PSIKOLOGI INDUSTRI
DISUSUN OLEH
NAMA : XXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
20XX
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur atas kehadiran tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Pada saat ini kami membuat makalah tentang “ Psikologi Industri “ yang diambil dari
berbagai sumber yang ada. Penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Psikologi industri.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
2.6 Best Practices In Road Transport (Praktik Terbaik Dalam Transportasi Jalan) ........................ 29
2.7 Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Pengaruh Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Keuangan
30
2.8 Stategi Coping Pekerja Formal dan Informal dalam Mengatasi Konflik Ganda ....................... 31
2.9 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Level Pelaksana .................................. 31
2.10 Analisa Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT. Rhodia Manyar
32
2.11 Struktural Model of The Influencing Faktor of The Subjective Well Being of The Prisoners (
Model Stuktural dari Faktor yang Mempengaruhi dari Kesejateraan Subjektif dari Tahanan )............. 33
2.12 Leder Member exchange Dalam Organisasi Konteks Study di Perusahaan Telekomunikasi .... 33
2.13 Career Choice Considerstional A Study Between Male and Female Psychology Student in X
University Jakarta .............................................................................................................................. 34
BAB III ................................................................................................................................................. 36
PERMASALAHAN DI OBJEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PSIKOLOGI INDUSTRI ......... 36
3.1 Permasalahan K3 ................................................................................................................... 36
3.2 Permasalahan Hubungan Motivasi Kerja dan Keputusan Kerja ............................................... 36
3.3 The Effects Of Job Characteristics And Working Conditions On Job Performance ( Efek dari
karakteristik pekerjaan dan bekerja kondisi kinerja pekerjaan ) ......................................................... 37
3.4 Best Practices In Road Transport (Praktik Terbaik Dalam Transportasi Jalan) ........................ 38
3.5 Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pengawai Bagian
Keuangan .......................................................................................................................................... 38
3.6 Strategi Coping Wanita Pekerja Formal dan Informal Dalam Mengatasi Konflik .................... 39
3.7 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Level Pelaksana .................................. 39
3.8 Analisa Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT. Rhodia Manyar
40
3.9 Struktural Model of The Influencing Faktor of The Subjective Well Being of The Prisoners
(Model Stuktural dari Faktor yang Mempengaruhi dari Kesejateraan Subjektif dari Tahanan) ............ 41
3.10 Leder Member exchange Dalam Organisasi Konteks Study di Perusahaan Telekomunikasi .... 42
3.11 Career Choice Considerstional A Study Between Male and Female Psychology Student in X
University Jakarta .............................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 45
v
BAB I
Pada tahun berikutnya Rousseau dan Wade Benzoni (1994) dalam Freese &
schalk, (2005) mengembangkan tipologi strategis yang mewakili perbaikan dari
kontrak traksional dan reasional dengan menambahkan dua jenis psokologi kontrak.
Topologi ini menggunakan dimensi durasion dan performance untuk membuat empat
jenis psychological contract.
1
karir mereka. namun psikologi kontrak yang baru, pekerjanya bertanggung jawab
terhadap karir sendiri dan berkomitmen terhadap karir sendiri
2
perusahhannya dan melakukan apa saja yang perlu dilakukan untuk
menjaga pekerjaannya sedangkan subdimensi yang kedua loyalty, yaitu
karyawan untuk mendukung perusahaan, dengan menunjukan loyalitas
yang nyata dan komitmen untuk kebutuhan dan kepentingan perusaaan.
3
spesifik, tugas sempit dan terbatasnya keterlibatan karyawan dalam
perusahaan. Transactional memiliki dua subdimensi
Pernyataan dalam alat ukur terbentuknya skala Likert atau skala sikap
yang terbagi atas pernyataan favorable dan unfavorable pengukuran
menggunakan tingkan kesesuaian sikap skala 1-5 peraitem pilihan.
Skoring pada alat test ini untuk item favorable, pernyataan dari ‘ sagat
4
setuju “ hingga “ sangat tidak setuju “ di beri skor yang sesuai yaitu dari
angka1 (satu) hingga 5 (lima), sedangkan untuk item unfavorable
pernyataan dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju” diberi skor
yang sesuai, yaitu dari angka 5 (lima) hingga 1 (satu).
1.3 Tress Kerja dan Motivasi Karyawan Lini Depan serta Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Kerja
Tress kerja adalah suatu tegangan atau tekanan yang dialami ketika tuntutan
yang dihadapi melebihi tekanan yang ada pada diri sendiri. sering terjadinya tress kerja
yang dikarenakan permasalahan yang dihadapi karyawan melebihi kemampuannya
sendiri. Pekerjaaan yang diberikan oleh perusahaan terlalu berat bagi karyawan dan
harus disesaikan secepat mungkin mengakibatkan karyawan harus bekerja diluar jam
kantor ( lembur ) bahkan ada beberaa karyawan sampai membawa pekerjaannya
kerumah, berdampak pada kurangnya jam istirahat. Menimbulkan rasa lelah sehingga
karyawan tidak dapat meaksimalkan kempuan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan
ang diberikan oleh perusahaan. Dampak lain terhadap itu yaitu timbulnya rasa bosan
pada pekerjaaan yang akan yang dilakukan. Pekerjaan yang dilakukan secara berulang
ulang juga membuat karyawan merasa cepat jenuh.
Usaha mengatasi tress dpat berupa perilaku melawan stress ( flight ) atau
berdiam diri ( freeze ). Reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian tergantung
situasi dan bentuk stress. Dampak negative yang akan ditimbulkan oleh stress kerja
adalah terjadinya hambatan baik dalam manajemenmaupun operasional kerja,
menggangu kenormalan aktivitaas kerja, menurunkan tingkat produktivitas karyawan,
menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Tress kerja juga memiliki
dampat positif bagi pekerjaan dan perusahaan yaitu memilki motivasi kerja yang tinggi,
rangsangan untuk bekerja keras, timbulnya inspirasi untuk meningkatkan kehidupan
lebih baik, dan memiliki tujuan karir yang lebih panjang.
