Anda di halaman 1dari 49

DOKTRIN KESLAMATAN DALAM

IMAN KRISTIANI
Keselamatan adalah doktrin mendasar dalam kekristenan. Memang ada dua pandangan yang
kelihatannya saling bertentangan satu sama lain, yaitu Calvinisme dan Armenianisme.
Sebetulnya tidak ada yang salah dari kedua pandangan ini. Hanya beda sudut pandang saja.
Calvinisme memandang keselamatan dari posisi manusia di hadapan Allah. Manusia yang
berdosa menerima anugerahNya, mengalami kelahiran kembali akibat dari menerima Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Sementara Armenianisme melihat dari
sudut pandang posisi manusia di hadapan sesamanya, bahwa manusia berdosa yang telah
bertobat harus membuktikan imannya di hadapan sesamanya dengan perbuatan, karena tanpa
perbuatan iman itu pada dasarnya mati. Iman dalam arti seutuhnya terdiri dari percaya dalam
hati, pengakuan dengan mulut dan diwujudkan dalam perbuatan.
Untuk itu jangan mencondongkan pandangan kita kepada salah satu dari kedua konsep di
atas. Kita harus kembali meneliti alkitab sebagai referensi utama dalam membangun konsep
iman yang menyangkut keselamatan kekal.Kalau kita membaca Roma 8:29-30; Efesus 1:3-
14; 2:8-10 dengan teliti maka kita bisa membaut simpul-simpul mendasar tentang
keselamatan dan akibatnya kedua pandangan yang kelihatannya saling bertentangan di atas
tercakup di dalamnya.
Roma 8 yang merupakan puncak dari bagian doktrinal itu merangkumkan, bahwa
keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus mencakup dimensi yang lengkap dalam hidup kita :
1. Dimensi masa lampau: pembenaran
2. Dimensi masa sekarang: pengudusan
3. Dimensi masa yang akan datang s.d. kekekalan: pemuliaan
PEMBENARAN (JUSTFICATION) – Ini disebut juga Keselamatan Posisional dimana
kita dibebaskan dari kutuk dosa.
Kita dipilih-Nya (Allah) bahkan sebelum dunia dijadikan (Ef 1:3-4). Ingat “di dalam Dia” (di
dalam Yesus kristus). Inilah aspek posisional dari keselamatan kita. Ayat 4 : di dalam
Kristus, kita kudus dan tidak bercacat. Allah Bapa melihat kita di dalam Kristus. Cf: ayat 5:
“Dalam kasih, Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-
anak-Nya.
Maka “Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan”(Ef 1:3-4)
Ingatlah bahwa Kristus telah ada sebelum dunia dijadikan, bahkan Ialah yang menyebabkan
segala sesuatu ada (Yoh 1:3, “. . .segala sesuatu dijadikan oleh Dia”).
Tekanan di sini, adalah “di dalam Dia” (Kristus). Jadi, “di dalam Kristus,” keselamatan itu
cukup bagi semua orang (sufficiency). Tetapi keselamatan yang cukup/sufficient di dalam
Kristus itu, hanya menjadi efisient (berlaku) bagi seseorang, apabila orang itu menerima
Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan-nya (Efficeincy) (Ef 1:13-14; 2:8-10).

Karena itu, kita menolak pandangan “universalisme” yang mengatakan, bahwa semua orang
pasti selamat, karena Allah “telah memilih” semua orang sebelum dunia dijadikan.
Karena kita dipilih di dalam Kristus, kita memiliki kepastian keselamatan :
Kita telah menjadi anak-anak Allah dan memiliki keselamatan yang kekal (Yoh 1:12; 3:16;
Ef 1:13-14, dll.),
Kita tidak dihukum : Roma 8:1, Tidak ada penghukuman bagi orang di dalam Kristus Yesus.”
Kita tidak dapat dirampas dari tangan Bapa (Yoh 10:27-30),
Kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus (Roma 8:37-39).
Walaupun demikian kita mempunyai tanggung jawab moral untuk hidup sesuai dengan posisi
kita di dalam Kristus. Itulah dimensi yang kedua
PENGUDUSAN (SANCTIFICATION) – Keselamatan Progresif dimana secara proses kita
dibebaskan dari kuasa dosa.Posisi/kedudukan kita yang begitu tinggi (orang Kudus/orang
yang dibenarkan dalam Kristus). menuntut tanggung jawab yang tidak ringan: Kita harus
hidup kudus. Dalam hal ini ada dua ekstrim:
Yudaisme : menurut persepsi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi : orang harus memenuhi
hukum Taurat supaya diselamatkan. Ajaran sesat ini dalam gereja yang mula-mula telah
dikoreksi oleh Paulus, antara lain : Rom 3:20; 23-24; 27-28.
Antinomianisme : karena orang Kristen telah diselamatkan hanya karena anugerah Yesus
Kristus, maka mereka tidak perlu taat kepada hukum-hukum; ekstrim ini dikoreksi oleh
Yakobus (Yak 2:22). Kalau demikian , apakah Paulus bertentangan dengan Yakobus? Sekali-
kali tidak!
Paulus (dalam Roma dan Galatia): Manusia yang berdosa di hadapan Allah!
Yakobus (dalam surat Yakobus): Manusia yang sudah ditebus di hadapan sesama manusia.
Karena itu, orang Kristen tidak boleh hidup secara ceroboh di dalam dunia ini. Justru karena
kita sudah diselamatkan, kita harus hidup berpadanan dengan posisi kita, sebagai orang-orang
yang telah diselamatkan (Ef 4:1).
Bagaimana kita hidup sekarang ini dan di sini, itulah yang penting. Dimensi kekinian ini
merupakan dimensi progresif di dalam kehidupan Kristen kita. Artinya harus ada kemajuan di
dalam hidup kita. Kita harus hidup sebagai anak-anak terang (Ef 5:1-21)
Karena itu dimensi ini disebut juga sebagai dimensi pengudusan (I Ptr 1:14-16).
Persoalannya, bagaimana kita hidup kudus, padahal dunia ini penuh dengan kebobrokan
/kegelapan?
Dalam tataran praktis (artinya dalam praktek kehidupan kita sehari-hari), apakah artinya
“menjadi suci. . .”?
Secara spiritual : kita ekslusif – kita harus berbeda dengan orang lain (Yoh 17:14-16).
Secara sosiokultural : kita harus inklusif, berada di tengah-tengah masyarakat sebagai garam
dan terang (Matius 5:13-16).
Bagaimanakah kalau orang Kristen jatuh ke dalam dosa? Dalam hal ini, kita harus
membedakan dua hal :
Hubungan/Relationship: tetap (cf. Rom 8:37-38, dll.)
Persekutuan/Felloship: terganggu (baca: I Yoh 1:5-10, khususnya ayat 9).
Tiga aspek dalam pengakuan dosa, adalah :
Pengakuan, kehancuran hati, berbalik dari dosa kita.
Apakah itu berarti, bahwa kita dapat saja jatuh bangun, terus-menerus di dalam kehidupan
Kristen kita? Sekali-kali tidak !
Dilihat dari konsep pengudusan ini sebetulnya orang Kristen yang sudah lahir baru tidak bisa
hidup di dalam dosa, tetapi bisa jatuh dalam dosa. Jika kita jatuh di dalam dosa, maka Tuhan
sudah menyediakan jalan keluarnya (1 Yoh 1:9). Tetapi yang masih hidup di dalam dosa
sesungguhnya belum pernah mengalami kelahiran kembali (regeneration).
PEMULIAAN (GLORIFICATION) – Ini disebut juga keselamatan final dimana kita
dibebaskan dari kehadiran dosa. Hal ini akan digenapi di kekekalan yang akan datang.
Paulus menulis dalam Roma 6:1-4, bahwa orang Kristen harus hidup dalam hidup yang baru.
Hidup di dalam kehidupan yang baru tersebut tidak dihasilkan oleh tekad kedagingan untuk
berkenan kepada Tuhan, seperti dalam Yudaisme yang ekstrim—bukan juga dengan cara
mengabaikan hukum-hukum Tuhan seperti dalam antinomianisme yang menyalahgunakan
kasih dan kesabaran Allah; tetapi melalui ketaatan yang tulus, ketaatan yang berdasarkan
kasih, ketaatan di atas landasan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Setelah ilustrasi yang panjang melalui tokoh-tokoh iman dalam Ibrani pasal 11, penulis surat
Ibrani mengajak kita untuk bertekun dalam iman (Ibr 12:1-2). Iman mempunyai dimensi
kekekalan: melalui ketekunan kita akan sampai ke dalam kemuliaan (Rom 8:17; 29-30).
Doktrin Alkitab

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kisah Rasul 2:42).

Doktrin bisa diartikan sebagai sistim dari sebuah agama atau aksi dan isi dari sebuah ajaran.
Doktrin Alkitab berarti sistim, aksi dan isi yang terkandung dalam Alkitab. Hal itu adalah
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap penganut kepercayaan akan Alkitab. Karena
kalau tidak melakukan berarti seseorang itu telah menyalahi aturan yang ada. Dalam Alkitab
ada banyak sistim pengajaran yang wajib dilakukan setiap orang Kristen karena hal itu
berhubungan dengan nasib akhir orang Kristen itu sendiri. Dalam pelajaran ini kita akan
melihat beberapa doktrin besar dalam Alkitab.

I. Allah

Alkitab memberikan wahyu yang benar tentang Allah yang hidup. Allah yang telah
menyatakan diri-Nya kepada manusia sebagai Allah yang Esa yang berwujud dalam tiga
Pribadi yaitu Bapa, Putera dan Rohkudus. Alkitab juga mengajarkan tentang karya Allah,
sifat Allah yang harus diketahui oleh manusia.

A. Allah menciptakan alam semesta

“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan
bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia dan juga tidak dilayani oleh tangan
manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan
nafas dan segala sesuatu kepada semua orang” (Kisah Rasul 17:24-25). “Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1). Allah menciptakan segala sesuatunya dari
ketiadaan. Kejadian 1:1 ayat pertama dalam Alkitab menyebutkan nama Allah sebagai
pencipta langit dan bumi. Banyak yang bertanya bagaimana caranya membuktikan kebenaran
bahwa Allah yang menciptakan bumi dan segala isinya? Keadaan ini sebenarnya sudah
berlangsung sejak abad pertama sehingga Petrus perlu mengingatkan jemaat di Asia Kecil
untuk selalu siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan-jawab kepada tiap-
tiap orang yang meminta pertanggungan-jawab dari mereka tentang pengharapan yang ada
pada mereka, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. Pemazmur dengan keyakinan
yang teguh mengajak langit, matahari, bulan dan bintang untuk memuji nama Allah sebab
Dialah yang menciptakan segala sesuatunya (Mazmur 145:5). Allah menunjukkan hikmat-
Nya kepada umat di dunia melalui ciptaan-Nya.

B. Alkitab mengajarkan sifat dan keberadaan Allah

1. Allah itu Maha Kekal

Allah itu tidak diciptakan. Dia tidak bergantung pada apa pun. Dia adalah “self sufficient”
(berdiri sendiri). Allah tidak memiliki awal dan akhir dan Dia tidak memiliki penerus
(successor). Dia tidak dibatasi oleh waktu dan Dia selalu ada, “Sebelum gunung-gunung
dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-
lamanya Engkaulah Allah” (Mazmur 90:2). “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai
oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki” (Ayub 36:26).
2. Allah itu Tidak Berubah

Dia tidak akan berubah dalam keberadaan-Nya, kesempurnaan-Nya, tujuan-Nya, janji-Nya.


Allah itu dikatakan selalu sama baik kemarin, hari ini dan besok. Kadang-kadang memang
Allah memberikan respon yang berbeda pada suatu situasi tertentu. Misalnya ketika Dia tidak
jadi membinasakan kota Ninewe pada zaman nabi Yunus namun hal itu tidak menunjukkan
bahwa Allah itu suka berubah atau tidak konsisiten tetapi hal itu disebabkan kemurahan dan
kesabaran-Nya yang tidak menginginkan seorang pun binasa (2 Petrus 3:9).

3. Allah itu Maha Hadir

Dia tidak dibatasi ruang dan waktu. Dia ada dalam setiap detik kehidupan manusia. Dia bisa
hadir kapan saja dalam penghakiman dan dalam berkat, “Masakan Aku ini hanya Allah yang
dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? Sekiranya ada
seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat
dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah
firman TUHAN” (Yeremia 23:23-24).

4. Allah itu Roh

Dia tidak terdiri dari material. Dia tidak melakukan sesuatu dengan aktivitas tubuh jasmani.
Dia mempunyai kekuatan namun bukan kekuatan bersifat fisik. ”Allah itu Roh dan
barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes
4:24).

5. Allah itu Maha Tahu

Dia mengetahui diri-Nya dengan sempurna. Dia mengetahui segala sesuatu yang ada dan
yang terjadi dalam dunia dengan sempurna. Tidak ada yang terselubung dari pengetahuan dan
pengertian Tuhan. Dia mengetahui apa yang terjadi dulu, sekarang dan saat yang akan datang.
Dia mengetahui setiap perbuatan manusia. Dia mengetahui perkataan yang akan kita ucapkan
sebelum kita mengucapkannya. Dia mengetahui segala hari kita bahkan sebelum kita lahir
pun, “Sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta
mengetahui segala sesuatu” (1 Yohanes 3:20). “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang
tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia,
yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibrani 4:13).

6. Allah itu Penuh Hikmat

Dia memilih yang terbaik dengan tujuan yang terbaik. ”Bagi Dia, satu-satunya Allah yang
penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Roma
16:27). Dalam enam hari penciptaan kita bisa melihat hikmat Allah. Dia menciptakan dunia
dengan sempurna sesuai dengan urutan yang logis. Dia merencanakan keselamatan bagi
manusia. “Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga” (Efesus 3:10). Hikmat-Nya juga
bisa kita lihat di dalam gereja-Nya. Semua yang ingin hikmat bertanyalah pada Tuhan
(Yakobus 1:5). Dalam segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini jikalau kita ingin
yang terbaik maka Allah telah menyediakan solusi, baik dalam hal karir, rumah tangga,
pendidikan, dan lain-lain.
7. Allah itu Maha Penyabar, Penuh Belas Kasihan dan Anugerah

“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia”
(Mazmur 103:8). Dia sabar menanti umat-Nya untuk bertobat. Dia sabar menunggu bangsa
Israel untuk bertobat. Walaupun bangsa Israel itu selalu memprovokasi Allah selama 40
tahun pengembaraan di padang belantara, namun Allah tetap sabar menyertai mereka hingga
mereka memasuki tanah Kanaan. Kemurahan dan belas kasih-Nya atas umat Israel sehingga
mereka bisa melewati padang gurun walaupun dengan terjangan musuh datang dari berbagai
arah.

8. Allah itu maha kasih

Selamanya Dia menyerahkan Anak-Nya untuk yang lain (Yohanes 3:16). Inilah ayat yang
menunjukkan kebesaran Allah dalam segala sesuatunya. Dia memberikan kasih-Nya yang
terbesar yaitu dengan memberikan korban yang terbesar untuk kelompok manusia yang
terbesar agar manusia itu mendapatkan berkat yang terbesar.

9. Allah itu Satu.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Rohkudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-
perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman" (Matius 28:19, 20). Sejak permulaan dunia ini kita sudah menemukan bentuk orang
pertama jamak dalam menggambarkan tentang Allah. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan
di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-
Nya mereka” (Kejadian 1:26-27).

Ada tiga oknum dalam keesaan itu. Mereka adalah Bapa, Anak dan Rohkudus. Bapa
bukanlah Anak. “Dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku
tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Dan dalam kitab
Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang
diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku" (Yohanes 8:16-
18). Walaupun mereka bukanlah oknum yang sama namun mereka memiliki persamaan
dalam doktrin (2 Yohanes 9), mereka sama dalam proteksi (Yohanes 10:27-30), mereka satu
dalam perkataan dan pekerjaan (Yohanes 14:8-11), mereka satu dalam tujuan (Yohanes
14:18-28), mereka satu dalam kepenuhan dan anugerah (Kolose 2:8-10), tetapi mereka tidak
satu Pribadi. Rohkudus bukan sebuah pengaruh belaka. Dia adalah seorang pribadi. Dia
memiliki kepribadian yang bisa membuat-Nya berduka, mengajar, menginstruksikan,
menyaksikan, dan Dia bahkan bisa dibohongi. Yesus Kristus bukanlah sebuah ciptaan Allah
seperti keyakinan beberapa kepercayaan. Dia adalah seorang Pribadi.

Perjanjian Lama menekankan tentang kesatuan Allah. Pada mulanya Allah (Elohim, jamak)
menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1) Dan Berfirmanlah TUHAN Allah (Elohim)
"Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita” (Kejadian 3:22).
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (Jehovah, tunggal) itu Allah (Elohim, jamak) kita,
TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4). Dari ayat-ayat di atas kita bisa melihat penggunaan kata
Elohim yang menunjuk kepada pluralitas keAllahan sementara Jehovah berbicara mengenai
salah satu dari pluralitas itu.

Pluralitas yang menjadi misteri yang besar dalam Perjanjian Lama telah diungkapkan dengan
pasti dalam Perjanjian Baru. Paulus mengatakan bahwa Yesus telah meninggalkan keilahian-
Nya dan datang ke bumi dalam wujud seorang hamba. “Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib” (Filipi 2:5-8). Yohanes juga menekankan bahwa Firman itu telah ada sejak permulaan.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan
tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:1-
3). Roma 16:16 - Allah yang maha kekal; Wahyu 1:17 menunjukkan bahwa Yesus adalah
yang Awal dan yang Akhir; Ibrani 9:14 menunjukkan pribadi Rohkudus yang berbeda dari
Yesus dan Bapa dimana Roh dalam ayat ini dikatakan kekal. Dalam 1 Petrus 1:2, Bapa
dikenal sebagai Allah yang maha mengetahui kemudian dalam Ibrani 1:8 Kristus
digambarkan sebagai Pribadi yang dikatakan duduk di sebelah kanan Bapa yang di surga dan
yang terakhir Rohkudus yang telah dibohongi oleh Ananias dan Safira digambarkan sebagai
suatu Pribadi yang berbeda dari Bapa dan Yesus (Kisah Rasul 5:3-4). Dalam ayat-ayat yang
lain dalam Alkitab kita bisa melihat betapa ketiga-Nya adalah Pribadi yang berbeda saat
mereka disebutkan sebagai pencipta dunia. 2 Korintus 8:6, dikatakan Bapa sebagai pencipta
kemudian dalam Yohanes 1:1-3 - dalam Yesus semuanya diciptakan dan dalam Ayub 33:4
dikatakan Roh yang menciptakan manusia dan memberi dia kehidupan

Dalam peristiwa yang lain ketiga-Nya juga disinggung secara bersamaan tetapi dalam tiga
Pribadi yang berbeda. Ketika Yesus dibaptiskan ketiga Pribadi dalam keAllahan muncul
dalam waktu yang bersamaan. Yesus dibaptis dan Rohkudus yang datang dalam burung
Merpati dan Bapa yang di surga yang berkata, “Inilah Anakku yang Kukasihi.”

II. Manusia

Manusia pertama yaitu Adam dan Hawa adalah hasil dari kreativitas langsung dari Allah.
Manusia merupakan sebuah maha karya Allah yang diciptakan menurut rupa dan teladan
Allah itu sendiri dan memiliki keunggulan dari semua makhluk lain Bagaimana Alkitab
berbicara tentang manusia?

