11,25)/20,01= 1,08 m
Akibatnya eksentrisitas dari tengah tengah alas titik
kerja adalah sebagai berikut: karena harga dalam
daerah sepertiga lebar pelata lantai dasar dihitung
dari tengahnya maka kemantapan dapat terjamin.
e = B/2 d = 2,40/2 1,08 = 0,12 m < B/6=0,4 m
Kemantapan terhadap gelincir adalah sebagai berikut :
Fs =W/Ph=(20,01 x 0,6)7,45 =1,61 > 1,5
Dapat ditambahkan, untuk daya dukung, kemantapan
tetap terjamin sebagai berikut : karena resultante
bekerja dalam daerah sepertiga lebar alas dari pusat.
q1/q2 = (W/B)1 (6 x e)/B (6 x 0,12)/2,40 =
10,83 t/m2 < Qa
d) Perhitungan tegangan beton :
Pengamatan irisan pada tumpuan
Apabila irisan N N dibagi menjadi beberapa
bagian, seperti terlihat pada gambar 6.11 dan
momen tiap bagian terhadap titik B dihitung
maka akan didapatkan tabel 6.5.

Gambar 6.11 Beban yang bekerja pada penampang N - N


Kemudian dalam hal ini tekanan tanah untuk
H= 3,85m
Pv = Kv . /2 = 0,35 x = 2,59 t/m
Ph = Kk . /2 = 0,72 x = 5,33 t/m
Titik kerja adalah setinggi 3,85/3 = 1,28 m dari
irisan yang disebabkan gaya bekerja pada titik B
dihitung maka akan didapatkan seperti yang tercantum
pada tabel 6.6. Apabila tegangan dihitung berdasarkan
hasil tersebut, maka hasilnya sebagai berikut dan
kemantapan akan terjamin.
d = (Mr Mo)/W = (18,21 6,84)/15,15 = 0,75 m
e = 1,9/2 0,75 = 0,20 m
c/t =(W/B) 1 (6 x e)/B = (15,15/1,9 1) (6 x 0,20)/1,9 =
1,301 kg/cm/0,294 kg/cm
Pengamatan pelat ujung
Apabila momen lentur dan gaya
geser pada irisan A A dalam
gambar 6.12 dicari, maka akan
didapat tabel 6.7. karena SA sama
dengan 4,45 t dan MA sama dengan
1.15 tm, maka tegangan-tegangan
adalah sebagai berikut :
Tabel 6.5 momen terhadap berat sendiri terhadap titik B

i Wi Ii Wi.Ii

4 0,500 x 3,300 x x 2,35 1,94 0,333 0,64

5 0,300 x 3,300 x 2,35 2,33 0,650 1,51

6 1,100 x 3,300 x x 2,35 4,27 1,167 4,98

7 1,100 x 3,300 x x 1,9 3,45 1,533 5,29

8 1,100 x 0,550 x x 1,9 0,57 1,533 0,87

12,56 13,29
Tabel 6.6 Ikhtisar keselamatan gaya terhadap titik B

Gaya Jarak Momen Gaya Jarak Momen


vertikal mendatar tahan horisontal vertikal guling
Berat 12,56 - 13,29 - - -
sendiri
Tekanan 2,59 1,90 4,29 - - -
tanah
vertikal
Tekanan - - - 5,33 1,283 6,84
tanah
horisontal
15,15 - 18,21 5,33 - 6,84
3. Tembok penahan beton dengan sandaran
(lean against)

