Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN

JUDUL
Kajian Nilai Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng pada Lagu Hayam
Ngupuk sebagai bentuk Warisan Budaya Lokal Jawa Barat

Ketua
Maylan Sofian (0405058502)
Anggota Tim
Otin Martini (0007036512)
Rizaldy Antya Ramadhan (211423023)

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA (ISBI) BANDUNG


2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kajian Nilai Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng


pada Lagu Hayam Ngupuk sebagai bentuk Warisan Budaya Lokal Jawa Barat.

Peneliti/Pelaksana PKM
Nama Lengkap :Maylan Sofian
NIDN :0405058502
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Program Studi : Angklung dan Musik Bambu
Alamat surel :maylansofian05@gmail.com

Anggota (1)
Nama Lengkap : Otin Martini
NIDN : 0007036512
Program Studi : Prodi Tari S1

Anggota (2)
Nama Lengkap : Rizaldy Antya Ramadhan
NIDN/NIM : 211423023
Program Studi : Angklung dan Musik Bambu

Institusi Mitra (jika ada)


Nama Institusi Mitra :
Alamat :
Penanggung Jawab :
Tahun Pelaksanaan :
Biaya :

Bandung, …………… 2023


Mengetahui,
Dekan Ketua Pengusul,

(Dr. Ismet Ruchimat, S. Sen., M. Hum) (Maylan Sofian, S.Sn., M.Sn.)


NIP 196811191993021002 NIP 1985050520190310007

Menyetujui
Ketua LPPM

(Neneng Yanti K L., S.Ag., M.Hum., P.hD)


NIP197703132006042001
RINGKASAN

Kajian Nilai Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng pada Lagu Hayam
Ngupuk sebagai bentuk Warisan Budaya Lokal Jawa Barat menjadi satu kajian
seni Bangreng yang penting untuk diteliti. Seni Bangreng merupakan satu
kesenian yang keberadaan nya sampai saat ini masih ada namun bentuk
pertunjukan nya sudah mengalami banyak perubahan, Lagu-lagu Bangreng saat
ini tidak terlepas dari lagu-lagu populer terutama dari dangdut, sehingga lagu-lagu
Bangreng nya sendiri banyak yang tidak masyarakat ketahui seperti lagu hayam
Ngupuk, lagu asli dari kesenian Bangreng ini pun sudah tidak terdengar lagi
dalam pertunjukan Bangreng oleh karena itu penting untuk menggali kembali
serta merekonstruksi kesenian Bangreng pada lagu hayam Ngupuk dalam proses
pelestarian, penelitian ini urgen untuk diteliti karena belum ada penelitian yang
berkaitan dengan kajian nilai yang terdapat dalam lagu hayam ngupuk, banyak
penelitian yang dilakukan dalam kesenian Bangreng diantaranya Estetika Tari
pada Jenis kesenian Bangreng di Sumedang (Sopian Hadi dan Lili Suparli, 2019);
Kesenian Bangreng Dalam Upacara Ngaruat Bumi di Desa Sukatani Kecamatan
Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Ass-shiddiqi FB, 2021);
Bangreng As A Means Of spreading Islam (Sofian M, 2019); Pengaruh Jaipongan
terhadap Seni Bangreng (Rustandi Y, Supriatna RA., 2021); Perkembangan Seni
Bangreng Di Sumedang tahun 1970-1990 (Murniasih M. 2008); Dari beberapa
sumber yang membahas Bangreng ini tidak ada yang melakukan penelitian Kajian
Nilai Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng pada Lagu Hayam Ngupuk ini,
sehingga penelitian ini benar-benar baru. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
melestarikan kesenian Bangreng, membantu para pengajar dalam membedah
rumpaka hayam Ngupuk, serta mencoba menciptakan industri kreatif melalui
pembedahan seni Bangreng ini. Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini yaitu mengapresiasi kembali seni Bangreng khusus nya pada lagu
hayam Ngupuk, memaknai rumpaka hayam Ngupuk sehingga menghasilkan
makna yang bisa diambil dari lagu hayam Ngupuk. Luaran yang ditargetkan yaitu
mendapatkan Jurnal Nasional Sinta 6 TKT yang diusulkan yaitu TKT 2.

