Anda di halaman 1dari 14

Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No.

1, Oktober 2023

Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani


Volume 8, Nomor 1 (Oktober 2023)
ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
https://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis
DOI: 10.30648/dun.v8i1.962

Submitted: 13 November 2022 Accepted: 13 Februari 2023 Published: 1 Agustus 2023

Digital Ecclesia Sebagai Gereja Sinodal yang Mendengarkan

Stepanus Angga1*; Antonius Denny Firmanto2


Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang1;2
angga13cm@gmail.com*

Abstract
The focus of this paper is to understand digital ecclesia as a form of pastoral care in this digital
era. In this digital era, the Church also needs to revitalise itself to find new methods in its
preaching. The Church should not only focus on the strict rules of liturgy but really think about
contextual theology in this digital era. The Church as a community of faith has an important
role in the task of preaching Christ's mission, namely salvation to all people. Preaching in this
digital era certainly has its own challenges that need to be a common focus in Church life. This
Study was conducted by the literature study method. This study was based on the message
delivered by Pope Francis on the 56th Communication Day. The results of this study showed
the need for awareness to do a new catechesis in the digital era, which is a Church that is
willing to listen with the heart for the growth and development of the synodal church.

Keywords: digital church; Pope Francis; preaching; synodal; the listening church

Abstrak
Fokus penulisan ini adalah memahami digital ecclesia sebagai bentuk pastoral di era digital ini.
Pada era digital ini, Gereja juga perlu merevitalisasi diri untuk mencari metode baru dalam
pewartaanya. Gereja tidak hanya berfokus pada aturan-aturan ketat liturgi tetapi sungguh
memikirkan teologi kontekstual pada era digital ini. Gereja sebagai komunitas beriman memiliki
peran penting dalam tugas pewartaan misi Kristus, yakni keselamatan kepada semua orang.
Pewartaan pada era digital ini tentunya memiliki tantangannya sendiri yang perlu menjadi fokus
bersama dalam kehidupan menggereja. Kajian dalam tulisan ini menggunakan metode studi
pustaka. Kajian ini akan difondasikan dari pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus pada
Hari Komunikasi ke-56. Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya kesadaran untuk melakukan
katekese baru di era digital, yaitu gereja yang mau mendengarkan dengan hati untuk
pertumbuhan dan perkembangan gereja yang sinodal.

Kata Kunci: gereja digital; gereja yang mendengarkan; Paus Fransiskus; pewartaan; sinodal

170 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

PENDAHULUAN yang berarti “bersama,” dan “hodos” yang

Pandemi Covid-19 membawa pe- berarti “berjalan.” Sederhananya, sinodal

ngaruh dan perubahan yang signifikan bagi diterjemahkan sebagai berjalan bersama,

Gereja. Gereja-gereja melakukan kegiatan baik bersama umat, kaum klerus, dan tentu-

bina iman termasuk liturgi dalam bentuk di- nya berjalan bersama Yesus. Gereja yang

gital atau online. Pembicaraan tentang teo- sinodal adalah gereja yang mampu memba-

logi digital dan gereja digital menjadi sa- ngun komunikasi dengan setiap kalangan.

ngat populer karena hampir semuanya dila- Komunikasi ini menghargai relasi dan men-

kukan secara online.1 Gereja sebagai suatu dengarkan semua elemen gereja termasuk

komunitas beriman yang bersifat temporal kelompok “digital native” maupun “digital

dan spasial tentu memiliki tantangan pada immigrant.” 4 Artinya, Gereja tidak hanya
zamannya masing-masing. 2 Situasi zaman fokus pada nilai-nilai liturgis tetapi juga
tentu mengubah banyak hal terutama pada menyentuh hati umat. Gereja memberi
era digital ini. Masyarakat pun tentu menga- ruang kepada umat untuk berpartisipasi se-
lami suatu disrupsi karena dibanjiri oleh bagai Gereja yang berjalan bersama. Di te-
berbagai informasi yang bisa saja menjebak ngah situasi ini bagaimana wujud dari prak-
orang pada ranah komunikasi yang palsu. tek pastoral yang mendengarkan? Mengi-
Menghadapi tantangan zaman, gere- ngat pastoral di era digital tentu memiliki
ja tentunya tidak hanya diam dalam zona ciri khas yang berbeda.
nyamannya. Gereja dalam melaksanakan Orang dituntut untuk lebih berhati-
misi pewartaannya berperan membagikan hati agar tidak terjebak pada nilai-nilai nar-
atau mewartakan kabar sukacita kepada du- sistik atau pewartaan pada diri sendiri. Da-
nia, yaitu kabar keselamatan bagi seluruh lam pesannya pada hari komunikasi sosial
umat manusia.3 Pada saat yang sama, Gere- yang ke-56, Paus Fransiskus mengajak se-
ja memberi kesempatan kepada semua umat mua orang Kristiani untuk mau mendengar-
beriman sebagai satu kesatuan yang sino- kan dengan hati. Sebab, dunia hari-hari ini
dal. Sinodal berasal dari kata Yunani “syin” masuk pada kompleksitas digital yang

1
Heidi A. Campbell, “Digital Ecclesiology: A Digital,” Jurnal Teologi 5, no. 1 (2016): 59–76,
Global Conversation,” in Digital Ecclesiology : A https://doi.org/10.24071/jt.v5i1.481.
Global Conversation, 2020, 1-73. 4
Bobby Daniel Nalle, “Sekularisasi, Kultur Digital
2
Yahya Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Dan Geliat Agama: Tantangan Dan Sketsa
Informasi ‘Digital Ecclesiology,’” FIDEI: Jurnal Berteologi Digital Di Indonesia,” KENOSIS: Jurnal
Teologi Sistematika Dan Praktika 1, no. 2 (2018): Kajian Teologi 7, no. 2 (2021): 266–90, https://doi.
270–83, https://doi.org/10.34081/fidei.v1i2.12. org/10.37196/kenosis.v7i2.253.
3
Rafael Yohanes Kristianto, “Pentingnya
Komunikasi Iman Melalui Diskursus Iman Di Dunia

