I. PENDAHULUAN
Masalah peran R/N HKBP selalu menjadi berita hangat dikalangan R/N HKBP
yang juga sangat sering terkait dengan parhalado. Beberapa contoh yang sering muncul
adalah dimana R/N HKBP sudah memiliki keinginan untuk maju & bertumbuh tetapi
sepertinya parhalado kurang mendukung atau memperhatikan, di tempat lain malah parhalado
sangat ingin R/N HKBP bisa maju dan berperan tetapi R/N HKBPnya tidak mau maju,
karena sering terjadi konflik internal, kurang kemampuan kepemimpinan dll. Sebetulnya
bagaimanakah R/N HKBP harus berperan? Para pendeta sering menyebutkan bahwa R/N
HKBP adalah bunga ni huria, bunga seperti apakah? Istilah ini kadang hanya menjadi slogan
yang tidak memiliki makna, naposobulung dan remaja yang mendengarkanpun tidak
mengerti artinya. Bunga adalah benda yang terindah hal ini di dunia , hal ini diungkapkan
dalam Nats matius 6:28-29 & bunga dapat memperindah ruangan di sekitarnya. Selain itu
bunga itu juga harum dan dapat memperharum sekitarnya. Demikian seharusnya R/NHKBP
harus dapat berperan sebagai bunga yang indah dan dapat memperindah sekitarnya, yang
membuat rumah/keluarga menjadi indah yang membuat gereja itu kelihatannya indah, yang
membuat nama gereja menjadi harum, dimana semakin banyak orang yang lain ingin dan
senang datang ke gereja serta ingin memeliharanya. hal ini juga seiring dengan apa yang
dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Mat 5: 13-16 bahwa kita adalah garam & terang dunia.
Nah, bagaimana kita bisa berperan sebagai bunga, garam dan terang? Yang pasti
kita harus banyak belajar dan memperlengkapi diri kita. R/N HKBP adalah tempat terbaik
untuk kita belajar firman Tuhan, membangun karakter seorang Kristen. R/N HKBP juga
adalah universitas terbaik tempat kita belajar berbagai keahlian seperti komunikasi, human
relation, kepemimpinan, negosiasi, team building, keterampilan perencanaan, memimpin
rapat, dll. Selain itu R/N HKBP juga tempat belajar berbagai kreativitas seperti paduan suara,
musik & olah raga. R/N HKBP juga merupakan tempat kita mengenal diri sebagai orang
batak dimana kita membangun rasa syukur dan kebanggan akan karunia Tuhan kepada kita
sebagai orang Batak & tak lupa R/N HKBP adalah tempat kita menikmati keceriaan masa
remaja & masa muda, membangun kekompakan, kesehatian & persahabatan & masih banyak
lagi yang bisa dipelajari. Lha kalau demikian harusnya lulusan R/N HKBP hebat-hebat dong
ya. Betul…tetapi tidak semua karena kebanyakan orang datang ke R/N HKBP tidak mau
belajar hanya senang-senangnya aja. Nah…kapan berperannya kalau belajar terus. Itulah
uniknya ….karena didalam berperanlah kita belajar, kita mempraktekkan apa yang kita
ketahui dan belajar dari pengalaman bukan hanya teori dan ini sangat berguna bagi kita dalam
menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan kesulitan ini.
II. PEMBAHASAN
1. Integrasi,
4. Uji kelayakan,
Sejak dari sinode 1948 persoalan kepemudaan adalah persoalan yang sangat
hangat dibicarakan. Dalam Sinode Agung 1948, Gr.R.Simanjuntak menyampaikan
sebuah ceramah yang menganjurkan agar perkumpulan NKB dapt diaktifkan kembalidan
menjadi satu seksi pemuda.