Kaian; Pertunjukan Seni Bangreng; Hayam Ngupuk; Warisan Budaya Lokal.


KATA PENGANTAR

Penelitian merupakan sebuah kewajiban bagi akademisi maka dari itu sangat
bersyukur sekali, dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul "Kajian Nilai
Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng pada Lagu Hayam Ngupuk sebagai
Bentuk Warisan Budaya Lokal Jawa Barat.
Penelitian ini merupakan bagian dari cara melestarikan kebudayaan khususnya
tentang Seni Bangreng.
Terimakasih kami ucapkan atas kesempatan yang sudah diberikan oleh LPPM
ISBI Bandung dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini merupakan awal
dari riset-riset yang dilakukan, kedepan masih banyak lagi riset tentang Seni
Bangreng yang akan dibahas sehingga kesenian ini bisa lebih berkembang.

Mohon maaf jika dalam penulisan masih banyak kekurangan. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.

Bandung 25 Oktober 2023


Tim Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................i


RINGKASAN .........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................................2
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................................................2

BAB 2. TARGET DAN LUARAN .........................................................................4


2. 1 Target.................................................................................................................4
2. 2 Luaran...............................................................................................................4

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ....................................................................5


3. 1. Metode.......................................................................................................5
3. 2.Analisis Data Penelitian............................................................................9

BAB 4. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ..............................................11


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ,.......................................................................................... 16
LAMPIRAN.......................................................................................................... 18
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Seni Bangreng merupakan identitas kesenian khas Sumedang, namun saat ini
kesenian asli Bangreng mulai tergeser dengan adanya organ tunggal dan kesenian
lainnya, akan tetapi penamaan kesenian apapun tetap masyarakat lokal
menyebutnya Seni Bangreng, bukan hanya itu penamaan Bangreng pun melekat
terhadap salah satu jenis makanan yaitu kerupuk Bangreng yang selalu ada
disetiap ada acara. Hal ini menjadi permasalahan terutama bagi pelestarian
Bangreng sendiri, Lagu-lagu asli Bangreng pun sudah jarang terdengar sehingga
ketika melihat pertunjukan Bangreng sekarang tidak bisa membedakan dengan
organ tunggal karena lagu-lagu yang berkembang saat ini lagu-lagu dangdut. Oleh
karena itu perlu adanya gebrakan supaya lagu-lagu asli bangreng bisa hidup
kembali. Selanjutnya kenapa lagu-lagu Bangreng perlu dipopulerkan kembali
karena isi dari lagu Bangreng kebanyakan tuntunan atau pengalaman hidup
sehingga memiliki nilai. Selain itu juga banyak sanggar-sanggar yang kesulitan
untuk memberikan materi tari tradisional hal ini membangun spirit bagi penulis
untuk mencoba menggali seni Bangreng yang manfaat nya bisa dirasakan oleh
pemilik sanggar yaitu adanya materi baru yang bisa di ajarkan terhadap anak
didiknya. Maka seni Bangreng pada lagu hayam Ngupuk menjadi bahan kajian
nilai Seni Bangreng. Masalah yang akan diteliti yaitu mencoba mengkaji nilai
yang terdapat dalam lagu hayam Ngupuk yang musiknya bebas tidak beraturan
menjadi musik yang terstuktur dan dipatenkan. Tujuannya nilai yang terkandung
dalam lagu bangreng memilki makna tertentu. Penelitian ini sangat urgent untuk
diteliti karena banyak penelitian yang membahas tentang seni Bangreng namun
belum ada yang membahas mengenai kajian nilai seni Bangreng seperti yang
dilakukan. Hal ini sudah dibahas pada ringkasan selain itu juga penelitian ini
merujuk kepada prioritas riset nasional yaitu berkaitan dengan pelestarian
kesenian dan berpotensi untuk menghasilkan industri kreatif.
1.2 Perumusan Masalah

1.2. 1Rumusan Masalah

a. Bagaimana perkembangan Seni Bangreng?


b. Nilai kearifan lokal apa yang terdapat pada pertunjukan seni bangreng
pada lagu hayam ngupuk sebagai bentuk warisan budaya lokal Jawa Barat?