A. Manusia itu diciptakan dari debu

“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan
nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”
(Kejadian 2:7). Pengkhotbah berkata dalam pasal 12:7, “Dan debu kembali menjadi tanah
seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”

B. Manusia itu terdiri dari tubuh, roh dan jiwa

1 Tesalonika 5:23; Ibrani 4:12 - Sebagaimana Allah adalah Tritunggal dalam keberadaan-Nya
demikian pula dengan manusia yang diciptakan serupa dengan Allah adalah makhluk
tritunggal yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Dalam Perjanjian Lama manusia dikenal
sebagai memiliki ruach (roh), nephesh (jiwa) dan basar (tubuh). Dalam Perjanjian Baru,
manusia itu dikenal dengan pneuma (roh), psueche (jiwa), soma (tubuh).

1. Ruach, pneuma (roh)

Roh adalah bagian manusia yang diberi Allah untuk menyokong kehidupan dan memberikan
manusia itu intelektual, energi dan watak. Dia juga merupakan bagian yang sadar akan Allah
dari manusia yang sanggup mengetahui siapa Allah. Pada waktu Allah menciptakan manusia,
Ia menciptakan roh dalam diri manusia. Roh datang dari Allah, berada dalam diri individu
dan akan kembali pada Allah pada saat kematian. Roh itu adalah bagian dari manusia yang
kekal yang dapat menyembah Allah yang juga Roh adanya (Yohanes 4:24). Saat manusia itu
jatuh dalam dosa, rohnya kehilangan kontak hubungan dengan Tuhan. Dan hal itu hanya bisa
diperbaharui dengan adanya pemulihan jiwa melalui pertobatan. Kata ruach ini kira-kira 376
kali ditemukan dalam Perjanjian Lama dan pneuma kira-kira 381 dalam Perjanjian Baru dan
pada umumnya diartikan nafas, kadang juga angin. Kata ini bisa ditemukan dalam ayat-ayat
yang lain seperti Pengkhotbah 8:8, roh itu ditujukan pada kehidupan. Ulangan 34:9; Yesaya
31:3 menunjukkan bahwa roh itu adalah indestructible (tidak bisa dibinasakan); Lukas 1:17,
ditujukan kepada posisi; Roma 1:9, roh itu adalah determinasi; 2 Korintus 7:1, menunjukkan
manusia itu sebagai makhluk; Yakobus 2:26, roh itu adalah kehidupan.

2. Basar, sarx (tubuh).

Tubuh adalah keadaan material dari manusia yang dibentuk dari debu tanah dan ditakdirkan
untuk kembali ke dalamnya. Sebagai ciptaan, ia adalah komponen material dari manusia yang
terdiri dari darah dan daging, ia fana dan binasa.

Kata “basar” ditemukan kira-kira 264 kali dalam Perjanjian Lama dan 147 kali dalam
Perjanjian Baru. Tubuh manusia itu adalah sebuah debu tanah (Mazmur 103:14). Adam yang
pertama yang mempunyai tubuh yang alamiah dan bersifat ketanahan yang dipersiapkan dan
disediakan untuk kembali menjadi tanah. Tubuh manusia adalah sebuah rumah yang
dibangun untuk ditempati oleh Roh Allah (1 Korintus 3:16). Roh Allah diam dalam tubuh
yang suci. Tubuh itu juga merupakan sebuah kemah, dan bila tubuh itu mati maka kemah itu
diambil dan akan binasa (2 Petrus 1:13). Tubuh itu juga disebut sebagai Bait Allah. Kita
mempersembahkannya sebagai sesuatu yang kudus karena telah ditebus dengan tunai (1
Korintus 6:19). Tubuh itu juga merupakan sesuatu yang hina karena dosa telah membuatnya
demikian (Filipi 3:21). Beberapa ayat yang lain dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
yang membicarakan tentang tubuh - Kejadian 2:21, tubuh itu adalah material; Imamat 17:11,
bagian dari tubuh itu bisa disunat; Pengkhotbah 12:12, tubuh itu bisa merasa lelah; Ayub
14:22, tubuh itu bisa menderita karena penyakit; Matius 16:17, merupakan bagian dari
keberadaan manusia; Efesus 5:30, Yesus memilikinya; Kolose 2:5, ditujukan kepada badan
kita.

3. Nephesh, psuche (jiwa)

Kata nephesh ditemukan kira-kira 428 kali dalam Perjanjian Lama dan psuche ditemukan
kira-kira 102 kali dalam Perjanjian Baru dan diartikan sebagai kehidupan. Manusia bukan
hanya memiliki tetapi manusia adalah suatu jiwa yang hidup. Jiwa adalah manifestasi dari
kehidupan manusia secara material, mental dan emosional baik dalam tubuh maupun di luar
tubuh. Juga adalah bagian dari kesadaran manusia sanggup mengenali diri sendiri. Manusia
menerima jiwa dan rohnya saat Allah menghembuskannya ke dalam tubuh manusia yang
dibentuk dari tanah. Nafas hidup itu meliputi roh hidup dan jiwa hidup. Kadang-kadang kata
jiwa juga ditujukan kepada orang. Jiwa manusia itu mempunyai akal budi, hasrat dan emosi.
Manusia itu berpikir, berimajinasi dan memiliki pengertian dan ingatan. Jiwa manusia itu
juga memiliki kemampuan untuk memilih dan membuat keputusan dan dia juga mencakup
perasaan baik dan buruk, sakit, gembira dan sukacita.

Beberapa ayat yang lain yang berbicara tentang jiwa dalam Alkitab - Kejadian 9:4, ditujukan
kepada kehidupan; Yosua 2:13, ditujukan kepada kesadaran; 1 Raja 9:14, bisa dihilangkan
oleh orang lain; Yunus 2:7, kadang bisa hilang kekuatan; Ayub 12:15, bisa berdukacita;
Matius 11:29, ditujukan kepada perasaan; Kisah 2:41, ditujukan kepada orang; Kisah Rasul
2:27, akan ditemukan suatu saat di Hades.

C. Manusia itu akan mati dan dihakimi.

“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi” (Ibrani 9:27). Manusia itu adalah makhluk yang fana. Manusia diberikan
kebebasan unutk memilih dalam dunia ini. Mereka juga akan dituntut pertanggung-
jawabannya pada saat meninggalkan dunia ini.

III. Keselamatan

Manusia butuh keselamatan. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah (Yesaya 59:1-2) dan
karena itu pun upah dosa yaitu kematian akan memangsa manusia (Roma 3:23). Allah dengan
hikmat-Nya yang maha agung memberikan manusia itu penebusan. Manusia tidak bisa
menyelamatkan diri sendiri, oleh sebab itu Allah harus membuat suatu jalan untuk
menyelamatkan manusia itu (Roma 6:23). Dan Allah pun telah sempurna melakukannya
dengan mengorbankan Putra tunggal-Nya, Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Dalam hal ini
Allah telah menyediakan keselamatan itu. “Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita
menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan
oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai,
sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan
oleh berbagai-bagai pernyataan kekuasaan dan karunia Rohkudus, yang dibagi-bagikan-Nya
menurut kehendak-Nya” (Ibrani 2:3-4).

A. Apakah keselamatan itu?

Sebagai kata benda soteria (salvation) mengindikasikan sebuah kelepasan. Bila dihubungkan
dengan spiritual, maka hal itu berarti kelepasan oleh Allah bagi mereka yang menerima
kondisi-Nya melalui pertobatan dan iman akan Yesus Kristus. Dalam konteks Ibrani
disebutkan bahwa keselamatan yang besar itu datang dari Yesus Kristus. Hal itu tidak lagi
berbicara tentang keselamatan seperti bangsa Israel keluar dari perhambaan di Mesir atau pun
dari Babilonia tetapi keselamatan ini adalah sesuatu yang sangat benar karena: (1) Hal itu
telah direncanakan dan dipersiapkan oleh Allah dalam kekekalan; (2) Hal itu membutuhkan
pengorbanan darah yang khusus; (3) Akan membebaskan dari dosa dan perhambaan; (4) Di
dalamnya kita akan menjadi anak Allah dan pewaris tahta bersama Kristus.
B. Siapakah yang membutuhkan keselamatan itu?

Dosa telah memisahkan manusia dari Tuhan dan mereka berada dalam bahaya (Yesaya 59:1-
2). Manusia semua hidup dalam kesalahan dan dosa (Roma 3:23). Akibat dari dosa itu adalah
sangat mengerikan karena hanya kematian yang diberikan (Roma 6:23). Tuhan maha
pemurah dan memberikan jalan. Bukti dari keprihatinan dan belas kasihan Allah itu adalah
dengan diberikannya Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Jadi semua manusia butuh keselamatan.

C. Siapa sajakah yang berperan dalam keselamatan itu?

Pertama adalah Allah. Manusia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Allah melihat pada
kenyataan ini dan merencanakan untuk memberikan korban yang berasal dari mereka. Yesus
Kristus sebagai oknum kedua dalam ke-Allahan dipersembahkan sebagai korban. Dengan
darah-Nya yang kudus dan dengan kematian-Nya di kayu salib, maka penghapusan dosa itu
pun terjadi. Setelah Yesus Kristus melakukan semua bagian-Nya, Rohkudus membimbing
manusia itu kepada kebenaran. Dia mengungkapkan semua yang telah terjadi dan
membimbing orang-orang pilihan untuk mencatat segala sesuatu yang telah terjadi dan segala
sesuatu yang harus terjadi agar keselamatan itu menjadi kenyataan bagi manusia. Maka para
penulis firman pun mengungkapkan semuanya dalam Alkitab. Manusia yang membaca akan
mempelajarinya serta mengartikannya dengan sebenarnya agar pemberitaan itu berkuasa
menyelamatkan jiwanya.

Yang kedua adalah manusia. Kalau Allah adalah sumber asli dari keselamatan itu, maka
manusia adalah objek asli dari keselamatan itu. Manusia tidak bisa ditolong oleh apa pun jua
agar terlepas dari dosa selain dengan mengikuti perintah Allah. Keselamatan adalah sesuatu
yang absolut dan jalan yang dilalui pun hanya satu. Manusia harus menaati Tuhan dengan
segala sesuatu yang tertulis dalam firman-Nya.

D. Bagaimana keselamatan itu didapatkan?

Perkataan Yesus dalam Matius 28:18-20 disebut Perintah Agung (Great Comission), karena
hal itu diberikan untuk semua orang dan akan menjangkau semua orang. Perintah itu bukan
lagi menyelamatkan orang dari kekecewaan, kesukaran, kelaparan, perbudakan, tetapi
menyelamatkan manusia dari genggaman dosa yang akan melemparkannya ke dalam
penghukuman yang kekal. Perintah Agung ini pertama kali dipraktekkan pada hari raya
Pentakosta setelah kebangkitan Yesus Kristus. Sebagai hasil dari pemberitaan mereka, ribuan
jiwa telah diselamatkan. Dari pengamatan akan peristiwa dalam Kisah Rasul kita bisa
menarik sebuah kesimpulan bahwa keselamatan itu terwujud setelah seseorang itu melalui
beberapa tahap penting. Pada hari Minggu yaitu 50 hari setelah Yesus merayakan Paskah
yang terakhir sekali dalam kehidupan-Nya para rasul berkumpul di Yerusalem seperti yang
sudah dijanjikan sebelumnya oleh Yesus. Pada hari istimewa itu para rasul mendapatkan
kuasa dari Rohkudus dan dengan beraninya mereka berkhotbah di antara begitu banyak
pengunjung yang datang ke kota Yerusalem. Khotbah mereka sangat menyentuh hati para
pendengarnya dan membuat mereka sadar bahwa mereka telah menyalibkan Yesus Kristus
dan menyadari betapa Yesus adalah Anak Allah Sang Juruselamat sehingga mereka bertanya
apa yang wajib mereka lakukan untuk mendapatkan pengampunan dosa. Petrus berkata,
bertobat dan memberi diri dibaptis. Jadi bisa disimpulkan bahwa tahap-tahap tersebut adalah
pendengaran akan firman Tuhan, percaya akan hal itu, pertobatan dari dosa-dosa, pengakuan
dan baptisan dalam nama Yesus. Setelah melalui proses ini, maka seseorang itu ditambahkan
ke dalam jemaat Tuhan yang adalah kelompok orang yang selamat.
Doktrin & Pelajaran Alkitab
Doktrin Tentang Keselamatan – Soteriologi
Keselamatan – Soteriologi

I. Perlengkapan Keselamatan.
1. Kasih Karunia.

Dalam bahasa Grika, kasih karunia adalah “Charis” yang berarti pemberian yang
dilakukan dengan bebas tanpa adanya tuntutan atau harapan pengembalian. Dalam
bahasa Latin adalah “gratia” (kata benda), “gratis” (kata sifat). Kasih karunia adalah anugerah
yang tak selayaknya diterima, yang tak semestinya dan yang tak sepantasnya dianugerahkan
kepada orang berdosa. Anugerah itu tidak seharusnya diterima karena manusia seharusnya
mendapat murka Allah (Roma 9:22), tidak sepantasnya diterima karena manusia tak dapat
menerimanya dengan bekerja (Efesus 2:1-9; Titus 3:4-7), dan tidak pada tempatnya diterima
karena pada manusia tak ada sesuatu yang pantas untuk menerimanya (Roma 2:23-25).

Menurut W.E. Vine bahwa di pihak pemberi, dalam kasih karunia adalah kecenderungan
yang bersahabat yang memunculkan tindakan yang baik hati, yang berkemurahan, penuh
kasih setia, yang berkemauan baik secara umum. Dalam hal ini ada penekanan pada
kebebasan dan universal serta sifatnya yang spontan, seperti misalnya dalam kemurahan
penebusan oleh Allah serta kesukaan atau kesenangan yang direncanakan bagi penerima.
Oleh sebab itu kasih karunia bertentangan dengan hutang (Roma 4:4,16), dengan pekerjaan
(Roma 11:6), dengan Taurat (Yohanes 1:7). Di pihak penerima ada perasaan dikasihi,
perasaan berterima kasih (1 Timotius 1:12).

Bila diaplikasikan pada keselamatan, kasih karunia berarti bahwa apa yang dituntut Allah
yang kudus dan benar pada kita, telah disediakan olehnya sendiri. Keselamatan orang berdosa
adalah pada standar absolut dari kebenaran Allah dan kasih karunia Allah telah mengadakan
kebenaran yang dikehendaki dan dituntut olehNya. “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.” (2 Korintus 5:19).

Kasih karunia berasal dari hati Allah Bapa (Roma 1:5,7), mengalir pada kita melalui Tuhan
Yesus Kristus (Yohanes 1:17). Orang percaya dibenarkan oleh kasih karunia (Roma 3:24),
diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman dan bukan oleh pekerjaan (Efesus 1:6,7; 2:5,8).
Roh Kudus adalah Roh kasih karunia (Ibrani 10:29) dan orang percaya tidak boleh
menggagalkan kasih karunia Allah dalam hidupnya (Galatia 2:21; Ibrani 12:25).

Jadi manusia telah jatuh dalam dosa, tak dapat menyelamatkan diri sendiri. Manusia tak dapat
membayar supaya ia selamat. Tetapi Allah telah menyediakan jalan keselamatan yaitu
melalui Yesus Kristus, yang telah lahir, mati, dibangkitkan dan telah naik kembali ke Sorga.
Pengadaan keselamatan bagi setiap orang yang menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat,
tanpa membayar harga keselamatan, itulah kasih karunia Allah. “Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman dan bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” (Efesus
2:8).
Penjelasan atas pemahaman yang keliru tentang kasih karunia: Ada kalangan yang
mengatakan bahwa kasih karunia Allah itu tak dapat dihalang-halangi atau “irresistible
grace.” Pandangan ini berkaitan dengan keyakinan pemilihan tak bersyarat. Karena seseorang
telah dipilih Allah untuk selamat, bagi dia kasih karunia akan datang, tanpa
memperhitungkan responsnya kepada panggilan Allah, Sehingga kasih karunia yang
menyelamatkan itu tidak dapat digagalkan oleh siapapun. Pandangan bahwa kasih karunia
Allah tak mungkin dihalang-halangi adalah pandangan yang keliru dan perlu dijelaskan
kekeliruannya dan kemudian diluruskan.

Kasih karunia Allah adalah Yesus mati untuk menebus manusia. Kristus mati untuk semua
manusia (2 Korintus 5:15). Kasih karunia Allah menyelamatkan semua manusia (Titus 2:11).
Namun walaupun kasih karunia adalah untuk semua manusia, tetapi tidak semua
manusia selamat, karena keselamatan itu bersyarat. Mereka yang menerima Yesus
itulah yang selamat (Yohanes 1:12). Yang menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, yaitu
yang menyambut kasih karunia Allah kepadanya. “Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak
akan dihukum, barangsiapa tidak percaya, ia telah berada dibawah hukuman, sebab ia tidak
percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 3:18). Orang yang tidak percaya, itulah
orang yang menolak menerima kasih karunia Allah. Dan orang yang menolak kasih karunia
Allah bukan karena ia tidak berhak atas kasih karunia Allah, tetapi karena ia menyia-nyiakan
kesempatan untuk selamat. Orang yang tidak percaya itu menghalang-halangi kasih karunia
Allah yang datang kepadanya. Dengan demikian terbukti bahwa kasih karunia Allah
bukannya tak dapat dihalang-halangi.

Di tempat lain kasih karunia digambarkan sebagai sesuatu yang harus dimasuki. Supaya
selamat, maka manusia harus masuk dengan iman kedalam kasih karunia. “Oleh Dia kita juga
beroleh jalan masuk kepada kasih karunia ini.” (Roma 5:2a). Kasih karunia harus dihampiri
dengan keberanian iman. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri
tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk
mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16).

Jadi ajaran bahwa kasih karunia tidak dapat dihalang-halangi adalah keliru. Manusia
yang tidak percaya, tidak mau bertobat, menghalang-halangi kasih karunia Allah. Manusia
yang tidak percaya menghalang-halangi dirinya untuk masuk dengan iman ke dalam kasih
karunia Allah. Ajaran sehat yaitu bahwa manusia selamat karena kasih karunia Allah
saja, yaitu keselamatan sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus dan tersedia dengan
cuma-cuma tanpa membayar. Tetapi untuk berada di dalam keselamatan yang tersedia
itu harus masuk dengan iman, “supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih
karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.”
(Titus 3:7). Setelah berada di dalam keselamatan di dalam kasih karunia,
“bertumbuhlah dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 3:18).

2. Penebusan.

Dalam bahasa Ibrani.

1). Gaal, yang berarti menebus saudara, membebaskan, membeli.


2). Padah, yang berarti membebaskan, memelihara.
3). Paraq, yang berarti mematahkan, melepaskan.
4). Kopher, yang berarti harga penebusan, pemuasan, penebusan
Dalam bahasa Grika.

1). Lutroo, yang berarti menebus, membayar tebusan.


2). Exagorazo, yang berarti membeli, menebus.
3). Agorazo, yang berarti pergi membeli, menebus.
4). Lutron, yang berarti harga penebusan, penebusan.
5). Antilutron, yang berarti harga tebusan.

Definisi. Penebusan (Inggris : redemption)

artinya membeli kembali, membayar harganya di pasar. Tindakan membawa kembali dari
perbudakan, ketertawanan atau kematian dengan harga yang ditentukan. Tebusan (Inggris :
ransom) adalah harga yang dibayar dalam transaksi penebusan, harga yang dibayar untuk
melepaskan hamba atau orang yang terjual.

