Anda di halaman 1dari 10

SURAT GEMBALA USKUP DENPASAR

DALAM RANGKA
PRAPASKAH-PASKAH 2022

“GEREJA DALAM
PERUTUSAN KONTEKSTUAL”

1
Rekan-rekan imam, biarawan-biarawati dan Umat Katolik
Keuskupan Denpasar (Bali-NTB), yang saya kasihi
Salam sejahtera dan salam sehat untuk kita semua.

Sekarang ini kita masih dalam situasi keprihatinan pandemi


Covid-19. Namun kita bersyukur kepada Tuhan karena kita masih
dikarunia kehidupan dan kesehatan yang baik serta boleh
menjalankan berbagai aktivitas dan pelayanan. Sebagai orang
beriman, kita tidak usah takut, cemas dan gelisah berlebihan;
saatnya kita bangkit dan hidup normal dengan tatanan baru
Prokes, serta selalu berkanjang dalam doa. Saatnya kita memasuki
fase baru dari pandemi ke endemi.

Sudara-saudari, yang terkasih dalam Kristus


Kita kembali memasuki masa Prapaskah. Prapaskah
merupakan masa Retret Agung selama 40 hari. Masa Prapaskah
adalah saat istimewa mendekatkan diri kepada Allah dengan
berdoa, bertobat, bermatiraga dan melakukan karya belas kasih
sebagai persiapan menyambut perayaan Paskah. Dalam
kerinduannya untuk memperbaharui praktek-praktek liturgi
Gereja, Konstitusi tentang Liturgi Kudus Konsili Vatikan II
(Sacrosanctum Concilium) menyatakan: Dua ciri khas Masa
Prapaskah adalah mengenang atau mempersiapkan pembaptisan,
dan membina sikap tobat. Semoga umat dengan sungguh-sungguh
memaknai dan memanfaatkan masa ini untuk menimba rahmat
Allah dengan berbagai kegiatan yang memungkinkan tumbuh
suburnya hidup iman dan rohani kita.

2
GEREJA DALAM PERUTUSAN KONTEKSTUAL
Gereja Katolik senantiasa bergerak dalam pusaran perubahan
yang terjadi dari masa ke masa. Eksistensi Gereja tidak bisa
dilepaskan dari situasi zaman yang terus berubah. Maka, Karya
Pelayanan atau Perutusan Gereja pun harus menyesuaikan diri
dengan situasi yang terjadi atau sesuai konteksnya.
Tahun 2022 karya pastoral Keuskupan Denpasar mengangkat
tema: Gereja Dalam perutusan Kontekstual. Tema ini adalah tema
ke-5 sekaligus menjadi tema terakhir amanat Sinode IV.
Berkaitan dengan tema Gereja Dalam Perutusan Kontekstual,
dalam Rumusan Akhir Sinode IV, antara lain dikatakan bahwa:
Gereja dibangun oleh Yesus Kristus di atas para Rasul, dan Tuhan
Yesus mengatakan kepada Simon Petrus: “Aku pun berkata
kepadamu, Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini aku akan
mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasinya”
(Mat 16:18). Dan Yesuspun telah mengutus mereka untuk pergi ke
seluruh dunia: ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan
Roh Kudus” (Mat 28:19).

KONTEKS GEREJA KATOLIK KEUSKUPAN DENPASAR SAAT INI


1. Konteks Pandemi Covid-19
Karya pastoral kita di tahun 2022 masih dalam
kewaspadaan pandemi Covid 19. Adanya Pandemi Covid-19
ini berimbas pada pelaksanaan karya pastoral kita, yang masih
akan ditempuh secara daring-online maupun luring-offline
dengan menerapkan protokol kesehatan: jumlah peserta
terbatas, diikuti penyediaan fasilitas seperti: penyediaan

3
sarana pencuci tangan, air maupun handsanitizer, thermogun
dan penggunaan masker. Bahkan di beberapa Gereja
diwajibkan menerapkan aplikasi Peduli Lindungi.
2. Konteks Era Tehnologi Informasi dan Komunikasi
 Pewartaan Berbasis IT
Di era globalisasi ini Gereja juga harus menyesuaikan diri
dengan konteks budaya dan arus zaman yang
memanfaatkan atau berbasis IT sebagai sarana pewartaan.
Gereja Katolik sebagai bagian dari budaya masyarakat
zaman ini telah lama memanfaatkan produk budaya
masyarakat modern. Sebagaimana dikatakan dalam
Evangelii Nuntiandi, art. 45: “Gereja akan merasa bersalah
di hadapan Kristus bila gagal menggunakan media untuk
evangelisasi”. Oleh sebab itu merupakan suatu keharusan
bagi Gereja Katolik di mana saja berada untuk
menggunakan dan memanfaatkan alat teknologi dan
komunikasi secara arif dan bijaksana untuk karya
pelayanan di bidang perwartaan. Gereja dalam perutusan
kontekstual mempertimbangkan 4 hal yang relevan untuk
dilaksanakan dalam karya pastoral menyangkut: alam
lingkungan, budaya, pastoral berbasis data dan
pemanfaatan Informasi dan Tehnologi (IT) untuk
pewartaan.
 Pewartaan Berbasis Media Sosial
“Gereja katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi
keselamatan semua orang; maka Gereja merasa terdorong
oleh kewajiban untuk mewartakan Injil. Karena itulah
Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga

4
dengan memanfaatkan media komunikasi sosial
menyiarkan Warta Keselamatan, dan mengajarkannya,
bagaimana manusia dapat memakai media itu dengan
tepat. Jadi, pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan
dan memiliki semua jenis media itu, sejauh diperlukannya
atau berguna bagi pendidikan kristen dan bagi seluruh
karyanya demi keselamatan manusia” (IM.3). Dokumen ini
mengajak Gereja untuk menggunakan berbagai media
dalam karya pewartaannya. Audiovisual (Televisi) maupun
media cetak: Majalah. Berbagai jenis media sosial yang
lazim digunakan seperti WhatsApp, Line, Telegram,
Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dll. Gereja dan
siapa saja boleh menggunakan media sosial, dengan
catatan menggunakannya dengan bijaksana.

3. Konteks Adanya Kerusakan Alam-lingkungan Hidup


Krisis lingkungan sedang menjadi isu global saat ini: di
berbagai daerah terjadi polusi udara, banjir, tanah longsor,
kerusakan hutan, genung meletus, masalah sampah,
ekosistem rusak karena pencemaran lingkungan, dll
“Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu
Pertiwi, yang menyuapi dan mengasuh kami, dan
menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, beserta bunga
warna-warni dan rumput-rumputan sekarang menjerit karena
kerusakan yang telah kita timpakan kepadanya, karena tanpa
tanggung jawab kita menggunakan dan menyalahgunakan
kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya.” Demikian
seruan Bapa Suci Paus Fransiskus mengawali ensiklik

5
keduanya Laudato Si, yang mengutip kata-kata St. Fransiskus
Xaverius.
Ensiklik Laudato Si mengajak masyarakat dunia untuk
melakukan pertobatan ekologis. Setiap umat Katolik harus
bertobat dari dosa-dosa ekologisnya, dengan berhenti
melakukan kejatahan ekologis dan membangun semangat
mencintai lingkungan hidup.
Dalam hal ini, Komisi PSE telah memelopori gerakan Eco
Enzyme dan berupaya untuk turut serta menangani masalah
sampah, sebagai upaya penyelamatan lingkungan. Kiranya
gerakan ini bisa diikuti oleh paroki-paroki dengan memotivasi
umat untuk melakukan gerakan yang sama.

4. Konteks Gereja Lokal Keuskupan Denpasar


Gereja Katolik Keuskupan Denpasar itu unik. Di Bali kita
hidup berdampingan dengan mayoritas umat Hindu dan di
Nusa Tenggara Barat (NTB) berdampingan dengan mayoritas
umat muslim. Maka penting sekali kita menjaga kehidupan
yang damai dengan menjunjung tinggi sikap saling toleransi,
menghargai dan menghormati satu sama lain di tengah
perbedaan. Kehidupan Gereja lokal kita juga tidak lepas
dengan budaya setempat, oleh sebab itu Karya Pastoral kita
hendaknya memperhatikan budaya lokal dengan selalu
menghargai kearifan lokal. Pewartaan, pendalaman iman,
katekese, renungan, dll bisa masuk melalui pintu budaya.

6
5. Konteks Nasional
Gereja Katolik hidup di Negara yang beranekaragam suku,
budaya, ras dan agama. Keanekaragaman ini rentan dengan
perpecahan, jika masing-masing hanya memikirkan
kepentingan kelompok dan golongannya. Tapi jika mampu
menghargai dan saling menjujung tinggi nilai toleransi maka
keanekaragaman adalah sebuah keindahan dan kekuatan
untuk membangun negeri ini. Kita juga dihadapkan dengan isu
radikalisme, intoleransi, terorisme pelecehan terhadap agama
lain, ujaran kebencian-caci maki, fitnah dan juga berita-berita
hoax merajalela di media sosial.
Di tengah situasi ini, gereja Katolik meskipun hanyalah
kawanan kecil, harus tetap gigih menjalankan fungsi sebagai
garam dan terang untuk menebar warta kebaikan, menunjung
tinggi nilai toleransi, menghargai dan mengamalkan ajaran
cinta kasih tanpa pandang bulu.
Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati yang
mengisahkan kebaikan seorang Samaria saat menolong
seorang pria yang terbujur tak berdaya di tengah jalan (Lukas
10: 30-36), mengajarkan kita bahwa orang-orang di sekitar
kita sekalipun berbeda adalah sesama kita, bukan musuh.
Jadi, berbuat baiklah kepada siapapun yang memerlukan
pertolongan tanpa membeda-bedakan.