171 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

membawa orang masuk pada sikap indivi- wartakan kasih Allah sebelum kita meno-
dualis dan tidak mau mendengarkan sesa- laknya atau melihatnya sebagai ancaman.8
manya karena terlalu sibuk dengan aktuali- Di sini Guntur menjelaskan bahwa Gereja
sasi dirinya di media sosial. 5 Fransiskus atau persekutuan yang terbentuk di dalam
menegaskan bahwa mendengarkan tidak ruang digital atau biasa disebut metaverse,
hanya berarti menangkap atau mendengar hendaknya memiliki sikap yang misioner.
suara, tetapi pada dasarnya terhubung de- Menurut Simon, perintisan Gereja
ngan relasi dialogis antara Allah dan umat pada era digitalisasi, yang membangun dan
manusia.6 membentuk persekutuan umat beriman
Menurut Yahya, Gereja adalah wu- yang terbingkai secara digital ini, memiliki
jud nyata tangan Allah bagi mereka yang semangat pewartaan pada cinta dan kasih
terpinggirkan dan pembela bagi mereka Kristus.9 Kristus tidak hanya dimaknai ke-
yang diperlakukan tidak adil. Maka, Gereja hadirannya pada gedung ibadah. Dalam ka-
juga akan menggunakan kehadirannya di jian mengenai ibadah online, Djoys dan
era digital ini sebagai kesempatan untuk Daniel menunjukkan bahwa penghayatan
menuntaskan misinya.7 Misi Gereja bukan spiritualitas kepada yang ilahi tidak hanya
hanya pewartaan pada hal-hal liturgis saja berada di dalam Gereja. Kristus harus terus
tetapi juga membangun nilai-nilai Kristiani dimaknai dan dihidupi sebagai Tuhan yang
yang berlandaskan pada kasih. Maka, pada Mahahadir tanpa melihat tempat. 10 Dalam
era digital ini menjadi peluang besar bagi pengaruh digital bagi hidup umat Kristiani,
Gereja untuk mewartakan kabar gembira Barnabas menawarkan bentuk pastoral
kepada dunia. Hal yang sama ditegaskan yang relevan, yakni dengan melihat internet
oleh Guntur bahwa segala perkembangan sebagai anugerah dari Tuhan untuk mewar-
teknologi dan sarana informasi harus perta- takan kabar gembira, nilai persaudaraan,
ma-tama dilihat sebagai peluang untuk me- kepedulian, dan relasi antar pribadi sejauh

5
Carolina Etnasari Anjaya and Yonatan Alex 8
Guntur Wibisono, “Gereja Dan Metaverse (Sebuah
Arifianto, “Awarenesss Triangle: Konsep Studi Eklesiologi),” KASTARA KARYA: Jurnal
Pengembangan Pendidikan Kristen Bagi Generasi Pendidikan Dan Kebudayaan 2, no. 2 (2022): 15–20.
Tekno Di Era Virtual,” Jurnal Teologi Gracia Deo 9
Simon, “Perintisan Gereja Dalam Konteks
4, no. 1 (2022): 140–53, https://doi.org/10.46929/ Digitalisasi Masa Kini” 3, no. 1 (2022).
graciadeo.v4i1.109. 10
Djoys Anneke Rantung and Daniel Ronda, “Studi
6
KWI, Mendengarkan Dengan Hati (Jakarta: Eklesiologi Kristologi Pada Pelaksanaan Ibadah
Komisi Komunikasi Sosial KWI, 2022), 1-32. Online Di Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Ilmu
7
Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 3, no. 1
Informasi ‘Digital Ecclesiology.’” (2022): 30–42, https://doi.org/10.25278/jitpk.v3i1.
654.

172 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

itu tidak mengurangi kualitas seseorang. 11 pewartaan tersebut sebagai tugas yang tidak
Maka disini kami akan menunjukkan ber- hanya merupakan komunikasi satu arah, na-
teologi digital sebagai bentuk pastoral yang mun merupakan komunikasi dua arah. Ga-
konkrit dalam mewujudkan Gereja yang si- gasan ini akan dikembangkan dari pesan
nodal, Gereja yang melibatkan semua umat Paus Fransiskus. Terakhir, gagasan Gereja
beriman untuk berpartisipasi mewartakan yang mendengarkan tersebut akan diurai-
kabar gembira. kan dalam konteks dunia digital.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulisan artikel ini menggunakan Tanggung Jawab Pewartaan dalam


metode studi pustaka. Peneliti memanfaat- Digital Ecclesia
kan berbagai literatur yang relevan dengan Digital ecclesia adalah Gereja yang
tema penelitian sebagai sumber data. Sete- hadir di era digital. Gereja mau terbuka pa-
lah data terkumpul, peneliti menggunakan da hal-hal profan terlepas dari kelas sosial
metode content analysis untuk menelaah dan mungkin juga soal-soal finansial. 12
data penelitian. Analisis tersebut akan Digital ecclesia merupakan suatu cetusan di
menghasilkan temuan-temuan penelitian mana gereja menjadi ruang untuk mendarat-
yang menjadi menjadi kontruksi dalam me- kan atau membumikan Firman Tuhan ke-
lihat digital ecclesia sebagai gereja yang pada manusia zaman ini. Hari ini kita harus
mendengarkan. Peneliti akan berangkat dari mengakui bahwa perkembangan teknologi
pesan yang disampaikan Paus Fransiskus terus meluncur secara cepat, drastis, dan
dalam peringatan Hari Komunikasi ke-56 memiliki pengaruh yang sangat kuat dari
untuk mengkonstruksi gagasan ini. berbagai bidang atau aspek apa pun. Komu-
Untuk membangun gagasan dalam nikasi dan interaksi manusia pun masuk pa-
tulisan ini, peneliti akan mulai dengan me- da ranah baru. Manusia masuk pada ruang
nguraikan tanggung jawab Gereja dalam yang tanpa filter dan sekaligus dapat mem-
pewartaan dan terkhusus dalam konteks du- bawa pengaruh yang membawa disrupsi pa-
nia digital untuk memahami konsep digital da manusia itu sendiri. Hal ini menuntut Ge-
ecclesia. Selanjutnya, menguraikan tugas reja untuk lebih kritis dalam menghadapi si-

