Anda di halaman 1dari 27

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Seni Drama, Tari, dan Musik Melayu Zufriady, S. Sn., M.Pd.

MUSIK MELAYU
(GAMBUS)

Kelompok 5

Febri Yana Riza (1705114124)

Seli Selfila Nova (1705111158)

Ulyani Lizamil Haqqi (1705110867)

Shella Safitri (1705121572)

Winarni Putri Maharani (1705114639)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai sumber.

Makalah ini berisikan tentang “Musik Melayu”. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi kita semua.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang
kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada kita semua
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Pekanbaru, September 2019

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Musik dan Musik Melayu .................................................. 3


2.1.1 Pengertian Musik ......................................................................... 3
2.1.2 Pengertain Musik Melayu ............................................................ 3
2.2 Sejarah Musik Melayu .......................................................................... 7
2.3 Ciri Khas Musik Melayu ....................................................................... 9
2.4 Instrumen Alat Musik Melayu ........................................................... 10
2.5 Gambus ............................................................................................... 15
2.5.1 Konsep Gambus Menurut Narasumber ...................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 22


3.2 Saran .................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

LAMPIRAN DOKUMENTASI ......................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional
yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya,
penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh
seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi
sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu
ramah dan sopan. Begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa
Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi
beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik, dan gesek.
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung
irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat
yang dapat mengahasilkan bunyi-bunyian. Musik tentunya tidak hanya satu,
namun musik memiliki berbagi macam jenis musik. Salah satunya yaitu jenis
musik Melayu. Musik Melayu adalah musik yang berkembang di Negara
Melayu. Negara-negara Melayu tersebut antara lain adalah Malaysia
,Singapura, Brunei Darusaalam serta Indonesia. Ciri khas musik Melayu ini
adalah mengunakan gendang tradisional yang berukuran besar yang membawa
sentuhan joget Melayu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan musik Melayu?
2. Bagaimana sejarah musik Melayu?
3. Apa saja ciri khas musik Melayu?
4. Apa saja instrument alat musik Melayu dan bagaimana cara
memainkannya?
5. Bagaimana konsep alat musik gambus menurut narasumber?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahu pengertian dari musik Melayu.
2. Untuk mengetahui sejarah dan persebaran musik Melayu.
3. Untuk mengetahui ciri khas musik Melayu.
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk alat musik Melayu dan
bagaimana cara memainkannya.
5. Untuk mengetahui konsep alat musik gambus menurut narasumber.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Musik dan Musik Melayu

2.1.1 Pengertian Musik

Menurut Koentjaraningrat (1986) mengemukakan bahwa, “Musik


merupakan bagian dari kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur
kebudayaan manusia”.

Menurut Soeharto (1992) mengemukakan bahwa, “Musik adalah


pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya
berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa
gagasan, sifat, dan warna bunyi”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, musik merupakan seni yang


timbul dari perasaan atau pikiran manusia sebagai pengungkapan
ekspresi diri, yang diolah dari suatu nada-nada atau suara-suara yang
diatur dengan irama atau hitungan, dan mengandung unsur harmonisasi
atau keselarasan.

2.1.2 Pengertian Musik Melayu

Menurut Wikipedia, “Musik Melayu adalah aliran musik


tradisional yang bermula dan berkembang di wilayah Pantai Timur
Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Musik ini biasanya
dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak
jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat misalnya tari
Persembahan dalam perhelatan atau pesta adat, penyambutan tetamu
kehormatan, dan dalam kegiatan keagamaan.Yang menarik dari aliran
musik ini terletak pada susunannya yang terdiri atas lirik lagu yang
mengandung syair yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari”.

