Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Manajemen II : Manajemen Kepemimpinan

Dosen : Pdt Janny Ch. Rende, M.Th


Nama-nama anggota kelompok :
- Armando Turangan
- Leonardo Tiho (Ketkel)
- Jesi Terok
- Intan Ngongoloy
- Shearen Pinontoan
- Wulan Agu
- Omega Tampi
- Prisilia Ruru
- Armely Pesik

PENDAHULUAN
Pemimpin, bukan anak buah. Dialah yang bertanggung jawab. Dalam situasi yang sulit ia
bukan sekedar pemangku jabatan, melainkan seseorang yang menimbulkan gerakan dengan
kekuatan pengaruhnya. Seorang pemimpin pada dasarnya adalah orang yang menciptakan
perubahan. Ia tidak terpaku dan berselancar di atas pola yang dibuat oleh para pendahulunya,
melainkan membuat jalan-jalan baru yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan. Ia
bahkan menawarkan tujuan-tujuan baru untuk dicapai bersama-sama. Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk merealisasikan potensi yang ada pada “pengikutnya” dan mengarahkan
keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan dari kelompoknya untuk menghasilkan “sesuatu”.
Padahal pada saat ini anggota organisasi semakin kritis, sehingga diperlukan pendekatan
kepemimpinan baru, yang tidak dapat mengandalkan pola-pola kepemimpinan yang lama.
Organisasi membutuhkan suatu pola kepemimpinan yang mampu menggerakkan anggotanya
untuk bersama-sama berjuang mencapai cita-cita yang telah disepakati bersama. Organisasi yang
memiliki kepemimpinan yang baik akan mudah dalam meletakkan dasar kepercayaan terhadap
anggota-anggotanya, sedangkan organisasi yang tidak memiliki kepemimpinan yang baik akan
sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari para anggotanya. Organisasi tersebut akan kacau dan

1
tujuan organisasinya tidak akan tercapai. Pola kepemimpinan inilah yang dituangkan dalam
konsep Quantum Leadership. 1

Kepemimpinan quantum dapat  menginduksi potensi manusia, dan mengarahkan semua


orang untuk menetapkan target bersama. Kepemimpinan quantum terhubung dengan
kompleksitas, yang bertujuan untuk mempelajari dan menggunakan seluruh kemampuan 
potensial yang ada, sehingga suatu ketidakpastian akan menghasilkan potensi kreatif. 
Sebagaimana halnya teori “gestalt”, teori quantum berpandangan bahwa jumlah keseluruhan
lebih besar dari bagian. Di dunia ini, keseluruhan memiliki sifat dan potensi yang lebih
ketimbang masing-masing bagian. Potensi setiap individu dalam suatu organisasi memberikan
kontribusi terhadap kepemimpinan. Sehingga, kepemimpinan quantum dapat menghasilkan
energi yang lebih besar ketimbang kontribusi dari masing-masing
individu. Kepemimpinan quantum dapat mengevaluasi konflik sebagai sumber kreativitas,
sehingga konflik dapat diterima untuk kepentingan kreativitas. Dengan adanya pembagian dan
sintesis energi secara simultan, struktur dinamis dapat dibangun. Dengan kata lain,
kepemimpinan bukanlah hanya sekedar otoritas hirarkis dan pengendalian dari atas ke bawah,
lebih dari itu kepemimpinan quantum adalah pengembang dan konstruktor kerja non linieritas
dalam situasi ketidakpastian. Kepemimpinan quantum mampu mentolerir  suatu ketidakpastian
dan kekacauan, dan dapat menciptakan struktur dan pengorganisasian yang fleksibel. Dalam
sistem yang kacau, struktur organisasi lama justru tengah siap untuk berubah menjadi struktur
organisasi yang lain, hal ini merupakan alasan mengapa pemimpin quantumselalu siap untuk
mengadopsi setiap  perubahan. Artinya, berpikir  quantum, dapat menghasilkan organisasi
terbarukan. Berpikir quantum terletak diantara kekacauan dan ketertiban. Adanya ketidakpastian
dapat menghasilkan celah baru untuk mengembangkan suatu cara berpikir baru, baik bagi
kepemimpinan maupun bagi masing-masing individu dalam organisasi. Di daerah baru dan di
semua bagian tanpa batas, terjalin hubungan dan komunikasi antar bagian-bagian yang menjadi
identitas keseluruhan. Dalam hal ini terjalin relasional kontekstual, dimana suatu kerjasama
dilakukan dalam batas-batas ketidakpastian. 2