11
Barnabas Bram Suarga, “Pengaruh Kultur Digital 12
Dionysis Athanasopoulos, “Digital Ecclesia:
Dalam Hidup Beriman Kristiani : Membangun Towards an Online Direct-Democracy Framework,”
Langkah Pastoral Yang Relevan,” Harvester: Jurnal in International Conference on Software
Teologi Dan Kepemimpinan Kristen 6, no. 2 (2021): Engineering, 2018, 91–94, https://doi.org/10.1145/
160–96, https://doi.org/10.52104/harvester.v6i2.74. 3183428.3183432.

173 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

tuasi zaman. Terlepas dari itu, dengan ada- ngat banyak dan lebih kreatif terutama un-
nya teknologi, Gereja perlu memiliki meto- tuk melibatkan banyak orang muda.15 Gere-
de baru dalam membangun nilai persatuan. ja juga perlu melihat bahwa teknologi seba-
Di dalamnya terdapat proses membangun gai alat komunikasi adalah suatu sumber
hubungan dalam komunitas. daya di mana gereja harus dengan bijak me-
Berpikir tentang Gereja di era digi- ngambil peran sebagai pelaksana pastoral
tal adalah hal yang tidak hanya merefleksi- yang kompeten demi terlaksananya pembe-
kan bentuk komunikasi Gereja dan kehadi- ritaan Amanat Agung di era digital.16 Pem-
rannya di internet, tetapi bagaimana hal itu beritaan Amanat Agung di era digital ini
dapat berkontribusi dan menjadi bagian dari mau menunjukkan bahwa Gereja yang
masyarakat jaringan mulai saat ini.13 Dalam konstitutif selalu berada dalam naungan
hal ini Gereja berusaha merespons kebutu- Roh Kudus yang menggerakkan dan me-
han dunia dengan melihat internet sebagai numbuhkan ciptaan.
anugerah. Di sini Gereja hendaknya berani Gereja tentu tidak boleh puas de-
memberi respons yang tepat serta bijak, ngan doktrin-doktrinnya, tetapi terus mem-
yakni mengambil kebijakan untuk menye- perbaharui diri berdasarkan situasi zaman.
suaikan dengan keadaan baru berpastoral Kehadiran internet atau media sosial dalam
dan terbuka terhadap penggunaan teknologi segala perkembangannya membawa citra
komunikasi digital dalam kegiatan pewarta- baru bagi Gereja. Gereja tidak hanya mere-
an dan pelayanan.14 fleksikan bentuk komunikasi dan kehadi-
Masih pada koridor teknologi dan rannya di internet, tetapi bagaimana Gereja
komunikasi yang berkembang secara masif membawa kontribusi dan menjadi bagian
dan cepat, Gereja juga dituntut untuk berge- dari masyarakat yang memiliki peran pen-
rak cepat tetapi tidak jatuh pada pola nar- ting dan relevan dalam seluruh konteks ma-
sistik yang berpusat pada personal. Kehadi- nusia pada zamannya. 17 Tidak dapat di-
ran teknologi memberi ruang baru bagi ge- pungkiri lagi media sosial sering kali disa-
reja untuk berpastoral dan menjangkau ke- lahgunakan. Komunikasi menjadi runyam
butuhan umat. Peluang berpastoralnya sa- dan terdistorsi karena kepentingan-kepenti-

13
Campbell, “Digital Ecclesiology: A Global 15
Vinsensius Bawa Toron, “Dampak Pewartaan
Conversation.” Melalui Media Digital,” JURNAL REINHA 12, no. 1
14
Remigius Missa, “Penggunaan Teknologi (2021): 15–22, https://doi.org/10.56358/ejr.v12i1.
Komunikasi Digital Sebagai Tawaran Sarana 59.
Pelayanan Pastoral Di Tengah Pandemi Covid-19,” 16
Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi
Atma Reksa : Jurnal Pastoral Dan Kateketik 5, no. 1 Informasi ‘Digital Ecclesiology.’”
(2020): 36–45, https://doi.org/10.53949/ar.v5i1.56. 17
Campbell, “Digital Ecclesiology: A Global
Conversation.”

174 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

ngan beberapa pihak di dalamnya. Penya- ja untuk selalu menyelaraskan diri dengan
lahgunaan sarana atau media komunikasi konteks sosial yang sedang terjadi sehingga
berakibat pudarnya penghargaan terhadap pelayanan gereja senantiasa relevan pada
martabat pribadi manusia. 18 Maka, Gereja setiap zaman.21
hadir sebagai terang yang membawa tugas Gereja yang Mendengarkan Dalam
Imamat Agung itu sendiri. Perspektif Hari Komunikasi Ke-56
Gereja sebagai komunitas memberi
Pada peringatan Hari Komunikasi
semangat misi untuk terus melakukan pe-
ke-56, Paus Fransiskus mengajak semua
wartaan yang mendasar kepada semua
orang untuk mau mendengarkan dengan
orang. Makna komunitas ini tidak didegra-
hati.22 Kita harus berani mengakui bahwa di
dasikan pada komunitas online. 19 Orang
tengah perkembangan teknologi dan komu-
membentuk komunitas dengan saling mem-
nikasi, orang menjadi sibuk dengan dirinya
follow akun media sosialnya. Tentunya bu-
kan demikian yang diharapkan dalam kon- sendiri. Banyak orang melupakan sesama-

sep digital ecclesia. Konsep ini menuntut nya bahkan menjadi apatis, cuek, dan tidak

suatu bentuk pencarian metode pastoral peduli. Akibatnya, muncul banyak persoa-

atau katekese pada masa sekarang yang me- lan dan pergumulan yang dialami oleh ma-

mandang penting kesesuaian antara kandu- nusia dewasa ini. Orang butuh didengarkan.