3
Adapun beberapa tokoh musik Melayu sebagai berikut:

Husein Bawafie adalah seniman dan


sekaligus salah satu tokoh pembaharu
musik Melayu atau dangdut Indonesia.
Karya-karyanya ia mengubah watak lagu-
lagu Melayu Deli menjadi musik Melayu
yang lebih dinamis dan struktur lirik dan
lagu yang lebih bebas (tidak lagi
berpantun).
Ia merupakan pemimpim Orkes Melayu
Chandralela, yang memunculkan Ellya
Khadam dan Elvy Sukaesih. Dari
tangannya telah tercipta lebih dari 200 lagu,
seperti Selayang Pandang, Khayal dan
Penyair, Seuntai Syair, dan lainnya.
Said Effendi (lahir di Besuki, 25 Agustus
1925 – meninggal di Jakarta, 11 April 1983
pada umur 57 tahun) adalah seniman musik
Melayu pada era 1950-an sampai 1970-an.
Ia mempulerkan lagu Seroja yang popular
hingga ke Malaysia. Lewat lagu Bahtera
Laju, Said Effendi menempatkan diri
sebagai pelantun irama Melayu nomor
wahid negeri ini. Ia menyingkirkan
popularitas P. Ramlee. Semua penghargaan
yang diterimanya adalah anumerta (post-
humous), mulai dari Anugerah Dangdut
TPI (1998), Persatuan Wartawan Indonesia,
Anugerah Seni dari PT Variapop, Nugraha
Bhakti Musik Indonesia (2004), dan dari

4
Parfi dan Persatuan Seniman Malaysia
(2006). Lagu-lagu ciptaan Said Effendi
seperti : Lagu Rindu, Timang-timang,
Asmara Dewi, Potong Padi, Hanya
Nyanyian, Fatwa Pujangga, Seroja, dan
lain-lain.
Muhammad Mashabi merupakan salah satu
penulis lagu dan penyanyi musik Melayu
pada masa 1950-an dan 1960-an di
Indonesia. Bersama-sama dengan H.
Bawafie dan Munif Bahaswan, ia
merombak gaya musik Orkes Melayu Deli
dengan mengganti beberapa instrumen dan
struktur lirik dan lagu. Bila sebelumnya
lagu-lagu Melayu Deli berisikan pantun,
pada masa mereka musik Melayu mulai
memasukkan tema-tema percintaan.
Penggunaan gong pun mulai ditinggalkan.
Tempo lagu lebih cepat. Perubahan yang
dilakukan merintis bentuk dangdut modern
seperti yang dikenal sekarang. M. Mashabi
pernah berkolaborasi dengan Ellya, Si
Boneka dari India, dan Johana Satar.
Beberapa lagu ciptaannya: Renungkanlah,
Harapan Hampa, Hilang Tak Berkesan,
Kecewa (dipopulerkan kembali oleh Iis
Dahlia), dan Keluhan Anak Tiri (lebih
dikenal dengan judul Ratapan Anak Tiri,
judul film yang menggunakan lagu ini
sebagai soundtracknya).

5
Tengku Amir Hamzah yang bernama
lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran
Indera Putera (lahir di Tanjung Pura,
Langkat, Sumatera Timur, 28 Februari 1911
– meninggal di Kuala Begumit, 20 Maret
1946 pada umur 35 tahun) adalah seorang
sastrawan Indonesia angkatan Pujangga
Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga
bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat)
dan banyak berkecimpung dalam alam
sastra dan kebudayaan Melayu.
Amir Hamzah tidak hanya menjadi penyair
besar pada zaman Pujangga Baru, tetapi
juga menjadi penyair yang diakui
kemampuannya dalam bahasa Melayu-
Indonesia hingga sekarang. Di tangannya
Bahasa Melayu mendapat suara dan lagu
yang unik yang terus dihargai hingga
zaman sekarang.
Amir Hamzah terbunuh dalam Revolusi
Sosial Sumatera Timur yang melanda
pesisir Sumatra bagian timur di awal-awal
tahun Indonesia merdeka. Ia wafat di Kuala
Begumit dan dimakamkan di pemakaman
Mesjid Azizi, Langkat. Adapun, revolusi ini
terjadi pada tahun 1946. Ia diangkat
menjadi Pahlawan Nasional Indonesia
berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/
tahun 1975, tanggal 3 November 1975.

6
2.2 Sejarah Musik Melayu

Seni musik Melayu sangat terpengaruh musik Cina, Portugis, India,


Arab, dan Persia, sehingga bentuk awalnya tidak dapat diterka lagi. Sejarah
kesenian Melayu dapat ditelusuri dengan melihat pengaruh dunia luar dalam
seni musik, lagu, dan tari Melayu.