Ilustrasi pada orang Israel.

1). Israel sebagai satu bangsa ditebus dengan darah domba Paskah. Darah itulah yang
mengadakan penebusan (Keluaran 8:22, 23; 12:1-28).

2). Orang Israel sewaktu-waktu ditebus dengan perak dan emas yang disebut sebagai uang
tebusan (Keluaran 30:11-16; Bilangan 3:44-51).

3). Orang Israel mengalami “penebusan saudara, yang meliputi istri, hamba atau warisan
yang terjual (Imamat 25; Rut 4; Yeremia 32:6-15).

Penebusan saudara harus memenuhi tiga kualifikasi, yaitu:

a ). Ia mestinya seorang keluarga dekat.


b ). Ia mestinya mau menebus warisan yang hilang atau terjual.
c ). Ia mestinya mampu membayar harga penuh penebusan.

Ini semua membayangkan Tuhan Yesus Kristus, Penebus saudara kita :

a ). Kristus menjadi saudara Penebus kita karena Ia lahir dari perawan (Ibrani 10:5-8).

b ). Kristus mau menebus manusia dari warisan yang tergadai karena dosa (Ibrani 10:5-8).

c ). Kristus sanggup membayar harga tebusan sepenuhnya (Wahyu 5:9; 14:3,4; Galatia 3:13;
Titus 2:14; 1 Petrus 1:18-20; Matius 20:28; Efesus 1:7; Kolose 1:14; Roma 3:24, 25).

4). Orang Israel diberikan wahyu nama penebus yaitu Yehovah (Keluaran 3:14, 15; 6:1-6).
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ini digenapi dalam Tuhan Yesus Kristus, Ialah Yehovah
Penebus kita.

Kristus menebus kita orang berdosa dari pada hamba dari iblis.

1). Ialah Saudara Penebus kita (Wahyu 5:9,10; Roma 3:24).

2). Ia menebus kita dari segala kejahatan (Titus 2:13, 14; Mazmur 130:8).
3). Ia menebus kita dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13; 4:5).

4). Ia menebus kita dari kerajaan gelap (Kolose 1:13, 14).

5). Ia menebus kita dari yang jahat, dari belenggu (Keluaran 6:6; Ulangan 15:15; Kejadian
48:16; 1 Raja-raja 1:29; 2 Samuel 4:9).

6). Ia menebus kita dari maut dan neraka. Penebusan terakhir nanti untuk tubuh kita (Roma
8;22, 23; Filipi 3:20, 21; 1 Korintus 15:52; Efesus 1:14; 4:30, Ayub 19:25-27; Hosea 13:14;
Mazmur 49:15).

7). Ia akan membalas kepada musuh kita dan musuhNya sebagai pembalas darah. Setan akan
berada dibawah penghukuman akhir dan Ia sebagai Saudara Penebus akan membalaskan
darah orang-orang kudusNya (Mazmur 106:10; 107:2; Yeremia 15:21; Mazmur 136:24;
Wahyu 6:9-11; 16:4-7).

Jadi dalam penebusan kita melihat bahwa Kristus telah menyerahkan hidupNya dalam korban
penebusan dibawah penghakiman Allah atas dosa dan dengan demikian mengadakan
penebusan, dan siapa yang menerima Dia berdasarkan hal ini menerima kelepasan dari
hukuman karena dosa. Karya penebusan oleh Kristus selain meliputi masa lampau, juga
untuk masa kini dan waktu yang akan datang.

3. Pendamaian

Arti Kata

1). Dalam bahasa Ibrani, Kaphar, artinya menutupi, mendamaikan, membersihkan,


memperbaiki, berkemurahan, mengampuni. Inggris = atonement.

2). Dalam bahasa Grika, Katallage, artinya mengganti, merestorasi (kepada kehendak Allah,
mendamaikan, merekonsiliasi. (Atonement).

3). Dalam bahasa Grika, Hilasmos artinya pendamaian, perdamaian, permufakatan


(propitiation).

4) Dalam bahasa Grika, Hilasterion, artinya penghapusan, korban pendamaian (Inggris =


propitiation), tutup pendamaian tabut (Mercyseat).

Definisi dan Penjelasan

Pendamaian berarti menutupi, menebus, memuaskan, membersihkan, mengampuni,


berkemurahan, menentramkan, merekonsiliasi.
Kebenaran Allah berhadapan dengan keberdosaan manusia, menyebabkan murka Ilahi.
Murka ini perlu diredakan. Kematian Kristus adalah pemuasan murka itu. Dalam kematian
Kristus itulah hukuman atas pelanggaran hukum dilaksanakan, sebab upah dosa adalah maut.
Dengan kematian Kristus hukum telah dipuaskan dan kebenaran ditegakkan. Itulah
pendamaian.

Ilustrasi di Perjanjian Lama


1). Pendamaian Harian

Korban harian yang teratur di Tabernakel yang dipersembahkan sebagai korban pendamaian
adalah korban yang menghasilkan penghapusan dosa. Berdasarkan korban-korban inilah
Allah menerima orang Israel, baik pribadi maupun sebagai bangsa dan Allah
memperkenankan mereka.

Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :

1. Harun dan anak-anaknya dikuduskan untuk keimaman dengan jalan korban pendamaian
(Keluaran 29:33-45; Imamat 8:34).
2. Mezbah tembaga dipersembahkan korban-korban pendamaian (Keluaran 29:36-37).
3. Musa mengadakan pendamaian untuk dosa Israel karena penyembahan berhala dalam
pembuatan anak lembu emas (Keluaran 32:30).
4. Orang Israel didamaikan di dalam korban-korban yang ditentukan (Imamat 1:4;
4:20,26,31,35; 5:6,16,18; 6:7; 7:7; 12:7,8).
5. Harun mengadakan pendamaian untuk dirinya dan bangsa Israel (Imamat 9:7).
6. Orang kusta yang didamaikan sebelum dibawa ke kemah orang Israel (Imamat 14:18-
31,53).

2). Hari Pendamaian

Di samping korban pendamaian harian secara teratur dan penumpahan darah, ada juga
pendamaian tahunan. Hari ini adalah Hari Pendamaian. Ini adalah hari yang paling hikmat
dalam sejarah nasional, dan yang terjadi pada hari ini memberikan kepada kita ilustrasi yang
paling kaya mengenai arti yang sebenarnya dari pendamaian. Seluk-beluknya diliput secara
penuh di Imamat 16; 23:26-32; Keluaran 30:1-10 dan Bilangan 29:7,14). Pada hari itu saja,
Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dirinya sendiri, seluruh bangsa dan tempat
kudus. Hari ini juga yang ditunjuk sebagai “pemulihan tempat kudus” (Daniel 8:14, 14). Pada
hari ini saja, Imam Besar ke dalam tirai, ke dalam Bilik Maha Kudus, dengan memercikkan
darah pendamaian yang telah ditumpahkan di mezbah tembaga di atas tutup pendamaian,
penutup Tabut Perjanjian.
Sesungguhnya inilah yang merupakan pendamaian. Darah ditutup pendamaian itulah yang
merupakan pemuasan, pembersihan, pengampunan, penghapusan, pendamaian, rekonsiliasi.
Inilah yang mengungkapkan Allah yang berkemurahan dan yang mengampuni.

Ilustrasi di Perjanjian Baru

Perjanjian Baru secara jelas mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama membayangkan karya
pendamaian Kristus. Penulis Ibrani terutama menangani korban-korban pendamaian dan
menekankan upacara Hari Pendamaian. Yesus Kristus adalah imam dan korban yang
menggenapi di dalam diriNya upacara Hari Pendamaian.

Ia mempersembahkan korban di salib Kalvari, mezbah korban Perjanjian Baru. TubuhNya


dihancurkan dan darahNya ditumpahkan disana. Waktu kenaikanNya, Ia masuk ke dalam
tirai Sorgawi dan tempat kudus yang sebenarnya. Disanalah Ia mempersembahkan diriNya
dan darahNya di tahta Allah, tabut perjanjian dari Perjanjian Baru. Ia sendiri juga sebagai
tutup pendamaian (Ibrani 6:19-20; Matius 27:51; Ibrani 9:1-28; 10:5-22; 13:11-15,20; Wahyu
1:18; 1:5).
Akibat dari karya Pendamaian Kristus :

1. Dosa orang percaya disucikan, bukan hanya ditutupi (1 Yohanes 1:5-7)


2. Orang percaya diterima Allah dalam kebenaran Kristus (2 Korintus 5:19-21)
3. Murka Allah dipuaskan, Ia ditentramkan, hukumNya dipertahankan (Roma 1:18; 2:5; 5:9)
4. Allah berkemurahan, berdamai dengan manusia berdosa (Lukas 18:13; Ibrani 9:5; 1
Yohanes 2:2; 4:10; Roma 3:25)
5. Rekonsiliasi telah terjadi, Allah dan manusia dapat berhadapan (Ibrani 2:17)
6. Orang percaya mempunyai tutup pendamaian yang terpercik darah di tahta Allah, dengan
itu ia dapat mendekati Allah (Roma 3:25; Ibrani 4:16)
7. Kristus adalah Imam Besar Agung kita dan hidup dalam kuasa dari kehidupan yang tak
berakhir (Ibrani 7:16)
8. Darah Yesus selalu tersedia untuk menyucikan sampai orang percaya dibawa kepada
keadaan sempurna tanpa dosa (1 Yohanes 1:5-7; Wahyu 12:11; Ibrani 7:11)

4. Pemilihan oleh Allah

Dengan pemilihan kita maksudkan tindakan yang berkedaulatan dari kasih karunia Allah,
yang dengannya Ia memilih di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan mereka yang Ia
tahu sebelumnya akan menerima Dia.

Kata Ibrani, Bawkheer berarti menyeleksi, memilih, orang pilihan (2 Samuel 21:6; Mazmur
89:3; 105:6; Yesaya 42:1, 43:20).

Kata Grika untuk memilih ialah Eklectos berarti terpilih, dipilih oleh Allah (1 Petrus 2:4,9;
Wahyu 17:14; Roma 8:33; Kolose 3:12; Titus 1:1). Kata benda, pemilihan adalah Ekloge,
yang berarti seleksi, pemilihan, tindakan pemilihan, orang yang terpilih (Roma 9:11;
11:5,7,28; 2 Petrus 1:10; Kisah 9:15).

Siapakah orang pilihan ?

1). Kristus adalah pilihan Allah (Lukas 23:35; 1 Petrus 2:4,6; Yesaya 42:1).

2). Malaikat-malaikat adalah pilihan Allah, yaitu malaikat-malaikat yang tidak jatuh bersama
setan (1 Timotius 5:21).

3). Israel di Perjanjian Lama adalah bangsa pilihan (Roma 9:4; Yesaya 45:4; Roma 11:28;
Ulangan 7:6).

4). Musa dan Harun adalah pilihan Allah (Mazmur 106:23).

5). Imam-imam juga dipilih sebagai pilihan Allah (Ulangan 21:5), namun banyak yang mati
dalam dosa mereka.

6). Raja-raja juga dipilih, seperti Daud dan Saul, namun Saul mati di dalam dosanya
(Mazmur 13:3; 1 Samuel 16:12; 20:30; 1 Tawarikh 28:5).

7). Nabi-nabi dipilih, namun ada nabi-nabi palsu juga (Yeremia 1:5; Wahyu 2:14).
8). Rasul-rasul dipilih Tuhan (Lukas 6:13; Kisah 9:15; 13:17; Kisah 1:2,24; 24:4; Yohanes
6:71). Tetapi ada juga rasul yang jatuh, seperti Yudas.

9). Gereja sekarang adalah pilihan Allah (Matius 20:16; 22:14; 24:22,31; Markus
13:20,22,27; Lukas 18:7; Yohanes 15:16,19; Roma 8:33; 11:5,7; 1 Korintus 1:27,28;
13:20,22,27; Lukas 18:7; Yohanes 15:16,19; Roma 8:33; 11:5,7; 1 Korintus 1:27,28; Efesus
1:4; Kolose 3:12; 1 Tesalonika 1:4; 2 Timotius 2:10; Titus 1:1; 1 Petrus 1:2; 2:9; 2 Petrus
1:10; Wahyu 17:14).

Aspek-aspek pemilihan.

Menurut Firman Allah ada 2 aspek utama pemilihan yaitu :

1). Pemilihan waktu tertentu. Ini adalah pemilihan untuk maksud sementara, bersifat positif
atau negatif. Ini menunjukkan pemilihan Allah atas individu atau bangsa untuk menggenapi
maksudNya. Contoh : Firaun, Musa, Koresy, Paulus, Israel, Asiria, Babilon.

2). Pemilihan kekekalan. Yang dimaksud adalah pemilihan yaitu meliputi tujuan yang kekal,
berdasarkan kasih karunia. Bila berbicara mengenai pemilihan dalam hubungan dengan
rencana keselamatan, pemilihan adalah tindakan yang berkedaulatan dari kasih karunia Allah
yang dengannya Ia memilih di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua yang Ia
tahu sebelumnya akan menerima Dia.

Pemilihan dan Pengetahuan sebelumnya .

Pemilihan secara pokok didasarkan pada pengetahuan sebelumnya oleh Allah. Allah memilih
mereka yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Kristus. Kata Grika untuk “mengetahui
sebelumnya” adalah “proginosko” dan berarti mengetahui sebelumnya. Kata Grika untuk
“pengetahuan sebelumnya” adalah “prognosis” dan berarti pengetahuan sebelumnya. Kedua
kata ini digunakan dalam kaitan dengan pengetahuan Ilahi, yang menunjukkan kemampuan
Allah untuk mengetahui secara sempurna waktu yang akan datang. Firman Allah menyatakan
bahwa pekerjaan Allah diketahui olehNya sejak permulaan (Kisah 15:18).

1). Kristus diketahui sebelumnya dan ditentukan sebelumnya untuk mati (Kisah 2:33; 1
Petrus 1:20).

2). Israel diketahui sebelumnya sebagai umat Allah di dunia (Roma 11:12).

3). Gereja juga diketahui sebelumnya (Roma 8:29,30; 1 Petrus 1:1,2).

Allah mengetahui sebelumnya siapa yang akan menjawab tawaranNya akan keselamatan di
dalam Kristus, dan siapa yang menjawab pada tuduhan oleh Roh Kudus. Kata lain yang
berhubungan adalah “melihat sebelumnya”, “memilih sebelumnya” (Inggris: fore or dain)
seperti yang digunakan di 1 Petrus 1:20. Jadi karena Allah mengetahui sebelumnya segala
sesuatu, karena Ia melihat sebelumnya, oleh sebab itu Ia dapat mengetahui sebelumnya dan
menentukan sebelumnya, yang akan dibicarakan di bawah ini.

Menyatakan sebelumnya menunjuk pada nubuat, dan nubuat bukan penentuan sebelumnya
(predestinasi) tetapi pengetahuan sebelumnya. Karena Allah mengetahui sebelumnya dan
melihat sebelumnya, Ia juga mengatakan sebelumnya melalui nabi-nabi apa yang akan
terjadi. Jadi, pemilihan didasarkan pada pengetahuan sebelumnya.

Syarat untuk pemilihan

Ada kalangan tertentu yang menyatakan bahwa dalam pemilihan oleh Allah tak ada syarat
yang dipenuhi (Inggris : unconditional election). Pendapat ini sebenarnya keliru. Allah
memilih dari kekekalan siapa-siapa yang akan menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamatnya. Menerima Yesus sebagai Juruselamat, yaitu beriman dan bertobat, itulah
syarat yang akan terpenuhi, dan syarat yang terpenuhi itulah yang menyebabkan Allah
memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan. Orang-orang tertentu yang terpilih sejak di
kekekalan akan menjadi anak-anak Allah, karena mereka memenuhi syarat yaitu nanti akan
menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya.

Realisasi dari pengetahuan sebelumnya (foreknow; proginosko) oleh Allah kepada seseorang
terjadi setelah ia percaya dan bertobat, dan sesudah itulah ia benar-benar menjadi orang
pilihan. Apa yang di kekekalan masih merupakan pengetahuan sebelumnya atau pemilihan
sebelumnya oleh Allah, terealisasi kepada seseorang saat ia percaya dan bertobat dan
dimeteraikan Roh Kudus menjadi anak Allah. Baru saat itulah ia benar-benar menjadi orang
pilihan, yaitu saat ia memenuhi syarat yaitu percaya dan bertobat. Jadi ajaran bahwa
pemilihan itu tanpa syarat adalah keliru dan tidak Alkitabiah.

5. Penentuan sebelumnya oleh Allah

Kata bahasa Inggris “predestinate” artinya menentukan sebelumnya, bahasa Grika – Proorizo
yang artinya menandai sebelumnya suatu garis batas, menentukan sebelumnya, memutuskan
sebelumnya. Bila dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya, predestinasi digunakan
untuk penentuan sebelum sesuatu terjadi, dan bersama dengan itu ada pengertian, ada kuasa
untuk menjadikan penentuan sebelumnya itu terjadi. Jadi ini adalah tindakan kehendak yang
hanya dapat disifatkan kepada Allah sendiri. Kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan
sebelumnya adalah mengenai pengetahuan sebelumnya bahwa hal-hal tertentu akan terjadi,
sedang predestinasi adalah pengaturan dan penentuan sebelumnya bagaimana hal-hal tertentu
akan terjadi. Pengetahuan sebelumnya mendahului penentuan sebelumnya (predestinasi).
Pengetahuan sebelumnya bukan berasal dari pemilihan atau predestinasi. Pemilihan dan
predestinasi didasarkan pada pengetahuan sebelumnya dari Allah.

Walau pemilihan dan predestinasi berjalan bergandengan, tetapi pembedaan mengenai


keduanya perlu ditekankan. Pemilihan berarti Allah telah memilih untuk menyelamatkan
mereka yang Ia tahu, sebelumnya akan menerima AnakNya. Predestinasi berarti bahwa Allah
telah menetapkan sebelumnya bahwa mereka yang akan menerima Yesus akan menjadi anak-
anak Allah. Jadi, predestinasi dapat dilihat sebagai : menjadikan pemilihan Allah itu terjadi
sementara pemilihan menoleh ke pengetahuan sebelumnya, predestinasi melihat ke depan
kepada nasib, namun keduanya didasarkan pada pengetahuan sebelumnya oleh Allah dan
sama sekali tidak memperkosa pilihan manusia berdasarkan kehendak bebasnya. Penjelasan
atas ayat-ayat yang berbicara tentang “predestinasi” :

Roma 8:29,30
Allah mempredestinasikan (menentukan sebelumnya) bahwa orang-orang yang Ia tahu
sebelumnya (Inggris : foreknew) akan menerima Yesus dan percaya kepada-Nya (Yohanes
1:12) akan menjadi sama dengan gambaran AnakNya, dengan kata lain mereka ditentukan
menjadi anak-anak Allah. Tetapi penentuan ini bukan untuk sekali selamat tetap selamat,
seperti yang diajarkan kalangan tertentu. Penentuan atas predestinasi itu berupa penentuan
bahwa mereka yang akan menerima Yesus Kristus nanti, selamat.