ngan konten dan usia serta kebudayaan me- Menurut Paus Fransiskus, mendengarkan

reka yang menjadi alamat pewartaan Kabar menjadi tindakan yang memungkinkan
Gembira. 20 Situasi zaman yang terus ber- Tuhan mewahyukan diri-Nya sebagai Dia,
ubah menghendaki pewartaan juga ikut yang dengan berbicara menciptakan pria
memperbaharui. Gereja dengan sendirinya dan wanita menurut gambar-Nya, dan de-
mengalami pergumulan karena perubahan ngan mendengarkan mengakui mereka se-
situasi sosial. Fakta sosial mendorong Gere- bagai mitra dalam dialog.23

18
Aurelius Fredimento and John M. Balan, “PKM Dewasa Ini,” Credendum: Jurnal Pendidikan
Katekese Tentang Menghayati Nilai Kerajaan Allah Agama 1, no. 1 (2019): 1–7, https://doi.org/10.
Dalam Era Digital Bagi Anggota Kmk. St. Martinus 34150/credendum.v1i1.232.
Paroki Persiapan St. Marinus Pu’Urere,” Mitra 21
Susanto Dwiraharjo, “Konstruksi Teologis Gereja
Mahajana: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online Di
(2020): 32–41, https://doi.org/10.37478/mahajana. Masa Pandemi Covid-19,” EPIGRAPHE: Jurnal
v1i1.716. Teologi Dan Pelayanan Kristiani 4, no. 1 (May 29,
19
Nalle, “Sekularisasi, Kultur Digital Dan Geliat 2020): 1–17, https://doi.org/10.33991/EPIGRAPHE.
Agama: Tantangan Dan Sketsa Berteologi Digital Di V4I1.145.
Indonesia.” 22
KWI, Mendengarkan Dengan Hati.
20
Mutiara Andalas, “Katekese Multisensorik: 23
KWI.
Terobosan Kateketik Bagi Insan Beriman Digital

175 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

Di sisi lain, Paus Fransiskus mau objek yang disebut dengan kesepakatan
menunjukkan bahwa Tuhan Allah selalu atau konsensus. Setiap klaim harus selalu
mengkomunikasikan dirinya kepada manu- memperhatikan validitas universal dalam
sia. Nilai komunikasi ini membawa manu- dua segi. Pertama, validitasnya tidak hanya
sia untuk segera merespons. Maka, Yesus untuk pembicara atau pengujar atau pende-
mengevaluasi pendengaran para murid, ngar saja, atau hanya untuk satu konteks ter-
“perhatikanlah cara kamu mendengar” tentu. Tetapi validitas disini adalah validitas
(Luk. 8:18). Menurut Paus Fransiskus, semua orang. Kedua, semua klaim tersebut
mendengar saja tidak cukup tetapi sungguh- adalah ciri formal komunikasi linguistik,
sungguh mendengar dengan hati yang tulus terdapat di setiap laku pengujar atau pembi-
dan jujur. Konsep komunikasi yang diusung cara.25
oleh Paus Fransiskus ini sejalan dengan apa Kenyataan komunikasi sehari-hari
yang dijelaskan oleh Jürgen Habermas da- sering kali jatuh pada komunikasi yang naif.
lam teori komunikasinya. Menurut Paus Fransiskus, sering kali orang
Teori komunikasi Habermas mengi- tidak mampu melakukan komunikasi inter-
kuti struktur klaim kebenaran, ketepatan, subjektif. Orang terus mengkomunikasikan
kejujuran dan komprehensibilitas agar ko- dirinya tanpa mau mendengarkan. Paus
munikasi itu bersifaf efektif. Bila dalam ko- Fransiskus melihat bahwa kurang mende-
munikasi itu si pembicara atau pengujar ngarkan, yang banyak kali dialami dalam
menyangkal salah satu dari klaim tersebut, hidup sehari-hari, juga tampak dalam kehi-
maka validitas dari komunikasi itu pasti ti- dupan publik, di mana bukannya saling
dak akan menghasilkan sebuah konsensus mendengarkan satu sama lain, kita malahan
yang rasional. Keempat klaim ini dibangun kerap saling membicarakan masa lalu satu
atau dibentuk dari rasionalitas komunikatif, sama lain.26 Dalam banyak diskusi dan dia-
artinya komunikasi itu dilandasi oleh akal log, orang sering tidak berkomunikasi de-
budi yang sehat dan semangat kebebasan.24 ngan baik. Orang hanya menunggu giliran-
Ketika komunikasi itu dibangun dan diben- nya berbicara kemudian memaksakan ke-
tuk dengan akal budi yang sehat serta dalam hendaknya sendiri untuk didengarnya.27 Pa-
semangat kebebasan, maka akan muncul dahal menurut Paus Fransiskus, dalam ko-

24 25
Pius Pandor, Seni Merawat Jiwa Tinjauan Jurgen Habermas, Postmetaphysical Thingking:
Filosofis, ed. Yon Lesek, 1st ed. (Jakarta: OBOR, Philosopicals Essays (Cambridge: Blackwell
2014). Publisher Ltd, 1998).
26
KWI, Mendengarkan Dengan Hati.
27
KWI.