5
Motivasi kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
perusahaan ada bebrapa faktor yang mempengaruhi motivsi kerja karyawan yaitu
keberhasilan pengolahan sumber daya manusia. Motivasi berasal dari kata lain movere
yang berarti dorongan atau pemberisn daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama \, efektif dan terintegrasi dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Hal yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap pekerjaannya dibagi atas 2 kelompok yaitu
Dengan motivasi tinggi dan sejalan dengan tujuan perusahaan maka akan dapat
meningkatkan kepuasan karyawan.dengan mengurangi tress kerja dan melakukan
motivasi yang layak dapat memberi semangat kepada dalam menyelesaikan tugas yng
diberikan perusahaan.
6
1.4 Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) pada Proyek di Kota
Bitung
Kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapakan
terjadi karena bisa mengakibatkan kerugian harga benda, jiwa maupun pencemaran.
Kecelakaan kerja ialah kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungsn kerja.
Peningkatan K3 sangat penting dalam sebuah perusahaan untuk menjamin karyawan
agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan.
7
antara tujuan individu dan organisasi, kesesuaian antara kebutuhan karyawan dan
lingkungan kerja dengan sistem stuktur organisasi, kesesuaian antara individu dan
kesesuaian budaya.
8
4. Pembaharuan (Renewal). Yaitu organisasi mempertahankan birokrasi
sekaligus menunjukkan keinginan untuk mendorong kolaborasi dan kerja
tim.
5. Penuruna (Decline). Yaitu organisasi tidak mampu memenuhi tuntutan dari
luar dan anggota organisasi lebih mementingkan tujuan pribadi
dibandingkan tujuan organisasi.
Ada beberapa fase dalam siklus kehidupan organisasi non profit, yaitu
1. Fase pacaran
2. Fase bayi
3. Fase kanak-kanak
4. Fase remaja
5. Fase dewasa
6. Fase matang
7. Fase aristokrasi
8. Fase birokrasi awal
9. Fase birokrasi
10. Fase kematian
Dalam konteks sector non profit terdapat praktik yang dikenal sebagai strategi
jalan keluar (exit strategy). Secara umum exit strategy mencangkut strategy pendanaan,
pembagian peran dan tanggung jawab penetapan preoritas. Di sisi lain, dalam sector
kewirausahaan mau pun dunia usaha dikenal pula sebagai entrepreneurial exit, yaitu
keputusan strategy yang di ambil mayoritas para pendiri sebuah perusahaan guna
mengambil laba di ikuti dengan pengunduran dari kepemilikan dan struktur pembuatan
keputusan utama dalam perusahaan. Kematian organisasi berbeda dengan exit strategy
yang dilakukan sektor non profit .
9
1.7 The Effects Of Job Characteristics And Working Conditions On Job
Performance ( Efek dari karakteristik pekerjaan dan bekerja kondisi kinerja
pekerjaan )
10
Hasil utama dari penelitian ini adalah bahwa pengalaman kerja dan tingkat
pendidikan memiliki efek langsung atau tidak langsung pada kinerja pekerjaan.
Beberapa penulis telah melaporkan korelasi rata-rata 0,09-0,18 antara pengalaman
dan kinerja pekerjaan. Schmidt dkk menyimpulkan bahwa pengalaman kerja
mengarah pada perolehan keterampilan, teknik, metode, kebiasaan psikomotor, dll,
yang secara langsung menghasilkan peningkatan dalam kapabilitas kinerja. Variasi
ini menunjukkan bahwa kepentingan relatif dari pengalaman mungkin tergantung
pada kompleksitas keluarga pekerjaan. Mungkin saja, untuk pekerjaan dengan
kompleksitas yang lebih besar, peningkatan pengalaman kerja menghasilkan
pengetahuan pekerjaan dan kinerja tugas yang lebih tinggi. Kebalikannya mungkin
benar untuk pekerjaan dengan kompleksitas yang lebih rendah Ada sejumlah besar
penelitian baik dari sosiologi dan ekonomi yang telah mengungkapkan hubungan
antara pendidikan, produktivitas, kepuasan kerja, dan gaji.
11
keberlanjutan memberikan pendekatan tiga garis bawah, termasuk dimensi
ekonomi, lingkungan, dan sosial dari konsep ini. Menurut penulis ini, ketiga konsep
tersebut harus dipertimbangkan untuk dapat memenuhi persyaratan dan
kekhawatiran masyarakat kontemporer. Dalam hal ini, beberapa penelitian
menunjukkan bagaimana prakarsa sosial dan lingkungan dapat menyebabkan
dampak positif yang signifikan pada tingkat ekonomi. Untuk alasan ini, kedua
konsep "Manajemen Lean" dan "keberlanjutan" dapat dan harus sepenuhnya
melengkapi. Terlepas dari pentingnya visi integral keberlanjutan, teori dan praktik
tampaknya tidak menganggapnya dengan cara yang sama. Di satu sisi, sastra
terutama memusatkan perhatiannya pada praktik pelestarian lingkungan. Dengan
demikian, keberlanjutan ekonomi dan sosial adalah konsep yang jarang dibahas
dalam literatur terkini, terutama dari sudut pandang praktis. Di sisi lain, organisasi
telah mampu menggabungkan pendekatan triple bottom line ke dalam praktik
tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, beberapa penulis menyatakan bahwa
beberapa perusahaan berfokus pada penerapan praktik lingkungan dan sosial yang
terhubung dan selaras dengan tujuan ekonomi utama.