Musik Melayu adalah musik tradisional yang khas di Wilayah Pantai


Timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia, dimana didominasi permainan
rebana, petikan gambus, pukulan gong, dan alunan serunai. Gaya ini dapat
dijumpai di Riau, Palembang, Deli, Aceh, Singapura, hingga Malaysia.

Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari Qasidah


yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara
pada tahun 635-1600 dari Arab, Gujarat, dan Persia, sifatnya pembacaan syair
dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair yang dipakai adalah
semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian
dipakai juga untuk mengiringi tarian. Pada waktu sejak dibuka Terusan Suez
terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir masuk Hindia Belanda tahun 1870
hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik Gambus dan bermain
Musik Arab. Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan
syair Gurindam dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dan lain
sebagainya.

Kemudian sekitar tahun 1940 lahir musik Melayu Deli, tentu saja gaya
permainan musik ini sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai Qasidah,
karena perkembangan masa ini tidak hanya menyanyikan syair Gurindam,
tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian dan pengiring
tarian khas orang Melayu pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia.

Dengan perkembangan teknologi elektronik sekitar tahun 1950 maka


mulai diperkenalkan pengeras suara, gitar elektrik, bahkan perkembangan
keyboard. Dan tak kala penting adalah perkembangan industri rekaman sejak
tahun 1950.

7
Tren Musik Melayu Saat ini

Tren Melayu musik Indonesia mengundang polemik. Hal ini terjadi


seiring adanya komentar dari beberapa musisi tanah air yang mencap musik
jenis ini sebagai sebuah degradasi (penurunan mutu).

Menurut WIKI, perkembangan musik Melayu di Indonesia telah mulai


sejak lama. Dahulu, kita mengenal adanya musik Orkes Melayu yang masih
menggunakan gitar akustik, akordeon, rebana, gambus dan suling sebagai
instrument utamanya. Pada periode 50 dan 60-an, orkes-orkes Melayu di
Jakarta ini memainkan lagu-lagu Melayu Deli asal Sumatera (sekitar Medan).
Perlahan, seiring perkembangannya, unsur India mulai juga masuk ke dalam
musik Melayu. Ellya Khadam dengan hits “Boneka India”-nya merupakan
representasi dari gejala ini. Selain itu masih ada penyanyi lain seperti
P.Ramlee (Malaysia), Said Effendi (dengan lagu Seroja) dan lainnya yang
mempopulerkan genre musik ini.

Tonggak perkembangan musik Melayu (yang berkelindan dengan musik


dangdut) adalah dengan adanya Soneta Group, pimpinan Rhoma Irama di
tahun 1970-an. Setelah itu, musik Indonesia diwarnai oleh beragam genre
yang merupakan unsur-unsur asing seperti Rock, Reggae, Heavy Metal hingga
SKA dan Grundge (Alternative). Pada masa ini, musik Melayu memasuki
periode hiatus alias mati suri. Hal ini terbukti dengan tidak banyaknya musisi
baik solo maupun group yang mengusung genre Melayu. Di periode ini, lagu
Melayu yang pernah ada adalah “Isabela” yang disuarakan grup Malaysia.

Namun sebagaimana jenis seni apapun (mo fashion, painting, dll), musik
juga mengalami proses recycle. Unsur-unsur Melayu yang pernah dinyatakan
“mati”, usang dan kampungan itu mulai ngetop lagi dengan adanya grup-grup
seperti ST 12, Wali, Hijau Daun dan lainnya. Bahkan Soneta “reinkarnasi”
kembali di sosok Ridho Roma.

8
2.3 Ciri Khas Musik Melayu
Menurut Mahbubah dkk (2016: 507), “Musik melayu memiliki ciri
utamanya menggunakan alat musik membranaphone atau gendang tradisional
yang menghasilkan sentuhan dendang dan joget”.
Menurut Sakrie (2015: 160), “ Musik Melayu sendiri bericiri kuat pada
pola penulisan lirik dengan menggunakan pantun yang terdiri atas 4 bait; dua
bait pertama disebut sebagai sampiran dan dua bait terakhir adalah makna
sesungguhnya”.