176 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

munikasi sejati “sang aku” dan “sang eng- daran untuk tahu ini dan itu atau sifatnya
kau” seharusnya sama-sama “bergerak ke- mendangkal. Kesadaran diri yang dimak-
luar,” saling menjangkau satu sama lain.28 sudkan adalah kesadaran yang mendalam
Komunikasi yang sejati adalah ko- dan relasional.31 Kesadaran yang mendalam
munikasi yang intersubjektif. Komunikasi dan relasional inilah yang menuntun kita
intersubjektif selalu bersifat dialogal. Dia- pada arah yang benar untuk mencapai suatu
logal ini harus selalu berasal dari subjek perdamaian, keadilan sosial, kesetaraan,
yang berkomunikasi, artinya ada nilai kesa- dan keseluruhan hidup manusia.
daran mendalam tentang dirinya. Rene Kesadaran “aku” ini mau menegas-
Descartes adalah seorang filsuf yang mem- kan keseluruhan diriku yang mengada atau
bawa kita pada arah kesadaran mengenal realitas diriku. Bagi Sartre kesadaran itu
eksistensi diri. Kesadaran diri atau “cogito” merupakan pusat realitas manusia.32 Karena
itu kebenaran dan kepastian yang tak tergo- kesadaran itu bukan suatu realitas sederha-
yahkan, karena aku mengertinya secara je- na yang sekedar melihat diri aku sedang
las dan terpilah-pilah (clara et distinca).29 makan banyak, ngantukan saat kuliah, mi-
Kesadaran diri ini membantu kita untuk se- num kopi atau rokokan sambil nggosipin
makin mengerti bagian mana yang harus ki- orang, lalu bangkongan. Jelas bahwa ini
ta kerjakan. Kita diajak memilah-milah un- merupakan kesadaran yang mendangkal.
tuk mencapai realitas kebenaran tertinggi Kesadaran itu perlu eksplorasi dari diriku
itu sendiri. Kebenaran atau kebaikan yang sebagai subjek yang bertanggung jawab
kepadanya semua orang tertuju dan merin- atas situasi dunia yang lebih baik.
dukannya. Kesadaran adalah pusat dari realitas
Kesadaran tentang “aku” adalah ke- manusia, menurut Sartre, bukan hanya kare-
sadaran tentang keberadaanku, tindakanku; na manusia harus sadar tetapi karena eks-
dalam bahasa Latin, “agere” yang berarti plorasi yang penuh. Kesadaran memerlukan
“bertindak,” atau juga “esse” yakni “meng- eksplorasi subjek, objek, dan modalitasnya,
ada.” 30 Kesadaran “aku” ini mau menun- dan ini pada akhirnya menghasilkan des-
jukkan keseluruhan diriku yang otentik. Ke- kripsi lengkap dari para ilmuwan.33 Manu-
sadaran diri ini tidak sekedar sebuah kesa- sia sebagai apa yang disebut Heidegger

28 31
KWI. Riyanto.
29 32
Budi Hardiman, Filsafat Modern Dari Katherine J. Morris, Sartre On The Body, ed.
Machiavelli Sampai Nietzche (Jakarta: Gramedia Katherine J Morris (United States: Palgrave
Pustaka Utama, 2004). Macmillan, 2010).
30 33
FX. E. Armada Riyanto, Relasionalitas Filsafat F.X. Armada E. Riyanto, Menjadi-Mencintai
Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen Berfilsafat Teologis Sehari-Hari, ed. Dwiko, 1st ed.
(Yogyakarta: Kanisius, 2018). (Yogyakarta: Kanisius, 2013).

177 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

being-in-world: mewujudkan subjek bebas nunjukkan bahwa kesadaran “aku” itu me-
yang tertanam dalam dunia intersubjektif rupakan kesadaran “dialogal.”37
dari objek yang bermakna dan sarat nilai.34 Setelah memahami kesadaran diri
Ini membantu menjelaskan mengapa ka- yang mendalam, kita diminta untuk sung-
dang-kadang Sartre menggunakan istilah guh-sungguh mampu mengkomunikasikan
“kesadaran” dan “realitas manusia” secara diri dengan baik, komunikasi yang memili-
bergantian, dan mengapa istilah teknisnya ki kualitas yang tidak hanya memaksa ke-
“menjadi untuk dirinya sendiri“ tampaknya hendak diri. Komunikasi yang mau mende-
kadang-kadang merujuk secara sempit pada ngarkan, sebagaimana Gereja hadir untuk
kesadaran dan kadang-kadang untuk manu- mau mendengarkan umatnya. Sebab menu-
35
sia secara umum. Dengan demikian, rut Paus Fransiskus, orang-orang Kristen te-
Sartre mau mengatakan bahwa kesadaranku lah lupa bahwa pelayanan mendengarkan
sebagai subjek itu perlu bereksplorasi seca- telah dipercayakan kepada mereka oleh Dia
ra penuh. Kepenuhan itu mau mengatakan yang adalah pendengar yang baik dan yang
bahwa kehadiranku itu menyeluruh dan me- pekerjaannya harus mereka bagikan.38
miliki nilai dan makna. Karena memiliki ni- Tugas pastoral tidak hanya melaku-
lai dan makna inilah yang membuat kesada- kan praktek kunjungan atau mengajarkan
ranku itu menjadi subjek yang sungguh- nilai-nilai iman Kristiani. Bagi Paus
sungguh sadar akan aktivitasku, yang ber- Fransiskus, praktek pastoral yang paling
tanggung jawab atas situasi dunia ini. penting adalah “kerasulan telinga,” yaitu
Setelah memasuki dunia filsafat ten- mendengarkan sebelum berbicara. Gereja
tang kesadaran “aku,” kita akan berpijak pa- memberi ruang kepada banyak orang untuk
da kata “aku dialogal.” “Aku dialogal” ada- datang dan membiarkan diri untuk saling
lah kodrat kehadiran manusia yang dimak- berkomunikasi secara intersubjektif. Keha-
sudkan sejak penciptaannya.36 Dalam kisah diran teknologi tidak menghambat perjum-
penciptaan ditunjukkan bahwa Tuhan ber- paan hati dan komunikasi yang mendalam
dialog dengan Adam. Tuhan memberi pe- antar satu dengan yang lain.
rintah kepada Adam untuk menempati ta- Dorongan untuk melakukan “kera-
man Eden dan memelihara apa yang diberi- sulan telinga” di atas merupakan sebuah
kan oleh Tuhan. Skemanya jelas untuk me- respons terhadap perkembangan teknologi