Dalam hal ini, ada perbedaan antara praktik yang perusahaan dan peneliti
anggap sebagai yang paling efektif. Beberapa penulis telah memfokuskan studi
keberlanjutan mereka pada proses transportasi karena pengaruhnya pada dunia saat
ini. Menurut Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD),
sistem transportasi barang yang berkelanjutan memerlukan, di antara fitur-fitur
lainnya, “kemampuan untuk menyediakan transportasi yang aman, inklusif secara
sosial, dapat diakses, dapat diandalkan, terjangkau, hemat bahan bakar, ramah
lingkungan, rendah karbon, dan tahan terhadap guncangan dan gangguan, termasuk
yang disebabkan oleh perubahan iklim dan bencana alam ”. Dapat dilihat bahwa
beberapa istilah yang termasuk dalam definisi ini terkait erat dengan pendekatan
triple bottom line. Dalam proses pencarian model transportasi yang lebih
berkelanjutan, praktik-praktik terbaik yang terkait dengan transportasi darat
12
memiliki peran yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
transportasi jalan adalah moda transportasi yang paling umum.
Menurut EUROSTAT, hampir 50% dari ton kilometer yang diangkut dalam
UE pada tahun 2014 diangkut melalui jalan darat . Informasi ini membuat kita
percaya bahwa inisiatif yang berkelanjutan di bidang ini relevan. Terlepas dari
pentingnya praktik terbaik dalam transportasi jalan, kami tidak mengetahui adanya
studi empiris dalam literatur yang menunjukkan inisiatif berkelanjutan yang paling
sering diadopsi perusahaan. Kesenjangan ini bahkan lebih penting jika kita
mempertimbangkan pendekatan terbatas yang disediakan oleh literatur dalam
praktik keberlanjutan ekonomi dan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan praktik terbaik utama dalam keberlanjutan transportasi jalan yang
diadopsi oleh praktisi. Data yang diambil dari perusahaan manufaktur, transportasi,
grosir dan ritel akan dianalisis secara terpisah dengan maksud untuk memenuhi
preferensi masing-masing peran dalam rantai pasokan. Sementara itu, hasil
penerapan praktik terbaik akan disaring sesuai dengan pendapatan perusahaan dan
armada transportasi, sehingga ini merupakan titik awal bagi setiap profesional yang
ingin meningkatkan keberlanjutan perusahaan.
1.9 Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Bagian
keuangan
Motivasi adalah proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan
perilaku pada pencapaian tujuan. Budaya organisasi merupakan kerangka perilaku,
emosi dan psikologi yang tertanam dalam dan dianut bersama oleh para anggota
oleh organisasi. Karakteristik utamanya, yaitu inisiatif, individu, toleransi terhadap
resiko, arah, integrasi, dukungan manajemen, control, identitas, sistem imbalan,
toleran terhadap konflik dan pola komunikasi.
Kinerja adalah kinerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksakan tugasnya. kinerja merupakan perilaku nyata
13
yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang di hasilkan oleh
karyawan sesuai peranya dalam perusahaan. Kinerja adalah hasil evaluasi
terhahadap pekerjaan yang dilakukan oleh pengawai.
1.10 Strategi Coping Wanita Pekerja Formal dan Informal Dalam Mengatasi
Konflik Peran Ganda
Wanita yang bekerja di sector formal cenderung memiliki tingkat
pendidikan dan keterampilan, akses ke lembaga keuangan, produktifitas tenaga
kerja serta tingkat upah yang relatif lebih tinggi dibandingkan wanita yang kerja
disektor informal. Peran ganda ialah dimana pekerja dan keluarga membutuhkan
perhatian yang sama. Sebenarnya konflik dapat memiliki kosenkuensi yang
positif atau negatif tergantung pada konfliknya.
14
Kinerja merupakan hasil yang dapat dicapai oleh seseorang karyawan dalam
kurun waktu tertentu sesuai dengan tugasnya yang mengarah pada suatu tujuan
organisasi.untuk mengukur kerja karyawan dapat dilakukan dengan beberapa
dimensi kinerja, yaitu
15
c. Punishment adalah pengenaan suatu hal yang tidak menyenangkan
kepada karyawan. Punishment biasanya diberlakukan ketika karyawan
melakukan perilaku yang tidak diinginkan. Punishment mempunyai
tujuan mengurangi kemungkinan sebuah perilaku diulangi.
d. Extinction adalah penarikan pemberian positive reward. Tujuan
Extintion adalah mengurangi kemungkinan sebuah perilaku diulangi.
16
kesadaran atas aturan, pakaian pelindung, lantai bersih, cahaya di area produksi,
lingkungan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran, layanan pertolongan
pertama dan medis, jumlah toilet mencukupi, kebersihan kamar mandi,
program-program, tanda arah, air minum bersih, komite kesehatan dan
keselamatan, prosedur kerja, prosedur kegawatan dan promosi kesehatan dan
keselamatan.