Adapun ciri khas dari musik Melayu adalah sebagai berikut:

1. Ada rentak irama yang meliuk (cengkok) dalam alunan musiknya


Menurut Fadlin (1988) mengemukakan bahwa, “Ada tiga jenis
rentak musik Melayu, yaitu: 1) Rentak senandung, yaitu dengan metrik
4/4, dalam satu siklus terdapat delapan ketukan, biasanya dengan irama
lambat dan lagu bersifat sedih, contoh lagu adalah Kuala Deli, Laila
Manja, 2) Rentak mak inang, yaitu dengan metrik 2/4, tempo lagu
sedang, biasanya lagu bertemakan kasih sayang atau persahabatan,
contoh: lagu Mak Inang Pulau Kampa, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati,
dan 3) Rentak lagu dua, yaitu dengan metrik 6/8, sifatnya riang dan
gembira, bersifat joget, tempo agak cepat, sangat digemari orang
Melayu, contoh: lagu Tanjung Katung, Hitam Manis, Selayang
Pandang.
2. Syair-syair lagunya merupakan kalimat sajak yang memiliki nilai
kesusastraan
3. Syairnya tidak cengeng, tidak vulgar, dan membawa pesan moral yang
baik
4. Menghasilkan sentuhan dendang dan joget
5. Menggunakan gendang tradisional, alat musik membranophone atau
rebana berukuran besar yang membawa sentuhan dendang dan Melayu
6. Instrumen yang dominan adalah biola, accordion, dan gong

9
2.4 Instrumen-intrumen Musik Melayu
Alat musik melayu dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu:
 Aerophone adalah alat musik tiup.
 Cordophone adalah instrumen musik yang memiliki senar yang
dimainkan dengan cara dipetik.
 Idiophone adalah instrumen musik perkusi yang dimainkan dengan
cara dipukul.
 Membranphone, alat musik yang terbuat dari kulit atau membran yang
membentang di atas instrumen untuk menghasilkan suara yang bila
dipukul.
a. Rebana Ubi

Rebana Ubi adalah alat musik perkusi yang digolongkan sebagai


gendang dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan. Rebana ubi
lebih besar dari rebana biasa. Diameter rebana ubi yang paling kecil adalah
70 cm dan tingginya hampir satu meter. Pada masa dahulu, rebana ubi
digunakan untuk tujuan mengirimkan berita seperti pengumuman
pernikahan hingga kepada peringatan bahaya. Rebana ini diletakkan di
atas bukit dan dimainkan mengikut irama tertentu sesuai dengan berita
yang ingin disampaikan. Kini, rebana ubi hanya digunakan dalam upacara
adat tertentu.

10
b. Kompang

Menurut Bangsawan (2018: 40), “Kompang ialah sejenis alat musik


tradisional Melayu yang paling populer bagi masyarakat”.
Kompang merupakan sebuah alat musik yang sering digunakan saat
acara adat Melayu, baik dalam acara pernikahan, khitan, aqiqah, dan
selamatan. Kompang sendiri termasuk ke dalam alat musik tabuh atau
gendang. Kompang biasanya terbuat dari kulit kambing dan memiliki
bingkai berbentuk lingkaran yang terbuat dari kayu keras atau yang
lazimnya kayu jenis nangka. Menurut berbagai literatur kompang itu
sendiri berasal dari Arab dan dibawa ke tanah Melayu melalui jalur
perdagangan pada abad ke-13.
Kompang biasanya berukuran enam belas inci lingkar dan ditutup
dengan lembaran kulit pada sisi permukaan. Ia memiliki bukaan dangkal
dan dimainkan dengan memegang dengan satu tangan sementara dipalu
dengan sebelah tangan yang lain. Kompang sering digunakan untuk
mengiringi tarian Melayu.
c. Nafitri

11
Nafiri adalah alat musik tiup yang berasal dari Provinsi Riau. Alat
musik tiup yang mirip dengan terompet ini memiliki fungsi sebagai
berikut :
 Pengiring tarian tradisional, tari Inai, tari Jinugroho dan tari Olang.
 Untuk penobatan raja-raja ketika Riau masih berbentuk kerajaan-
kerajaan serta bangsawan.
 Tanda terhadap terjadinya peperangan, bencana, dan kematian.
 Alat yang digunakan sebagai penanda spiritual untuk memanggil
dewa, roh, atau arwah nenek moyang.