1.2.2 Solusi

Ingin Menjelaskan dinamika perubahan seni bangreng

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Menjelaskan dinamika perubahan seni bangreng berkaitan dengan nilai pada


lagu hayam ngupuk

1..4 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa sumber yang menginspirasi dalam penelitian ini diantaranya:


Rekonstruksi Sejarah Seni Dalam Konstruk Sejarah Visual (Reza D.
Dienaputra, 2012) jurnal ini membahas mengenai sejarah seni dapat dipahami
sebagai rekonstruksi peristiwa masa lalu, sehingga dalam penelitian karya seni
ini mencoba melakukan rekonstruksi terhadap pertunjukan seni Bangreng
khusus nya pada lagu hayam Ngupuk, sehingga ciri khas dari lagu, maupun
gerakan tari pada hayam Ngupuk di tatakembali dan di rekonstruksi menjadi
musik dan tarian hayam Ngupuk yang sudah terpola. Selain itu, nilai yang
terdapat dalam lagu hayam ngupuk ini memiliki makna dalam pembentukan
karakter. Estetika Tari pada Jenis kesenian Bangreng di Sumedang (Sopian
Hadi dan Lili Suparli, 2019), dan beberapa tulisan yang sudah dituliskan
sebelumnya, semua membahas mengenai perkembangan Seni Bangreng
namun untuk rekonstruksi ini belum pernah ada yang membahas sebelumnya
sehingga penelitian ini perlu dilakukan selain sebagai pelestarian tetapi
berpotensi untuk masuk di dunia industri kreatif terutama di bidang musik
label
BAB II
TARGET DAN LUARAN

2. 1 Target
Target dari penelitian ini ada ingin mengetahui sejauh mana perkembangan seni
Bangreng dan mengetahui nilai yang terkandung dalam seni Bangreng pada lagu
hayam Ngupuk. Lagu hayam Ngupuk ini memiliki keunikan tersendiri dimana
setiap penari memiliki karakter gerakan yang sama. Target yang dilakukan yaitu
dengan menerbitkan jurnal nasional Sinta 6 pada Jurnal Seni Makalangan.

2.2 Luaran
Luaran yang dijanjikan pada riset ini yaitu jurnal nasional Sinta 6 di Jurnal
Makalangan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3. 1. Metode

Menurut Creswell (2013:3) mengatakan ada tiga jenis penelitian


yang dapat disajikan, yaitu penelitian kualitatif, kuantitatif dan metode
campuran. Sesuai dengan apa yang didefinisikan Creswell (2013:4)
tentang Penelitian Kualitatif yang merupakan metode untuk mengekplorasi
dan memahami makna yang pada penelitian ini yaitu memahami dan
mengekplorasi pertunjukan seni bangreng, metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Moleong (1997:3) penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori subtantif yang berdasarkan data.

Tujuan penelitian ini adalah memahami suatu model pelestarian seni


tradisi melalui seni bangreng. Untuk dapat menggali seluruh data yang
diperlukan menurut Creswell (2014:94) membahas mengenai lima
pendekatan yang dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif diantaranya
pendekatan Studi Naratif, Fenomenologi, Grounded Theory, Etnografi dan
Studi Kasus. Karena penelitian ini lebih terhadap pengembangan deskripsi
tentang seni bangreng di Kabupaten Sumedang, pembahasan yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini mengenai aktivitas ritual, prilaku
masyarakat dan aktivitas mengenai seni bangreng. Pendekatan yang
diambil yaitu pendekatan etnografi. Penelitian etnografi bermakna untuk
membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai semua
kebudayaan manusia dari presfektif yang telah mempelajari kebudayaan.
Studi kasus etografis melibatkan penggunaan observasi yang lebih khusus,
observasi partisipan yang disertai dengan wawancara yang tidak
berstruktur. Peneliti etnografi terlibat secara mendalam yang lebih dikenal
dengan partisipan observer dengan tujuan untuk memahami situasi sosial
tempat-tempat yang dijadikan objek kajian itu berada. Observasi mengenai
masyarakat menjadi bagian terbesar dari pendekatan ini.

