D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 6
SABRINA (201434109)
ADISTI WULANDARI (201434040)
DIAHYU RISTI (201434052)
FATIMAH AZAHRO DAMANIK (201434173)
SABRINA (201434109)
TARA YUNITA (201434103)
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di akan
mendatang nanti.
Tim Penyusun
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
TARI SAMAN .....................................................................................................................6
A. Sejarah Tari Saman......................................................................................................6
B. Unsur-Unsur Seni Pada Tari Saman..........................................................................6
C. Penggolongan Tari Saman...........................................................................................7
D. Fungsi Tari Saman.......................................................................................................8
TARI JAIPONG ..................................................................................................................8
A. Sejarah Tari Jaipong....................................................................................................8
B. Unsur-Unsur Seni Pada Tari Jaipong.........................................................................8
C. Penggolongan Tari Jaipong.........................................................................................9
D. Fungsi Tari Jaipong......................................................................................................9
TARI MERAK ...................................................................................................................10
A. Sejarah Tari Merak....................................................................................................10
B. Unsur-Unsur Seni Pada Tari Merak.........................................................................10
C. Penggolongan Tari Merak.........................................................................................11
D. Fungsi Tari Saman.....................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.............................................................................................................12
B. SARAN...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Tari Saman, Unsur Tari Saman, Penggolongan Tari Saman, Dan
apa saja fungsi dari Tari Saman?
2. Bagaimana Sejarah Tari Jaipong, Unsur Tari Jaipong, Penggolongan Tari Jaipong ,
Dan apa saja fungsi dari Tari Jaipong?
3. Bagaimana Sejarah Tari Merak, Unsur Tari Merak, Penggolongan Tari Merak , Dan
apa saja fungsi dari Tari Merak?
4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Tari Saman, Unsur Tari Saman, Penggolongan Tari
Saman, Dan apa saja fungsi dari Tari Saman
2. Untuk mengetahui Sejarah Tari Jaipong, Unsur Tari Jaipong, Penggolongan Tari
Jaipong, Dan apa saja fungsi dari Tari Jaipong
3. Untuk mengetahui Sejarah Tari Merak, Unsur Tari Merak, Penggolongan Tari Merak,
Dan apa saja fungsi dari Tari Merak
5
BAB II
PEMBAHASAN
TARI SAMAN
A. Sejarah Tari Saman
Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh
bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo.
Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun,
kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT,
serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman
menjadi salah satu media dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya
pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah
kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari
Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan.
Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan
tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat
ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti
pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya,
tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan
panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya
disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar
tercipta gerakan yang kompak dan harmonis. Tari dari Aceh ini disebut Tari Saman
karena diciptakan oleh seorang ulaman yang bernama Syekh Saman pada sekitar abad
XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan
rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair
yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-
tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Tari Saman
mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan
kebersamaan.
6
Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar
dalam tarian saman, yakni tepuk tangan dan tepuk dada. dalam tarian jenis ini
terdiri atas gerakan tangan, tubuh dan kepala yang dilakukan dalam posisi duduk.
Dan gerakan itu dilakukan dengan mengikuti puisi-puisi yang
dinyanyikan.Biasanya, tarian jenis ini akan dibawakan oleh belasan hingga
puluhan lelaki. Tetapi untuk aturan jumlah pemain harus ganjil.
Tari saman dimainkan dalam posisi duduk dan termasuk dalam jenis
kesenian ratoh duk (tari duduk), yang kelahirannya erat berkaitan dengan masuk
dan berkembangnya agama islam. Posisi penari duduk berlutut, berat badan
tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada tari saman tergantung pada
level atau ketinggian posisi badan. Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi
diatas lutut (Gayo – berlembuku) yang merupakan level paling tinggi, sedang
level yang paling rendah adalah bila penari membungkukan badan kedepan
sampai 45o (tungkuk) atau miring kebelakang sampai 60o (langat). Terkadang saat
melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri yang
disebut singkeh. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang ke kanan-
depan atau kiri-belakang (lingang).
2. Wirasa
Ekspresi tari saman yaitu kegembiraan dan mudah tersenyum.
3. Wirama
Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa
gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang
biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka
sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badab keberbagai arah. Tarian ini
dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut
dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring. Karena
kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawa / ditarikan oleh kaum pria, tetapi
perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita.
Maju bersama mundur, duduk, bersila seperti dalam Saman: berjingkrak, bahkan
berlari dengan bersemangat seperti dalam seudati. Lemah gemulai dan lembut
seperti ranub lampuan.
4. Wirupa
Pada kepala dipakai bulang teleng dan sunting kepies. Bulang teleng yaitu
kain berdasarkan hitam berbentuk empat persegi panjang. Sunting kepies atau
tajuk bunga digunakan bagian kanan kepala. Pada badan dipakai baju kantong,
celana dan kain sarung. Baju kantong disebut juga baju kerawang yaitu baju
tangan pendek berwarna hitam disulam benang putih,hijau, dan merah. Pada
tangan dipakai topong gelang dan sapu tangan. Penggunaan warna pada kostum
penari menunjukkan identitas kekompakan, kebijakan, keperkasaan, keberanian,
dan keharmonisan para pemakainya.