Kondisi perencana
Tinggi tembok penahan dan kondisi permukaan belakang apabila suatu
jalan raya sepanjang sisi suatu aliran akan dibangun kembali, pelaksanan
pembangunannya seringkali harus tetap membiarkan berlalunya kendaraan
bermotor karena jalan putar tak mungkin didapatkan dalam keadaan ini.
Tekstur tanah dipermukaan belakang dan pemakaian rumus tekanan tanah
sangatlah diharapkan untuk mempergunakan bahan-bahan bermutu baik
seperti kerikil atau pecahan karang berasal dari tempat pembangunan
tersebut (dengan tujuan pengurangan tekanan tanah karena badannya
lebih ringan).
Berat isi tanah : s = 2,0 t/m3.
Daya dukung yang diijinkan : Qa = 30 t/m2
Kondisi lainnya dianggap sama seperti pada tembok penahan type gravitasi yang telah
diuraikan pada pasal sebelumnya
Penaksiran penampang
Penampang dianggap seperti pada gambar 6.14
dan perhitungan selanjutnya dilakukan per meter
lebar.
Berat sendiri dan tekanan tanah

Apabila luas penampang badan dihitung dalam


hal seperti pada gambar 6.15 maka akan
didapatkan tabel 6.8. Berat sendiri badan
adalah :
wl = 6,0 m x 2,35 t/m3 = 14,.1 t/m
sedangkan jarak dari titik C pusat adalah :
x = 9,84 / 6,0 = 1,64 m
apabila luas penampang bagian pondasi seperti
pada gambar 6.16 dihitung maka akan
didapatkan tabel 6.9
Gbr. 6.14 Bentuk penampang Gbr. Penampang rencana badan
Tabel 6.8 Momen geometris dari luas terhadap titik C

b.h A x A.x
6.00 x 3,40 20,40 1,70 34,680
6,00x 1,80 x 50 0,60 3,240
6,00 x 3,00 x 9,00 2,40 21,600

6,00 9,840

Tabel 6.9 Momen geometris dari luas terhadap titik D

b.h A x A.x
2,30 x 1,00 2,30 1,150 2,645
0,53x 0,148 x 0,04 0,049 0,002
(0,5 + 0,47) x 1,00 x 0,05 0,051 0,001

2,21 2,640
Gambar 6.16 Penampang pondasi untuk
perencana
W2 = 2,21 x 2,35 = 5,19 t/m
x = 2,64 / 2,21 = 1,95 m
Selanjutnya, tekanan tanah didapat dengan persamaan berikut ini apabila rumus tekanan
tanah Coulomb digunakan.

k =
a
==
Digunakan harga harga dibawah ini karena
0 = -16,7 ; = 0 ; =2/3 dan = 23,3
cos2 0 = cos2 16,7 =0,917
cos2 ( 0 ) = cos2 51,7 = 0,384
cos (0 + )= cos 6,6 = 0,993
sin ( + )= sin 58,3 = 0,851
sin ( - 0)= sin 35 = 0,574
cos (x 0)= cos 16,7 = 0,958
Selanjutnya tinggi ekivalen tanah karena beban
pembebanan hs adalah :
hs = q/c = 0,5 m
Gambar 6.17 beban yang bekerja pada irisan A
A
Menurut hasil diatas maka tekanan tanah yang bekerja pada tembok
dan tinggi garis kerjanya adalah sebagai berikut. (lihat gambar 6.17)
P1= c/2H (H + 2hs) ka = (2,0 x 6,0)/2 (6,0 + (2 x 0,5)) x 0,152 =
6,384
Karena sudut yang dibentuk P1 dengan bidang mendatar adalah
+ 0 = 6,6
Komponen gaya mendatar dan gaya vertikal adalah :
PH1 = P1 cos = 6,34 t/m
PV1 = P1 sin = 0,73 t/m
Sedangkan tinggi garis kerja adalah :
h1 = (h/3) x (H + 3hs)/(H + 2hs) = (6,0/3) x ((6+1,5)/(6+1,0))
Gaya tekan tanah yang bekerja pada pondasi dan tinggi garis
kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 6.18)
P2 = c/2 x ho (ho +2h1)ka= (2,0 x 1,0)/2(1,0 + (2x 6,5)) x 0,152
= 2,128 t/m
PH2 = P2 cos =2,11 t/m
PV2 = P2 cos = 0,24 t/m
h2 = 1/3 x (1,0 + 3 x 6,5)/(1,0 + 2 x 6,5) =0,488 m
Gambar 6.18 Beban yang bekerja pada bagian
pondasi
Gaya Panjang Momen Gaya Panjang Momen
vertikal kerja tahan horisonta kerja guling
l
Berat
sendiri 14,10 0,960 13,54
tembok
Gaya
vertikal 0,73 1,442 1,05
tekanan
tanah
Gaya
horisonta 6,34 2,142 13,58
l tekanan
tanah
14,83 14,59 6,34 13,58