1.13 Struktural Model of The Influencing Faktor of The Subjective Well Being
of The Prisoners ( Model Stuktural dari Faktor yang Mempengaruhi dari
Kesejateraan Subjektif dari Tahanan )
Berdasarkan perkembangan teori psychological contract yang telah
mengalami pergeseran dari kontrak psikologis yang lama ke yang baru, maka
Rousseau (2000), melakukan penelitian guna menciptakan alat ukur
Psychological Contract Inventory (PCI). Terdapat dua tujuan dasar dibuatnya
alat ukur PCI ini, yaitu alat ukut psikometri yang digunakan untuk penelitian
pada sebuah organisasi dan sebagai alat penilaian individu, dimana data
tersebut digunakan untuk pendukung edukasi profesional pada individu
tersebut. Penelitian ini telah berjalan dari tahun 19971998 di Pittsburgh,
Pennsylvania USA dan dilanjutkan pada tahun 1999 di Singapura, agar alat
ukur PCI ini dapat digunakan pada masyarakat yang berasal dari budaya barat
dan Asia. Lalu pada tahun 2012, alat tes PCI ini mulai dikembangkan oleh
Sandeep Kumar yang berasal dari negara India, dimana alat ukur ini diberi
nama Psychological Contract Scale (PCS). Di Indonesia psychological contract
merupakan salah satu topik yang masih baru. Berdasarkan studi literatur yang
dilakukan oleh peneliti, belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai
topik ini. Begitu juga untuk pengukuran psychological contract, peneliti tidak
menemukan alat tes yang telah baku di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengadaptasi Psychological Contract Scale (PCS) yang dikembangkan oleh
Sandeep Kumar, berdasarkan fenomena kerja dan karakteristik pekerja di
17
Indonesia. Walaupun alat ukur psychological contract yang diciptakan oleh
Rousseau (2000) dikembangkan dan berusaha diadaptasi oleh orang lain agar
sesuai dengan konteks kerja yang berlaku dinegaranya, namun kedua alat tes
UJI VALIDITAS 17
ini memiliki dimensi yang sama, dimana terdapat empat dimensi dalam
menyusun item pada alat ukur psychological contract ini. Oleh karena itu, pada
penelitian adaptasi psychological contract scale ini, peneliti memutuskan untuk
menggunakan empat konsep dasar pengukuran psychological contract yang
disusun oleh Denise M. Rousseau (2000), yakni: relational, balanced,
transactional, dan transitional. Dimensi yang pertama adalah dimensi
relational, yaitu pengaturan kerja yang terbuka dan bersifat jangka panjang
yang didasarkan pada hubungan saling percaya dan loyalitas. Imbalan atas
kinerja seseorang diberikan berdasarkan hasil kerja seseorang, dimana imbalan
tersebut berasal dari keanggotaannya ataupun partisipasinya dirinya dalam
organisasi tersebut. Pada dimensi relational terdapat dua subdimensi yang
terdiri dari stability, yaitu para karyawan wajib untuk tetap bekerja pada
perusahaannya dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk menjaga
pekerjaanya. Atasan pun sudah berkomitmen untuk menawarkan upah yang
stabil pekerjaan jangka panjang. Sedangkan subdimensi yang kedua adalah
loyalty, yaitu karyawan diwajibkan untuk mendukung perusahaan, dengan
menunjukkan loyalitas yang nyata dan komitmen untuk kebutuhan dan
kepentingan perusahaan. Pihak manajemen perusahaan pun telah berkomitmen
untuk mendukung kesejahteraan dan kepentingan karyawan dan keluarga
mereka. Dimensi yang kedua adalah balanced, yaitu pengaturan kerja yang
seimbang, dimana terdapat unsur dinamis dan terbuka yang dikondisikan pada
keberhasilan bagi perusahaan dan memberikan kesempatan bagi para karyawan
untuk mengembangkan karir. Para karyawan dan perusahaan berkontribusi
tinggi pada pengembangan masing-masing pihak. Imbalan yang diberikan
18
perusahaan kepada karyawannya berdasarkan kinerja dan kontribusi mereka
terhadap peningkatan perusahaan.
Dimensi balanced memiliki tiga subdimensi, yang pertama adalah external
employability, yaitu pengembangan karir bagi tenaga kerja. Para karyawan
diwajibkan untuk mengembangkan nilai keterampilan mereka dan atasan telah
berkomitmen untuk memperpanjang masa kerja para karyawannya baik diluar
organisasi maupun di dalam organisasi itu sendiri. Subdimensi yang kedua
adalah internal advancement, dimana para karyawan diwajibkan untuk
mengembangkan keterampilan yang dimilikinya, dan atasan telah berkomitmen
untuk menciptakan peluang karier di dalam perusahaan bagi karyawannya.
Sedangkan subdimensi yang ketiga adalah dynamic performance, yaitu para
karyawan diwajibkan untuk berhasil dalam melakukan suatu hal baru yang
memiliki tujuan yang jelas bagi perkembangan perusahaan agar perusahaan
dapat lebih kompositif dalam menghadapi tantangan kedepannya.
Dalam melakukan kewajiban ini, atasan telah berkomitmen untuk
meningkatkan pembelajaran secara terus menerus bagi karyawan dan
membantu para karyawan agar berhasil meningkatkan kinerja mereka. Dimensi
yang ketiga adalah transactional, yaitu pengaturan kerja dengan durasi jangka
pendek atau terbatas, terutama berfokus pada pertukaran ekonomi, spesifik,
tugas sempit dan terbatasnya keterlibatan karyawan dalam perusahaan. Dimensi
transactional memiliki dua subdimensi yaitu narrow dan short-term, dimana
narrow menjelaskan mengenai kewajiban karyawan untuk melakukan tugas
yang sudah ditetapkan dan terbatas.
19
organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus berusaha kinerja individu yang lebih tinggi.
Pertunjukan individu ini mempengaruhi kinerja organisasi. Umunnya, staff hanya
memenuhi standar tugas, mereka tidak memiliki inisiatif atau ide kretif bagi perusahaan.
Perilaku yang menunjukkan kontribusi positif bagi perusahaan tidak terbatas pada
tugas formal mereka tetapi lebih dari itu. Inilah yang disebut sebagai perilaku peran ekstra.
Oleh karena itu, sekarang staf diminta untuk berkontribusi kepada perusahaan di luar tugas
formal mereka sehingga organisasi akan menjadi lebih efektif dan efisien. Padahal kualitas
sumber daya manusia di Indonesia belum optimal. Dari berita secara massal media baik
cetak maupun elektronik menunjukkan indikasi yang mengarah pada rendahnya kualitas
sumber daya manusia.