Efesus 1:5
Dalam kasih Allah telah mempredestinasikan kita (orang-orang percaya) oleh Yesus Kristus
(through Jesus Christ – melalui Yesus Kristus – RSV) untuk menjadikan anak-anakNya, dan
ini sesuai dengan kerelaan kehendakNya. Jadi dalam perlengkapan keselamatan, Allah telah
menyediakan keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan orang-orang yang telah diketahui
sebelumnya (ayat 4) akan masuk Kerajaan Allah melalui Yesus Kristus, mereka itulah yang
telah dipredestinasikan menjadi anak-anak Allah. Disini terjawab bahwa predestinasi itu
terjamin adil dan benar, karena Allah melakukannya di dalam kasih, dan bahwa predestinasi
itu bersyarat, yaitu hanya bagi mereka yang melalui Yesus Kristus (dengan kata lain yang
percaya dan bertobat).

6. Panggilan

Arti kata dari bahasa Grika

1). Kaleo, artinya memanggil ke dalam kehadiran seseorang, mengundang, memanggil nama.

2). Kletos, artinya terpanggil, terundang.

3). Klesis, artinya memanggil pada, undangan.

4). Proskaleo, artinya memanggil kepada seseorang, mengundang.

Definisi

Panggilan adalah tindakan kasih karunia yang dengannya Ia mengundang manusia untuk
menerima dengan iman keselamatan yang disediakan di dalam Kristus.

Yang terlibat dalam panggilan.

Siapa yang dipanggil ? Ia memanggil “barangsiapa”, Ia memanggil semua manusia


kepadaNya (Matius 11:28; Yohanes 3:15,16; Roma 8:30; Wahyu 22:17; Yesaya 45:22;
Matius 28:19,20; Markus 16:15; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9; Matius 22:9). Allah mau
menyelamatkan semua manusia.

Mengapa Allah memanggil ?

Ia memanggil supaya manusia dapat datang kepada pengetahuan mengenai Dia dengan jalan
bertobat dan beriman di dalam AnakNya (Matius 3:2; 4:17; Markus 1:15; Kisah 2:38; 17:30;
2 Petrus 3:9; Yohanes 6:29; Kisah 16:31; 19:4; Roma 10:9,10; Yohanes 3:23).

Bagaimana Allah memanggil ?

Allah menggunakan berbagai alat untuk memanggil manusia kepadaNya.

1). Ia menggunakan Firman Injil (Roma 10:17; 2 Tesalonika 2:14).


2). Ia menggunakan pelayanan Roh Kudus untuk menuduh dan meyakinkan tentang
kebenaran, dosa dan penghukuman (Yohanes 16:7-11; Kejadian 6:3; Ibrani 3:7-9).

3). Ia menggunakan pelayanan Injil dan orang-orang kudusNya juga (2 Tawarikh 36:15;
Yeremia 25:4; Roma 10:14,15).

4). Ia menggunakan bagianNya dalam takdir Ilahi memanggil manusia kepadaNya (Roma
2:4; Yeremia 2:3; Yesaya 26:9; Mazmur 107:6).

Penjelasan

Sementara pemilihan oleh Allah terjadi di kekekalan, dengan berdasarkan pengetahuan


sebelumnya dari Allah, panggilanNya sekarang menggema sepanjang abad dari waktu ke
waktu dan akan terus menerus menggema sampai masa pertobatan manusia berakhir (Wahyu
2:21).

II. Penerapan – Tanggungjawab Manusia.


Apa yang telah disediakan Allah di dalam Kristus, harus diterima manusia dan diterapkan.
Kedaulatan Ilahi dan tanggungjawab manusia harus bertemu bersama-sama di dalam rencana
penebusan yang agung itu.

1. Pertobatan

Pentingnya pertobatan

1. Nabi-nabi Perjanjian Lama mengkhotbahkan pertobatan kepada bangsa Israel (Yehezkiel


14:6; 18:30-32; Yeremia 8:4-6; Matius 12:41).

2. Berita dan perkataan pertama dari Yohanes adalah panggilan kepada pertobatan,
baptisannya adalah baptisan kepada pertobatan (Matius 3:1-8; Kisah 19:4).

3. Kata pertama yang diajarkan Kristus adalah pertobatan (Matius 4:17; 9:13; 11:20-24;
12:41).

4. Rasul-rasul memanggil manusia kepada pertobatan (Markus 6:7-13).

5. Berita pertama dari Petrus pada hari Pantekosta adalah panggilan kepada pertobatan (Kisah
2:37, 38; Lukas 24:49; Kisah 3:19).

6. Paulus juga mengkhotbahkan pertobatan kepada orang Yahudi dan kafir (Kisah 26:20, 21).

7. Prinsip pertama dari doktrin-doktrin yang dicatat adalah pertobatan (Ibrani 6:1,2).

8. Sebelum Kristus naik, Ia mengatakan kepada murid-muridNya untuk mengkhotbahkan


pertobatan kepada semua bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas 24:49).

9. Pertobatan adalah perintah kepada semua manusia, tanpa itu manusia akan binasa (Kisah
17:30; 2 Petrus 3:9; Lukas 13:3).
Arti kata pertobatan

Pertobatan dalam bahasa Ibrani.

1. Shuwb, Artinya berbelok dan kembali.

2. Nacham, Artinya aslinya adalah bernafas dengan kuat, mengeluh. Dari situ berarti
menyesal dan bertobat.

Pertobatan dalam bahasa Grika

– Metanoeo. Artinya berfikir lain, mempertimbangkan lagi, menyesal, bertobat. (Matius 3:2;
4:17; 11:20, 21; 12:41; Lukas 15:7, 10; Kisah 2:38; 3:19; Wahyu 2:5, 16, 21, 22; 19:20).

– Metamelomai. Artinya memperhatikan sesudahnya, menyesal, bertobat (Matius 21:29, 32;


27:3; 2 Korintus 7:8; Ibrani 7:21).

– Metanoia. Atinya mengubah keputusan, pertobatan (Matius 3:8, 11; 9:13; Markus 1:4;
2:17; Kisah 5:31; 11:18; 19:4; 20:21; 26:20; Ibrani 12:17; 2 Petrus 3:9).

Pengertian dan definisi pertobatan.

Pertobatan mempunyai pengertian perubahan pikiran, mempertimbangkan kembali,


memperhatikan kemudian, menyesal dan mengganti suatu keputusan.

Arti dasarnya adalah perubahan pikiran, hati dan sikap dan diterapkan terutama terhadap dosa
serta hubungan seseorang dengan Allah. Pertobatan adalah pembalikan haluan yang
sempurna. Pertobatan adalah perubahan arah yaitu dari menjauhi Allah kepada mendekati
Allah.

Pertobatan adalah perubahan pikiran, kecenderungan yang tulus dan yang sepenuhnya dalam
hal dosa, yang meliputi rasa salah pribadi dan keadaan tak berdaya, pengertian akan
kemurahan Allah, keinginannya yang kuat untuk menyelamatkan diri atau diselamatkan dari
dosa dan dengan sukarela meninggalkannya.

Rasa susah dan sedih serta rasa bersalah yang mendalam karena dosa termasuk dalam ide
Alkitab tentang pertobatan, dan ini mengikuti sebagai perubahan pikiran orang berdosa atas
dosanya.

Pertobatan meliputi tiga elemen kejiwaan

Elemen Intelek

Sebelum kejatuhan, pikiran dan hati manusia adalah kepada Allah. Kejatuhan membawa
kepada pikiran pemberontakan kepada Allah, pikiran sesuai keinginannya. Pertobatan yang
dibawa oleh Roh Kudus adalah perubahan pikiran yaitu berbalik dan tertuju kepada Allah.
Pertobatan adalah pengenalan akan kebenaran Injil dan bukan hanya sekedar menyetujui
seperangkat fakta historis dan doktrin tentang Kristus (Roma 10:17; Ibrani 11:1).
Pertobatan adalah pengetahuan bahwa seseorang berada pada jalan yang salah, menjauh dari
Allah, dan dengan pengetahuan ini dibawa oleh pelayanan Roh Kudus dan Firman.
Pertobatan adalah perubahan pikiran tentang Allah, dosa dan diri. Elemen Intelek dalam
pertobatan berhubungan dengan pengetahuan tentang dosa bahwa manusia merasa bersalah di
muka Allah yang benar dan suci dan bahwa ia terhilang terlepas dari kasih karunia yang
menyelamatkan (Mazmur 51:3, 7, 11; Lukas 15:17-19; Matius 21:29).

Elemen Emosi

Elemen ini berhubungan dengan perubahan perasaan yaitu datangnya perasaan susah yang
murni karena dosa yang dibuat melawan Allah. Disini termasuk menangis, mengeluh dan
susah hati. Karena jiwa mengetahui betapa jauhnya ia dari Allah, datanglah kesusahan Ilahi.
Ini adalah kedukacitaan karena dosa dan bukan karena akibat dari dosa itu (2 Korintus 7:9,
10; Ibrani 12:7; Mazmur 51:1-14; Lukas 10:13; Kejadian 6:6; Mazmur 38:18). Bersama
dengan kesusahan juga timbul keinginan untuk diampuni.

Elemen Kehendak

Elemen ini meliputi perubahan kehendak dan maksud. Ini adalah berbalik dari dosa,
meninggalkan jalan yang salah dan menuju jalan yang benar langsung kepada Allah. Ini
adalah menaklukkan kehendak dan kehidupan kepada Kristus dalam penerimaan secara total
kuasa penyelamatan-Nya. Contoh adalah anak yang terhilang yang merobah kehendaknya
dan kemudian bertindak sesuai perubahan itu (Lukas 15:18-20). Jikalau seseorang menyadari
bahwa dirinya berdosa dan hanya menyesali dosa itu tetapi tidak meninggalkan dosa itu,
maka itu bukan pertobatan yang sungguh. Dalam pertobatan yang sungguh seseorang harus
meninggalkan dosanya (Yesaya 55:7; Amsal 28:13). Ia harus berbalik kepada Allah (1
Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).

Buah Pertobatan

Bukti dari pertobatan yang benar adalah buah pertobatan. Karya berbicara tentang tindakan
yang kelihatan dari kehidupan di dalam. Bukti dari pertobatan yang benar adalah pekerjaan
yang sesuai dengan pertobatan, diantaranya berupa :

1). Perasaan susah yang Ilahi karena dosa (Matius 27:75).

2). Pengakuan dosa (Mazmur 32:5; 1 Yohanes 1:9; Yakobus 5:16).

3). Berpaling kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 6:1,2; 1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).

4). Meninggalkan dosa (Matius 3:8-10; Mazmur 119:58-60; Yesaya 53:6; Amsal 28:13;
Yesaya 55:6,7; Yehezkiel 18:20-32).

5). Berpaling dari perbuatan yang membawa kepada kematian untuk mencapai keselamatan
(Ibrani 9:14).

6). Membenci dosa (Yehezkiel 6:9-19).

7). Kerinduan pada pengampunan (Mazmur 25:11; 51:1; Lukas 18:13).


8). Membayar kembali, dimana mungkin (Lukas 19:8; 18:13).

Bagaimana pertobatan dihasilkan

Pertobatan mempunyai segi Ilahi dan segi manusia. Keduanya bekerja bersama-sama untuk
menghasilkan tujuan yang diinginkan. Pertobatan dihasilkan oleh :

1). Di pihak Allah

-Karena tuduhan oleh Roh Kudus (Yohanes 16:8-11).

-Karena Firman dari Injil (Matius 12:41; Lukas 24:47; Kisah 2:37, 38; 2 Timotius 2:24, 25).

-Karena karunia Allah di hati (Kisah 5:30, 31; 11:18; 2 Timotius 2:25).

-Karena kebaikan Allah yang ditakdirkan (Roma 2:4; 2 Petrus 1:9).

-Karena penghukuman Tuhan (Wahyu 3:19; Ibrani 12:10-12; 2 Timotius 2:24, 25).

2). Di pihak manusia

-Karena penerimaan kebenaran Injil (Roma 10:7). Ini menyangkut intelek.

-Karena adanya respons jiwa yang susah (Mazmur 13:18). Emosi.

-Karena menyerahnya kehendak (Matius 16:24). Kehendak.

Jadi perlu tetap dipertahankan bahwa Allah itulah yang mengambil prakarsa di dalam
pertobatan. Pertobatan bukan berasal dari manusia. Tidak ada prakarsa dari manusia untuk
bertobat. Pertobatan adalah kasih karunia Allah, yang oleh Roh Kudus menyalahkan manusia
dan membawa ia kepada pertobatan. Bagian manusia adalah memberi respons kepada
tuduhan itu. Allah memerintahkan manusia untuk bertobat (Kisah 17:30. Bila Ia
memerintahkan, Ia juga yang menyanggupkan manusia untuk memberi respons.

2. Iman Kepada Allah

Kata kedua dari Injil adalah percaya (Markus 1:15; Kisah 20:21). Prinsip-prinsip doktrin
Kristus adalah “pertobatan dari perbuatan yang sia-sia” dan kemudian “iman kepada Allah”
Ibrani 6:1, 2). Di dalam pertobatan seseorang berbalik dari dosa, sedang di dalam iman ia
berbalik kembali kepada Tuhan. Keduanya seperti dua sisi dari satu mata uang: keduanya
dimiliki satu terhadap yang lain di dalam satu perpalingan Alkitabiah.

Pentingnya iman kepada Allah

Penulis kepada Ibrani menyatakan kepada kita pentingnya iman secara mutlak waktu ia
mengatakan “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa
berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada . . .” (Ibrani 11:6). Inilah
permulaan iman. Iman harus mulai dari fakta bahwa Allah ada, dan bahwa Ia memberi pahala
pada mereka yang dengan rajin mencari Dia. Tak ada yang dapat diketahui atau yang
diterima dari Allah bila manusia tidak mula-mula percaya bahwa Allah ada.
Apakah iman itu

Kata Grika “Pistis” yang diterjemahkan “iman” secara sederhana berarti mempercayai,
jaminan, kepercayaan kepada orang lain atau perkataan orang lain. Beriman kepada Allah
secara sederhana adalah mempercayai Allah, mempercayai FirmanNya dan mempunyai
kepercayaan kepadaNya bahwa FirmanNya benar dan bahwa Ia akan menepatinya. Ini berarti
mempercayai sepenuhnya dan bersandar kepada Allah dan FirmanNya. Pemikiran Grika
untuk “mempercayai” berarti kepercayaan dan penyerahan seseorang sepenuhnya kepada
Allah, Kristus dan FirmanNya, mempercayai Dia untuk semua, memegang dan menaati
FirmanNya (Kisah 16:31).

1). Dari Ibrani 11:1 ternyata bahwa iman adalah dasar yang menguatkan kehidupan orang
percaya. Inilah jaminan dan keyakinan yang kita miliki terhadap Firman Allah. Inilah bukti
dan keyakinan batin dari realitas hal-hal yang tidak dilihat namun kekal.

2). Iman adalah rohani.

Sama seperti secara alamiah ada lima alat indera, demikian pula ada padanan rohani dari
indera-indera. Indera rohani ini harus dilatih. Perhatian pada ayat-ayat Firman Allah
menunjukkan bagaimana indera-indera rohani ini (Mazmur 34:8); Kisah 17:27, 28; Mazmur
45:8; Wahyu 2:11). Iman adalah indera rohani. Ini menyentuh dan mencapai hal-hal dibalik
indera alamiah yang tak dapat dijangkau oleh indera alamiah.

3). Iman kepada Allah melalui Kristus.

Kitab Suci menunjukkan bahwa iman adalah kepada Allah melalui Kristus (Kisah 26:20,21).
Didalam “iman kepada Allah” manusia terbuang sepenuhnya kepada Allah, terhadap siapa Ia
dan apa yang telah Ia lakukan di dalam Kristus.

Sumber dari iman yang benar.

Hanya ada satu sumber dari iman yang benar yaitu Firman Allah. Bila iman tidak dibangun di
atas Firman, tidak akan dapat bertahan terhadap topan dan pencobaan-pencobaan hidup. Ayat
kunci atas fakta ini adalah Roma 10:17 “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran
oleh Firman (Grika: Rhema) Allah”. Untuk mendengar dengan sebenarnya Firman adalah
mendengarkan Tuhan Yesus Kristus berbicara kepada hati dan Roh Firman yang hidup
adalah Kristus dari Allah. Ialah penulis dan penyelesai iman kita (Ibrani 12:1,2). Sumber
iman yang benar adalah Kristus, Firman yang hidup dan Alkitab Firman tertulis. Firman yang
tertulis harus menjadi Firman yang dihidupkan untuk menciptakan iman yang sebenarnya.

Iman meliputi tiga unsur kejiwaan manusia

1). Unsur Intelek

Tidak mungkin mempunyai iman tanpa pengetahuan. Tetapi iman bukan hanya pengetahuan
tentang Allah, tentang Kristus, keselamatan dan penebusan. Iman bukan hanya persetujuan
mental, namun iman meliputi unsur intelek dan pengetahuan (Yakobus 2:19; Ibrani 11:6;
Roma 10:17; Mazmur 9:10).

2). Unsur Emosi


Ini adalah respons hati pada kebenaran Injil. Iman meliputi perasaan. Penurutan Allah adalah
fakta, iman intelek dan iman perasaan, namun tidak pernah tanpa perasaan. Iman itu secara
kokoh didasarkan pada fakta dari Injil, tetapi iman diikuti perasaan (Mazmur 106:12, 13;
Matius 13:20, 21).

3). Unsur Kehendak

Injil membawa penerangan pada pengertian. Ini menciptakan iman dan kemudian di dalam
hati menggerakkan kemauan untuk bertindak. Unsur kehendak di dalam iman erat
hubungannya dengan pertobatan dimana hati dan kemauan menyerah kepada Tuhan. Ada
tindakan yang dilakukan, dimana seseorang menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus
Kristus untuk keselamatannya.

Sebagaimana dalam pertobatan, demikian pula di dalam iman ada aspek Ilahi dan aspek
manusiawi. Iman adalah anugerah Allah kepada seseorang yang bertobat, dan orang yang
bertobat itu memberi respons pada kasih karunia Allah (Yeremia 31:18; Kisah 3:26; 3:19;
11:18; Yehezkiel 33:11; Lukas 22:32: Efesus 2:5-8).

Aspek-aspek iman

Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ada berbagai aspek iman, dan bahwa orang percaya
maju “dari iman kepada iman” sampai tiba pada kepenuhan dari Anak Allah (Roma 1:17).
Aspek-aspek iman adalah :

1). Iman yang menyelamatkan

Iman yang menyelamatkan adalah anugerah Allah kepada orang berdosa yang bertobat
sehingga ia dapat diselamatkan (Efesus 2:8). Ini berarti memandang kepada Kristus
sepenuhnya untuk keselamatan. Disini pribadi itu mempercayai Kristus dan FirmanNya untuk
keselamatan (Ibrani 11:31-35). Contoh hal ini dapat dilihat di Ibrani 11:4; Lukas 7:50; Kisah
16:31.

2). Buah Iman

Aspek iman ini dikatakan sebagai buah Roh. Ini lebih banyak sebagai iman yang aktif. Ini
adalah iman dengan kepatuhan. Iman aktif menaati Firman karena Allah yang
mengatakannya (Ibrani 11:8-10), 17-19, 28, 30, 31; Lukas 5:4-6; Galatia 5:22, 23).

