NIM : 20200210068
Misi merupakan bagian dari tugas gereja, di mana umat memiliki tanggung jawab
yang diberikan oleh Tuhan untuk mewartakan firman kehidupan atau injil kepada banyak
orang di dalam dunia ini. Bermisi, artinya pengutusan, yang dilakukan untuk menjangkau
orang-orang yang tepat dengan tujuan dari misi tersebut. Hal ini telah menjadi tugas gereja
bagi semua orang percaya untuk bermisi karena hakikat dari sebuah gereja adalah misinya,
gereja ada karena misi, maka gereja ada untuk misi sehingga gereja tanpa misi sesungguhnya
bukanlah gereja yang hidup tetapi gereja yang mati secara rohani.
Penginjilan adalah pokok dari misi gereja, dan menjadi sarana untuk memberitakan
Yesus sebagai Tuhan dan Sang Juruslamat. Diberitakan dengan sukacita, semangat, serta
hikmat dari Tuhan, maka penginjilan mengenai keselamatan di dalam Yesus Kristus
ditujukan bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya dan memanggil mereka untuk bertobat
dan memulai hidup baru sebagai orang Kristen yang taat.
Pada zaman Yesus, injil merupakan sarana untuk menyampaikan pesan bagi semua
orang. Yesus menginjil diwaktu itu kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan,
mengenai hukum kasih, maupun ketaatan terhadap Allah. Maka bisa dikatakan bahwa
mengabarkan injil merupakan suatu tugas dan tanggung jawab dalam Gereja. Tugas dan
tanggung jawab gereja ini juga merupakan maksud dari dari apa yang ada dalam injil Matius
28:19-20 mengenai Amanat Agung yang adalah suatu kerinduan da nisi hati Allah terhadap
dunia untuk bersaksi, bersekutu dan melayani. Bukan hanya untuk orang-orang tertentu,
tetapi panggilan dan pengutusan mencakup semua orang-orang yang percaya, dan diutus
untuk memberitakan injil yaitu kabar sukacita dari Kristus Yesus beserta perbuatan dan
karya-Nya.
2
Jika tidak dipergunakan dengan bijak, maka teknologi dapat menjerumuskan pemuda
Kristen, yang adalah orang-orang dalam tahap “pematangan” atau pencarian jati diri, pada
berbagai keburukan, diantaranya menjadi budak terhadap teknologi itu sendiri. Gereja harus
benar-benar menempatkan diri pada perkembangan tekonologi yang ada, agar bisa
menyesuaikan dengan keadaan pemuda Kristen pada masa sekarang, sehingga dapat
3
memberikan jawaban atas keingintahuan para kaum muda pada masa-masa pematangan,
pencarian jati diri mereka. Jika gereja tidak mampu untuk berada di tengah-tengah
perkembangan teknologi tersebut, maka yang ada ialah para pemuda Kristen bisa saja
meninggalkan gereja, meninggalkan hidup kerohanian mereka, karena di pengaruhi oleh
berbagai kenikmatan teknologi era sekarang. Hal ini menjadi masalah serius yang harus
diperhatikan oleh Gereja, pemuda Kristen merupakan penerus-penerus masa depan gereja,
tugas dan tanggung jawab gereja nantinya akan dijalankan oleh penerus-penerus ini, sehingga
tidak boleh dibiarkan jika para penerus gereja hanya terjerumus di dalam hal yang buruk.
Pemuda Kristen memiliki peran yang besar bagi pelayanan misi gereja, maka dari itu
kaum muda Kristen harus berani menempatkan diri di baris terdepan dalam mewujudkan
keadilan, kasih, perdamaian dan kesejahteraan sosial di tengah-tengah jemaat. Pemuda
Kristen harus bisa melatih atau mengasah kemampuan, mempunyai rasa empati dan simpati
terhadap orang-orang yang membutuhkan untuk pembangunan misi gereja. Tetapi dalam
perkembangan zaman yang ada, sebagian besar pemuda Kristen semakin terbuai bahkan
tenggelam pada teknologi yang ada, membuat semakin kehilangannya identitas sebagai
“pemuda Kristen penerus gereja”. Para kaum muda semakin bersikap acuh tak acuh terhadap
gereja, sehingga mulai membentuk pemikiran bahwa peran mereka di tengah misi gereja
dalam dunia ini hanyalah hal kecil dan tidak terlalu berarti bagi masa depan gereja.
Pemaknaan dan praktek misi gereja di kalangan kaum muda mulai tidak berjalan
seperti seharusnya. Para pemuda lebih berpikir bahwa urusan gerejawi termasuk misi
penginjilan, itu adalah urusan orang-orang tertentu seperti pendeta, ataupun majelis jemaat,
atau gereja yang tertinggal dari teknologi maupun menutup diri terhadap teknologi, menjadi
juga faktor yang membuat para pemuda Kristen perlahan meninggalkan gereja, meninggalkan
tugas tanggung jawab mereka untuk bermisi sebagai utusan Tuhan di dalam gereja, di tengah
dunia ini.
Sebagian besar pemuda Kristen tidak mau atau menolak untuk ikut serta,
berpartisipasi dalam mengambil bagian untuk kegiatan-kegiatan pelayanan, kegiatan-kegiatan
sosial, maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang di adakan oleh gereja bagi kepentingan orang-
orang yang membutuhkan atau pun bagi kepentingan bersama. Terlebih lagi pada era revolusi
industri 4.0 sekarang ini, para kaum muda Kristen lebih nyaman dan lebih mau terlibat pada
kegiatan-kegiatan yang sangat bergantung pada teknologi seperti sosial media atau bermain
game, daripada harus terlibat dalam peribadatan atau kegiatan gerejawi. Gereja bisa menjadi
4
membosankan bagi mereka yang tidak merasa nyaman berada di lingkungan gereja itu
sendiri, dan misi gereja menjadi mati bagi kaum muda Kristen.
Pemahaman mengenai “misi” atau “bermisi” yang kurang, serta kesiapan gereja untuk
dapat berada di tengah-tengah kondisi revolusi industri 4.0 ini, yang semuanya diselimuti
oleh teknologi, dapat mempengaruhi tujuan kaum muda Kristen dalam melaksanakan
pelayanan, misalnya melakukan pelayanan semata-mata hanya untuk uang, jamuan kasih,
atau kepentingan pribadi dan kelompok lainnnya, sehingga menghilangkan makna dan
praktek misi gereja atau bermisi sebagai orang Kristen, di mana seharusnya teknologi
dijadikan sebagai alat bantu untuk pemuda Kristen lebih memaknai arti dari misi penginjilan
dan apa peran mereka bagi misi gereja, serta harusnya teknologi juga menjadi sesuatu yang
dapat di pakai oleh para kaum muda Kristen untuk lebih mudah dalam bermisi,
menyampaikan injil Tuhan kepada semua orang, dengan tetap memperhatikan kesejahteraan
sosial disekitar lingkungan bermisi.