Secara keseluruhan kekuatan penelitian ini bertumpu pada paradigma


kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penekanan lebih pada paradigm
kualitatif ini disebabkan oleh beberapa asumsi antara lain:

Tabel 1.1 Paradigma penelitian kualitatif.

Asumsi Pertanyaan Kualitatif


Asumsi Apa sifat realita? Realita subyektif, ganda seperti
Ontologis ada dalam penelitian
Asumsi Apa hubungan Peneliti berhubungan dengan
Epistemologis peneliti dengan yang yang diteliti
diteliti?
Asumsi Apa peran nilai? Nilai terkandung dan bahkan
Aksiologis kadang kadang bisa sesuai
jawaban informan
Asumsi Apa itu bahasa  Informan
Retoris penelitian? mengembangkan bahasa
 Bahasa pribadi, memakai
kata-kata kualitatif yang
sudah diterima
Asumsi Apa itu proses  Proses induktif
Metodologis penelitian?  Pembentukan faktor-
faktor
 Kadang mendadak/baru
ditemukan disaat
penelitian
 Selama penelitian:naskah,
pola dan teori
berkembang, akurat dan
dapat dipercaya melalui
pembuktian
Sumber: Firestone(1987), Guba & Lincoln (1988) dan McCracken (1988)
dalam Creswell 1994:4)

Asumsi-asumsi di atas menunjukkan bahwa bagi peneliti kualitatif pada


pertanyaan ontologis dimana realita adalah situasi yang diciptakan oleh
individu-individu yang terlibat dalam penelitian, sehingga biasanya
muncul realita ganda. Dalam pernyataan epistemologis hubungan yang
biasa dilakukan dalam penelitian biasanya terjadi dalam bentuk tinggal
bersama sambil mengamati informan dalam kurun waktu tertentu. Dalam
pertanyaan aksiologis, peneliti melaporkan nilai yang terjadi di lapangan.
Dalam pertanyaan retoris pun terjadi pengembangan bahasa dari sumber
data yang memiliki tata bahasa yang berbeda dengan peneliti. Begitupun
dalam pertanyaan metodologis pasti akan terjadi proses penelitian.

Metode tersebut akan memaparkan data-data dilapangan sebagai gambaran


terjadinya dinamika perubahan seni bangreng secara tekstual maupun
kontekstual. Dalam usaha memahami dinamika perubahan seni bangreng,
maka dilakukan pengamatan langsung ke lokasi daerah-daerah yang
memiliki seni bangreng dan dinamika perubahan seni bangreng ini dapat
dilakukan melalui teori strukturalisme dan semiotik. Teori struktur melihat
gejala budaya sebagai sebuah struktur sementara teori semiotika melihat
kebudayaan sebagai sistem tanda (Sulasman dkk, 2013:96).

Adapun langkah yang dilakukan yaitu melalui pengamatan


langsung ke lapangan terhadap (1) asal mula tradisi seni bangreng; (2)
bentuk dan struktur pertunjukan seni bangreng; (3) dinamika perubahan
seni bangreng secara tekstual dan kontekstual dari masa ke masa; (4)
kaitan perubahan seni bangreng dan kehidupan masyarakat pendukung
seni bangreng di Situraja.

3. 1. 1.Jenis Data

Data yang dikumpulkan melalui data kualitatif, baik yang bersifat


data primer maupun data sekunder. Dalam proses melengkapi data
kualitatif tersebut, maka jenis data kuantitif yang relevan
dikumpulkan dengan berbagai data lain yang dapat menopang
penjelasan data kualitatif.
Data-data kualtitatif yang digunakan dalam penelitian lebih
mengutamakan bentuk pertanyaan ‘apa’, ‘mengapa’, dan
‘bagaimana’ yang kemudian dijelaskan secermat mungkin dalam
upaya memperoleh hasil yang berkualitas. Kekuatan dalam
penelitian ini adalah menafsir, memahami, menginterpretesi, dan
menganalisis untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal
tentang dinamika perubahan seni bangreng secara tekstual dan
kontektual di Masyarakat Situraja Sumedang .