3). Karunia Iman

Aspek iman ini dikatakan sebagai karunia Roh (1 Korintus 12:1-13). Ini tercatat diantara
sembilan karunia Roh dan karunia iman adalah secara adikodrati untuk hal-hal ajaib. Hal ini
meliputi juga untuk mengatakan Firman. Hal ini diberikan kepada tubuh Kristus sebagaimana
yang dikehendaki Allah. Ini tak boleh dikacaukan dengan aspek-aspek lain iman itu (Ibrani
11:29; Bilangan 20:8; Yosua 10:12-14; 1 Raja-raja 17:1, 14; Matius 17:20, 21; Markus
11:12-14; 22-26).

4). Iman Doktrin


Aspek iman ini beberapa kali hanya disebut “iman”. Aspek ini lebih banyak menunjuk
terutama kepada wahyu Allah dalam iman. Inilah Firman Iman, Firman Injil. Ini menunjuk
kepada jumlah keseluruhan wahyu Allah di dalam Alkitab, jadi berarti keseluruhan doktrin
Alkitabiah. Ini adalah “iman” yang dahulu telah diberikan kepada orang-orang kudus, yang
untuk itu kita harus bertanding (Yudas 1:3; Efesus 4:5, 11; 1 Timotius 6:10; 2 Timotius 2:18;
3:8; 1 Timotius 4:1; Kisah 14:22; 6:7; Kolose 1:23; 2:7).

5). Iman yang sempurna

Iman yang sempurna dikatakan sebagai “roh iman” ( 2 Korintus 4:3; Mazmur 116:10;
Yakobus 2:22). Aspek iman ini akan dinyatakan bila orang kudus telah disempurnakan, bila
setiap keraguan dan ketidakpercayaan akan disingkirkan dari hati. Pada waktu itulah Firman
akan menjadi daging di dalam orang percaya dan tidak ada ketidakpercayaan lagi, karena
semuanya akan tiba pada iman yang sempurna.

Tingkat-tingkat Iman

Waktu orang bertobat menerima Kristus sebagai Juruselamatnya dan ia menerima iman yang
menyelamatkan, kemudian ia harus bergerak kedalam kehidupan iman (Habakuk 2:4).

Alkitab menunjukkan bahwa ada tingkat-tingkat atau ukuran iman. Adalah kehendak Allah
bahwa semua bergerak maju di dalam kehidupan iman dan sesungguhnya berjalan dari iman
kepada iman. Hal ini hanya dapat ada bila seseorang mempertahankan kehidupan iman dalam
hubungan pribadi dengan Kristus dan FirmanNya, sumber dari iman yang terus menerus. Kita
mencatat ukuran-ukuran iman yang disebut dalam Firman Allah.

1). Tidak ada iman (Ulangan 32:30; Markus 4:42).


2). Iman kecil (Matius 8:26; 14:31).
3). Iman lemah (Roma 14:1).
4). Iman yang mati (Yakobus 2:17).
5). Iman yang sia-sia (1 Korintus 15:14).
6). Iman yang benar (Lukas 7:9).
7). Kepenuhan iman (Kisah 11:24).
8). Iman yang teguh (Kolose 2:5).
9). Iman yang kaya (Yakobus 2:5).
10). Iman yang tulus ikhlas (1 Timotius 1:5)
11). Iman yang kuat (Roma 4:19, 20).
12). Ukuran atau proporsi iman (Roma 12:3-6; 1:17).

Iman seperti pertobatan, adalah sesuatu yang harus dipertahankan melalui perjalanan orang
percaya, waktu Allah memimpin dan membimbing dalam jalan kebenaran. Roh Kudus akan
tetap memberi terang. Waktu kita berjalan di terang, kita harus mempertahankan pertobatan
dan iman. Iman jangan dilihat sebagai karya, tetapi sebagai saluran yang dengannya orang
percaya menerima dari Allah semua yang diperlukan.

Keselamatan, penyucian, kemenangan dan kehidupan rohani semua datang pada orang
percaya melalui saluran iman.

Yesus adalah penulis dan penyelesai iman orang-orang percaya. Semua orang kudus harus
tetap “memandang kepada Yesus” sampai pertandingan selesai (Ibrani 12:1,2).
3. Kejadian Semula

Arti kejadian semula

Dalam kejadian semula seseorang dilahirkan kedalam keluarga Allah. Ia dilahirkan baru dari
atas. Ia menerima sifat baru, kehidupan yang baru dan ditempatkan dalam keluarga Allah.
Bahasa Grika “Palingenesia” untuk kelahiran baru (Palin artinya kembali, Genesis artinya
kelahiran), digunakan tentang kelahiran secara rohani (Titus 3:5) meliputi komunikasi
kelahiran baru. Kekuatan yang beroperasi dalam kejadian semula adalah Firman Allah
(Yakobus 1:18; 1 Petrus 1:23) dan Roh Kudus (Yohanes 3:5,6). Menurut The Zondervan
Topical Bible kejadian semula adalah perubahan yang terjadi di dalam hati manusia oleh Roh
Kudus dimana keadaan berdosanya yang telah menjadi sifatnya diubahkan sehingga ia dapat
memberi respons kepada Allah di dalam iman dan hidup sesuai dengan kehendakNya. Ini
meluas pada keseluruhan sifat dasar manusia, mengganti kecenderungannya yang menguasai,
menerangi pikirannya, membebaskan kehendaknya dan membarui sifat dasarnya.

Istilah kejadian semula dan kelahiran baru tidak menggambarkan fase yang berurutan dalam
pengalaman rohani, tetapi menunjuk pada peristiwa yang sama yang memandangnya dalam
aspek yang berbeda. Kelahiran baru menekankan pada komunikasi kehidupan rohani yang
bertentangan dengan kematian rohani sebelumnya, sementara kejadian semula menekankan
pada permulaan keadaan hal-hal yang baru yang berbeda dengan yang lama. Dari segi Ilahi
perubahan hati itu disebut kejadian semula atau kelahiran baru, dari segi manusia disebutkan
perpalingan (conversion). Dalam kejadian semula jiwa itu dianggap pasif, dalam perpalingan
jiwa itu aktif. Kejadian semula adalah komunikasi dari kehidupan Ilahi pada jiwa (Yohanes
3:5; 10:10, 28; 1 Yohanes 5:11, 12), mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2 Petrus 1:4), hati
yang baru (2 Korintus 5:17; Efesus 2:10; 4:24). Kejadian semula meliputi segenap jiwa,
tetapi itu adalah perubahan di dalam kecenderungan yang batiniah, prinsip-prinsip, rasa atau
kebiasaan yang mendasari semua aktivitas yang sadar, dan yang menentukan karakter
manusia dan semua tindakannya.

Perlunya kejadian semula

Alkitab berulang kali menyatakan bahwa manusia harus dijadikan semula sebelum ia dapat
melihat Allah. Hal itu ditegaskan karena kesucian merupakan syarat yang harus ada untuk
diterima dalam persekutuan dengan Allah. Tetapi semua manusia secara alamiah telah rusak
dan bila ada kesadaran moral, ia merasa bersalah karena pelanggarannya. Oleh sebab itu
manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah. Perubahan moral dalam manusia dapat diadakan
hanya dengan tindakan dari Roh Kudus. Roh yang menjadikan semula hati serta
mengkomunikasikan kepada hati kehidupan dan kodrat Allah. Alkitab menggambarkan
pengalaman ini sebagai kelahiran baru dan karena kelahiran baru itu manusia menjadi anak
Allah (Yohanes 1:12; 3:3,5; 1 Yohanes 3:1). Hanya kelahiran baru yang dapat menghasilkan
kodrat yang suci dalam orang berdosa yang memungkinkan persekutuan dengan Allah.
Dengan kejadian semula orang berdosa menjadi anak Allah dan dengan demikian
diperkenalkan dalam keluarga Ilahi.

Alat kejadian semula

1) Kehendak Allah
Kita dilahirkan semula dengan kehendak Allah (Yohanes 1:13). “Atas kehendakNya sendiri
Ia telah menjadikan kita oleh Firman kebenaran” (Yakobus 1:18).

2). Kematian dan Kebangkitan Kristus

Kelahiran baru syaratnya di dalam Kristus yang disalibkan (Yohanes 3:14-16) dan
kebangkitanNya (1 Petrus 1:3).

3). Firman Allah

Dalam Yakobus 1:18 dan 1 Petrus 1:23 dikatakan bahwa Firman Allah menjadikan baru.

4). Pelayanan Firman

Ini dinyatakan dalam 1 Korintus 4:15. Namun sumbangannya hanyalah dalam pengungkapan
kebenaran dan ajakan mengambil keputusan untuk Kristus.

5). Roh Kudus

Roh Kudus adalah agen yang sebenarnya dalam kejadian semula (Yohanes 3:5,6; Titus 3:5).

Akibat dari kejadian semula

Alkitab mengajarkan bahwa ada akibat yang pasti dari kejadian semula. Akitbat itu adalah
sedemikian rupa, sehingga sekaligus merupakan test apakah seseorang telah jadi semula atau
belum.

1). Yang jadi semula memenangkan pencobaan (1 Yohanes 3:9; 5:4,18).

2). Sikapnya menjadi lain. Biasanya ia akan mengasihi saudara-saudara seiman (1 Yohanes
5:1), mengasihi Allah (1 Yohanes 5:2; 4:19), mengasihi Firman Allah (Mazmur 11:97); 1
Petrus 2:2), mengasihi musuhnya (Matius 5:44), mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang (2
Korintus 5:14).

3). Ia menyenangi hal-hal yang baik bagi Anak Allah, seperti mengungkapkan kehendak
Bapa (1 Korintus 2:10-12), mencukupi kebutuhannya (Matius 7:11) dalam pemeliharaan (1
Yohanes 5:18).

4). Menjadi ahli waris dari Allah (Roma 8:16,17). Ia gemar akan warisan rohani berupa
pemeteraian oleh Roh Kudus (Efesus 1:13,14).

Keterkaitan kelahiran kembali dengan pertobatan dan iman

Pertobatan dan iman adalah bagian atau tanggung jawab manusia di dalam keselamatan.
Kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah melalui Roh Kudus di dalam hati manusia. Bila
ketiga hal itu terjadi dalam diri seseorang, maka ia diselamatkan, mendapat hidup kekal.
Dalam Alkitab hubungan pertobatan, iman dan kelahiran kembali (kehidupan baru,
keselamatan), seperti Kisah 11:18; 2 Korintus 7:10; Ibrani 6:6, bertobat dan beriman, seperti
dalam Kisah 20:21; Markus 1:15, beriman dan diselamatkan seperti dalam Yohanes 3:16;
5:24; 1:12,13; 2 Timotius 3:15; Markus 16:16; Kisah 16:31; 1 Yohanes 5:13.
Jadi perubahan hidup (conversion) yang terdiri dari pertobatan dan iman, walaupun
merupakan anugerah Tuhan tetapi harus dilaksanakan atau dimiliki seseorang, dan dengan
perubahan hidup itu menyebabkan Roh Kudus melahirkan semua anak itu menjadi anak
Allah.

Kelanjutan kejadian semula

Kejadian semula memberi kebaharuan hidup kepada orang percaya. Ini terjadi karena orang
percaya menerima Tuhan Yesus Kristus di dalam hidupnya. Persekutuan dengan Kristus di
dalam kematian dan kebangkitanNya, orang percaya itu satu kejadian baru, ciptaan baru (2
Korintus 5:17). Menjadi ciptaan baru di dalam Kristus oleh karya Roh Kudus merupakan
kunci kehidupan Kristiani. “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi
menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (Galatia 6:15). Tetapi ciptaan baru itu harus
dilanjutkan dengan usaha orang yang sudah selamat itu. “Hai saudara-saudaraku yang
kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan
gentar” (Filipi 2:12). Di dalam ketaatan iman harus ada kelangsungan ibadat yaitu
persembahan diri kepada Tuhan dan melanjutkan dengan pembaharuan lahiriah karena
pembaharuan batiniah. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Perubahan itu
berlangsung terus-menerus sampai mencapai kesempurnaan. (Kolose 3:9,10). Ini
memerlukan selalu kesiapan untuk mau bertobat, beriman, setia sampai Tuhan datang
kembali.

4. Pembenaran

Menurut arti kamus, pembenaran adalah membuktikan atau menunjukkan sebagai benar, atau
sesuai dengan hukum; membuktikan sebagai benar, menyatakan bebas dari salah,
menganggap benar, menyatakan sebagai benar, mengumumkan keputusan penerimaan pada
seseorang. Secara theologis pembenaran dapat didefinisikan sebagai tindakan Allah yang
dengannya Ia menerima sebagai benar orang berdosa yang menyesal, bertobat, dan percaya
kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.

Dalam bahasa Grika kata benda “Dikaiosis” menyatakan tindakan menyatakan benar,
membebaskan. Kata kerja “Dikaioo” berarti mengaganggap sebagai benar. Dalam hal Allah
membenarkan manusia, yaitu mereka yang dinyatakan benar di muka Dia karena syarat-
syarat tertentu yang diletakkan olehNya terpenuhi.

Hakekat Pembenaran

Pembenaran adalah tindakan pernyataan. Pembenaran bukan sesuatu yang diadakan dalam
manusia tetapi sesuatu yang dinyatakan mengenai manusia. Pembenaran tidak berhubungan
dengan keadaan rohani kita, melainkan dengan hubungan rohani, tidak berhubungan dengan
keadaan sebetulnya melainkan dengan keadaan menurut hukum. Pembenaran tidak
menyebabkan orang menjadi benar, juga tidak memberi kebenaran, melainkan menyatakan
bahwa seseorang benar. Pembenaran adalah pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Di
dalamnya tercakup hal-hal berikut :
– Pengampunan atau peniadaan hukuman karena dosa.
– Penganugerahan kebenaran.
– Posisi benar di muka Allah.

1) Pengampunan dari hukuman

Dalam bahasa Grika digunakan dua kata untuk pengampunan yaitu “Aphiemi” dan
“Charizomai”. Aphiemi berarti mengirimkan, membatalkan atau mengampuni hutang atau
dosa (Matius 6:12; 18:21; 9:2; Kisah 8:22). Charizomai berarti melimpahkan kebaikan secara
tidak bersyarat, digunakan untuk tindakan pengampunan oleh manusia (Lukas 7:42; 2
Korintus 2:7; 12:13), pengampunan oleh Allah (Efesus 4:32; Kolose 2:13; 3:13).

Hukuman untuk dosa adalah kematian secara rohani, fisik dan kekal. Supaya seseorang
diselamatkan, hukuman ini mula-mula harus dihilangkan. Ini terjadi di dalam tubuhNya di
salib (Yesaya 53:5,6; 1 Petrus 2:24). Karena Kristus telah menanggung penghukuman dosa
manusia, maka Allah menghapuskan itu kepada mereka yang percaya kepada Kristus (Kisah
13:38,39; Roma 8:8, 33, 34; 2 Korintus 5:21). Inilah pengampunan dosa (Roma 4:7; Efesus
1:7; 4:32; Kolose 2:13). Allah mengampuni mereka yang bertobat dan percaya kepada
AnakNya.

2). Memperhitungkan kebenaran

Secara theologis ungkapan ini berarti tindakan yang dengannya Allah menganggap atau
memperhitungkan kebenaranNya menjadi milik kita. Dalam bahasa Inggris “imputation”,
bahasa Grika “Logizomai”, yang berarti memperhitungkan atau memasukkan dalam
perhitungan atau mencantumkan pada perhitungan seseorang . Dalam Alkitab ada pasal yang
terkenal tentang “imputation” yaitu Roma 4. Orang berdosa tidak hanya diampuni dosa-
dosanya waktu lampau, tetapi juga diberikan kebenaran yang positif supaya dapat bersekutu
dengan Allah. Hal ini digenapi dengan jalan memperhitungkan kebenaran Kristus kepada
orang percaya. Jadi sebagaimana dosa kita diperhitungkan kepada Kristus, demikian pula
kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Dengan ini Allah tidak melanggar kebenaran
atau keadilanNya di dalam menyatakan kita benar. Ia dapat melakukan ini karena dosa,
kesalahan dan hukuman kita telah diperhitungkan kepada Kristus di salib. Kini kebenaran
Kristus diperhitungkan kepada mereka yang percaya kepadaNya. Dengan pembenaran maka
orang berdosa diputuskan secara hukum sebagai tidak bersalah, dibebaskan dari tuduhan.
Orang yang diampuni dinyatakan benar karena ia percaya. Ia dinyatakan benar karena
kebenaran diperhitungkan kepadanya.

3) Perubahan posisi

Pembenaran menyatakan bahwa orang yang diampuni itu benar. Semua catatan tentang
kesalahan dihapuskan dan yang bersangkutan dikembalikan pada kedudukannya yang benar
di muka Allah. Di dalam pembenaran itu dipulihkanlah kembali perkenanan Allah dengan
iman dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26). Waktu Adam berdosa ia kehilangan posisinya di
muka Allah, tetapi kini posisi manusia dipulihkan dan ia dapat berdiri di hadirat Allah dengan
tidak malu karena Allah melihat ia ada di dalam Kristus.

Cara Pembenaran

1). Secara negatif


Pembenaran tidak dengan hukum Taurat. Ia yang mau dibenarkan oleh hukum Taurat, harus
terus-menerus di dalam semua hal yang tertulis dalam hukum Taurat. Tetapi tidak ada
seorangpun yang telah melakukan hal ini atau yang dapat melakukannya. Tidak seorangpun
dapat dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat (Roma 3:20).

2). Dibenarkan oleh kasih karunia Allah

Karena semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh
kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita (Titus
3:7). Kedua ayat ini menunjuk sumber dari pembenaran yaitu di dalam hati Allah. Ia di dalam
kebaikanNya telah menyediakan kebenaran untuk kita.

3). Dibenarkan oleh darah Kristus

“Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:9). Ini merupakan dasar untuk pembenaran.

4). Dibenarkan oleh iman

“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah
oleh karena Tuhan kita” Roma 5:1). “Kamu tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan
oleh karena melakukan hukum Taurat tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.”
(Galatia 2:16). Dibenarkan oleh iman merupakan syarat pembenaran kita. Tetapi kita tidak
dibenarkan oleh karena iman kita. Iman bukan harga pembenaran, melainkan alat untuk
menyediakannya.

Akibat Pembenaran

1). Ada pengampunan kesalahan (Roma 4:7,8; 2 Korintus 5:19). Tidak ada tuduhan (Roma
8:1) dan ada damai dengan Allah (Roma 5:1).

2). Ada pemulihan pada perkenanan Allah (Roma 4:7,8).

3). Kebenaran Kristus telah diperhitungkan pada orang percaya (Roma 4:5). Dengan
demikian orang percaya dipakaikan pakaian yang bukan miliknya, tetapi yang diadakan oleh
Kristus untuknya, sehingga ia dapat bersekutu dengan Allah.

4). Menjadi pewaris: “Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya,
berhak menerima hidup yang kekal.” (Titus 3:7).

5). Akibat langsung ada dalam kehidupan praktis. Pembenaran mengantar pada kehidupan
yang benar. “Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah
benar” (1 Yohanes 3:7).

6). Ada jaminan bagi orang yang dibenarkan bahwa ia akan diselamatkan dari murka Allah
yang akan datang. “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita
pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:9).

7). Ada jaminan telah dimuliakan.


“Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang
dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya” (Roma 8:30). Saat dibenarkan, saat itu juga
dimuliakan Tuhan.

Hubungan antara Kelahiran kembali dan Pembenaran.