1
https://arisrusmana.files.wordpress.com/2010/10/quantum-leader.pdf Diakses pada tanggal 06-05-2019
2
https://sbm.binus.ac.id/2014/03/17/quantum-leadership-bagian-5/ diakses pada tanggal 06-05-2019

2
ISI

Makna quantum dalam konteks kepemimpinan lebih menekankan kepada “sedikit tetapi
memberi dampak yang sangat besar”. Artinya seorang pemimpin - dengan pendekatan Quantum
Leadership - akan memberi dampak dan energi yang sangat besar kepada organisasi dan seluruh
anggotanya. Konsep Quantum Leadership adalah konsep kepemimpinan yang berorientasi pada
masa depan dengan komitmen untuk dapat “melihat dan bermimpi”, “mengubah”, serta
“menggerakkan” anak buah ke arah tujuan yang direncanakan.

Menurut quantum leadership, pemimpin harus dapat melihat masa depan dan bermimpi
apa yang harus dicapai di masa depan. Ia memiliki angan-angan tentang bagaimana dan ke mana
organisasinya dan para pengikutnya akan dibawa di masa datang. Dia harus membuka jendela
masa depan dan menuangkannya dalam sebuah visi. Namun angan-angan saja tidak cukup,
seorang pemimpin harus merealisasikan angan-angan dan mimpimimpinya agar menjadi
kenyataan di masa depan. Artinya dia harus mengubah dari situasi sekarang menjadi situasi
seperti yang diangankan pada masa depan. Pemimpin akan mengomunikasikan angan-angan dan
mimpinya, yang dapat membangkitkan harapan, menyulut semangat, dan beranjak dari situasi
masa kini. Selayaknya ada dua elemen dasar yang harus terkandung dalam sebuah visi, yaitu
sebuah kerangka kerja konseptual untuk memahami tujuan dan bagaimana mencapainya, serta
sisi emosionalnya untuk memacu motivasi. Mimpi yang bernama visi itu, haruslah realistik,
dipercaya, dan mempunyai daya tarik masa depan. Seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan sebuah visi yang realistis, kredibel,
memacu semangat dan akhirnya menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan.

Konsep ini akan berjalan lancar apabila terdapat lima kekuatan besar yang menjadi
pendukung penerapan konsep ini yaitu visi, strategi, komitmen, aksi, dan sensitivitas. Visi berarti
cita-cita ke depan, lamunan atas masa depan organisasi. Sebab seperti sebuah pepatah
menyatakan bahwa “kita tidak akan pernah mampu membangun sebuah kastil di mana pun juga
apabila kita tidak mampu membangunnya dalam pikiran kita”. Visi ini kemudian dijabarkan
menjadi misi dan dikembangkan lebih lanjut menjadi strategi. Strategi yang menjadi panduan
bagi tiap anggota organisasi dalam melakukan segala kegiatannya. Komitmen lebih kepada
berpegang teguh terhadap apa yang telah ditetapkan bersama, yaitu visi, misi, tujuan jangka
panjang, sampai ke tahapan strategi. Faktor selanjutnya adalah aksi. Aksi di sini adalah derivasi

3
lanjutan dari strategi. Jadi, lebih mengarah kepada taktik dari organisasi yang bersangkutan.
Faktor terakhir adalah sensitivitas. Yang dimaksud dengan sensitivitas di sini adalah sensitivitas
terhadap perubahan yang terjadi disadari atau tidak. Perubahan baik dari dalam ataupun dari luar
organisasi.

Kelima hal ini membantu terlaksananya tiga filosofi dasar quantum leadership. Pertama,
filosofi yang berkaitan dengan tugas seorang pemimpin untuk ‘melihat, bermimpi, dan
melaksanakan’, yang disebut sebagai architect approach. Seorang pemimpin diumpamakan
sebagai seorang arsitek pembangun masa depan organisasi. Dia diharapkan mampu membuat
bangunan imajinernya tentang bangunan masa depan organisasi, tetapi tetap juga harus berpijak
pada realitas, yang dapat kita sebut sebagai pendekatan Creative Imagination Based on Reality
(CIBOR). Seorang arsitek apabila diberikan sebidang tanah yang berbukit-bukit untuk dibangun,
tidak akan berpikir seperti berikut: “Wah, ini sih sulit…mengapa tidak membeli sebidang tanah
yang datar sehingga akan memudahkan saya untuk membangunnya ?”. Jika hal ini yang terjadi,
maka arsitek itu bukanlah arsitek yang hebat. Mengapa? Karena tidak semua tanah itu datar.
Justru ia harus menghadapi realitas yang ada (tanah berbukit-bukit), dan menciptakan bangunan
yang paling layak untuk kondisi yang ada. Seorang pemimpin harus memahami realitas internal
maupun eksternal organisasi, menerima keadaan ini, dan membuat angan-angan “bangunan masa
depan” berdasarkan realitas ini. Jadi, imajinasi yang hebat saja tidak memadai, karena tetap harus
berpijak ke bumi. Seorang Quantum Leader tidak boleh berpikir melantur ke mana-mana, tetapi
harus mempunyai pemikiran yang sangat mungkin untuk direalisasikan.