3. 1. 1. Teknik Pengumpulan Data

Hakekat dari sebuah penelitian adalah mencari data/informasi yang


akan diinterpretasikan dan dianalisis. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data informasi yang berasal langsung dari narasumber baik
berupa kata-kata maupun tindakan, sedangkan data sekunder
adalah data dalam bentuk dokumen dari berbagai sumber, baik
instansi, sumber berkait maupun peneliti lepas. Data primer
diperoleh dari warga masyarakat Situraja yang sering terlibat
dalam seni bangreng baik sebagai pelaku, penonton ataupun
pedagang dari sejak dulu sebagai responden. Data sekunder
diperoleh melalui kantor kelurahan ataupun kantor-kantor
pemerintah yang terkait dengan topik yang dibahas, maupun dari
hasil peneliti-peneliti terdahulu.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam tiga
cara yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumen.
a. Observasi
Salahsatu teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan di dalam
mengkaji dinamika perubahan sosial seni bangreng di Kabupaten
Sumedang ini, adalah dengan menggunakan observasi. Kegiatan
observasi ini dilakukan untuk melakukan pengamatan terhadap
seluruh masyarakat yang terlibat dalam kegiatan seni bangreng,
baik pemain, penonton, maupun pedagang yang terlibat dalam seni
bangreng. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan
terhadap tindakan dan prilaku masyarakat, serta interaksi sosial
yang dilakukan dari berbagai peran dalam pertunjukan seni
bangreng. Dalam observasi ini peneliti juga terlibat sebagai
partisipan observer supaya dalam penelitian ini peneliti tidak
dianggap sebagai orang asing.
b. Wawancara
Data-data mengenai sesajen dalam pertunjukan seni bangreng,
sinden atau ronggeng dalam seni bangreng, budaya saweran dalam
seni bangreng dan yang lainnya tidak dapat digali hanya dengan
observasi saja. Tetapi perlu ada teknik lain untuk melengkapi dan
memperkaya temuan-temuan dalam penelitian maka perlu
dilakukan wawancara. Tujuan wawancara adalah untuk mengatahui
apa ya g terkandung dalam pikiran dan hati yang diwawancarai.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan kebeberapa
kelompok diantaranya pimpinan grup seni bangreng, para seniman
yang terlibat, pemilik rurukan dan tokoh-tokoh yang terlibat pada
seni bangreng.
c. Studi Dokumen
Dalam penelitian kualitatif studi dokumen juga tidak dapat
ditinggalkan, karena sangat membantu melengkapi data dan
pengecekan kebenaran. Studi dokumentasi yang dimaksud dalam
penelitian kualitatif pada umumnya adalah teknik yang dilakukan
melalui pengumpulan dokumen-dokumen tertulis, misalnya catatan
pribadi, laporan, korespondensi, agenda, atau catatan lain yang
menjadi bukti pelaksanaaan suatu proses atau kegiatan yang pernah
terjadi. Dalam penelitian ini, dokumen yang akan dikumpulkan
berupa catatan pribadi, audio, audio visual dan data-data lain yang
dimiliki oleh masyarakat pemilik dan pelaku seni bangreng di
Situraja Kabupaten Sumedang

3. 2.Analisis Data Penelitian

Dalam analisis data akan dilakukan pemaparan data dalam bentuk


yang mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasi. Analisis data
bertujuan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
penelitaian yang telah diajukan. Analisis data dilakukan dalam
berdasarkan pada pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan.
Data deskriptif yang sudh diperoleh kemudian diolah secara
kualitatif. Analisis data ini dapat dilakukan melalui reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan yang sebelumnya
dilakukan pengumpulan data dan verifikasi data.