7
C. Penggolongan Tari Saman
Tari Saman termasuk kedalam Tari Rakyat. Tari rakyat merupakan tarian
tradisional yang di ciptakan/lahir dari kebudayaan masyarakat local, hidup dan kemudian
berkembang sejak zaman dahulu (primitive) lalu di teruskan secara turun menurun hingga
sekarang. Namun, Tari rakyat atau juga yang di sebut juga tari folklasik biasanya
mempunyai ciri khas yakni nuansa sosial, merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat,
serta memiliki gerak, rias, dan kostum yang sederhana.
TARI JAIPONG
A. Sejarah Tari Jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang
melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan
merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari
pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari
pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara
gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang
mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu
dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916.
Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur
sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah
ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang
baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan. Seiring dengan
memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif
dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni
pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi,
Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang
pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian
sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam
Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak
Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu
masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak
bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya
menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan
selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak
8
Silat. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu
perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari
Ketuk Tilu. Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.
2. Wirasa
Ekspresi penarinya tersenyum, senang, semangat, dan menghayati.
3. Wirama
Penari menari dengan gerakan yang padu antara penari satu dengan penari
lainnya. Selain itu barisan atau formasi yang di lakukan secara berpindah-pindah akan
menambah keindahan pada tarian tersebut.
4. Wirupa
Busana yang di gunakan dalam tarian jaipong ini biasanya menggunakan kebaya
berwarna cerah dan bawahan berupa kain jarit bermotif batik. Busana yang di
gunakan pada tarian ini biasanya menggunakan ukuran longgar, terutama pada bagian
bawah karena di sesuaikan dengan gerakannya yang lincah dan dinamis. Pada bagian
kepala biasanya menggunakan sanggul yang di hias dengan hiasan seperti mahkota
dan juga bunga untuk menambah kecantikan para penarinya. Selain itu penari juga
dilengkapi dengan selendang yang di gunakan untuk menari sehingga terlihat sangat
anggun.
9
akan mudah untuk bertukar informasi dalam komunikasi. Karena itu, seni yang
diperkenalkan oleh Gugum Gumbira kepada masyarakat Sunda bisa menjadi hiburan
yang menarik di tengah maraknya hiburan modern yang telah muncul.
TARI MERAK
A. Sejarah Tari Merak
Tari Merak berasal dari kota Bandung, Jawa Barat yang diciptakan oleh Rd. Tjetje
Somantri pada tahun 1955. Kemudian tarian ini dikemas ulang oleh Irawati Durban Ardjo
tahun 1965. Tarian ini diperkenalkan pertama kali di acara Konferensi Asia Afrika dalam
acara resepsi di Bandung tahun 1955. Tari Merak melambangkan gerakan dari burung
merak. Kesenian ini terinspirasi dari burung merak jantan yang ingin memikat burung
merak betina. Penari berjumlah 6 sampai 10 orang perempuan memakai selendang yang
diikatkan di pinggang. Kain tersebut lalu dibentangkan menyerupai sayap burung merak.
Penari memakai mahkota yang berbentuk kepala burung merak. Tarian ini menceritakan
kehidupan burung merak seperti keindahan, keanggunan, dan gerak-gerik yang lincah.
Ciri khas tari Merak ini dilihat dari kain dan baju yang menggambarkan burung Merak.
Ada juga selendang yang dipenuhi payet dan mahkota berbentuk kepala burung merak.
Tarian ini dibawakan penari perempuan dan alat musik gamelan sebagai musik pengiring.
Tari Merak menjadi pertunjukan kesenian untuk menyambut tamu, acara pernikahan,
acara adat, dan memperkenalkan budaya Indonesia di tingkat internasional.
2. Wirasa
Penari Merak memainkan gerak yang menggambarkan keanggunan, keindahan
serta kelincahan seekor burung Merak yang menggambarkan seekor merak jantan
yang berusaha menarik hati sang merak betina.
10
3. Wirama
Wirama adalah ritme atau tempo atau seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan
serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Para penari merak
menari dengan lincah seperti seekor merak yang diiringi dengan alat musik gamelan
Sunda.
4. Wirupa
Para penari mengenakan kostum yang berwarna-warni, seperti merah, kuning,
serta hijau. Mereka juga mengenakan selendang yang warnanya senada dengan
kostum penari, yang terikat pada pinggang penari Merak. Ketika dibentangkan,
selendang itu tampak seperti sepasang sayap dari seekor burung Merak. Para penari
Merak juga menggunakan mahkota yang berhiaskan replika kepala burung merak.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tari rakyat adalah tarian tradisional yang di ciptakan/lahir dari kebudayaan masyarakat
local, hidup dan kemudian berkembang sejak zaman dahulu (primitive) lalu di teruskan secara
turun menurun hingga sekarang. Tari tradisional adalah suatu tarian yang pada 16 dasarnya
berkembang di suatu daerah tertentu yang berpedoman luas dan berpijak pada adaptasi kebiasaan
secara turun temurun yang di peluk atau dianut oleh masyarakat yang memiliki tari tersebut. Tari
kreasi adalah jenis tarian inovasi yang mempunyai ciri gerak yang tidak lagi mengikuti pakem-
pakem yang ada dan bentuk gerakan tariannya merangkai dari perpaduan gerak tari tradisional
kerakyatan dengan tari tradisional klasik.
B. SARAN
Dengan mengenal lebih banyak Tarian Rakyat, Tarian Tradisional dan Tari Kreasi
mudah-mudahan membuat kita mencintai negeri ini dan melestarikan budaya tari yang ada di
Indonesia.
12
DAFTAR PUSTAKA
13