34 36
Riyanto, Relasionalitas Filsafat Fondasi Riyanto, Relasionalitas Filsafat Fondasi
Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen. Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen.
35 37
Morris, Sartre On The Body. Riyanto.
38
KWI, Mendengarkan Dengan Hati.

178 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

dan komunikasi yang terus berkembang pe- Gereja memiliki aneka channel untuk me-
sat. Segalanya seolah-olah bergantung pada ngakses semua peristiwa yang terjadi di se-
media teknologi. Bahayanya, ada kemung- kitarnya. Bentuk utama dari multi-entry
kinan orang bisa jatuh pada sikap individua- channel Gereja digital dalam mendengar-
listik dan melupakan nilai-nilai societas. kan suara massa dan berkomunikasi dengan
Dalam hal ini, Gereja pun dapat terkena mereka adalah media sosial. Dengan pene-
dampaknya. Gereja bisa saja mengalami ke- lusuran posting-an Instagram, Facebook,

merosotannya. Pusat perhatiannya bukan atau Twitter, maupun Whatsapp Gereja me-

lagi Yesus sebagai pusat komunio tetapi lakukan percakapan di lingkungan sekitar.41

media teknologi. Maka Gereja harus hadir Lini masa itu bersifat terfragmentasi

sebagai Gereja yang sungguh-sungguh ko- karena informasi yang ada bersifat spesifik
dan dimasukkan ke dalam kategori-kategori
munio dalam konteks zamannya sebagai ge-
tertentu, misalnya: kelompok umur, status
reja yang sinodal yang melibatkan semua
sosial, kesamaan minat, atau keserupaan
orang dan terlibat dalam kehidupan mereka.
ide. Gereja digital memang terasa akan se-
Sinodalitas Gereja yang Mendengarkan
perti terfragmentaris dengan melihat seg-
Gereja adalah komunitas orang- mentansi dari audience-nya. Namun, mem-
orang yang percaya kepada Yesus Kristus beri ruang pastoral kepada anggota jemaat
dan komunitas ini tidak dapat terpisah dari sesuai umur, kebutuhan, atau kondisinya
masyarakat. 39 Kemampuan Gereja untuk memang merupakan sungguh-sungguh upa-
mendengarkan terletak pada kenyataan bah- ya menjawab kebutuhan umat sebagai ka-
wa konteks digital telah membawa Gereja rakter dari Gereja digital. Gereja digital
digital pada lini masa yang bersifat multi- mengkonkretkan aneka upaya Yesus yang
entry, terfragmentasi, dan kesegeraan (imme- ingin menyapa semua lapisan masyarakat
diacy).40 Lini masa adalah representasi pe- ketika Ia mewartakan Kerajaan Allah.42
ristiwa menurut urutan waktu. Lini masa Akhirnya, lini masa itu memiliki si-
Gereja bersifat multi-entry, berarti bahwa fat kesegeraan karena cepatnya kemunculan

39
Joseph Christ Santo, “Gereja Menghadapi Era Bertransformasi Bagi Perkembangan Spiritualitas
Masyarakat 5.0: Peluang Dan Ancaman,” Miktab: Generasi Z Dalam Era Digital,” KENOSIS: Jurnal
Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani 1, no. 2 Kajian Teologi 7, no. 1 (2021): 146–72, https://doi.
(2021): 213–25, https://doi.org/10.33991/miktab. org/10.37196/kenosis.v1i1.284.
v1i2.337. 42
Mutiara Andalas, “Irupsi Generasi Beriman
40
Li Wang et al., “Research on Rich Media Digital Digital Z Dan Disrupsi Katekese Kebangsaan,”
Publishing Mode under the Context,” in Prosiding Diskursus - Jurnal Filsafat Dan Teologi 18, no. 1
5th International Conference on Modern Education (2022): 70–93, https://doi.org/10.36383/diskursus.
and Social Science (MESS), 2019. v18i1.296.
41
Rumondang Lumban and Resmi Hutasoit, “Media
Sosial Sebagai Ruang Sakral: Gereja Yang