Rencana analisis data yang akan dilakukan yaitu dengan


melakukan pengolahan data kualitatif. Setelah data terkumpul, baik
dalam bentuk catatan, rekaman atau bentuk lainnya, sehingga data
terungkap secara detail peneliti mencoba menganalisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan setiap tema, sesuai pola data dari hasil


penelitian.
b. Menyesuaikan dan membandingkan anatara data hasil lapangan
dengan literature yang berupa teori serta dengan narasumber
sehingga menunjang beberapa kesimpulan.
c. Mendeskripsikan hasil penelitianyang telah mengalami proses
pengolahan.
d. Menganalisis data berdasarkan permasalahan penelitian.

Kegiatan analisis data yang akan dilakukan peneliti adalah dengan


melalui deskripsi data mentah, reduksi, dan triangulasi. Kegiatan
deskripsi data merupakan hal penting untuk mengetahui data-data
yang telah berhasil dikumpulkan selama kegiatan penelitian.
Setelah mendeskripsikan data yang ada, proses selanjunya adalah
mereduksi data-data yang ada. Dengan mereduksi data ini
diharapkan akan memperoleh gambaran tentang data-data penting
yang berkaitan dan diperlukan dalam penelitian dengan data-data
yang tidak diperlukan. Sedangkan triangulasi diperlukan untuk
membandingkan data dari hasil wawancara dengan beberapa
informan, observasi, dan kajian literature. Kemudian peneliti akan
melakukan pengelompokan data berdasarkan fokus kajian. Untuk
mendapatkan gambaran mendapatkan gambaran yang jelas dan
mendalam selanjtnya peneliti melakukan kegiatan validasi dan
verifikasi data.
Penelitian ini bersifat kualitatif dimana dalam tahapan penelitian ada beberapa
proses yang dilakukan yaitu melakukan observasi terhadap lagu hayam
Ngupuk dari video dan audio yang ada sehingga dapat dianalisis gerakan
pokok maupun musik pokok dalam lagu hayam Ngupuk. Kegiatan selanjutnya
menuliskan lirik lagu yang terdapat dalam lagu hayam ngupuk. Menganalisis
nilai yang terdapat dalam lagu hayam ngupuk. Menyimpulkan makna yang
terdapat dalam lagu hayam ngupuk dst.
BAB IV
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
4. 1Periode Pertama

Pada periode pertama kesenian Bangreng ini sering disebut juga sebagai seni
terbang. Alat yang digunakan yaitu gemyung dengan berbagai ukuran, kendang.
Semua pemain dalam pertunjukan ini adalah laki-laki termasuk penyanyi atau
vokal dinyanyikan oleh laki-laki. Lagu-lagu yang diterapkan dalam pertunjukan
ini berkaitan dengan nadoman-nadoman seperti solawatan dan sebagai nada
dengan nada identik salendro.

Penari dalam tarian ini sesuai dengan gender dan gerakan tari pun mirip satu
sama lain walaupun tidak berpola Pada masa ini pertunjukan kalau yang menari
laki-laki semua laki-laki dan jika perempuan yang menari maka perempuan semua
silih berganti. Disini budaya Islam sangat kental sehingga tidak ada percampuran
anatara perempuan dan laki-laki.
4.2 Periode Kedua

Periode kedua yaitu dimana sudah masuk sinden dan ronggeng dalam
pertunjukan Bangreng, lagu-lagu pun sudah mulai masuk lagu-lagu yang isinya
tentang nasihat. Pada masa ini kesenian Bangreng diawali dengan adanya soder
dimana seorang soder memberikan sampur atau selendang kepada yang hadir
supaya bisa kedepan dan pesan lagu serta menari. Pada pertunjukan ini masih
menggunakan gemyung atau terbang dan diperkenankan perempuan dan laki-laki
nari bersama. Jika pemegang selendang mengijinkan atau mempersilahkan untuk
menari.
4. 3 Periode Ketiga

Pada periode ke tiga pergeseran terjadi pada alat musik dimana terbang
digantikan dengan alat musik gamelan salendro namun lagu-lagu masih sama
tidak ada perubahan. Baru akhir-akhir ini banyak lagu-lagu baru masuk namun hal
ini yang menyebabkan kesenian Bangreng ini bertahan.