Terbuat dari kayu yang berukuran 25 sampai 45 centimeter. Antara


batang dengan dan tempat tiupnya diberi batas yang terbuat dari
tempurung kelapa. Nafiri menggunakan semacam lidah yang terbelah dua
terbuat dari daun kelapa yang muda atau ruas bambu yang sudah kering.
Lidah tersebutlah yang disebut dengan vibrator yang akan mengeluarkan
suara atau bunyi-bunyian. Terdapat beberapa lubang kira-kira sebesar biji
jagung untuk mengatur tinggi rendahnya nada. Pada bagian pangkalnya
diberi sambungan berbentuk seperti bujur telur yang terpotong dan
berongga untuk membuat volume yang dikeluarkan lebih besar. Musik
yang dikeluarkan terdengar seperti meronta-ronta daripada melodi yang
jelas untuk didengar.

d. Akordeon

Akordeon adalah alat musik yang berasal dari Riau. Alat musik ini
bias dimainkan dengan cara dipompa. Alat musik ini termasuk sulit untuk

12
dimainkan. Tidak banyak yang dapat memainkannya. Alat musik ini
bertangga nada diatonic lirik melayu sering menggunakan pantun.
Akordeon adalah alat musik sejenis organ. Akordeon ini relatif kecil
dan dimainkan dengan cara digantungkan di badan Akordeon ditemukan
oleh C.F.L. Buschmann dari Berlin, Jerman. Cara memainkan: pemusik
memainkan tombol-tombol akor dengan jari-jari tangan kiri, sedangkan
jari-jari tangan kanannya memainkan melodi lagu yang dibawakan, tetapi
pemain yang sudah terlatih dapat berganti-ganti tangan. Pada saat
dimainkan akordeon didorong dan ditarik untuk menggerakkan udara di
dalamnya. Pergerakan udara ini disalurkan ke lidah-lidah akordeon
sehingga timbul bunyi.
e. Gendang

Gendang Melayu merupakan alat musik yang dijadikan sebagai alat


musik khas suku Melayu. Alat musik ini terbuat dari kulit binatang seperti
kerbau, kambing atau lembu, dan alat musik ini merupakan salah satu alat
musik dalam keluarga genderang.
Gendang adalah instrumen yang salah satu fungsi utamanya
mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat
bantu. Jenis gendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut
gendang ciblon/kebar, dan gendang yang berukuran besar disebut gendang
kalih.

13
f. Gong

Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia


Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik
tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini. Gong yang
telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk
setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai,
gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea
Selatan disebut juga Kkwaenggwari.
g. Marwas

Marwas (yang juga disebut meruas, merwas, atau marawis), adalah


alat musik jenis gendang (drum) yang berfungsi sebagai pengatur rentak
atau tempo dalam musik iringan tari Zapin. Sebagai pengatur tempo,
gendang marwas digunakan bersama alat musik gambus selodang sebagai
pembawa melodinya. Untuk dalam ansambel musik iringan tari Zapin,
jumlah marwasnya sekurang-kurangnya 3 atau lebih.
Gendang marwas terdiri atas dua muka berdiameter 15-20 cm.
Badannya dibuat dari batang kayu nangka, ciku, atau durian yang bagian
tengahnya di lobangi. Penutup atau resonatornya terbuat dari kulit

14
kambing atau kulit lembu yang ditipiskan. Kedua permukaannya diikat
dengan tali rotan yang diraut, atau dari tali kulit kambing dan lembu atau
dengan kawat.
Tempo atau rentak musik iringan tari Zapin memakai empat ketukan
dasar setiap beat-nya. Pola pukulan ketukan dasar pukul satu berada di
ketukan jatu (down beat) tiruan bunyi (onomatope) tung, sedangkan pada
ketukan dasar pukul dua, pukul tiga, dan pukul empat masing-masing pada
pukulan naik (up beat onomatopic) tak, tung, dan pak.

2.5 Gambus

Menurut Irwan (2018: 19), “Gambus adalah alat musik petik seperti
mandolin yang berasal dari Timur Tengah, paling sedikit gambus dipasangi
tiga senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus sering digunakan sebagai
alat musik dalam tarian Melayu”.