179 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

informasi yang baru menutup informasi se- benar-benar refleksif antara budaya digital
belumnya. Jika tidak segera ditanggapi, pe- dan teologi perlu terjadi. Di satu sisi, teologi
san akan hilang tertutup oleh pesan-pesan menawarkan prinsip-prinsip panduan yang
berikutnya. Sifat immediacy tersebut me- berkaitan dengan partisipasi dalam budaya
ngandaikan adanya kemampuan Gereja un- digital. Di sisi yang lain, budaya digital me-
tuk mengkritisi situasi zaman. Gereja, seba- nawarkan prinsip-prinsip panduan yang de-
gai organisasi spiritual, tidak hanya harus ngannya Gereja masuk ke dalam percaka-
bertahan pada setiap perubahan, tetapi juga pan di ruang publik yang bersifat digital.45
memberi makna kepada dunia dalam segala Dengan keterbukaan dirinya, Gereja
perubahan yang terjadi. 43 Perubahan yang mengambil sikap untuk selalu siap dalam
tidak dimaknai segera akan menjadi sema- membarui dirinya. Kemampuan ini menjadi
cam deretan warta atau percakapan di karakter khas dari Gereja digital. Metanara-
running-text acara berita di televisi atau si adalah istilah teknis dari kemampuan te-
tumpukan windows hasil browsing atau rus menerus melakukan pembaharuan. Da-
googling. Percakapan ini tentu juga memuat lam hal ini, metanarasi Gereja digital berarti
tanggapan terhadap nilai-nilai iman Kristia- bahwa selalu ada yang baru dalam karya
ni. Humanisme berlebihan sebagai ciri per- Allah yang selalu menyapa dan menyertai
cakapan digital akan memunculkan feno- manusia dari masa ke masa.46 Selalu ada ki-
mena “humanisme eksklusif,” yakni sikap sah baru. Atau dengan rumusan yang lain,
di mana pencapaian kebahagiaan manusia setiap hari selalu membawa pengalaman
menjadi tujuan kehidupan dan pencapaian iman yang baru dan layak untuk dibagikan
tujuan itu menjadi tanggung jawab eksklu- kepada sesama pengguna platform digital.
sif manusia sendiri; jadi tanpa acuan pada Komunikasi Gereja digital menghasilkan
suatu realitas transenden. Padahal, iman sebuah kedekatan yang peduli, memberi ra-
Kristiani selalu menempatkan Yesus seba- sa nyaman, menyembuhkan, menyertai, dan
gai guru.44 Dalam konteks ini, dialog yang merayakan.47

43
Joseph Christ Santo, “Gereja Menghadapi Era openview/5c0f70d3bf53c6c298a701cd7319b2cb/1?
Masyarakat 5.0: Peluang Dan Ancaman.” pq-origsite=gscholar&cbl=1576344.
44
Nalle, “Sekularisasi, Kultur Digital Dan Geliat 46
Bakhoh Jatmiko et al., “Gereja Sebagai Hamba
Agama: Tantangan Dan Sketsa Berteologi Digital Di Yang Melayani: Sebuah Perspektif Eklesiologi
Indonesia.” Transformatif Di Era Society 5.0,” CARAKA: Jurnal
45
Stephen Garner, “Imaging Christ in Digital Teologi Biblika Dan Praktika 2, no. 2 (2021): 234–
Worlds: Continuity and Discontinuity in 53, https://doi.org/10.46348/car.v2i2.75.
Discipleship,” Communication Research Trends 38, 47
Suarga, “Pengaruh Kultur Digital Dalam Hidup
no. 4 (2019): 21–30, https://www.proquest.com/ Beriman Kristiani : Membangun Langkah Pastoral
Yang Relevan.”

180 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Paparan dalam tulisan ini menun- Afandi, Yahya. “Gereja Dan Pengaruh
Teknologi Informasi ‘Digital
jukkan bahwa Allah dalam ruang digital
Ecclesiology.’” FIDEI: Jurnal Teologi
yang kita ciptakan dan tempati adalah Allah Sistematika Dan Praktika 1, no. 2
(2018): 270–83. https://doi.org/10.
yang menyertai dan berkomunikasi. Kehi-
34081/fidei.v1i2.12.
dupan yang baik di dunia digital ini adalah
Andalas, Mutiara. “Irupsi Generasi
kehidupan yang menginspirasi, di mana ins- Beriman Digital Z Dan Disrupsi
Katekese Kebangsaan.” Diskursus -
pirator utamanya adalah Yesus Kristus sen-
Jurnal Filsafat Dan Teologi 18, no. 1
diri. Dan, kebijaksanaan untuk membuat (2022): 70–93. https://doi.org/10.
36383/diskursus.v18i1.296.
keputusan yang baik ditemukan di dalam
———. “Katekese Multisensorik:
aneka pengalaman sharing dan posting yang
Terobosan Kateketik Bagi Insan
mengarah pada kehidupan yang baik itu. Beriman Digital Dewasa Ini.”
Credendum: Jurnal Pendidikan Agama
Gagasan Gereja digital diajukan untuk
1, no. 1 (2019): 1–7. https://doi.org/10.
memberi fitur baru atas gambaran mengenai 34150/credendum.v1i1.232.
Gereja yang mampu mengkomunikasikan Anjaya, Carolina Etnasari, and Yonatan
Alex Arifianto. “Awarenesss Triangle:
diri sesuai dengan zamannya. Cara komuni- Konsep Pengembangan Pendidikan
kasi manusia yang berubah seturut dengan Kristen Bagi Generasi Tekno Di Era
Virtual.” Jurnal Teologi Gracia Deo 4,
perubahan dunia digital mengundang Gere-
no. 1 (2022): 140–53. https://doi.org/
ja untuk untuk memberikan pelayanan ke- 10.46929/graciadeo.v4i1.109.
pada semua orang lewat jaringan online. Ja- Athanasopoulos, Dionysis. “Digital
Ecclesia: Towards an Online Direct-
ringan online menempatkan Gereja dalam Democracy Framework.” In
sebuah komunikasi yang intersubjektif di- International Conference on Software
Engineering, 91–94, 2018. https://doi.
mana kehadiran Gereja adalah kehadiran org/10.1145/3183428.3183432.
yang bersifat ada untuk menjadi saksi bagi Campbell, Heidi A. “Digital Ecclesiology:
Kristus yang menjadi sahabat bagi semua A Global Conversation.” In Digital
Ecclesiology : A Global Conversation,
orang. 2020.
UCAPAN TERIMA KASIH Dwiraharjo, Susanto. “Konstruksi Teologis
Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis
Penulis berterima kasih kepada Dr. Ibadah Online Di Masa Pandemi
Covid-19.” EPIGRAPHE: Jurnal
Antonius Denny Firmanto sebagai penulis
Teologi Dan Pelayanan Kristiani 4,
kedua yang memberikan banyak saran dan no. 1 (May 29, 2020): 1–17. https://
doi.org/10.33991/EPIGRAPHE.V4I1.
sumbangsih dalam penulisan artikel ini baik
145.
dari segi gagasan maupun bacaan-bacaan Fredimento, Aurelius, and John M. Balan.
yang berikan serta segi finansial. “PKM Katekese Tentang Menghayati