Kedua, filosofi yang berkaitan dengan peran seorang Quantum Leader untuk
“mengubah”, yaitu Nurture with Respect, Love, and Care. Artinya untuk “mengubah” anggota
organisasi diperlukan pendekatan personal yang prima dari seorang pemimpin. Pemimpin yang
baik akan membimbing pengikutnya sehingga mereka mampu – paling tidak – menjadi
pemimpin bagi dirinya sendiri. Pemimpin yang baik akan membimbing anak buahnya dengan
rasa hormat, cinta, dan penuh perhatian.

Ketiga, filosofi Quantum Leadership berkaitan dengan ‘menggerakkan’ yaitu


menerapkan The Golf Game Concept yang terdiri dari direction (mengarahkan), distance
(mengukur jarak), dan precision (ketepatan). Maksudnya untuk menggerakkan anak buah mesti
memiliki tata pikir seperti dalam permainan golf. Sebelum memukul bola golf, pertama kali yang

4
harus dilakukan adalah menentukan arahnya. Jika arahnya salah semua usaha yang akan
dilakukan akan sia-sia. Kemudian barulah memperkirakan jaraknya. Dan setelah itu berpikir
mengenai ketepatannya. Demikian pula dalam kepemimpinan. Seorang Quantum Leader pertama
kali harus berpikir mengenai arah yang ditempuh untuk mencapai visi, kemudian memperkirakan
berapa “jauh” impian itu harus dicapai dan barulah melakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Dalam permainan golf, seseorang yang paling ahli sekali pun tidak akan mampu menyelesaikan
suatu pertandingan berkali-kali hanya dengan satu kali pukulan (hole in one). Hal ini sangat sulit
untuk dilakukan. Demikian pula dalam kepemimpinan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan
perlu dibuat tahapan-tahapan yang diperlukan.

Aplikasi dari Quantum Leadership

1. Visionary Supervision, pengawasan terhadap lamunan atau mimpi. Hal ini penting untuk
menjaga agar mimpi tersebut tidak melantur dan tidak membumi sehingga sulit
diwujudkan.
Terdapat lima komponen penting yang harus diperhatikan yaitu : dream
achievement (pencapaian mimpi), strategic comprehension (pengertian yang bersifat
strategis), process and result orientation (berorientasi pada proses dan hasil yang akan
dicapai), systematic analysis: Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (melakukan
analisis yang sistematis), dan constructive anticipation (antisipasi yang konstruktif).

2. Positive Nurturing adalah membimbing secara positif dengan berlandaskan pada


respect – love – care. Dalam prosesnya, anggota atau pengikut dibimbing secara personal
atau pribadi dan berorientasi kepada pencapaian kinerja tertentu untuk mencapai sasaran
berupa sikap yang professional. Sikap yang professional ini antara lain: motivasi tinggi,
berorientasi pada proses dan hasil, mampu memisahkan kehidupan personal dengan
kehidupan organisasi, dan menunjukan hasil kerja yang optimal. Untuk mendukung
proses ini diperlukan persuasi positif dan empati sehingga tercipta hubungan yang saling
menguntungkan.

3. Inner Driver, menggerakkan dorongan dari dalam dengan berlandaskan pada prinsip
memotivasi sendiri organisasi (motivation self organization) didukung oleh sikap percaya
penuh atau trust (terdiri dari sikap/attitudekemampuan/ability-penilaian/judgement).

5
Kita mengenal beragam tipe kepemimpinan baik pandangan tradisional hingga yang
paling modern. Mulai dari pendekatan ciri, sifat, dan pembawaan seseorang pemimpin kita kenal
sebagai trait approach, behavioral approach, situational approach hingga quantum leadership
yang merupakan pengembangan lebih lanjut.