Perilaku semacam itu seperti melakukan kegiatan yang tidak perlu selama jam kerja,
melanggar peraturan, mengabaikan kesalahan orang lain, berkeliaran selama jam kerja,
dan juga tidak peduli dengan aset perusahaan adalah perilaku yang berlawanan dengan
apa yang disebut sebagai perilaku kewargaan organisasional (OCB). OCB dapat dicapai
dengan ketaatan prosedur, berpartisipasi aktif dan menghindari masalah. Namun, berbagai
aturan yang melanggar dan kurangnya perhatian untuk orang lain dan aset perusahaan
dapat melemahkan kinerja perusahaan dan meningkatkan masalah yang lebih besar. OCB
berdasarkan Organ, Podsakoff, dan MacKenzie (2006) adalah perilaku individu yang
dilakukan secara bebas berdasarkan inisiatif, yang secara langsung atau tidak langsung
atau secara implisit diakui oleh sistem penghargaan resmi, dan berkontribusi terhadap
efektivitas dan efisiensi organisasi. OCB ini adalah perilaku peran ekstra yang
memberikan kontribusi kepada organisasi. Perilaku ini tidak akan mendapatkan hadiah
langsung atau hukuman, apakah itu dilakukan atau tidak, namun perilaku konstruktif yang
ditunjukkan oleh staf melalui OCB akan memberikan penilaian positif dari para pemimpin
dalam hal penugasan dan promosi (Bateman & Organ, 1983). OCB dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kontribusi yang diperluas di luar deskripsi pekerjaan yang dilakukan
secara spontan, inovatif, dan sukarela yang secara formal ditempatkan di luar sistem
penghargaan namun memberikan kontribusi terhadap efektivitas dan efisiensi fungsi
dalam organisasi. Hubungan yang baik antara staf dan pemimpin mereka di Indonesia
belum tercapai. Pada akhir tahun 2004, Watson Wyatt Indonesia --- perwakilan dari
konsultan konsultan sumber daya manusia dan manajemen yang berbasis di Washington
20
DC --- melaporkan hasil studi mereka tentang persepsi staf di 10 negara Asia Pasifik,
termasuk Indonesia. Hasil survei yang mengembangkan 8000 responden dari 46
perusahaan menunjukkan bahwa masalah kepemimpinan dan pengawasan di Indonesia
masih rendah karena staf berpikir mereka tidak mendapatkan cukup dorongan untuk
meningkatkan karir mereka.
Indikator tersebut di atas akan diklarifikasi melalui pertukaran pemimpin-anggota.
Oleh karena itu, masalah yang diselidiki dirumuskan sebagai berikut, apakah ada
hubungan antara persepsi pemimpin dan anggota terhadap kualitas pertukaran anggota
pemimpin terhadap OCB di Perusahaan Telekomunikasi di Solo.
21
menganggap kariernya lebih realistis. Karir fantasi masa lalu perlahan ditinggalkan
dan dia mulai mempertimbangkan karier berdasarkan kondisi diri dan
lingkungannya. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah informasi yang didapat dari teman
dan sekolah.
Dia mulai mempertimbangkan karir berdasarkan keterampilan, minat, dan
bakat. Begitupun, ia mulai mempertimbangkan kondisi keluarga dan orang-orang
di sekitarnya yang memiliki harapan untuk kariernya. Pendirian (25-44 tahun).
Pada saat ini seseorang menempati posisi dalam pekerjaan. Dia akan
mempertahankannya dan akan mencari kemungkinan kemajuan karier. Tugas
pertama pada tahap ini adalah mengamankan diri di dalam organisasi dengan
beradaptasi dengan lingkungan kerja. Adaptasi ini termasuk pemenuhan kondisi
yang dibutuhkan organisasi dan menunjukkan kinerjanya. Tahap berikutnya dalam
bagian ini adalah yang menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan dan
membangun kebiasaan produktif. Hal-hal ini dilakukan bersamaan dengan
membangun situasi kerja yang positif dengan rekan kerja. Pada tahap ketiga, tugas
seseorang adalah kebutuhan yang terus meningkat untuk meningkatkan tingkat
tanggung jawab. Perawatan (45-65 tahun). Pada tahap ini seseorang
mempertahankan prestasinya. Oleh karena itu, ia akan mengembangkan dan
menunjukkan kreativitas kompeten untuk memecahkan masalah dalam organisasi.
Meskipun tujuan utama saat ini adalah keamanan, kekuatan dan kelebihan dari hal-
hal yang telah didapat. Dengan kata lain, ia akan mulai memperhatikan dalam masa
pensiun daripada upaya untuk meningkatkan kariernya. Dengan mengurangi
penekanan pada kemajuan karir, maka seseorang akan perlahan-lahan
mengalihkan upaya pada kegiatan keluarga atau rekreasi. Disengagement (lebih
dari 65 tahun). Tahap ini adalah tahap terakhir pengembangan karir. Saat ini
mempersiapkan pensiun adalah tujuan utama. Dengan fokus menjauh dari
pekerjaan, dia mendapat tantangan baru untuk mempersiapkan yang baru gaya
hidup. Beberapa sikap yang berbeda mungkin muncul: bagi sebagian orang mereka
mengambil tantangan ini dengan bersemangat dan berani, tetapi untuk yang lain
22
dengan tidak yakin dan cemas. Di atas situasi ini, saat ini seseorang memiliki lebih
banyak waktu untuk keluarga, hobi, bepergian atau terlibat dalam pekerjaan
sukarela.
23
BAB II
24
harus melihat adanya fenomena terkait dengan tingginya angka turnover
dan pembajakan antar kaaryawan.
Pada tahap penelitian penulis menyebarkan kueisioner. Selain, itu
peneliti harus melakukan adaptasi alat ukur agar dapat disesuaikan dengan
konteks pekerjaan. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan
data menggunakan SSPS 20.0. dalam pengolahan data peneliti mengunakan
uji validasi dan reabilitasi pada instrument peneliti yang digunakan.
Uji validasi merupakan face validity dimana peneliti merancang
tampilan alat ukur sehingga terlihat sesuai dan mudah dipahami.
2.2 Tress Kerja dan Motivasi Karyawan Lini Depan serta Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Kerja
Teknik yang diambil dalam penelitian ini adalajh no probability
sampling dengan mengguakan teknik purposive sapling artinya sampel
ditentukan sendiri karena pertimbangan tertentu. Koesioner didistribusikan
kepada karyawan yang dipilih sebagai sampel, pengumpulan data pada saat jam
kantor. Untuk keperluan pengolahan data statistic pagkage for social science
(SPSS) versi 20.