Maka Sinode Agung menyampaikan tugas untuk memikirkan pelaksanaan
dari usul tersebut kepada Gr.R.Simanjuntak, Gr.D.W.LumbanTobing dan Wedana
Silindung, supaya perkumpulan Naposobulung yang telah ada dijemaat-jemaat bersatu
dalam Tubuh HKBP, maka pucuk pimpinan menyarankan agar pengurus NKB lama
seperti Gr.D.W.Lumbantobing melalui gereja dapat langsungmembina para pemuda
secara kontiniu. Untuk merealisasikan rencana ini, maka pucuk pimpinan HKBP
menganjurkan agar diadakan konferensi pemuda yng pertama. Untuk mengikutinya
utusan pemuda/i diundang dari seluruh HKBP, yang berlangsung pada Tanggal 23-26
Juni 1952 di kompleks Seminari Sipoholon Tarutung, dihadiri 50 orang dari 30 Resort
HKBP. Untuk menyelesaikan persiapan terhadap konperensi itu majelis Pusat HKBP
memberikan kepercayaan kepada Ds.T.S.Sihombing yang sejak Tahun 1951 telah
menjadi Direktur Seminari Sipoholon. Pada Mulanya konferensi tersebut dimaksudkan
untuk menghimpun muda-mudi dalam suatu kesatuan, serta mengumpulkan pikiran-
pikiran dari antara mereka dalam rangka mencari usaha kelanjutan dari perkumpulan
muda-mudi di tengah-tengah HKBP. Pada mulanya konperensi tersebut dimaksudkan
untuk menghimpun muda-mudi dalam satu kesatuan, serta mengumpulkan pikiran-
pikiran dari antara mereka dalam rangka mencari usaha kelanjutan dari perkumpulan
muda-mudi HKBP.
menghayati imannya, dan membantu mereka bertumbuh menjadi orang Kristen yang
dewasa.
Boan Sadanari (bawa satu orang lagi) Saat ini yang sering dikeluhkan dan
dipergumulkan di tengah-tengah gereja HKBP adalah semakin banyaknya generasi muda
yang meninggalkan HKBP dan bergereja serta aktif di gereja lain, khususnya aliran
kharismatik (sering disebut eksodus atau jajan rohani karena kewargaanya tetap terdaftar
di HKBP atau ikut orangtua). Alasan yang sering kita dengar sehingga banyak warga
HKBP khususnya pemuda jajan rohani atau eksodus adalah ibadah di HKBP monoton
dan pelayanannya tidak menyentuh jemaat. Dibeberapa gereja HKBP, khususnya di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya, sudah dilakukan ibadah alternatif atau ibadah
khusus, dimana dalam ibadah dipakai alat musik yang lebih bersemangat dan dalam
ibadah melibatkan jemaat (partisipasi jemaat) sehingga ibadah lebih hidup dan menarik.
Dengan ibadah ini diharapkan pemuda gereja kembali lagi beribadah di HKBP. Apakah
benar demikian? Mungkin benar tetapi tidak sepenuhnya demikian. Tahun 2008 ini telah
di tetapkan HKBP menjadi tahun Marturia (kesaksian) dengan motto: BOAN
SADANARI. Di tahun marturia ini, pemuda HKBP hendaknya mengambil peran serta
untuk menggalakkan tahun marturia dengan mamboan sadanari (membawa satu orang)
pemuda HKBP yang sudah meninggalkan HKBP atau tidak aktif lagi di HKBP kembali
ke HKBP. Dalam membawa satu orang lagi tentu pemuda ditengah-tengah
persekutuannya harus menciptakan kegiatan-kegiatan yang lebih menarik. Membentuk
wadah-wadah yang dapat mengakomodir talenta-talenta pemuda yang selama ini
terpendam untuk disalurkan dalam pelayanan di tengah-tengah gereja, misalnya bermain
musik, olahraga, menulis cerita/puisi dan lain-lain. Mereka (pemuda) juga dapat
dilibatkan di dalam seksi-seksi yang ada di Dewan Marturia di seksi sending dan musik.