6. Konteks Gereja Universal


Karya Pastoral kita di tahun 2022 berjalan bersama
Sinode para Uskup sedunia yang mengangkat tema: “Demi
Terwujudnya sebuah Gereja Sinodal: Persektuan-
Partisipasi-Misi”. SInode ini berbeda dibandingkan tahun-
7
tahun sebelumnya. Biasanya dalam Sinode itu hanya para
uskup dan wakil Konferensi Waligereja sedunia yang hadir.
Sinode kali ini ingin mendengarkan gagasan-gagasan yang
muncul dari Gereja lokal (Keuskupan). Dengan cara ini Paus
ingin mewujudkan Gereja yang terus membaharui diri.
Sri Paus Fransiskus meminta agar seluruh Gereja
partikular terlibat mempersiapkan dan melaksanakannya.
Paus mengajak seluruh Gereja merenungkan tema yang
menentukan bagi hidup dan misi Gereja: “Jalan sinodalitas
inilah yang diharapkan Allah dari Gereja millenium ketiga”.
Sebagai bentuk keterlibatan kita, maka kita akan
berpartisipasi dengan memberikan masukan sesuai yang
diminta dalam Sinode tersebut.
Dalam hal ini Tim PUSPAS Keuskupan Denpasar sudah
turun ke Paroki-paroki meminta syering umat yang diwakili
dua belas (12) orang dari masing-masing Paroki untuk
menjawab dua pertanyaan yang telah disepakati dalam
Sidang Pleno Pastoral 2021, yakni Dialog dan Kerjasama di
Tengah Masyarakat dan Keberanian Berbicara dengan
tegas menyatakan sikap Gereja.
Kegiatan ini sudah dituntaskan dengan baik. Syering
dan refleksi umat dari masing-masing Paroki, akan
dirangkum untuk selanjutnya kita kirim ke KWI dan KWI
akan meneruskan ke Vatikan.
Terima kasih kepada para pastor paroki yang sudah
proaktif untuk menyukseskan kegiatan ini.

8
Peraturan Masa Tobat, Puasa dan Pantang dalam Gereja
Surat Gembala ini saya akhiri dengan mengingatkan kembali
aturan-aturan Gereja mengenai tobat, puasa dan pantang yang
berlaku dalam Gereja Katolik Universal:
1. Hari dan waktu tobat dalam Gereja Katolik adalah setiap hari
Jumat sepanjang tahun dan selama 40 hari masa pra-paskah
(Kan.1250).
2. Semua orang beriman Katolik wajib melakukan tobat demi
hukum ilahi (artinya sesuai perintah Allah sendiri). Maka pada
masa tobat tersebut, kita hendaknya secara khusus
meluangkan waktu untuk berdoa secara lebih intensif,
menjalankan ibadat dan karya amal kasih, menyangkal diri
dengan cara melaksanakan kewajiban-kewajiban dengan kasih
setia, terutama dengan berpuasa dan berpantang (Kan.1249).
Pantang makan daging dan makanan lainnya seturut
kebiasaan hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang
tahun, terkecuali hari Jumat itu jatuh bertepatan dengan
suatu hari raya dalam Gereja (Kan.1251).
3. Kita berpantang dan berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat
Agung dalam Pekan Suci. Pada hari Jumat lainnya dalam masa
pra-paskah ini kita hanya berpantang (Kan. 1251) meskipun
puasa dianjurkan.
4. Yang diwajibkan berpuasa adalah semua orang yang telah
berusia dewasa (genap 18 tahun) hingga awal tahun ke 60
(Kan 1252). Puasa berarti makan kenyang hanya sekali dalam
sehari untuk tujuan-tujuan rohani dan amal.
5. Yang diwajibkan berpantang adalah semua orang yang telah
berusia genap 14 tahun ke atas (Kan. 1252). Pantang berarti

9
meninggalkan makanan tertentu atau kebiasaan-kebiasaan
tertentu demi tujuan-tujuan rohani dan amal.
Akhirnya, saya mengucapkan “Selamat memasuki dan mengisi
masa prapaskah 2022 dengan kegiatan pendalaman Aksi Puasa
Pembangunan yang mengangkat tema: “Berjalan Bersama
Mewujudkan Gereja Sinodal: Persekutuan-Partisipasi-Misi”.
Bersama Bapa Suci Sri Paus Fransiskus, marilah kita
persembahkan doa dan puasa kita pada hari Rabu Abu untuk
perdamaian Rusia-Ukraina. Semoga Allah menurunkan rahmat
perdamaian bagi dua Negara yang sedang bertikai.
Selamat menyongsong hari Raya Paskah - Pesta
Kebangkitan Tuhan. Tuhan memberkati kita semua yang
berkehendak baik.

Denpasar, 10 Februari 2022


Pada Pesta Santa Skolastika
Salam dan Berkatku

10

Anda mungkin juga menyukai