Quantum Leadership yang merupakan pengembangan terkini dari konsep kepemimpinan


yang ada. Konsep kepemimpinan memang telah banyak mengalami transformasi. Dimulai dari
trait approach yaitu konsep kepemimpinan dengan pendekatan sifat, ciri atau pembawaan yang
kemudian berubah menjadi kepemimpinan berdasarkan perilaku (behavioral approach).
Perkembangan selanjutnya adalah konsep kepemimpinan situasional.

Dirasakan adanya perubahan pada dunia bisnis sehingga dibutuhkan sebuah pendekatan
baru. Pendekatan ini kita kenal sebagai Quantum Leadership. Semua perubahan di atas
merupakan perubahan paradigma kepemimpinan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Tanpa adanya dukungan penuh dari follower, mustahil leader akan berhasil. Konsep yang
mendukung keberhasilan quantum leadership ini disebut dengan quantum followership. Dengan
demikian antara quantum leadership dengan quantum followership adalah satu kesatuan yang
utuh.

Inti dari konsep quantum followership adalah kesatuan gerak, kecepatan tindakan dan
keberanian menerima tantangan. Sama seperti quantum leadership, quantum followership juga
didukung oleh lima komponen yaitu strategi, komitmen, sensitivitas, koordinasi dan partisipasi.

Tujuan akhir dari implementasi quantum leadership adalah tercapainya peak


performance, high job satisfaction, dan high life satisfaction. Inti implementasi quantum
leadership terdiri dari pengembangan tiga sisi yaitu pengembangan mental and attitude,
professional working knowledge dan physical condition. 3

Tahap-Tahap Perkembangan Kapasitas Sumber Daya Pemimpin Kristen yang Utuh –


Bersinambung

Perkembangan penuh atau dari seorang pemimpin Krsiten akan terlihat pada sejauh mana
ia telah berkembang dan mengalami kepenuhan diri sebagai seorang pemimpin. Perkembangan
3
https://arisrusmana.files.wordpress.com/2010/10/quantum-leader.pdf Diakses pada tanggal 06-05-2019

6
penuh dan kepenuhan diri yang dimaksud dapat dilihat pada tahap-tahap perkembangan dibawah
ini yang menjelaskan terjadinya proses perkembangan kapasitas pemimpin yang berkembang
secara utuh – bersinambung kearah kompetensi dirinya sebagai pemimpin :

Pertama adalah tahap pembentukan karakter. Ada lima hal penting yang akan terlihat,
yaitu adanya kemantapan integritas diri, kedewasaan, kematangan, mentalitas positif dan
komitmen tinggi yang stabil pada diri pemimpin.

Kedua, adalah tahap pembentukan pengetahuan dan keahlian atau keterampilan yang
bersifat sosial (disini ia telah mampu berhubungan dengan orang lain secara lebih baik) dan
keterampilan teknis (dimana ia mampu melaksanakan tugas dengan baik).

Ketiga, dari kedua point diatas akan terbentuk sikap positif yang menggambarkan
kompetensi diri pemimpin, yang oleh pembuktian dirinya ia diakui serta didukung sebagai
pemimpin kompeten.

Keempat, berhubungan dengan kebiasaan diri yang berkaitan dengan kerja, dimana kerja
merupakan kebiasaan mekanis dan terencana yang telah terbentuk di dalam diri pemimpin.

Kelima adalah tahap kinerja, dimana kebiasaan kinerja diwujudkan dalam praktek dengan
berorientasi kepada bekerja efektif (mutu), bekerja efisien (jumlah), dan bekerja produktif
(berhasil).

Keenam adalah tahap ekspresi diri yang membuktikan bahwa pemimpin telah
berkembang penuh dan menjadi lebih kompeten. Perkembangan penuh dan kompetensi diri
pemimpin ini dibuktikan dalam kenyataan bahwa ia sedang aktif sebagai pemimpin yang lengkap
dan terus berkembang secara dinamis.4

4
Pdt.Dr.Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis (Malang : Gandum mas 1997), cet 2.

7
Daftar Pustaka

Internet

- https://arisrusmana.files.wordpress.com/2010/10/quantum-leader.pdf
- https://sbm.binus.ac.id/2014/03/17/quantum-leadership-bagian-5/

Buku

- Pdt.Dr.Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis (Malang : Gandum mas 1997),


cet 2.

Anda mungkin juga menyukai