Menurut Rizky dan Wibisono (2012: 17), “Gambus Melayu adalah salah
satu alat musik Riau yang dipengaruhi oleh musik tradisional Arab. Selain di
Riau, alat musik ini juga dikembangkan di komunitas Melayu lain di
Malaysia, Brunei, dan Singapura”.

15
2.5.1 Konsep Gambus Menurut Narasumber

Bersama Bang Zafren (kiri) dan Bang Bang Bani (kanan)

Pada tanggal 6 September 2019, kami mengunjungi Lapangan


Seni Idrus Tintin (MTQ) Pekanbaru yang beralamat di Jalan Sudirman
Pekanbaru. Disana kami menemui Bang Bani selaku koordinator latihan
bersama gabungan kesenian Melayu.

Pada saat kami berkunjung, rupanya mereka sedang melakukan


latihan bersama. Latihan tersebut terdiri atas: latihan menari tarian
Melayu yang diiring dengan alat musik Melayu (gambus dan marwas)
dan nyanyian Melayu.

Kami pun meminta waktu untuk melakukan wawancara terkait


dengan alat musik gambus. Awalnya kami mewawancarai Bang Bani ,
setelah selesai Bang Bani pun mengajak kami bertemu dengan Bang
Zafren yang merupakan pemain gambus. Kami pun berkesempatan
mewawancarainya, sehingga dalam hal ini kami menemui dua
narasumber terkait alat musik Melayu yaitu Gambus. Berikut
penjelasan gambus menurut narasumber.

Gambus adalah satu satu musik chordophone (bunyi yang


dihasilkan oleh dawai) yang dibunyikan dengan cara dipetik (dalam

16
istilah di Siak: dipeting). Di dalam khasanah musik Melayu, orang pada
umumnya mengenal dua jenis gambus.

1. Gambus ‘Ud

Gambus ‘Ud yang biasa terdapat dalam musik-musik Timur


Tengah. Alat musik ini sudah dikenal sejak lama, dan ditemukan
pada lukisan dinding peninggalan peradaban Mesir Kuno dan
Mesopotamia. Gambus ‘ud kemudian disempurnakan oleh orang
Arab dan menjadi alat musik zaman keemasan bangsa Arab. Di
Mekkah, gambus ‘ud diketahui pertama kali muncul pada abad ke-
6 M, yang kemudian diperkenalkan oleh bangsa Moor ke Eropa
selama pendudukan Spanyol (711-1492 M).
2. Gambus Selodang

Bentuknya mirip ‘ud juga, dan muncul di alam Melayu


sebagai hasil dari interaksi dengan budaya Timur Tengah yang
menyertai masuknya Islam ke Nusantara. Di Riau, gambus
selodang semula dimainkan untuk mengiringi tari Zapin di istana
Siak dan di rumah-rumah orang terkemuka; kemudian berkembang
sebagai alat musik hiburan dan acara-acara sosial. Disebut gambus

17
‘selodang’ karena bentuk punggungnya yang berfungsi sebagai
resonator menyerupai selodang (seludang), pembungkus mayang
kelapa atau pinang. Ukuran punggung (resonator) gambus selodang
agak kecil, tidak sebesar dan sebuncit gambus ‘ud.
Gambus melayu biasa dimainkan untuk mengiringi tari zapin.
Jika dibandingkan dengan gambus Hadramaut, ukuran gambus
melayu lebih kecil, ramping dan memiliki bentuk yang sedikit
membulat. Bagian penutup perut gambus melayu biasanya terbuat
dari kulit kambing. Ciri utama gambus melayu adalah keseluruhan
body utama gambus merupakan satu bagian yang dibentuk dengan
proses pahatan, yang terdiri dari kepala gambus, telinga untuk
stelan tali gambus, leher gambus, perut gambus dan bagian ekor
gambus. Sebagian perut gambus yang dipahat biasanya ditutup
dengan lembaran papan tipis yang umumnya menggunakan kayu
keladang. Beberapa gambus jaman dahulu menyertakan tulisan
ayat-ayat alquran di bagian kulitnya. Jenis lainnya hanya polos atau
diwarnai sama dengan badan gambus.