Artinya pemuda lebih menunjukkan partisipasinya dan keterlibatannya dalam pelayanan
sehingga, dia tidak hanya terlibat dalam seksinya saja. Dalam hal ini, diharapkan majelis
harus mau membuka ruang bagi partisipasi dan keterlibatan pemuda dalam pelayanan
dan membuka pintu untuk pembaharuan yang diinginkan pemuda tanpa harus
meninggalkan warna atau ciri khas HKBP dan memperhatikan aturan dan konfessi
HKBP.
Turut serta dalam kegiatan sosial Dalam hal kegiatan sosial, sangat banyak
yang dapat dilakukan pemuda. Kegiatan-kegiatan yang langsung menyentuh kebutuhan
jemaat, khususnya jemaat yang kurang mampu. Pemuda dapat membuka pelatihan-
pelatihan di gereja, membuka kursus-kursus sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki
dan berguna untuk mencerdaskan jemaat; sebab tidak semua jemaat dapat membiayai
anaknya mengikuti kursus-kursus yang memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Pada musim ujian akhir (ujian akhir nasional) pemuda dapat juga memberikan
bimbingan kepada anak-anak anggota jemaat yang akan mengikuti ujian nasional
tersebut. Pemuda harus berperan aktif menciptakan dan membuat gereja menjadi pusat
pembelajaran dan pembinaan, sebab pemuda memiliki potensi untuk melakukan hal
tersebut. Pemuda juga harus memiliki keprihatinan terhadap tingginya tingkat
pengangguran saat ini. Pengangguran yang mengakibatkan semakin banyaknya orang
yang miskin, putus asa, dan meningkat pula perbuatan-perbuatan kriminalitas di tengah-
tengah masyarakat. Dalam mencermati keadaan ini, pemuda dapat juga berperan
membuka jaringan-jaringan kepada perusahaan, instansi atau lembaga tertentu dalam hal
informasi mengenai lowongan pekerjaan bagi warga jemaat. Tentu masih banyak lagi
KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
III. KESIMPULAN
Menempatkan posisi generasi muda sebagai subjek dibanding sebagai objek dan
pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif,
produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab. Berbeda halnya ketika
Gereja selama ini memperlakukan generasi muda sebagai objek yang hanya sebagai
pelaksana program yang sebelumnya telah dibuat oleh para pemimpin gereja tanpa ada
partisipasi generasi muda dalam perumusan tersebut. Ini memperlihatkan bahwa membangun
suasana yang menyenangkan bukan perkara yang mudah, perlu adanya kerja sama dalam
individu yang terlibat dalam gereja untuk saling melengkapi dan berperan di dalamnya.
Selama ini Gereja kurang menghargai potensi generasi muda karena potensi yang dimiliki
setiap individu berbeda-beda tetapi dengan dukungan berarti gereja turut memberdayakan
sumber daya manusia.
Permasalahan Generasi muda juga perlu dilihat dalam teori Peter Menconi
tentang Gereja Intergenerasional (multigenerational church) atau bisa dikatakan Gereja
dengan banyak generasi. Istilah ini digunakan bukan untuk menggambarkan adanya
pengalaman bersama antargenerasi yang bersifat intensional, melainkan hanya untuk
menegaskan bahwa di gereja tersebut semua generasi dari berbagai kelompok usia dihargai
dan masing-masing mereka akan dilayani secara khusus sesuai dengan kebutuhan mereka.
Persoalan partisipasi generasi muda ini juga dilihat melalui kacamata dari
pendidikan kristiani dimana dengan adanya pendekatan spiritualitas, maka generasi muda
diharapkan akan memiliki kehidupan yang autentik, mendalam dan mendatangkan dampak
dalam kehidupan serta generasi muda bergabung kembali ke dalam persekutuan untuk
bersama-sama bertumbuh dalam iman. Pendekatan spiritualitas merupakan kombinasi antara
pendekatan komunitas iman dan pendekatan pertumbuhan spiritual dimana pertumbuhan
iman seseorang akan bertumbuh dalam komunitas. Pendekatan komunitas iman dapat
memfasilitasi individu untuk mengembangkan diri dalam sebuah komunitas melalui proses
aksi dan refleksi yang memiliki aspek kognitif, afektif dan aktif secara seimbang.