Kelahiran kembali dan pembenaran adalah dua bagian dari satu pekerjaan Allah. Kelahiran
kembali adalah pekerjaan Kristus oleh Roh Kudus yang diadakan di dalam kita, pembenaran
adalah pekerjaan Kristus yang dibuat karena kita di hadapan tahta Allah dan pekerjaan itu
dialaskan pada korban pendamaian Kristus dan oleh iman kita. Kelahiran kembali berkenaan
dengan perubahan keadaan kita, pembenaran berkenaan dengan hubungan kita dengan Allah.

5. Pengangkatan Anak.

Arti dari Pengangkatan Anak.

Pengangkatan anak (adopsi) adalah tindakan Allah yang dengannya seorang anak
ditempatkan sebagai putera dan diberi hak-hak penuh sebagai putera. Bahasa Grika-nya
“Huiothesia”, yang berasal dari huios yang berarti putera dan thesis yang berarti
menempatkan. Menurut Vine “huiothesia” berarti tempat dan kondisi seorang putera yang
diberikan pada seseorang yang secara alami bukan miliknya. Pengertian ini dalam theologia
mengalami perkembangan yaitu penempatan anak sebagai orang dewasa. Scofield
mengatakan bahwa adopsi (huiothesia, penempatan sebagai putera) bukan kata yang
menyatakan hubungan melainkan posisi. Hubungan orang percaya dengan Allah sebagai anak
dihasilkan dari kelahiran baru (Yohanes 1:12, 13), sementara adopsi adalah tindakan Allah
dimana seseorang yang sudah menjadi anak, melalui penebusan dari hukum, ditempatkan
dalam sebuah posisi seorang putera yang dewasa (Galatia 4:1-5). Roh yang mendiami
memberikan realisasi bagi orang-orang kudus, yang dikatakan sebagai “penebusan tubuh”
(Roma 8:23); 1 Tesalonika 4:14-17; Efesus 1:14; 1 Yohanes 3:2).

Jadi dalam kejadian semula kita menerima kehidupan baru, dalam pembenaran kita menerima
kedudukan baru dan dalam adopsi kita menerima posisi yang baru. Oleh pembaharuan kita
menjadi anak-anak Allah, oleh adopsi kita ditempatkan dalam kedudukan anak-anak dewasa.
Pembaharuan berkaitan dengan perubahan watak kita, pembenaran berkaitan dengan
perubahan reputasi kita, adopsi berkaitan dengan perubahan posisi kita. Pembenaran adalah
tindakan Alah sebagai hakim, adopsi adalah tindakan Allah sebagai Bapa.

Waktunya Pengangkatan Anak.

Mengenai kapan pengangkatan anak itu terjadi, ada kalangan theolog yang berpendapat
bahwa pengangkatan anak (son) langsung terjadi saat orang percaya, jadi bersamaan dengan
kelahiran semula. Itu ternyata di Yohanes 1:12 dimana digunakan kata Son pada saat percaya.
Ahli lain berpendapat bahwa pada saat seseorang dilahirkan kembali oleh Roh Allah, ia
menerima Roh Kudus sebagai Roh adopsi. Sebagai seorang anak (child) yang baru lahir
dalam kelahiran baru, ia harus tumbuh menjadi putera (sonship) yang dewasa. Ahli lain
menegaskan bahwa adopsi menjadi putera berlangsung bersama dengan peranan Roh Kudus
dalam orang percaya, yaitu menunjuk pada Roma 8:14, “Semua orang yang dipimpin oleh
Allah adalah anak (son) Allah.” Tanda pengangkatan anak dibuktikan oleh pimpinan Roh
Kudus. Oleh sebab itu harus ada kesungguhan hati dan pemberian diri sepenuhnya dalam
pimpinan Roh Allah supaya menjadi dewasa, putera Allah.
Berkat-berkat Diangkat Anak

1). Kita menjadi obyek dari kasih Allah yang berkuasa itu (Yohanes 17:23) dan obyek dari
pemeliharaanNya sebagai Bapa (Lukas 12:27-33).

2). Kita mempunyai nama keluarga itu (1 Yohanes 3:1; Efesus 3:14, 15), mempunyai kasih
keluarga (Yohanes 13:35; 1 Yohanes 3;14), mempunyai Roh Anak (Roma 8:15; Galatia 4:5),
mempunyai pelayanan keluarga (Yohanes 14:23,24; 15:8).

3). Kita menerima ajaran seorang Bapa (Ibrani 12:5-11), penghiburan seorang bapa (2
Korintus 1:4), warisan (1 Petrus 1:3-5; Roma 8:17).

Bukti-bukti Telah Menjadi putera Allah

1). Dipimpin Roh Kudus (Roma 8:4; Galatia 5;18).


2). Mempunyai kepercayaan seperti anak kepada Allah (Galatia 4:5,6).
3). Mepunyai kebebasan untuk masuk (Efesus 3:12).
4). Mempunyai kasih untuk saudara (1 Yohanes 2:9-11; 5:1).
5). Dengar-dengaran (1 Yohanes 5:1-3).

6. Penyucian

Arti dari Penyucian

Kata penyucian (sanctification – Inggris) dalam bahasa Grika “Hagiasmos”, menurut Vine
digunakan dalam pengertian:

(a) dipisahkan untuk Allah, 1 Korintus 1:30; 2 Tesalonika 2:13; 1 Petrus 1:2;

(b) jalan hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut 1 Tesalonika 4:3,4,7; Roma 6:9; 1
Timotius 2:5; Ibrani 12:14.

Penyucian adalah hubungan dengan Allah yang kedalamnya masuk oleh iman, Kisah 26:18; 1
Korintus 6:11 dan utuk gelar dari manusia itulah kematian Kristus ditujukan, Efesus 5:25,26;
Kolose 1:22; Ibrani 10:10,29; 13:12. Penyucian juga digunakan dalam Perjanjian Baru untuk
pemisahan orang percaya dari hal-hal dan cara-cara yang jahat. Penyucian ini adalah
kehendak Allah bagi orang percaya, 1 Tesalonika 4:13, dan merupakan tujuanNya dalam
Injil, ayat 7. Hal itu harus dipelajari dari Allah, ayat 4, karena Ia mengajarkannya dengan
FirmanNya, Yohanes 17:17,19, hal itu harus diikuti oleh orang percaya secara sungguh-
sungguh dan tidak menyimpang, 1 Timotius 2:15, Ibrani 12:14. Kata “Hagiosune”
menyatakan sifat yang suci, 1 Tesalonika 3:13, merupakan sesuatu yang tidak dapat diganti,
yaitu tidak dapat dipindahkan atau dipertalikan karena merupakan milik pribadi yang
dibangun sedikit demi sedikit, sebagai akibat dari kepatuhan pada Firman Allah, dan
mengikuti teladan Kristus, Matius 11:29; Yohanes 13:15; Efesus 4:20; Filipi 2:5 di dalam
kuasa Roh Kudus, Roma 8:13; Efesus 3:16.

Empat hal yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :


1). Dipisahkan untuk Allah.Ini berarti dipisahkan dari kecemaran. Dalam pengertian lain
yaitu disendirikan untuk diberikan kepada Tuhan. Orang Kristen disucikan pada saat
pertobatan (1 Korintus 1:1,2; 1 Petrus 1:1,2; Ibrani 10:14).

2). Mengambil Kristus sebagai kesucian kita. Ini bersama-sama dengan pengambilan Kristus
sebagai kebenaran dan kesucian kita (1 Korintus 1:30). Kita disucikan dalam Kristus (1
Korintus 1:2). Kesucian ini diperoleh dengan iman di dalam Kristus (Kisah 26:18). Orang
percaya dianggap sebagai suci dan benar, karena ia diselimuti dengan kesucian Kristus. Oleh
sebab itu semua orang percaya dipanggil sebagai “orang suci” dengan tidak
memperhitungkan tingkat rohani mereka (Roma 1:7; 1 Korintus 1:2; Efesus 1:1; Filipi 1:1;
Kolose 1:1).

3). Pemurnian dari Kejahatan Moral. Sebenarnya ini hanya bentuk lain dari pemisahan.
Orang percaya dimintakan untuk memisahkan diri dari orang fasik secara umum (2 Korintus
6:17,18), guru-guru palsu dan doktrin palsu (2 Timotius 2:21; 2 Yohanes 1:9,10) dan dari
sifat-sifat yang jahat (Roma 6:11,12; Efesus 4:22, 25-32; Kolose 3:5-9; 2 Korintus 7:1; 1
Tesalonika 4:3,7). Dalam hal-hal tertentu penyucian dianggap sebagai suatu tindakan yang
tunggal sedang dalam hal lain sebagai satu proses yang kontinu. Selain dari pada itu dalam
hal tertentu bersifat lahir sedang dalam hal tertentu bersifat ke dalam. Tetapi di dalam semua
hal, pemurnian itu dianggap sebagai tindakan manusia dan bukan dari Allah. Allah telah
memisahkan bagi diriNya orang-orang yang percaya di dalam Kristus dan pada gilirannya
orang percaya itulah yang harus memisahkan dirinya bagi Tuhan untuk digunakanNya.

4). Menyesuaikan pada teladan Kristus. Dalam Roma 8:29 dikatakan, “Sebab semua orang
yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa
dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu menjadi yang sulung di antara banyak
saudara.” Proses penyucian kepada teladan Kristus berlangsung seumur hidup sampai
bertemu dengan Tuhan.

Waktu Penyucian

1). Tindakan pertama penyucian. Alkitab mengajarkan bahwa pada saat seseorang percaya
kepada Kristus, ia disucikan. Hal ini jelas dari fakta bahwa orang-orang percaya disebut
“orang suci” di Perjanjian Baru dengan tidak melihat tingkat rohani masing-masing (Ibrani
10:10; Yudas 1:1,3). Dalam hal ini Kristus dijadikan “kesucian” bagi kita (1 Korintus 1:30).

2). Proses penyucian. Sebagai suatu proses, penyucian berlangsung sepanjang hidup. Jadi
mula-mula harus ada persembahan hidup pada sebelum kesucian praktis dimungkinkan. Bila
orang percaya sungguh-sungguh pada Tuhan, maka perkembangan di dalam penyucian akan
terjadi dengan pasti. Jika oleh Roh mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, maka ia akan
hidup (Roma 8:13), menyucikan diri oleh ketaatan pada kebenaran (1 Petrus 1:22),
mengeluarkan buah Roh (Galatia 5:22,23) dan Allah akan memakai dia dalam pelayanan.
“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita menyucikan diri dari pencemaran jasmani dan
rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (2
Korintus 7:1).

3). Penyucian yang sempurna dan terakhir. Kesempurnaan yang akhir akan datang. “Tetapi
jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap” (1 Korintus 13:10).
Keselamatan dari dosa sekarang akan datang pada waktu kita akan bertemu dengan Tuhan
sesudah kematian atau pada waktu kedatangan Yesus Kristus kedua kali (1 Yohanes 3:2;
Ibrani 9:28; Yudas 1:23; 1 Tesalonika 3:13). Tubuh orang percaya akan dimuliakan (Filipi
1:20; Roma 8:23). Dengan memandang pada kesempurnaan yang akan datang, membawa
kekuatan kepada kita untuk menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1 Yohanes
3:3).

Alat-alat Penyucian.

Ada dua pihak yang berperan dalam penyucian, yaitu Allah dan Manusia. Dalam penyucian
maka Allah Trinitas ada karya yang dinyatakan dalam Alkitab. Allah Bapa menyucikan orang
percaya yaitu dengan memperhitungkan kesucian Kristus kepadanya (1 Korintus 1:30),
mengerjakan di dalam dia perkara yang berkenan kepadaNya (Ibrani 13:21). Kristus
menyucikan orang percaya dengan memperhitungkan kesucian Kristus kepadanya (1
Korintus 1:30), mengerjakan di dalam dia perkara yang berkenan kepadaNya (Ibrani 13:21).
Kristus menyucikan orang percaya dengan mempersembahkan kehidupanNya bagi orang
percaya (Ibrani 10:10), menguduskan umatNya dengan darahNya (Ibrani 13:12; Efesus 5:25-
27) dan di dalam menghasilkan kesucian bagi orang percaya melalui Roh (Ibrani 2:11). Roh
Kudus menyucikan orang percaya di dalam hal Ia membebaskan orang percaya dari sifat
daging (Roma 8:2), melawan kehendak daging (Galatia 5:17) dan menghasilkan buah Roh
(Galatia 5:22,23).

Walaupun seseorang tidak dapat menyucikan dirinya sendiri, tetapi Allah mengambil
prakarsa di dalam orang percaya. “Karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik
kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:13). Tetapi ada alat-alat yang
dapat dikerjakan manusia di dalam penyuciannya yaitu :

1). Iman di dalam Kristus (Kisah 26:18).

2). Mengejar kesucian. Orang yang tidak berjalan dalam kesucian, tidak akan melihat Allah
(Ibrani 12:14; 2 Korintus 7:1).

3). Mempelajari Alkitab, karena dengan itu akan mengungkapkan kelemahan dan menunjuk
jalan keluar dari kegagalan (Yohanes 17:17,19; Efesus 5:26; 1 Timotius 4:5).

4). Pekabaran Injil, yang menunjuk pada perlunya kesucian dan mendorong untuk
mengejarnya (Efesus 4:11-13; 1 Tesalonika 3:10).

5). Persembahan kehidupan kepada Allah (Roma 12:1; 6:13, 9-21; 1 Timotius 2:21).

III. Kelanjutan Dari Keselamatan


1. Jaminan Keselamatan

Definisi dan Pengertian.

Kamus mendefinisikan “jaminan” sebagai “bebas dari keraguan”, keteguhan hati,


kepercayaan, menjadi yakin atau pasti.” Jaminan atau garansi, suatu keadaan pasti atau tentu,
keamanan. Secara theologis dapat dikatakan bahwa “Jaminan keselamatan adalah
pengetahuan batin bahwa Allah telah mengampuni kita di dalam Kristus dan telah menerima
kita di dalam Kristus dan telah menerima kita di dalam AnakNya yang kekasih” (Efesus 1:6).
Kitab Suci mengajarkan bahwa orang percaya harus memiliki jaminan keselamatan dan
diterima di muka Allah. Paulus sanggup mengkhotbahkan Injil dengan “keyakinan penuh” (1
Tesalonika 1:5). Ia juga bersaksi “Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa
Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari itu” (2
Timotius 1:12). Ini adalah keyakinan Paulus tentang kepastiannya di dalam Kristus. Yohanes
di dalam suratnya menggunakan kata “tahu” lebih dari 40 kali, dan meyakinkan orang
percaya bahwa ia dapat mengetahui keselamatannya dan penerimaannya akan Allah melalui
Kristus. Orang percaya tidak menaruh syak bila mempunyai keyakinan akan janji-janji Allah
melalui Kristus (1 Yohanes 2:3,20,29; 3:14,19-21,24; 4:6,16,17; 5:18). Paulus mengajarkan
pada kita mengenai tiga aspek jaminan di dalam surat-suratnya.

1). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari iman akan keselamatan (Ibrani
10:22).
2). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari pengertian (Kolose 2:1,2).
3). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari pengharapan sampai akhirnya
(Ibrani 6:11).

Orang percaya mengalami jaminan ini selama-lamanya karena adanya damai dan kebenaran
di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yesaya 32:17) yang Allah bangkitkan dari kematian (Kisah
17:31).

Alat-alat Jaminan.

Ada berbagai alat jaminan yang dengannya orang percaya dapat memiliki jaminan batin
mengenai keselamatan berdasarkan pertobatan dan iman.

1). Kesaksian Firman Allah. Ini adalah bukti dan kesaksian dari luar, “Telah Tertulis” (1
Yohanes 5:1,2; 2:3,13,20,21,29; 5:15-20; Yohanes 3:36; 5:24).

2). Kesaksian Roh Kudus. Ini adalah bukti di dalam. Ia yang percaya itu mempunyai
kesaksian di dalam dirinya (1 Yohanes 5:9-12; 3:19; Yohanes 16:8; Roma 8:16; Galatia 4:6;
2 Korintus 1:2). Roh Kudus membawa kesaksian bersama Roh kita bahwa kita telah
dilahirkan semula dan menjadi anak-anak Allah yang hidup.

3). Kesaksian dari kata hati yang jernih. Ini juga suatu kesaksian di dalam. Paulus dapat
berbicara dari fakta bahwa kata hatinya bersaksi dengan kesaksian Roh Kudus (Kisah 24:16;
Roma 9:1; 1 Petrus 3:21).

4). Kesaksian dari kehidupan Kristen. Kehidupan yang dihidupi seseorang harus selaras
dengan Firman Allah. Ini adalah bukti luar dari kehidupan Kristen. Ini juga meyakinkan hati
di muka Tuhan (1 Yohanes 3:14; 2 Korintus 13:5).

Rintangan -rintangan pada jaminan sepenuhnya.

Beberapa rintangan utama dan hal-hal yang merampas dari orang percaya jaminan penuh
akan keselamatan.

1). Keragu-raguan dan ketidakpercayaan (Markus 11:22-24).


2). Kekurangan roh pengampunan (Markus 11:25,26).
3). Kelemahan rohani dan kesuaman (Wahyu 3:15,16).
4). Mendukacitakan Roh Kudus (Efesus 4:30,31).
5). Mengijinkan iblis merampas dari kita jaminan itu (Yohanes 10:10, Yakobus 4:7).
6). Kegagalan melakukan kehendak Allah (Lukas 12:47,48).
7). Persahabatan yang salah (Amsal 4:14; 1 Korintus 15:33).
8). Mengasihi dunia (1 Yohanes 2:15-17; Yakobus 4:4).
9). Kegagalan mempertahankan hubungan kasih dengan Kristus (2 Korintus 5:7).
10). Dosa dengan kemauan sendiri (Ibrani 10:25-29).
11). Berjalan dengan penglihatan, perasaan dan bukan dengan iman (2 Korintus 5:7).
12). Ketidakpatuhan pada Firman Allah (Ibrani 5:8,9; Kisah 5:29,30).

Ketekunan dan Keamanan.

Kitab Suci mengajarkan bahwa keamanan keselamatan dari orang percaya terjamin. Tetapi
jaminan keamanan keselamatan itu bukannya tanpa syarat. Orang percaya diajarkan dalam
Alkitab supaya tekun dalam mengiring Tuhan. Namun ketekunan orang percaya tidak dengan
sendirinya terjadi. Ketekunan orang percaya bukan hanya karena kasih karunia Allah tetapi
terjadi karena orang percaya mau bertekun di dalam kebenaran Firman Tuhan. “Jikalau kamu
tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu.” (Yohanes 8:31) “Sebab itu kamu
harus tetap bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang …” (Kolose 1:23).

Walaupun Allah berkenan supaya orang percaya tetap selamat, tetapi Allah tidak
memaksakan kehendakNya kepada orang percaya. Allah telah menganugerahkan pikiran,
perasaan dan kehendak yang waras kepada manusia dan kemampuan ini telah dibaharui sejak
manusia mengalami kelahiran baru. “Supaya kamu dibaharui di dalam Roh dan pikiranmu
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Efesus 4:23,24). Hati nurani yang telah lahir
baru telah disucikan sehingga dapat memilih untuk tetap tekun memeliharanya dan
mengingkarinya. “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan
yang benar dan dalam segala macam pengertian sehingga kamu dapat memilih apa yang baik,
supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus.” (Filipi 1:9,10). Inilah tanggung
jawab manusia dalam memelihara keselamatan yang telah dianugerahkan Allah dalam kasih
karuniaNya dengan cuma-cuma. “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat,
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Hanya
mereka yang tekun memelihara keselamatannya itu yang tetap terjamin keamanan
keselamatannya. “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
(Matius 24:13). Keamanan keselamatan itu bersyarat yaitu hanya bagi yang bertekun dan
setia.