Bagian-bagian Gambus Selodang

1. Badan gendang selodang dibuat dari batang kayu tunggal pohon nangka,
cempedak, deminal, atau len. (Gambus ‘ud juga dibuat dari potongan kayu

18
tunggal keras namun lentur, yaitu kayu keras tropis merah tua, mahoni,
maple, atau pohon sycamore).
2. Sangkutan dawai (pegbox), biasanya terbuat dari alumunium, tempat
mengikat dawai-dawai yang dilekatkan di ekor gambus selodang.
3. Tempat memeting (resonator), bagian badan gambus selodang yang
berongga, ditutup dengan kulit lembu, kerbau, atau kambing yang sudah
ditipiskan. (Resonator gambus ‘ud ditutup dengan kayu yang ditipiskan,
dilubangi tengahnya, dan dihias dengan motif-motif ukiran).
4. Kuda-kuda (bridge), penahan dawai agar tidak menempel pada badan
gambus ketika direntangkan, terbuat dari kayu yang dilekatkan pada
bagian pangkal badan gambus (soundboard).
5. Leher (neck), bagian badan gambus yang mengecil, pegangan untuk nada-
nada yang dihasilkan dari jari-jari.
6. Telinga, pasak yang diletakkan di lubang-lubang yang dibuat di kiri-kanan
kepala gambus: jumlahnya sesuai dengan dawai yang dikehendaki
(sekurang-kurangnya 7). Fungsinya sebagai tempat mengikat ujung dawai
sekaligus pengatur (penyetel) nada.
7. Dawai (tali, senar), berjumlah 7 helai, direntang berpasangan kecuali,
dawai yang paling atas (nada terendah), mulai dari pengait dawai di ekor
gambus sampai ke telinga. Akhir-akhir ini, jumlah dawai itu ada juga yang
bertambah menjadi 9 atau 11, seperti pada ‘ud Arab. Jenis dawainya bisa
senar gitar atau nilon.
8. Kepala gambus, ada yang diukir dengan bermacam-macam bentuk, seperti
bentuk kepala burung, haluan sampan, dan lainnya.
9. Pemeting (pemetik: plectrum, terbuat dari tanduk yang diraut sehingga
lentur jika digunakan. (Untuk ‘ud orang Arab menggunakan risha; orang
Turki menggunakan mizrap; pada umumnya dibuat dari bulu ayam atau
bulu burung rajawali yang diraut sesuai dengan keinginan pemakainya).
Sekarang pemeting ini biasa dipakai bahan dari plastic seperti map atau
pemetik gitar (pick) yang agak lembut.

19
Pengaturan Nada

Dawai ke-1 gambus selodang biasanya diatur pada nada C atau D, yakni
A-D-G-C atau B-E-A-D. Jika diatur menurut pola A-D-G-C, maka masing-
masing berjarak 2,5 nada (disebut kwart murni), yaitu interval (jarak) dari
nada A ke D, nada D ke G, nada G ke C.

Begitu pula jika memakai cara penyetelan B-E-A-D, yakni 2,5 nada
jarak dari nada B (dawai 4) ke E (dawai 3), 2,5 nada jarak dari nada E ke A
(senar 2), 2,5 nada jarak dari nada A ke D (senar 1).

Metode Permainan dan Lagu

Pemain gambus selodang biasanya memetik (memeting) dawai dengan


tangan kanan, sedangkan jari tangan kirinya digunakan untuk menekan dawai
sesuai nada-nada yang diinginkan pada leher (neck) gambus. Tangan kanan
memegang pemeting. Selain memeting, pemain gambus selodang juga
bernyanyi diiringi oleh beberapa orang penabuh gendang kecil yang disebut
dengan marwas (paling sedikit tiga marwas dengan tiga orang penabuh).

Permainan gambus dan marwas ini mulanya adalah untuk mengiringi


tarian Zapin. Sebelum menari Zapin, pemain gambus selodang terlebih dahulu
memeting gambus yang dimulai dengan bagian solo (solo part) secara
improvisasi (melodi lagu secara spontan), yang dalam istilah tari Zapin
disebut dengan selo sembah. Seterusnya, ketika pemain gambus mulai
menyanyikan aksen kuat pada lirik lagu, para penari Zapin pun mulai menari
hingga berakhir satu bait lagu. Bait-bait lagu umumnya berupa pantun. Selesai
satu bait lagu, maka penabuh gendang marwas mengeraskan bunyi marwasnya
yang disebut dengan istilah santing, sampai tarian Zapin berakhir. Apabila
pemain gambus selodang merasa sudah seharusnya berhenti, atau para penari
Zapin meminta berhenti, maka melodi gambus selodang mengubah lagu yang
dimainkannya dengan istilah tahto atau tahtim (coda atau ending pada istilah
musik Barat).