25
2.3 Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) pada Proyek
di Kota Bitung
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Observasi / pengamatan dilapangan
Mengadakan wawancara dan pengamatan langsung dilapangan
Membagi angket atau questioner kepadaa kontraktor dan pekerja
dilapangan
Mengumpulkan data- data yang diperlukan
2. Melakukan studi kepustakaan
3. Analisis data
Memeriksa kelengkapan jawaban responden
Menghitung persentase jawaban responden dalam bentik table
tunggal melalui presentase dengan menggunakan rumus
P= f/N x 100%
Data presentase diolah dengan menggunakan Microsoft office excel
2007 untuk membuat data presentase diagram lingkaran ( Diagram
Pie )
Data yang di analisis akan dibandingkan dengan beberapa peraturan
pemerintah
26
individu-organisasi ialah angket P-O fit, instrument yang digunakan untuk mengukur
modal psikologi adalah psychological capital questionnaire (PCQ).
2. Analisis Pekerjaan
27
Kuesioner analisis pekerjaan dirancang untuk mendapatkan informasi
pekerjaan saat ini di bawah 14 faktor evaluasi pekerjaan yang diadopsi dari Sistem
Job Grading Industri Logam (MIJGS) untuk tujuan menentukan karakteristik
pekerjaan dan kondisi kerja. Empat puluh sembilan pekerjaan bluecollar yang tugas
dasarnya, tanggung jawab, keterampilan, atribut pribadi yang diperlukan untuk
eksekusi yang sukses, dan kondisi kerja yang berbeda satu sama lain, dianalisis
dalam 18 tim. Kuesioner dibagikan kepada kurang dari lima karyawan untuk setiap
pekerjaan yang diidentifikasi. Karyawan diminta untuk mengisinya dengan
memeriksa alternatif yang tepat atau menjawab pertanyaan sejauh mungkin,
mencari bantuan dari supervisor mereka. Sebanyak 129 kuesioner dikembalikan,
dengan tingkat tanggapan 83,77%. Nilai pekerjaan: Kuesioner untuk setiap
pekerjaan dievaluasi untuk skor, dan hasilnya diperiksa dengan pekerjaan yang
sama atau serupa di MIJGS (Industri Logam Job Grading System) untuk
konsistensi. Ditemukan bahwa skor pekerjaan bervariasi dari 204.50 hingga 645.50
poin. Skor pekerjaan dinilai sebagai 1 untuk 250 poin dan di bawah, 2 untuk 251–
300 poin, 9 untuk 601 poin dan lebih tinggi. Nilai pekerjaan dan nilai yang lebih
tinggi mencerminkan tingkat kerumitan yang lebih tinggi dalam hal pengetahuan
pekerjaan, tanggung jawab, kemampuan, dan persyaratan usaha.
28
pekerjaan. Setiap karyawan dinilai oleh atasannya dengan skala Likert lima poin
mulai dari 1 tidak memadai hingga 5 luar biasa.
Menurut Grant, Tellerini adalah cara terbaik untuk mendapatkan data lengkap
jika dibandingkan dengan metode tradisional. Selain itu, waktu pemrosesan informasi
yang dikumpulkan melalui kuesioner turun secara drastis, tetapi alternatif ini
mungkin lebih mahal karena lisensi yang diperlukan dari platform web. Dalam artikel
yang sama, disimpulkan bahwa pemberitahuan e-mail dan daya tarik insentif yang
ditawarkan untuk partisipasi sangat penting bagi responden. Survei ini disusun
dengan cara campuran, menggabungkan skala penilaian dan pertanyaan dikotomi (ya
/ tidak).
29
ditentukan oleh Eklington, beberapa praktik terbaik ditambahkan oleh pekerja
profesional yang memiliki pengalaman dalam manajemen rantai pasokan.
Pertanyaan-pertanyaan dichotomous dipilih untuk menanyakan penggunaan praktik-
praktik terbaik ini. Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang konteksnya, kami
bertanya tentang posisi responden dan kegiatan utama, sektor, pendapatan, dan
armada transportasi dari perusahaan mereka. Versi pertama dari kuesioner telah
ditinjau dan diuji oleh para akademisi.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengesahkan kualitas survei. Untuk
menetapkan jagad penelitian, kami menggunakan database bisnis SABI. Database
ekonomi dan keuangan ini berisi informasi tentang lebih dari satu juta perusahaan
Spanyol, termasuk akun tahunan perusahaan. Pencarian, yang memiliki pendekatan
multi-sektoral, bertujuan untuk memasukkan perusahaan-perusahaan di seluruh rantai
pasokan berbagai bidang. Berdasarkan data yang tersedia, 3.100 kuesioner dikirim
melalui email ke perusahaan, bersama dengan surat pengantar yang menjelaskan
tujuan penelitian. Juga, kami membiarkan perusahaan tahu bahwa, setelah
menyelesaikan studi, hasilnya akan dikirim ke responden, seperti Grant et al.
disarankan dalam studi mereka. Sebanyak 75 kuesioner dikembalikan, tetapi 14 dari
mereka tidak dapat digunakan karena data yang hilang yang signifikan. Untuk
memperoleh sampel yang lebih besar, 63 perusahaan paling relevan yang tidak
membalas email kami diketahui melalui telepon, yang 44 bersedia untuk
menyelesaikan survei, tetapi hanya 37 yang menjawab kuesioner. Total 98 kuesioner
diselesaikan dengan benar.
30
4. Koefisien korelasi (R)dan koefisien determinasi (R 2)
5. Pengujian hipotesis
a. Uji F
b. Uji T
31
pelaksana mencangkup penilaian atas realisasi, serta pengamatan atas
kopetensi kerja.