Ketekunan orang-orang kudus

Kitab Suci limpah dengan nasehat pada orang percaya supaya bertekun di dalam Tuhan terus
menerus dan berada di dalam Firman. Orang percaya itu harus mengambil keputusan dengan
kehendak sendiri untuk tetap memelihara kebenaran dan hubungan persekutuan dengan
Tuhan. Orang percaya dinasehati supaya :

1). Tetap di dalam iman (Kisah 14:22; Kolose 1:23).


2). Tetap di dalam kasih karunia Allah (Kisah 13:43).
3). Tetap di dalam kasih Kristus (Yohanes 15:9; Matius 22:35-40).
4). Tetap di dalam kebaikan Allah (Kisah 14:43).
5). Tetap di dalam doa (Kolose 4:2).
6). Tetap di dalam iman dan kasih (1 Petrus 1:5; 1 Timotius 2:15).
7). Tetap di dalam Firman (Yohanes 8:31; 1 Timotius 2:15).
8). Tetap di dalam Bapa dan Anak (1 Yohanes 2:24).
9). Tetap di dalam doktrin rasul-rasul (Kisah 2:43).
10). Tetap di dalam atau tinggal pada pokok anggur (Yohanes 15:1-10).

Bahaya mundur

Ada banyak peringatan yang diberikan kepada orang percaya supaya tidak mundur atau
mengundurkan diri dari pengiringan kepada Tuhan. Peringatan itu tidak dapat diterapkan
kepada orang yang belum lahir semula, atau orang berdosa. Peringatan-peringatan ini tidak
akan berarti bila sekiranya semua orang percaya tak mungkin jatuh dari kasih karunia Allah.

Beberapa peringatan tentang bahaya mundur yang ada di Alkitab.

1). Di Perjanjian Lama

Satu diantara kata-kata yang digunakan di Perjanjian Lama yang berbicara mengenai mereka
yang menarik diri dari pengiringan kepada Tuhan adalah kata “blackslide” (mundur, murtad).
Kata ini digunakan oleh Yeremia 13 kali (Yeremia 2:19; 3:6,8,11,12,14,22; 5:6; 8:5; 14:7;
31:22; 49:4), Nabi Hosea juga menggunakan kata ini beberapa kali. (Hosea 4:16; 11:7; 14:4).
Kata itu digunakan juga di Amsal (Amsal 14:4). Murtad dalam bahasa Ibrani Msubah berarti
berbalik kembali atau pergi dari tempatnya, keras kepala, melawan, menarik diri, meluncur
balik atau murtad. Sebagai perbandingan yaitu karena Nabi Yeremia dan Hosea berbicara
kepada orang Israel sebagai bangsa pilihan, ini juga sebagai peringatan kepada semua umat
Allah sekarang ini.

2). Di Perjanjian Baru

a). Yesus mengingatkan bahwa kedurhakaan akan bertambah banyak dan kasih banyak orang
akan menjadi dingin (Matius 24:12).

b). Yesus mengingatkan mengenai “menoleh ke belakang dan menjadi tidak layak untuk
Kerajaan Allah” (Lukas 9:62; 17:32).

c). Paulus berbicara mengenai mereka yang “kandas kapal” dalam iman (1 Timotius 1:18,19).

d). Petrus berbicara mengenai mereka yang mengetahui jalan kebenaran namun berbalik,
seperti anjing yang kembali lagi ke muntahnya dan babi kembali ke kubangan, yang keadaan
akhir lebih buruk dari keadaan semula (1 Petrus 2:20-22).

e). Penulis Ibrani mengingatkan mengenai mereka yang “mundur sampai binasa” (Ibrani
10:38,39).

f). Yesus berbicara mengenai orang percaya yang seperti “garam yang menjadi tawar”
(Matius 5:13).

g). Yesus juga berbicara mengenai ranting-ranting yang tidak berbuah dan dipotong dari
pokok anggur (Yohanes 15:2,6).
h). Petrus menasehati orang percaya supaya tetap di dalam kebajikan Kristen, dengan
mengatakan bila melakukan hal-hal itu ia “tidak pernah akan jatuh” (2 Petrus 1:4-10).

i). Orang percaya dikatakan untuk jangan “meninggalkan keselamatan yang begitu besar”
(Ibrani 2:3).

j). Tuhan Yesus berbicara mengenai pohon ara yang mengeluarkan buah yang jahat (Matius
7:15-27).

k). Wahyu berbicara mengenai nama-nama yang dihapus dari buku kehidupan (Wahyu 3:5;
20:6,15,16; 21:8; 22:18,19). Kalau ini tidak mungkin terjadi, maka peringatan-peringatan ini
tidak berarti.

l). Paulus berbicara mengenai kebaikan dan kekerasan Allah pada pohon Zaitun. “Atas kamu
kemurahanNya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahanNya, jika tidak kamupun akan
dipotong juga” (Roma 11:22).

Ayat-ayat peringatan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi tidak berarti sekiranya
orang percaya sudah aman keselamatannya tanpa syarat.

Bahaya murtad

Perbedaan diantara mundur dan murtad perlu diperhatikan. Ia yang mundur dapat dipanggil
kembali kepada Tuhan dan dapat kembali (Hosea 4:16; 11:7; 14:4; Yeremia 2:19; 3:6-12).
Orang yang murtad tidak dapat kembali kepada Tuhan. Namun keadaan mundur juga dapat
membawa kepada kemurtadan. Keadaan mundur berlangsung perlahan-lahan, tidak secara
tiba-tiba. Ia meluncur balik dari Allah kepada kejatuhan. Tetapi murtad adalah langkah
kelanjutan dari mundur. Pada fase ini orang itu menyangkali dan menolak Yesus Kristus
secara sengaja dan dengan kehendak bebas. Ini juga dikatakan sebagai “menyalibkan lagi
Anak Allah”.

Kata-kata Grika yang diterjemahkan dengan “murtad” adalah :

1). Skandalizo, yang berarti melanggar, jatuh, menjatuhkan diri, terdapat di Matius 13:21;
24:10; Markus 4:17.

2). Aphistemi yang berarti jatuh, menarik diri, memisahkan diri, terdapat di Lukas 8:13;
Ibrani 3:12.

3). Parapipto, yang berarti jatuh, murtad, terdapat di Ibrani 6:6.

Orang yang murtad artinya yang berbalik dengan sengaja dan dengan kehendak sendiri dari
Tuhan, yang tidak pernah bertobat lagi sampai akhir hidupnya dan menjadi bagian dari
“kejatuhan besar” atau “kemurtadan besar”.

Keamanan bersyarat

Firman Allah mengajarkan tentang ketekunan orang kudus. Peringatan mengenai


kemungkinan ada yang mundur dan murtad menunjukkan bahwa keamanan dalam
keselamatan itu bersyarat, yaitu tergantung pada kepatuhan dan iman kepada Tuhan Yesus
Kristus. Ibrani 5:9 mengatakan bahwa Yesus Kristus sudah mencapai kesempurnaanNya, “Ia
menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya”. Dalam
bahasa Inggris “to all who obey Him”, yang berarti selalu atau terus menerus taat kepadaNya.

Jadi pekerjaan penebusan oleh Yesus Kristus tidak membebaskan manusia dari kepatuhan
pada Firman Allah. Tetapi kepatuhan atau kehendak dan Firman Allah tidak dipaksakan
kepada manusia. Allah tidak memperkosa kehendak bebas dan pilihan manusia. Manusia itu
bertanggung jawab memilih untuk tetap setia atau mundur dari kesetiannya. Allah
mengatakan dalam firmanNya, bila umatNya tetap mematuhi suaraNya (Kejadian 22:18;
26:5; 27:8,13; Keluaran 19:5; 23:21,22; Ulangan 11:27,28; 30:2,8,20; Yeremia 7:23; 11:4;
Kisah 5:32; Ibrani 5:9; Roma 6:17; 1 Petrus 1:14,22; Roma 15:18). Bila umatNya tidak tetap
taat kepadaNya, mereka dapat terkeluar dari keselamatan yang dijanjikan Allah kepada
mereka.

Dalam Yohanes 10:27,28, Yesus Kristus mengatakan, domba-dombaKu mendengarkan


suaraKu dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan dapat merebut mereka dari
tanganKu”. Kedua ayat ini mengajarkan keamanan bersyarat bagi orang percaya. Dengan
mendengar suara (Firman Tuhan) dan mengikuti Gembala (mengikuti kehendak Tuhan),
umat Tuhan akan menerima kehidupan kekal dan terjamin tidak akan binasa. Diluar Tuhan
tidak ada jaminan untuk tetap selamat.

Tugas hamba-hamba Tuhan sebagai penjaga dan pengawal domba-domba Tuhan yaitu
supaya jangan ada yang berbalik dari kebenaran dan jatuh dalam kesalahan apalagi murtad.
Bila semua tetap memelihara keselamatan, akan dapat berseru dengan iman, “Bagi Dia, yang
berkuasa menjaga supaya kamu jangan tersandung dan yang membawa dengan tak bernoda
dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliannNya, Allah yang Esa, Juruselamat kita oleh
Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebenaran, kekuatan dan kuasa
sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya Amin” (Yudas 1:24,25).

2. Kesempurnaan

Karena Allah sempurna, Ia menghendaki agar umatNya sempurna pula. Walaupun manusia
telah jatuh ke dalam dosa, tetapi di dalam manusia ada kerinduan untuk mengejar
kesempurnaan itu. Allah sendiri yang menjadi standard ukuran tentang kesempurnaan itu.
Allah berkenan supaya umat tebusanNya seperti Dia. Allah memerintahkan kesempurnaan
dimasa sebelum Taurat (Kejadian 17:1), dimasa hukum Taurat (Ulangan 18:13) dan dimasa
kasih karunia (Matius 5:48).

Mengenai kesempurnaan Alkitab mengajarkan ada dua fase kesempurnaan, yaitu


kesempurnaan sekarang dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Kesempurnaan sekarang.

Bila Alkitab berbicara tentang kesempurnaan manusia sekarang, yang dimaksud bukan
“kesempurnaan tanpa dosa” tetapi kesempurnaan hati. Yang dimaksud dengan kesempurnaan
hati yaitu hati yang diserahkan kepadaNya, hati yang telah dipersembahkan untuk melakukan
kehendak Allah; hati yang tulus dan yang sepenuhnya mengikuti Allah. Hati yang sempurna
adalah keinginan sepenuh hati dan ketetapan hati untuk melakukan kehendak Allah. Jenis
kesempurnaan ini yang mungkin dicapai dalam hidup ini oleh orang percaya.
Kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Kesempurnaan dimasa yang akan datang. Ini adalah kesempurnaan yang akan ada pada:
waktu Tuhan Yesus akan datang kembali. Ini adalah kesempurnaan tanpa dosa, seperti Allah.
Kesempurnaan ini diturunkan dari Allah. Manusia tak pernah dapat mengusahakan hal ini
dari dirinya sendiri, bagaimanapun ia berusaha untuk itu. Maksud Allah adalah untuk
menebus umatNya kepada suatu kesempurnaan yang sesempurna-sempurnanya, dari mana
manusia tidak mungkin akan jatuh lagi (Mazmur 138:8; 1 Petrus 5:10; Yohanes 17:23;
Mazmur 18:32; Efesus 4:13; 1 Tesalonika 3:10; Ibrani 13:20,21).

Alat-alat kesempurnaan

Karena manusia tidak mampu membawa dirinya kepada kesempurnaan, maka Allah di dalam
kasih karuniaNya telah menyediakan alat-alat yaitu :

1). Tuhan Yesus adalah penulis dan penyempurna iman kita (Ibrani 12:2; 10:14). Dengan
tubuh dan darah Perjanjian Baru Ia akan menyempurnakan kita (Ibrani 13:20,21; 7:11).

2). Firman Allah akan menyempurnakan orang-orang kudus (Ibrani 11:3; 2 Timotius
3:16,17).

3). Iman dan ketaatan menyempurnakan kita (1 Yohanes 4:17,18; Yakobus 2:21).

4). Kemuliaan Tuhan akan membawa orang-orang kudus kepada kesempurnaan (Yohanes
17:23).

5). Pelayanan yang diatur dalam tubuh Kristus diadakan untuk membawa orang-orang kudus
kepada kesempurnaan dan kedewasaan (Efesus 4:11,12; Kolose 1:26,28).

6). Orang-orang kudus yang mati di dalam iman disempurnakan di dalam roh (Ibrani 12:24).

7). Gereja akan dipersembahkan sempurna kepada Kristus tanpa cela atau cacat dan kudus
sebagai pengantinNya dengan pembasuhan dengan air dan Firman (Efesus 5:23-32).

Orang percaya didorong untuk mencapai kesempurnaan. Sesudah ia selamat, ia harus


mempersembahkan hati yang sempurna sampai ia dibawa oleh kuasa penebusan oleh Allah
kepada keadaan sempurna yang tidak berdosa lagi dari mana ia tidak mungkin akan jatuh lagi
(Kolose 1:27-29; 2 Korintus 7:1; 1 Petrus 5:10; Filipi 2:12,13).

Bila dikatakan bahwa orang percaya itu sempurna di dalam Kristus, itu adalah kesempurnaan
secara posisi, namun kesempurnaan ini akan diberikan Tuhan menjadi pengalaman yang
sebenarnya bila Tuhan akan datang kembali, asal orang percaya tetap setia dan berusaha
untuk terus ada di dalam pimpinan Roh Kudus untuk mencapai kesempurnaan itu (Ibrani
6:1,2).

IV. Alat-alat Kasih Karunia.


Yang dimaksud dengan alat-alat anugerah yaitu institusi yang ditahbiskan oleh Allah untuk
menjadi saluran dari kasih karunia, yaitu yang digunakan oleh pengaruh supranatural dari
Roh Kudus kepada jiwa-jiwa manusia. Walaupun dia dalam pembicaraan tentang
keselamatan telah disebut disana-sini perannya, tetapi secara khusus perlu dibahas secara
sistematis. Yang dibicarakan disini ialah tentang pemberitaan Firman Allah dan tentang doa.

Pemberitaan Firman Allah .

1. Penjelasan tentang Firman.

Yang dimaksud dengan Firman Allah yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Buku-buku ini diinspirasikan secara Ilahi dan tidak ada kesalahan di
dalamnya.
Dalam bahasa Grika ada dua bahasa uang digunakan untuk Firman Allah yaitu Logos dan
Rhema. Kedua kata ini mempunyai perbedaan pengertian. Logos mengungkapkan :

1) Pernyataan pikiran, yaitu mewujudkan suatu konsep atau ide, ucapan atau ernyataan dari
Allah atau Yesus Kristus. Dalam hubungan dengan ucapan atau pernyataan itu, bila dikatakan
“Firman Tuhan” maka yang dimaksud ialah kehendak Allah yang diungkapkan dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

2) Firman yang berpribadi, sebutan untuk Anak Allah. Yohanes 1:1-8.


Rhema menyatakan sesuatu yang dibicarakan, apa yang diucapkan di dalam khotbah atau
tulisan. Sebagai contoh Rhema mempunyai arti yang berbeda dengan logos, seperti Efesus
6:17, pedang Roh yaitu Firman Allah. Yang dimaksud disini bukan Firman Allah (Logos)
dalam pengertian keseluruhan Alkitab, melainkan ayat-ayat Firman Tuhan (Rhema) secara
sendiri-sendiri yang dibawa oleh Roh Kudus ke dalam ingatan kita, yang digunakan pada saat
dibutuhkan.

2. Pembedaan Firman sebagai alat anugerah.

1) Sebagai alat keselamatan . Alkitab adalah satu alat keselamatan. Roma 1:16 mengatakan,
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan
Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Firman Allah melahirkan kembali
orang percaya. “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari
benih yang tidak fana, oleh Firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (1 Petrus 1:23).
Firman Allah itu menyegarkan dan menguatkan kembali (Mazmur 19:8). Firman Allah
menunjuk jalan kebenaran di dalam keselamatan. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Firman itu
menyelamatkan. “Terimalah dengan lemah lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” (Yakobus 1:21). Jelas bahwa Firman Allah adalah
sebagai alat yang digunakan Allah dalam keselamatan manusia.
2). Sebagai alat dalam penyucian. Hal ini terungkap dalam simbol dari Firman Allah yaitu
sebagai cermin, sebagai pembasuh, sebagai lampu dan pedang. Yesus mengatakan,
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).
Ada hubungan erat diantara membaca dan mempelajari Firman Allah dengan pertumbuhan
iman seseorang. Seperti pesan Tuhan kepada Yosua, “Janganlah engkau lupa memperkatakan
kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati
sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan
berhasil dan engkau akan beruntung,” (Yosua 2:8). Kita sebagai umat Kristiani juga perlu
bersungguh-sungguh dalam mempelajari Firman Allah dengan tekun supaya hidup rohani
diberkati.

3). Berkat dalam mendengar dan memberitakan Firman.


Kita sebagai umat Tuhan harus melaksanakan Firman Tuhan dan tidak hanya menjadi
pendengar saja (Yakobus 1:22). Hanya jika kita tetap di dalam Firman Tuhan, kita benar-
benar adalah murid Tuhan Yesus (Yohanes 8:31). Tuhan berkenan akan mereka yang
menuruti firmanNya (Yohanes 17:6). Karena itu diperintahkan, “Beritakanlah firman, siap
sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah yang salah, tegorlah yang salah dan
nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2) “Pergilah . . .
beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak,” (Kisah 5:20) “Jangan takut !
Teruskanlah memberitakan firman dan jangan diam.” (Kisah 18:9).

Doa

1. Arti dari doa . Doa adalah percakapan diantara jiwa seseorang dengan Allah. Percakapan
itu dilaksanakan dalam beberapa bentuk. Hal-hal yang ada pada doa :

1) Pengakuan. Contoh : 1 Raja-raja 8:47; Ezra 9:5-10; Nehemia 1:6; Daniel 9:3-15.

2). Penyembahan (adoration). Contoh : Mazmur 54:1-8; Yesaya 6:1-4; Matius 14:33; 15:25;
28:9; Wahyu 4:11.

3). Persekutuan (communion). Sebagai contoh adalah doa dari Abraham mengenai Sodom
dan Gomora (Kejadian 18:23). Allah bersekutu dengan imam besar dari tutup grafirat
(Keluaran 25:22). Musa bersekutu dengan Allah di Sinai (Keluaran 31:8).

4). Mengucap syukur. Nyanyian Miriam (Keluaran 15), Deborah (Hakim-hakim 5) dan Daud
(2 Samuel 23) adalah terutama pengucapan syukur. Alkitab banyak mengajak supaya
mengucap syukur (Mazmur 95:2; Efesus 5:20; Filipi 4:6; Kolose 4:2).

5). Permintaan, menyampaikan permohonan. Contoh : Daniel 2:17; 9:16-19; Matius 7:7-12;
Yohanes 7:7-11, 22; Kisah 4:29, 30; Filipi 4:6.

6). Permohonan mendesak. Contoh : Zakharia 12:10; Matius 15:22-28; Lukas 18:1-8; 1
Timotius 2:1.