Bagi Generasi muda, era digital adalah era yang dinikmati untuk mencari support
sosial melalui gadget-gadget yang mereka miliki. Generasi muda tidak bisa dilepas dari
semua gadget dan berpengaruh besar dalam kehidupan yang mereka jalani termasuk dalam
kehidupan bergereja yang mereka pilih untuk beribadah dan turut terlibat dalam pelayanan
Gereja. Pengaruh ini berimbas kepada kehadiran mereka dalam beribadah sehingga mereka
lebih memilih tidak pergi ke gereja dan memilih untuk main gadget mereka di rumah.
Pengaruh media sosial bagi generasi muda itu sendiri meningkatkan kecemasan, depresi
karena kesepian tidak memiliki teman atau komunitas, dan isolasi sosial. Generasi muda juga
masuk pada fenomena Connected to disconnected yang menggambarkan fenomena ketika
seseorang sangat mudah terhubung dengan bantuan teknologi, namun tidak benar-benar
merasakan komunikasi yang nyata. Dengan kata lain mendekatkan yang jauh, menjauhkan
yang dekat. Maka generasi muda di era digital ini sedang mengalami kehausan spiritualitas
dan sebenarnya mereka sedang membutuhkan spiritulitas. Maka dari itu Pendidikan Kristiani
berperan penting untuk menolong masalah yang dihadapi oleh Gereja bagi generasi muda
melalui sebuah prinsip-prinsip dasar dari pendidikan pengembangan spiritualitas generasi
muda yang berpusat pada Yesus atau dengan kata lain pusat pendidikan adalah Yesus.
Pendidikan Kristiani melalui pendekatan spiritualitas dimana dalam buku Jack Seymour yang
berjudul Teaching the way of Jesus dimana ada tiga pendekatan yang dibahas dalam buku ini
yaitu: Komunitas doa, Pengajaran: Pendekatan Instruksional bagi Pendidikan Kristiani serta
Pelayanan: Pendekatan Misional bagi Pendidikan Kristiani. Selain itu, model Berbagi Praksis
Kristen akan menolong Gereja untuk melakukan perubahan dalam kegiatan Pendalaman
Alkitab bagi generasi muda.
IV. SARAN
Oleh karena itu, penulis memberikan saran bahwa Peran Generasi muda juga
dalam hal kepemimpinan dilihat dari kepemimpinan Transformasional, Kepemimpinan Yesus
dan Kepemimpinan Intergenerasional. Peran generasi muda diharapkan dapat membawa
perubahan dengan melihat gambaran Yesus sebagai seorang pemimpin yang dapat mengubah
dunia dan melakukan perubahan secara sosial maupun spiritual. Kepemimpinan
Intergenerasional juga menjadi sebuah pola kepemimpinan yang baru yang dapat dilakukan
oleh generasi muda ketika menjadi seorang pemimpin. Dimana generasi muda akan
pemimpin yang dapat menggerakkan seluruh anggota jemaat, Pemimpin yang mau berbagi
tugas dengan anggotanya, pemimpin yang mau mendengar dan pemimpin yang mau
menghargai (apresiasi) semua generasi.
“ ada jutaan dewasa muda yang tidak lagi terlibat aktif di gereja saat mereka
mengakhiri masa remaja mereka. Bahkan sebagian dari mereka tidak pernah
kembali ke gereja, sementara sebagian lagi hidup tidak jelas walaupun masih
ada komunitas iman mereka dan berusaha mendefinisikan spiritualitas mereka
sendiri. Sementara sebagian lagi tetap setia dalam Gereja melewati masa
transisi dari remaja menjadi orang dewasa dan seterusnya.”
- Barna Grup