32
2.11 Struktural Model of The Influencing Faktor of The
Subjective Well Being of The Prisoners ( Model Stuktural dari
Faktor yang Mempengaruhi dari Kesejateraan Subjektif dari
Tahanan )
33
Pengukuran skala yang digunakan adalah modifikasi skala OCB yang disusun oleh
Wibowo (2006). Aspek OCB yang digunakan adalah altruisme, hati nurani, sportivitas,
kesopanan, dan kebajikan kewarganegaraan. Skala pemimpin-anggota dibuat oleh
peneliti berdasarkan aspek yang diusulkan oleh Dienesch dan Liden yang kemudian
ditambahkan dengan satu aspek lagi oleh Liden dan Maslyn.
Aspek yang digunakan adalah kontribusi, loyalitas, pengaruh, dan
penghargaan profesional. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.
Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji dengan teknik reliabilitas alpha Cronbach.
Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, skala ini diuji terlebih dahulu pada
perusahaan komunikasi di Yogyakarta. OCB koefisien reliabilitas skala 0,881.
Koefisien korelasi total item, item memvalidasi skala ini bergerak dari r = 0,293 ke r
= 0,721. Koefisien reliabilitas pemimpin anggota skala pertukaran 0,934. Koefisien
korelasi total item validasi item skala ini bergerak dari r = 0,301 ke r = 0,852. Ada 57
orang yang terlibat dalam penelitian. Data dari 57 subyek kemudian dianalisis dengan
Pearson Product Moment Correlation.
34
Ada beberapa langkah dalam melakukan analisis ini (Hayes, 2000): (1)
menyiapkan data yang akan dianalisis, (2) mengidentifikasi informasi spesifik sebagai
item yang relevan dengan topik penelitian, (3) mengkategorikan item berdasarkan
tema yang muncul, (4) menguji tema dan merumuskan definisi, (5) menguji ulang tema
dan cocok dengan kategori data, (6) menggunakan materi yang tersedia untuk
membentuk konstruk, biasanya berisi nama kategori sesuai dengan data yang
mendukungnya, (7) memilih data yang relevan untuk mendeskripsikan masing-masing
tema. Analisis statistik telah dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara
pertimbangan pria dan wanita
35
BAB III
3.1 Permasalahan K3
Masalah yang timbul adalah bagai mana melaksanakan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja agar tercipta suatu suasana lingkungan dan kondisi
kerja yang baik serta aman dan nyaman. Dan menciptakan kondisi kerja yang sesuai
dengan kebutuhan kerja kita sendiri agar kita bisa mencapai tujuan kerja.
1. Lingkungan kerja
2. Jenis – jenis pekerjaan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang berhasil di identifikasi, antara
lain :
36
6. Hubungan motifasi kerja dan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan
37
3.4 Best Practices In Road Transport (Praktik Terbaik Dalam
Transportasi Jalan)
Transportasi sudah menjadi kebutuhan karyawan. Transportasi adalah suatu
fasilitas yang dapat memudahkan manusia melakukan aktifitasnya baik itu
pekerjaan ataupun aktifitas sehari hari. Pentingnya tranfortasi dapat di
klasifikasikan sbagai kebtuhan pokok karyawan, perusahaan seharusnya
mengetahui hal tersebut. Dan memberikan fasilitas sesuai dengan keperluan
karyawan sebagi bentuk dari tanggung jawab perusahaan.
Semakin baik fasilitas transportasi yang di berikan, diharapakan memberi
motivasi bagi karyawan untuk mengembangakan produktifitas dan loyalitas
sebagai pekerja.
38
3.6 Strategi Coping Wanita Pekerja Formal dan Informal Dalam
Mengatasi Konflik
Penyebab konflik ganda bisa terjadi di lingkungan keluarga dan pekerja.
Diantaranya konflik ganda banyak disebabkan oleh lingkungan keluarga dan
pekerjaan yang terjadi pada pekerja wanita formal dan informal. Beberapa hal yang
menyebabkan trjainya konflik peran ganda, yaitu pengasuh anak dan bantuan
pekerjaan rumah tangga, komunikasi dan interaksi dalam keluarga, penentu
prioritas sebagai seorang istri, tekanan, karir dan keluarga. Individu akan
cenderung lebih banyak menggunakan pendekatan problem focused bila
menyakini bahwa suber daya atau tuntutan yang dihadapi akan berubah, sedangkan
bila individu menyakini tidak dapat melakukan apa -apa maka untuk mengurangi
kondisi tress digunakan emotion focused.
39
3.8 Analisa Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada PT. Rhodia Manyar
1. Lebih mengaitkan reward K3 dengan promosi jabatan Saat ini reward K3
hanya digunakan sebagai proses screening dalam pemberian promosi jabatan.
Ketika karyawan mempunyai prestasi kerja yang baik dan berhak untuk
mendapatkan kesempatan promosi jabatan, maka nilai K3 karyawan akan
dilihat, apabila hasilnya bagus maka proses promosi jabatan akan
dilaksanakan, akan tetapi apabila nilai K3 kurang bagus, maka proses promosi
akan ditinjau kembali. Kondisi ini menunjukkan bahwa prestasi kerja dalam
bidang K3 hanya digunakan sebagai pelengkap saja, bukan sebagai penilaian
utama. Untuk itu rekomendasi yang bisa diberikan oleh penulis adalah agar
pihak perusahaan memasukkan hasil penilaian K3 sebagai salah satu aspek
penilaian utama ketika pihak perusahaan akan memutuskan pemberian
promosi jabatan.
2. Lebih mengaitkan reward K3 dengan kenaikan gaji karyawan Kenaikan gaji
karyawan selama ini didasarkan pada dua hal, yaitu lama kerja, prestasi, dan
kemampuan karyawan. Prestasi yang dimaksud adalah prestasi yang terkait
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, sementara prestasi kerja dalam bidang
K3 tidak menjadi pertimbangan penting dalam penentuan kenaikan gaji
karyawan. Untuk itu rekomendasi yang dapat diberikan adalah agar pihak
perusahaan menjadikan hasil penilaian K3 sebagai salah satu unsur penilaian
dalam penentuan kenaikan gaji karyawan.