20
Lagu-lagu yang mengiringi tarian Zapin tradisional, atau lagu-lagu yang
biasa dimainkan pemain gambus selodang pada umumnya adalah lagu anonim
(tidak diketahui siapa penciptanya). Untuk mengiringi tarian Zapin tradisional
lagu-lagunya pada umumnya memakai birama 4/4. Misalnya, lagu Zapin
‘Bismillah (Ya Malim)’, ‘Pulut Hitam’, ‘Nasib Lancang Kuning’, ‘Na’am
Saidi’, ‘Gambus Palembang’, ‘Tanjung Bali’, ‘Sahabat Laila’, ‘Kak Jando’,
‘Sayang Cik Esah’, ‘Rajo Beradu’, ‘Angin Utara’, ‘Lancang Kuning’, ‘Kasih
dan Budi’, ‘Zapin Sayang Serawak’, dan lainnya.

Sumber : Wawancara Bersama Bang Zafren dan Bang Beni

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang bermula dan


berkembang di wilayah Pantai Timur Sumatra, Kalimantan, dan
Semenanjung Malaya, biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku
bangsa Melayu.
2. Seni musik Melayu sangat terpengaruh musik Cina, Portugis, India, Arab,
dan Persia, sehingga bentuk awalnya tidak dapat diterka lagi. Didominasi
permainan rebana, petikan gambus, pukulan gong, dan alunan serunai.
Awal Musik Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai
kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635-
1600 dari Arab, Gujarat, dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan
kemudian dinyanyikan.
3. Ciri khas musik melayu; 1) Ada rentak irama yang meliuk (cengkok)
dalam alunan musiknya, 2) Syair-syair lagunya merupakan kalimat sajak
yang memiliki nilai kesusastraan, 3) Syairnya tidak cengeng, tidak vulgar,
dan membawa pesan moral yang baik, 4) Menghasilkan sentuhan dendang
dan joget, 5) Menggunakan gendang tradisional, alat musik
membranophone atau rebana berukuran besar yang membawa sentuhan
dendang dan Melayu, dan 6) Instrumen yang dominan adalah biola,
accordion, dan gong
4. Instrumen alat musik Melayu anatara lain: Rebana Ubi, Kompang,
Gendang, Nafitri, Gong, Gambus, Marwas, Akordion, dan Kompang.

3.2 Saran

Musik Melayu beserta instrumennya merupakan wariran yang tidak


boleh punah. Seluruh komponen masyarakat Indonesia khususnya bagi
generasi muda saat ini harus tetap menjaga dan melestararikannya serta
mempelajarinya, sehingga tidak hilang bersama berkembangnya zaman.

22
DAFTAR PUSTAKA
Bangsawan, Irwan P. Ratu. 2018. Kamus Istilah Tarian Melayu. Sumatera
Selatan: Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata.
Fadlin. 1988. Studi Deskriftif Konstruksi dan Dasar-dasar Pola Ritem Gendang
Melayu Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahbubak, dkk. 2016. Sukses UN SMP 2017. Jakarta: Bintang Wahyu.
Rizky, R, dan T. Wibisono. 2012. Mengenal Seni dan Budaya Indonesia. Depok:
Penebar Swadaya Grup.
Sakrie, Denny. 2015. 100 Tahun Musik Indonesia. Jakarta: Trans Media.
Soeharto. 1992. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wikipedia Ensiklopedia. 2019. Musik Melayu. Wikipedia Bahasa Indonesia.
Diakses pada tanggal 7 Sepetember 2019.
Url: https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_Melayu#Sejarah.

23
LAMPIRAN DOKUMENTASI

WINARNI PUTRI MAHARANI FEBRI YANA RIZA

SELI SELFILA NOVA ULYANI LIZAMIL HAQQI

SHELLA SAFITRI

24

Anda mungkin juga menyukai