Tabel 6.10 ikhtisar gaya yang bekerja pada irisan a-a


Pengamatan terhadap penampang taksiran
Berat sendiri persatuan tembok, gaya luar yang bekerja dan posisi
kerja diperlihatkan pada gambar 6.17 dan bila gaya penampang yang
dihitung dari titik tengah E pada penampang a-a disusun dalam tabel
14.10.
M = 14,59 13,58 = 1,01 tm
e = M/N = 1,01 / 14,83 = 0,068 m
Dianggap bahwa luas penampang dari irisan a-a adalah A1 dan
modulus penampang adalah z,
A1= b . h = 1,0 x 1,6 = 1,6
z = b . h2/6 = 0,43
Selanjutnya, tegangan dihitung seperti dibawah ini dan masing-
masing tegangan serat ekstrim lebih kecil daripada harga yang
diijinkan supaya kemantapan tetap terjaga.
Tabel 6.11 ikhtisar gaya irisan pada dasar
pondasi
Gaya Panjang Momen Gaya Panjang Momen
vertikal kerja (m) tahan horisontal kerja (m) guling
(t) (t.m) (t)
Momen pada
titik tengah 1,01
dari irisan a-a
Gaya yang
bekerja pada 1,483 0,40 5,93 6,34 1,00 6,34
titik tengah
dari irisan a-a
Berat sendiri 5,19 0,095 0,49
pondasi
Tekana tanah
yang bekerja 0,24 1,10 0,25 2,11 0,488 1,03
pada pondasi
20,26 7,19 8,45 7,86
Gaya penampang dihitung dari titik tengah O dari dasar pondasi seperti pada
gambar 6.18, dan disusun pada tabel 6.11
M = 7,19 -7,86 = -0,67 t.m
e = M/N = -0,67/20,26 = -0,033 m<B/6 = 0,367
Melihat hasil diatas maka resultante berada pada daerah seperti lebar dasar
dihitung dari tengah tengah dasar, hal ini menjaga kemantapan terhadap guling.
kemudian dapat dihitung reaksi tanah sebagai berikut :

Harga diatas adalah kurang dari daya dukung yang diijinkan, oleh karena itu
kemantapannya terjaga. Untuk tergelincir, dihitung dibawah ini, yang juga
menghasilkan kestabilan pula.
Fs = N. /H = 20,26 x 0,6/7,19 = 1,69 > 1,5
4. Tembok Penahan Type Kantilever
contoh perencanaan tembok penahan type balok
kantilever diperlihatkan sebagai berikut :
Kemiringan muka tembok longitudinal dianggap paling sedikit 1 : 15
Lebar pelat sebagian besar bergerak antara 0,5 sampai 0,8 H
Secara ekonomis lebih baik apabila pelat ujung diambil H/8
Dalam perhitungan harga B ; C1 ; dan C2 diambil lebih dari 30 cm