3. Lebih mengaitkan reward K3 dengan pengangkatan karyawan menjadi
karyawan tetap Pihak perusahaan mempunyai prosedur untuk mengangkat
karyawan, dari karyawan sementara menjadi karyawan tetap. Dalam proses
ini banyak aspek yang dipertimbangkan dalam pengangkatan karyawan,
seperti prestasi kerja, kemampuan, dan kerajinan. Hasil penilaian K3
karyawan selama ini belum masuk dalam salah satu unsur penilaian. Untuk
itu rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan menjadikan hasil
40
penilaian K3 sebagai salah satu unsur penilaian dalam proses pengangkatan
karyawan sementara menjadi karyawan tetap.
41
antarkelompok karena situasi tersebut menciptakan representasi kognitif anggota
sebagai bagian dari kelompok yang sama. Pengaturan posisi duduk juga
mempengaruhi representasi kognitif tentang kelompok gabungan (Gaertner &
Dovidio 1986, dalam Gaertner & Dovidio, 2000). Orang-orang yang duduk
berdekatan dan melingkar akan cenderung mempersepsi diri mereka sebagai satu
kelompok yang sama. Demikian pula yang terjadi dalam eksperimen ini. Common
ingroup identity muncul di semua kelompok, bahkan di kelompok kontrol
sekalipun karena mereka berada pada situasi kontak.
42
3.11 Career Choice Considerstional A Study Between Male and Female
Psychology Student in X University Jakarta
Masalah dalam makalah ini ialah untuk mengetahui perbedaan
pertimbangan pilihan karir antara siswa pria dan pantas. Kelayakan posisi kerja dapat
diartikan sebagai peran yang dapat melindungi konsep diri sehingga dapat mendorong
harga diri sebagai pekerja. Siswa yang memasuki tahap Eksplorasi belum
mempertimbangkan peluang Karier dan Reputasi organisasi sebagai pertimbangan
utama. Mendapatkan pekerjaan adalah prioritas, sehingga perencanaan karier belum
ditetapkan. Mereka memiliki gambaran terbatas tentang tujuan karir dan langkah-
langkah yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka memiliki pertimbangan yang
dekat dan eksternal untuk perencanaan karir (Larkin, et.al, 2007). Bersama dengan
peluang Karir, Reputasi juga tidak ditempatkan sebagai pertimbangan utama. Hal ini
terkait dengan kurangnya informasi siswa tentang berbagai perusahaan. Selain itu,
kesadaran akan situasi kompetitif di pasar tenaga kerja membuat mereka berpikir
terutama peluang untuk memasuki dunia kerja daripada memilih reputasi organisasi.
Keterlibatan keluarga sebagai bagian dari pertimbangan paling tidak
menunjukkan bahwa mereka memiliki banyak kesempatan untuk memilih karirnya.
Namun, ini juga menunjukkan bahwa pilihan karier tidak hanya tentang mereka, tetapi
juga terkait dengan orang lain yang juga memiliki pengaruh signifikan. Perbedaan
dalam pertimbangan karir menunjukkan bahwa identitas karir tidak dapat dipisahkan
dari isu-isu gender.
Ada perbedaan antara pertimbangan karir Pria dan Wanita. Pertimbangan laki-
laki lebih tinggi dalam Kebugaran, Kondisi Kerja dan Peluang Karir, sedangkan
perempuan berpenghasilan tinggi, Lokasi, Posisi, Reputasi dan Keluarga.
Pertimbangan perbedaan terbesar antara Pria dan Wanita adalah pada Kebugaran dan
Kondisi Kerja, sementara antara pertimbangan Perempuan dan Laki-laki berada di
Lokasi dan Penghasilan. Laki-laki lebih faktor eksternal pertimbangan karir,
sedangkan perempuan lebih faktor pertimbangan internal. Dapat dikatakan wanita.
Dengan menggunakan kuesioner, para siswa menjawab pertanyaan tentang pilihan
karir. Hasilnya menunjukkan bahwa Penghasilan merupakan prioritas dalam
43
pertimbangan karier. Hal ini sejalan dengan Moore (dalam Weiten, Lloyd, Dunn dan
Hammer, 2009) yang menyatakan bagaimana seseorang memandang karirnya sangat
berkorelasi dengan pendapatan. Penghasilan dalam penelitian ini dianggap sebagai
yang paling penting pertimbangan dalam membuat keputusan karier, meskipun dalam
penelitian lain telah menunjukkan hasil yang berbeda.
44
DAFTAR PUSTAKA
Gita widya laksmini soerjoatmodjo, studi kasus badan rekonstruksi dan rehabilitasi
aceh nias (2005 – 2009), 2015, ISSN 2302-8440 Universitas pembangunan jaya,
Tangerang selatan
Iqbal Muhammad, perbedaan kualitas hidup tenaga kerja Indonesia di Malaysia
berdasarkan faktor demografi , 2015, ISSN 2302-8440, universitas mercu buana
Jakarta
Rizka halinda, amarina A, ariyanto & hamdi muluk, kesamaan dan kesinambungan:
pengaruh kedekatan appreciative inquiry terhadap common ingroup identity dan
persepsi kesinambungan pasca penggabungan kelompok, 2014, ISSN 2302-8440,
universitas Indonesia
Herudini subariyanti, hubungan motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan, 2017, ISSN 2355-0295, ASM BSI Jakarta
Bobby rocky kani, R.J.M. mandagi, J.P. rantung, G.Y malingkas, keselamatan dan
kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek konstruksi ( studi kasus: proyek PT.
trakindo utama ), 2013, ISSN : 2337-6732, universitas sam ratulangi
45