181 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

Nilai Kerajaan Allah Dalam Era Gereja Yang Bertransformasi Bagi


Digital Bagi Anggota Kmk. St. Perkembangan Spiritualitas Generasi
Martinus Paroki Persiapan St. Marinus Z Dalam Era Digital.” KENOSIS:
Pu’Urere.” Mitra Mahajana: Jurnal Jurnal Kajian Teologi 7, no. 1 (2021):
Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 146–72. https://doi.org/10.37196/
(2020): 32–41. https://doi.org/10. kenosis.v1i1.284.
37478/mahajana.v1i1.716. Missa, Remigius. “Penggunaan Teknologi
Garner, Stephen. “Imaging Christ in Digital Komunikasi Digital Sebagai Tawaran
Worlds: Continuity and Discontinuity Sarana Pelayanan Pastoral Di Tengah
in Discipleship.” Communication Pandemi Covid-19.” Atma Reksa :
Research Trends 38, no. 4 (2019): 21– Jurnal Pastoral Dan Kateketik 5, no. 1
30. https://www.proquest.com/openview/ (2020): 36–45. https://doi.org/10.
5c0f70d3bf53c6c298a701cd7319b2cb 53949/ar.v5i1.56.
/1?pq-origsite=gscholar&cbl=1576344. Morris, Katherine J. Sartre On The Body.
Habermas, Jurgen. Postmetaphysical Edited by Katherine J Morris. United
Thingking: Philosopicals Essays. States: Palgrave Macmillan, 2010.
Cambridge: Blackwell Publisher Ltd, Nalle, Bobby Daniel. “Sekularisasi, Kultur
1998. Digital Dan Geliat Agama: Tantangan
Hardiman, Budi. Filsafat Modern Dari Dan Sketsa Berteologi Digital Di
Machiavelli Sampai Nietzche. Jakarta: Indonesia.” KENOSIS: Jurnal Kajian
Gramedia Pustaka Utama, 2004. Teologi 7, no. 2 (2021): 266–90.
https://doi.org/10.37196/kenosis.v7i2.
Jatmiko, Bakhoh, Teguh Bowo Sembodo, 253.
Albert Yusuf Langke, Sukirdi Sukirdi,
and Yupiter Hulu. “Gereja Sebagai Pandor, Pius. Seni Merawat Jiwa Tinjauan
Hamba Yang Melayani: Sebuah Filosofis. Edited by Yon Lesek. 1st ed.
Perspektif Eklesiologi Transformatif Jakarta: OBOR, 2014.
Di Era Society 5.0.” CARAKA: Jurnal Rantung, Djoys Anneke, and Daniel Ronda.
Teologi Biblika Dan Praktika 2, no. 2 “Studi Eklesiologi Kristologi Pada
(2021): 234–53. https://doi.org/10. Pelaksanaan Ibadah Online Di Masa
46348/car.v2i2.75. Pandemi Covid-19.” Jurnal Ilmu
Joseph Christ Santo. “Gereja Menghadapi Teologi Dan Pendidikan Agama
Era Masyarakat 5.0: Peluang Dan Kristen 3, no. 1 (2022): 30–42. https://
Ancaman.” Miktab: Jurnal Teologi doi.org/10.25278/jitpk.v3i1.654.
Dan Pelayanan Kristiani 1, no. 2 Riyanto, F.X. Armada E. Menjadi-
(2021): 213–25. https://doi.org/10. Mencintai Berfilsafat Teologis Sehari-
33991/miktab.v1i2.337. Hari. Edited by Dwiko. 1st ed.
Kristianto, Rafael Yohanes. “Pentingnya Yogyakarta: Kanisius, 2013.
Komunikasi Iman Melalui Diskursus Riyanto, FX. E. Armada. Relasionalitas
Iman Di Dunia Digital.” Jurnal Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku,
Teologi 5, no. 1 (2016): 59–76. https:// Teks, Liyan, Fenomen. Yogyakarta:
doi.org/10.24071/jt.v5i1.481. Kanisius, 2018.
KWI. Mendengarkan Dengan Hati. Jakarta: Simon. “Perintisan Gereja Dalam Konteks
Komisi Komunikasi Sosial KWI, Digitalisasi Masa Kini” 3, no. 1
2022. (2022).
Lumban, Rumondang, and Resmi Hutasoit. Suarga, Barnabas Bram. “Pengaruh Kultur
“Media Sosial Sebagai Ruang Sakral: Digital Dalam Hidup Beriman

182 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)


Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 8, No. 1, Oktober 2023

Kristiani : Membangun Langkah Wibisono, Guntur. “Gereja Dan Metaverse


Pastoral Yang Relevan.” Harvester: (Sebuah Studi Eklesiologi).”
Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan KASTARA KARYA: Jurnal Pendidikan
Kristen 6, no. 2 (2021): 160–96.
Dan Kebudayaan 2, no. 2 (2022): 15–
https://doi.org/10.52104/harvester.v6i
2.74. 20.

Toron, Vinsensius Bawa. “Dampak


Pewartaan Melalui Media Digital.”
JURNAL REINHA 12, no. 1 (2021):
15–22. https://doi.org/10.56358/ejr.
v12i1.59.
Wang, Li, Changqing Yao, Yunliang
Zhang, and Hongqi Han. “Research on
Rich Media Digital Publishing Mode
under the Context.” In Prosiding 5th
International Conference on Modern
Education and Social Science (MESS),
2019.

183 Copyright© 2023, Dunamis, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Anda mungkin juga menyukai