a) Kondisi perencanaan

Gambar 6.19 beban yang bekerja pada pelat Gambar 6.20 bentuk tembok penahan tanah
type balok kantilever
Tinggi balok penahan dan kondisi permukaan belakang dapat
dilihat pada gambar 6.12
Tekstur tanah di belakang dan penggunaan rumus tekanan
dianggap sama dengan contoh perencanaan untuk tembok penahan
type gravitasi
Tekanan yang diijinkan :
Beton bertulang ( berat isi c = 2,5 t/m3)
Kekuatan rencana : ck = 270kg/cm2
Tegangan tekanan akibat lentur : ca = 70kg/cm2
Tegangan geser : a = 8kg/cm2
Tegangan tarik tulangan : sa = 1600kg/cm2
Faktorkeamanan dianggap sama seperti contoh
perencanaan penahan type gravitasi
Daya dukung yang diijinkan dan koefisiensi gesek
dasar
Qa = 30t/m2 , = 0,6
b) Berat sendiri tekanan tanah
Bila penampang dibagi menjadi empat segmen seperti diperlihatkan
pada gambar 6.22 dan sebutlah berat sendiri tiap penampang
adalah W1 W4, jarak mendatar dari titik A ke pusat gaya berat
tiap penampang adalah I1 I4, maka akan didapatkan tabel 6.12.
Karena dalam hal ini beban pembebanan yang bekerja adalah q = 1,0
maka dengan mengubah beban ini menjadi tebal tanah maka
didapatkan,
hs = q/c = 1,0/1,9 = 0,53 m
Kh adalah 0,6 t/m3 dan kv = 0. Dan PH1, PH2yang terlibat pada
gambar 6.22 adalah sebagai berikut :
PH1 = KH . hs = 0,6 x 0,53 = 0,32 t/m
PH2 = KH (hs + H) = 0,6 x (0.53 + 70) = 4,52 t/m
Resultante tekanan tanah dan tinggi garis
kerjanya adalah :

Gambar 6.21 Bentuk penampang dan


Gambar pembagian penampang
kondisi beban pada permukaan belakang
Tabel 6.12 Gaya irisan karena berat
sendiri
i Wi Ii Wi.Ii

1 0,40 x 6,20 x 2,50 6,20 1,60 9,92


2 0,40 x 6,20 x 1,2 x 3,10 1,266 3,92
3 2,50 8,00 2,00 16,00
4 0,80 x 4,00 x 2,50 25,92 2,90 75,168
2,20 x 6,20 x 1,90

43,22 105,01
Tabel 6.13 Ikhtisar gaya irisan terhadap titik A

Gaya Jarak Momen Gaya Jarak Momen


vertikal mendatar tahan horisontal vertikal guling
Berat sendiri 43,22 105,01
Beban
pembebanan 2,20 2,90 6,38
Tekanan
tanah 16,94 2,48 42,01
horisontal
45,42 111,39 16,94 42,01

PH=(PH1+PH2)/2=(0,32+4,52)/7,0=16,94 t/m
he= H/3 x (H+3hs)/(H+2hs)=7,0/3 x (8,59/8,06) = 2,48 m
c) Analisa kemantapan
) kontrol terhadap guling
titik kerja resultante dihitung dari titik A adalah
d = (Mr Mo)/W= (111,39 42,01)/45,42 =1,53 m
besarnya eksentrisitas adalah sebagi berikut :
e = B/2 d = 4,0/2 1,53 = 0,47 m ;B/6 = 0,67 m
)kontrol terhadap gelincir
Koefisien gesekan antara dasar dinding penahan dan tanah pondasi adalah 0,6 ,
perhitungan terhadap gelincir adalah dibawah ini yang menghasilkan kemantapan.
Fs = W./pH = 45,42 . 0,6/19,4 = 1,61 > 1,5
)kontrol terhadap daya dukung
Karena resultante berada dalam daerah sepertiga dari tengah dasar, reaksi
tanah menunjukkan distribusi berbentuk trapesium.