4.4 NILAI KEARIFAN LOKAL PERTUNJUKAN SENI BANGRENG


PADA LAGU HAYAM NGUPUK
Hayam Ngupuk

Hayam ngupuk di buruan


Disamberan ku japati
Runtut rukun sauyunan
Urang teh kedah saati

Hayam ngupuk di buruan


Macokan buah hanggasa
Masing sapuk sahaluan
Ngabela nusa jeung bangsa

Hayam ngupuk sisi sumur


Macokan buah paria
Masing sapuk masing jujur
Supaya langgeng baraya

Hayam ngupuk sisi huma


Macokan akar markusa
Rukun hirup nu utama
Silih tulungan jeung bangsa

Pertama kita bahas terlebih dahulu mengenai judul lagu hayam ngupuk
Judul lagu ini memiliki makna ganda yaitu hayam ngupuk sebagai
binatang dan sebagai simbol pasangan yang akan berhubungan badan.
Namun dalam lagu ini tidak ada satu makna pun yang berkaitan. Hal ini
mungkin kesengajaan dari sang kreator dalam membuat lagu. Bisa juga
sebuah ktirikan sosial atau ironi yang ingin disampaikan oleh seorang
kreator. Sehingga akan memunculkan kekuatan interpretasi dalam
memaknai lagu tersebut, sehingga bisa membuat penasaran dan perlu
didiskusikan lebih lanjut. Hal ini akan melahirkan dari pengalaman
mendengarkan sehingga dengan sering mendengarkan maka maknanya
akan tertangkap dengan jelas. Sehingga akan menumbuhkan suasana
emosional pendengar yang akan berpikir keras memaknai dari lagu hayam
ngupuk ini. Menjelajahi ketidaksesuaian antara judul dan isi lagu dapat
membawa wawasan menarik tentang proses kreatif seniman dan cara lagu-
lagu dapat menghasilkan dampak yang lebih mendalam pada audiens.
Dari judul dapat dilihat dengan jelas ada makna yang berubah tentang
hayan ngupuk dengan isi dari lagu tersebut
Bait pertama menjelaskan bahwa hidup itu harus satu hati sehingga satu
tujuan dalam menjalankan kehidupan. Bait Kedua membicarakan bahwa
harus satu suara dalam membela negara. Bait ketiga menjelaskan harus
sepakat dan harus jujur supaya panjang persaudaraan. Bait ke empat
menceritakan bahwa hidup harus saling tolong menolong demi bangsa.
Dari ke empat bait diatas memiliki nilai semangat perjuangan, yang
menandakan bahwa lagu ini dibuat untuk memberikan pembelajaran pada
masa lalu berkaitan dengan kemerdekaan. Dimana masyarakat pada masa
itu belum merdeka. Makna-makna perjuangan disembunyikan dalam
sebuah lagu yang dibalut dengan makna yang jauh berbeda seperti hayam
ngupuk yang dimaknai tentang ayam yang sedang bercinta. Namun dibalik
lagu tersebut tersimpan makna-makna yang menumbuhkan jiwa
patriotisme.

Gambar 1. Menari Lagu Hayam Ngupuk


Dari segi lirik memang memberikan makna untuk menumbuhkan jiwa
patriotisme namun dalam gerak judul menginspirasi dalam gerakan tari,
seperti pada gerakan ayam yang sedang bercinta. Sehingga dari judul ini
menyembunyikan makna pada lirik. Sehingga untuk lebih dalam harus
dibahas sejarah tentang Bangreng baik dari segi sosial pada masa
sebelumnya. Dari penelitian ini banyak sekali masalah yang harus dibahas
lebih mendalam sehingga bisa mengetahui lebih jauh mengenai Bangreng
serta kaitannya dalam lagu.
Konotasi negatif ini bisa menjadi terbuka ketika mengetahui sejarah
perkembangan nya sehingga lagu-lagu Bangreng pada masa lalu
mengandung banyak makna pembelajaran nilai. Seperti yang terdapat
dalam lagu hayam Ngupuk pada Bangreng.