7). Doa syafaat. “Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan doa syafaat dan
ucapan syukur untuk semua orang.” (1 Timotius 2:1). Contoh : Jemaat berkumpul dan
mendoakan Petrus di penjara (Kisah 12:5). Orang-orang yang dibantu dalam doa, misalnya :
pengusa (1 Timotius 2:2), Israel (Mazmur 122:6), yang belum selamat (Lukas 23:24; Kisah
7:60), orang yang baru bertobat (2 Petrus 1:11), semua orang suci (Efesus 6:18; Yakobus
5:16), orang yang berbuat dosa (1 Yohanes 5:16), pekerja Kristen (Efesus 6:19; 1 Tesalonika
5:25), dan musuh kita (Matius 5:44).

8). Menanti. “Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku


mengharapkan firmanNya.” (Mazmur 130:5) “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan
Tuhan.” (Ratapan 3:26) “Nantikanlah Tuhan ! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya,
nantikanlah Tuhan!” (Mazmur 27:14).
2. Pentingnya doa. Alkitab mengungkapkan pentingnya doa di dalam hidup orang percaya.
Kehidupan Kristen tak dapat bertahan tanpa doa karena doa adalah nafas vital dari orang
Kristen. Hal-hal yang mengungkap pentingnya doa :

1). Meninggalkan doa dianggap berdosa (Yesaya 64:6,7; 1 Samuel 12:23).

2). Banyak kejahatan yang disebabkan karena kekurangan doa (Zefanya 1:4-6; Daniel 9:13,
14).

3). Terus-menerus berdoa merupakan perintah (Kolose 4:2); 1 Tesalonika 5:17).

4). Kita disuruh untuk mencari kesempatan untuk berdoa (1 Korintus 7:5).

5). Doa merupakan metode yang ditunjuk Allah untuk memperoleh apa yang Ia anugerahkan
(Daniel 9:3; Matius 7:7-11; 9:24-29; Lukas 11:13).

6). Kekurangan berkat untuk kehidupan disebabkan kegagalan berdoa (Yakobus 4:2).

7). Rasul-rasul menganggap doa sangat penting dan memerlukan perhatian sepenuhnya
(Kisah 6:4; Roma 1:9; Kolose 1:9).

3. Kemungkinan untuk berdoa.

1). Wahyu Allah oleh Yesus Kristus kepada kita . Yohanes 1:18 mengatakan, “Tidak ada
seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan
Bapa, Dialah yang mengatakannya.” Selanjutnya dalam Matius 11:27, “Semua telah
diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan
tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak berkenan mengatakannya.” Kristus
menyatakan Allah sebagai Allah pribadi, sebagai Yang Ada yang melihat, merasa,
mengetahui, mengerti dan bertindak. Kepercayaan pada kepribadian Allah adalah mutlak
diperlukan untuk doa yang benar (Ibrani 11:6). Kristus menyatakan Allah sebagai Allah yang
berdaulat (Matius 19:26). “Dengan Allah semua boleh jadi,” Allah berdaulat atas semua
hukum; Ia dapat menjadikan semua hukum melayani kehendak-Nya dan menggunakan-Nya
untuk menjawab doa anak-anakNya. Ia tidak terikat dengan apa yang disebut sebagai hukum
yang tak dapat diubah.
Kristus menyatakan Allah sebagai Bapa (Lukas 11:3). Pada setiap saat di dalam kehidupan
Kristus pada masa Ia menyapa Allah di dalam doa Ia selalu menyebut-Nya sebagai Bapa.
Fakta tentang kebapaan dari Allah menjadikan doa itu mungkin. Tidaklah biasa bagi seorang
bapa untuk tidak bercakap-cakap dengan anaknya.

2). Karya pengorbanan Yesus Kristus. Ibrani 10:11,12 berbunyi sebagai berikut : “Jadi
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam
tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui
tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah
Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan
iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh
kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Karena kematian Kristus yang menyingkirkan penghalang di antara Allah dan kita, Ia
sekarang dapat mendengar dan menjawab permohonan anak-anakNya.
3). Inspirasi Roh Kudus. Roma 8:26 mengatakan, “Demikian juga Roh membantu kita dalam
kelamahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri
berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak diucapkan .” Jadi
walaupun kita diyakinkan bahwa ada Allah pribadi yang mendengar doa kita, dan walaupun
kita mempunyai keyakinan bahwa penghalang yaitu dosa yang ada di antara kita dan Allah
telah disingkirkan sehingga kita sekarang dapat berdoa, tetapi kita sering terhalang karena
kita tidak tahu apa yang harus dikatakan atau untuk apa diminta. Kita mungkin terlalu berapi-
api untuk hal-hal yang salah, atau terlalu lemah untuk hal-hal yang sangat kita butuhkan. Jadi
jaminan yang diberikan ayat-ayat di atas adalah bahwa Roh Kudus akan berdoa di dalam kita,
dan akan menguraikan permohonan itu, yang membantu kita di dalam doa itu.

4). Banyak janji dalam Alkitab. Dikatakan bahwa ada lebih dari 3000 janji dalam Alkitab dan
setiap janji adalah “ya” dan “amin” di dalam Yesus. Ia adalah jaminan untuk semua.
“Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”
(Bilangan 23:19). Lihat juga dalam Yohanes 14:13; 15:7; 1 Yohanes 5:14,15; Lukas 11:9.

5). Ada kesaksian Kristen universal. Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa kepada
Bapa (Nehemia 4:9; Yohanes 16:23; Kisah 12:5; 1 Tesalonika 5:23) atau kepada Kristus
(Kisah 7:59; 1 Korintus 1:2, 2 Korintus 12:8,9; 2 Timotius 2:22). Mengenai Roh Kudus
sebagai tujuan doa, ada ahli yang berpendapat bahwa Roh Kudus juga dapat menjadi tujuan
doa karena Ia adalah Allah yang harus disembah. Tetapi ahli lain mengatakan tidak ada doa
yang tercatat di Alkitab yang ditujukan kepada Roh Kudus, namun yang dibicarakan hanya
ada persekutan dari Roh Kudus, namun yang dibicarakan hanya ada persekutuan dari Roh
Kudus. Ini dapat berarti doa, tetapi juga dapat berarti bahwa Roh Kudus bersama-sama
mengambil bagian. Peranan Roh Kudus adalah berdoa di dalam kita (Roma 8:26; Yudas
1:20) bukan menyambut doa. Kesimpulannya bahwa cara normal dalam doa yaitu berdoa di
dalam Roh, berdasarkan karya anuerah dari Anak ditujukan kepada Bapa, atau singkatnya
berdoa di dalam Roh melalui Anak kepada Bapa.

4. Cara berdoa

1). Sikap badan waktu berdoa. Alkitab tidak menetapkan satu cara atau sikap badan tertentu,
tetapi ilustrasi dan contoh-contoh ada diberikan. Kita ada melihat bahwa ada yang berdoa
sambil berdiri (Markus 11:25; Lukas 18:13; Yohanes 17:1), berlutut (Lukas 22:41; 1 Raja-
raja 8:54; Efesus 3:14; Kisah 20:36), merebahkan diri (Markus 14:35), tiarap di tanah (Matius
26:39), berbaring (Mazmur 63:6), duduk (1 Raja-raja 18:42). Ini menyatakan bahwa yang
penting bukanlah sikap badan tapi sikap hati. Namun banyak tanda bahwa yang lebih banyak
digunakan adalah sikap berdoa sambil berdiri atau berlutut.

2). Waktu berdoa. Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa (Lukas 18:1; Efesus 6:18).
Namun ada juga contoh perlu menentukan waktu-waktu tertentu untuk berdoa. Contoh dalam
Mazmur 55:17; Daniel 6:10; Kisah 3:1. Walaupun contoh-contoh tidak merupakan perintah
tetapi mengungkapkan adanya keinginan untuk berdoa secara teratur. Ada firman tentang
berdoa sebelum makan (Matius 14:19; Kisah 27:35; 1 Timotius 4:4,5) dan bahwa kesempatan
tertentu harus mendorong kita untuk berdoa secara khusus (Lukas 6:12,13; 22:39-46;
Yohanes 6:15; Mazmur 50:15). Jadi walaupun tidak ada waktu tertentu yang ditunjuk untuk
kita berdoa, tetapi setiap saat adalah waktu yang baik untuk kita berdoa kepada Allah.

3). Tempat berdoa. Alkitab mengisyaratkan tentang doa yang rahasia di kloset (ruang kecil di
rumah tempat khusus berdoa), terlindung dari semua keributan dan kesibukan hidup (Matius
6:6; Daniel 6:10). Yesus dengan contohnya mengajar kita untuk memilih tempat yang
tersendiri untuk berdoa, misalnya di padang (Markus 1:35), di atas gunung (Markus 14:23).
Firman juga menguatkan supaya berdoa dalam persekutuan bersama-sama dengan mereka
yang mau bersama-sama dan sependapat (Matius 18:19,20; Kisah 1:14; 12:5; 20:36). Ada
juga contoh berdoa dimana saja (1 Timotius 2:8). Karena tidak aa larangan kita berdoa di
suatu tempat tertentu, tetapi perlu juga memperhatikan ucapan Tuhan Yesus bahwa bait Allah
disebut sebagai rumah doa, sehingga tidak berlebihan bila jemaat secara khusus diajar supaya
pada kesempatan tertentu berdoa di Gereja sebagai “rumah doa” bagi orang Kristen.

4). Penampilan di waktu berdoa. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pada waktu berpuasa
janan memperlihatkan muka muram (Matius 6:16-18). Yang dimaksudkan yaitu jangan
seperti orang munafik. Doa pribadi tidak boleh dilakukan secara demonstratif untuk
mempertontonkan hawa “aku sedang berdoa” (Matius 6:5). Tuhan juga mengajar supaya
jangan mengucapkan doa yang terdiri dari ungkapan yang berulang-ulang, bertele-tele
(Markus 6:7). Berdoalah sewajarnya karena Allah Bapa mengetahui apa yang kita perlukan
(Matius 6:8), tidak mengulang satu kalimat seratus kali misalnya kepada Allah, dengan
anggapan bahwa doa akan dikabulkan karena banyaknya kata (Matius 6:7).

5). Suasana hati orang berdoa. Suasana hati orang yang berdoa adalah faktor yang sangat
penting. Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 15:7, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku
dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamuakan
menerimanya.” Mengenai syarat “jikalau kamu tinggal di dalam Aku, meliputi beberapa hal,
yaitu bebas dari dosa yang diketahui (Mazmur 66:18; Yesaya 59:1,2; Amsal 28:9), tidak
mementingkan dirinya sendiri di dalam permintaan (Yakobus 4:2,3), meminta sesuatu dengan
kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14), pengampunan di dalam nama Kristus (Yohanes 14:13,14;
15:16; 16:23-24), berdoa di dalam Roh (Efesus 6:18; Yudas 1:20), meminta di dalam iman
(Yakobus 1:6,7; Lukas 18:1-8; Kolose 4:21). Dengan suasana hati yang berkenan kepada
Tuhan, kita berdoa kepada Allah dengan iman kita menerima jawaban untuk doa kita.
Doktrin Keselamatan Dalam Iman Kristiani
Keselamatan adalah doktrin mendasar dalam kekristenan. Memang ada dua pandangan yang
kelihatannya saling bertentangan satu sama lain, yaitu Calvinisme dan Armenianisme.
Sebetulnya tidak ada yang salah dari kedua pandangan ini. Hanya beda sudut pandang saja.
Calvinisme memandang keselamatan dari posisi manusia di hadapan Allah. Manusia yang
berdosa menerima anugerahNya, mengalami kelahiran kembali akibat dari menerima Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Sementara Armenianisme melihat dari
sudut pandang posisi manusia di hadapan sesamanya, bahwa manusia berdosa yang telah
bertobat harus membuktikan imannya di hadapan sesamanya dengan perbuatan, karena tanpa
perbuatan iman itu pada dasarnya mati. Iman dalam arti seutuhnya terdiri dari percaya dalam
hati, pengakuan dengan mulut dan diwujudkan dalam perbuatan.

Untuk itu jangan mencondongkan pandangan kita kepada salah satu dari kedua konsep di
atas. Kita harus kembali meneliti alkitab sebagai referensi utama dalam membangun konsep
iman yang menyangkut keselamatan kekal.Kalau kita membaca Roma 8:29-30; Efesus 1:3-
14; 2:8-10 dengan teliti maka kita bisa membaut simpul-simpul mendasar tentang
keselamatan dan akibatnya kedua pandangan yang kelihatannya saling bertentangan di atas
tercakup di dalamnya.

Roma 8 yang merupakan puncak dari bagian doktrinal itu merangkumkan, bahwa
keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus mencakup dimensi yang lengkap dalam hidup kita :
1. Dimensi masa lampau: pembenaran
2. Dimensi masa sekarang: pengudusan
3. Dimensi masa yang akan datang s.d. kekekalan: pemuliaan

PEMBENARAN (JUSTFICATION) – Ini disebut juga Keselamatan Posisional dimana


kita dibebaskan dari kutuk dosa.
Kita dipilih-Nya (Allah) bahkan sebelum dunia dijadikan (Ef 1:3-4). Ingat “di dalam Dia” (di
dalam Yesus kristus). Inilah aspek posisional dari keselamatan kita. Ayat 4 : di dalam
Kristus, kita kudus dan tidak bercacat. Allah Bapa melihat kita di dalam Kristus. Cf: ayat 5:
“Dalam kasih, Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-
anak-Nya.

Maka “Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan”(Ef 1:3-4)


Ingatlah bahwa Kristus telah ada sebelum dunia dijadikan, bahkan Ialah yang menyebabkan
segala sesuatu ada (Yoh 1:3, “. . .segala sesuatu dijadikan oleh Dia”).
Tekanan di sini, adalah “di dalam Dia” (Kristus). Jadi, “di dalam Kristus,” keselamatan itu
cukup bagi semua orang (sufficiency). Tetapi keselamatan yang cukup/sufficient di dalam
Kristus itu, hanya menjadi efisient (berlaku) bagi seseorang, apabila orang itu menerima
Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan-nya (Efficeincy) (Ef 1:13-14; 2:8-10).

Karena itu, kita menolak pandangan “universalisme” yang mengatakan, bahwa semua orang
pasti selamat, karena Allah “telah memilih” semua orang sebelum dunia dijadikan.

Karena kita dipilih di dalam Kristus, kita memiliki kepastian keselamatan :


Kita telah menjadi anak-anak Allah dan memiliki keselamatan yang kekal (Yoh 1:12; 3:16;
Ef 1:13-14, dll.),
Kita tidak dihukum : Roma 8:1, Tidak ada penghukuman bagi orang di dalam Kristus Yesus.”
Kita tidak dapat dirampas dari tangan Bapa (Yoh 10:27-30),
Kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus (Roma 8:37-39).

Walaupun demikian kita mempunyai tanggung jawab moral untuk hidup sesuai dengan posisi
kita di dalam Kristus. Itulah dimensi yang kedua

PENGUDUSAN (SANCTIFICATION) – Keselamatan Progresif dimana secara proses kita


dibebaskan dari kuasa dosa.Posisi/kedudukan kita yang begitu tinggi (orang Kudus/orang
yang dibenarkan dalam Kristus). menuntut tanggung jawab yang tidak ringan: Kita harus
hidup kudus. Dalam hal ini ada dua ekstrim:
Yudaisme : menurut persepsi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi : orang harus memenuhi
hukum Taurat supaya diselamatkan. Ajaran sesat ini dalam gereja yang mula-mula telah
dikoreksi oleh Paulus, antara lain : Rom 3:20; 23-24; 27-28.
Antinomianisme : karena orang Kristen telah diselamatkan hanya karena anugerah Yesus
Kristus, maka mereka tidak perlu taat kepada hukum-hukum; ekstrim ini dikoreksi oleh
Yakobus (Yak 2:22). Kalau demikian , apakah Paulus bertentangan dengan Yakobus? Sekali-
kali tidak!
Paulus (dalam Roma dan Galatia): Manusia yang berdosa di hadapan Allah!
Yakobus (dalam surat Yakobus): Manusia yang sudah ditebus di hadapan sesama manusia.

Karena itu, orang Kristen tidak boleh hidup secara ceroboh di dalam dunia ini. Justru karena
kita sudah diselamatkan, kita harus hidup berpadanan dengan posisi kita, sebagai orang-orang
yang telah diselamatkan (Ef 4:1).

Bagaimana kita hidup sekarang ini dan di sini, itulah yang penting. Dimensi kekinian ini
merupakan dimensi progresif di dalam kehidupan Kristen kita. Artinya harus ada kemajuan di
dalam hidup kita. Kita harus hidup sebagai anak-anak terang (Ef 5:1-21)
Karena itu dimensi ini disebut juga sebagai dimensi pengudusan (I Ptr 1:14-16).
Persoalannya, bagaimana kita hidup kudus, padahal dunia ini penuh dengan kebobrokan
/kegelapan?
Dalam tataran praktis (artinya dalam praktek kehidupan kita sehari-hari), apakah artinya
“menjadi suci. . .”?
Secara spiritual : kita ekslusif – kita harus berbeda dengan orang lain (Yoh 17:14-16).
Secara sosiokultural : kita harus inklusif, berada di tengah-tengah masyarakat sebagai garam
dan terang (Matius 5:13-16).

Bagaimanakah kalau orang Kristen jatuh ke dalam dosa? Dalam hal ini, kita harus
membedakan dua hal :
Hubungan/Relationship: tetap (cf. Rom 8:37-38, dll.)
Persekutuan/Felloship: terganggu (baca: I Yoh 1:5-10, khususnya ayat 9).
Tiga aspek dalam pengakuan dosa, adalah :
Pengakuan, kehancuran hati, berbalik dari dosa kita.
Apakah itu berarti, bahwa kita dapat saja jatuh bangun, terus-menerus di dalam kehidupan
Kristen kita? Sekali-kali tidak !
Dilihat dari konsep pengudusan ini sebetulnya orang Kristen yang sudah lahir baru tidak bisa
hidup di dalam dosa, tetapi bisa jatuh dalam dosa. Jika kita jatuh di dalam dosa, maka Tuhan
sudah menyediakan jalan keluarnya (1 Yoh 1:9). Tetapi yang masih hidup di dalam dosa
sesungguhnya belum pernah mengalami kelahiran kembali (regeneration).
PEMULIAAN (GLORIFICATION) – Ini disebut juga keselamatan final dimana kita
dibebaskan dari kehadiran dosa. Hal ini akan digenapi di kekekalan yang akan datang.
Paulus menulis dalam Roma 6:1-4, bahwa orang Kristen harus hidup dalam hidup yang baru.
Hidup di dalam kehidupan yang baru tersebut tidak dihasilkan oleh tekad kedagingan untuk
berkenan kepada Tuhan, seperti dalam Yudaisme yang ekstrim—bukan juga dengan cara
mengabaikan hukum-hukum Tuhan seperti dalam antinomianisme yang menyalahgunakan
kasih dan kesabaran Allah; tetapi melalui ketaatan yang tulus, ketaatan yang berdasarkan
kasih, ketaatan di atas landasan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Setelah ilustrasi yang panjang melalui tokoh-tokoh iman dalam Ibrani pasal 11, penulis surat
Ibrani mengajak kita untuk bertekun dalam iman (Ibr 12:1-2). Iman mempunyai dimensi
kekekalan: melalui ketekunan kita akan sampai ke dalam kemuliaan (Rom 8:17; 29-30).

Anda mungkin juga menyukai