Terlihat bahwa kemantapan tetap terjaga.


d) Perencanaan bagian bagian penampang
) Gaya
penampang yang bekerja pada tembok longitudinal
seperti terlihat pada gambar 6.23, gaya yang bekerja pada
tembok longitudinal hanya gaya mendatar maka momen
lentur Mx dan Sx pada jarak x dari puncak dapat dihitung
dengan persamaan berikut :

Dari hasil itu maka momen lentur dan gaya geser tiap
penampang disusun seperti tabel 6.14
Tabel 6.14 Gaya irisan pada
tiap
irisan tembok longitudinal
x Mx (tm) Sx(t)
2 1,44 1,84
4 8,94 6,07
6,2 29,94 (=M1) 13,50

Gaya yang bekerja pada irisan B B


pada gambar 14.22 adalah berat
sendiri pelat ujung dan reaksi tanah.
M2 = 15,36 x 0,5 + x 4,00 x 2/3 -
0,8 x 2,5 = 8,013
Ss =((19,36 + 15,36) x 1,0)/2 0,8 x
1,0 x 2,5 = 15,36 t
Gaya penampang yang bekerja
adalah :

Gambar 6.23 gaya yang bekerja pada tiap irisan


Gaya penampang yang bekerja pada pelat tumit
Gaya yang bekerja pada irisan c c pada gambar 6.23 adalah
berat sendiri, berat tanah di atas pelat tumit, beban
pembebanan dan tekanan tanah vertikal (dalam hal ini Pv = 0)
dengan arah ke bawah dan reaksi tanah dengan arah ke atas.
Q3 = ((12,16 + 3,35)x2,2)/2 = 17,06 t
Titik kerja Q3 dihitung dari irisan penampang c c :
IQ3 = (2,2/3) x (2 x 3,35 + 12,16)/(3,35 + 12,16) = 0,89
Dari hasil di atas maka momen lentur dan gaya pada irisan c c
disusun pada tabel 14.15.
Dari perhitungan di atas didapat bahwa M1 lebih besar dari M3
dan oleh karenanya tidak perlu mengambil M3 sama dengan M1.
e) cara menyusun tulangan untuk tembok longitudinal. tabel
efektif dx pada setiap titik tembok longitudinalyang terlihat
pada :
Tabel 6.15 ikhtisar gaya irisan dari pelat tumit
Wi xi Wi.xi
Berat sendiri pelat 4,40 1,10 4,84
tumit 25,92 1,10 28,51
Berat tanah 2,20 1,10 2,42
Beban pembebanan - 0,89 - 15,18
Reaksi tanah 17,06
15,46 20,50
(=M3)

Gambar 6.24 Simbol setiap bagian


Gambar 6.24 dapat dicari dengan persamaan berikut dengan
menganggap bahwa lapisan penutup tulangan adalah 8 cm.
dx = b4 + (b2 b4)X/h3 0,08= 0,4 + (0,8-0,4)X/6,22 0,08
Selanjutnya, dalam menghitung jumlah batang tulangan yang
dibutuhkan pada setiap titk digunakan sa = 1600 kg/ dan akan
didapatkan tabel 14.16, hasil ini kemudian diplot dalam bentuk
grafik maka akan didapatkan grafik seperti terlihat pada 6.25, yang
menunjukkan jumlah tulangan As pada ujung terbawah dimana harga
x sama dengan 4,7 m.

f) Pelat ujung (toe slab) dan pelat tumit (heel slab)


Karena tidak timbul persoalan bila perencanaan penampang
dibuat dengan anggapan sebagai papan kantilever dimana timbul
gaya penampang M2 dan S2 pada pelat ujung, M3 dan S3 pada
pelat tumit, maka perhitungan untuk pelat pelat ini tidak
diuraikan di sini.
Tabel 6.16 volume yang dibutuhkan untuk tulangan

x d (cm) Mx(kgcm) sa/d (kg/cm) As(cm2)


2 45 144000 63000 2,28
4 58 894000 81200 11,00
6,2 72 2994000 100800 29,70

Gambar 6.25 Luas batang tulangan yang dibutuhkan pada setiap titik

Anda mungkin juga menyukai