4.5 luaran

Luaran yang dijanjikan pada riset ini yaitu jurnal nasional Sinta 6
di Jurnal Makalangan yang akan diterbitkan pada bulan Desember 2023
dengan judul "Pentingnya Peran Tari dalam Pertunjukan Seni Bangreng
pada Lagu Hayam Ngupuk" Pada Jurnal Seni Makalangan Volume 10 No
2 Edisi Desember tahun 2023 sesuai dengan surat keterangan yang dibuat
oleh Pimpinan Pengelola Jurnal Lalan Ramlan, S. Sen., M. Hum. Pada
tanggal 23 Oktober 2023. Bukti surat akan dilampirkan dalam lampiran.
Dengan adanya surat keterangan dari pimpinan pengelola Jurnal
Makalangan ini, maka janji pun sudah terpenuhi, selain itu ada tambahan
prosiding yang akan di muat di LPPM sebagai tambahan luaran. Baik
prosiding maupun Jurnal akan dilampirkan sebagai bukti dalam laporan ini
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. Kesimpulan
Kesimpulan nya bahwa seni Bangreng memiliki perkembangan baik dari instumen
maupun dari lagu-lagu hal ini terjadi untuk kebertahanan seni Bangreng itu
sendiri. Nilai yang terdapat dalam pada pertunjukan hayam Ngupuk terdapat nilai
kebersamaan dan cinta tanah air dimana syair nya memiliki banyak nasihat.
5.2 Saran
Oleh karena itu perlu adanya pelestarian terutama supaya lagu-lagu Bangreng
seperti lagu hayam Ngupuk ini bisa bertahan dibuat menjadi lagu iringan tari yang
sudah baku pola nya. Sebagai bentuk pelestarian dan kebertahanan lagu
DAFTAR PUSTAKA
Ardjo Irawati Durban. 2008. Tari Sunda Tahun 1940-1965. Bandung:
Pusbitari Press

A Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Bandung: Pustaka Jaya

Sudjana, Anis. 2015. Politik Tubuh Tanda dan Makna Sinden di Panggung
Bajidoran. Bandung: Sunan Ambu Press.

Baker Chris. 2000. Cultural studies Teori dan Praktik. Yogyakarta:


Bentang

Bourdieu, Pierre, 1977. Outline Of Theory of Practice. Cambridge:Polity

Press.

Burke, Peter. 2015. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Creswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

.2014. Peneltian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Caturwati, Endang. 2005. Sinden - Penari di atas dan di luar Panggung


:Kehidupan Sosial Sosial Budaya para Sinden-Penari kliningan
Jaipongan di Wilayah Subang Jawa Barat. Disertasi UGM.

.2011. Sinden – Penari di Atas di Luar Panggung. Bandung:


Sunan Ambu Press.

Danandjaja, James, 2008.Foklor. Jakarta: Grafiti Utama Press

Dayaksini Tri & Yuniardi Salis. 2012. Psikologi Linta Budaya.

Malang:UMM Press

Djajasudarma TFatimah & Citraresmana Elvi. 2016. Metodologi dan

Strategi penelitian Linguistik. Bandung. Universitas Padjadjaran

Herdiani, Een. 2012. Dinamika Tari Rakyat di Priangan. Disertasi


Universitas Padjadjaran
.2014.Dinamika tari Rakyat di Priangan. Bandung: Sunan
Ambu Press.

Jaeni. 2015. Metode Penelitian Seni. Bandung: Sunan Ambu Press.

.2012. Komunikasi Estetik. Bogor: IPB Press.

.2011. Kajian Seni Pertunjukan. Bandung: STSI Press.

Kaplan David & Manners Robert A. 2002. Teori Budaya.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Kuhn, Thomas S.2012. The Structure of Scientific Revolutions: Peran

Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Kuper, Adam & jesika, 2000. Enslikopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan.


Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Makin Al. 2016. Keragaman dan perbedaan: Budaya dan Agama dalam
Lintas Sejarah manusia. Yogyakarta: Suka Press.

Magetsari, Noerhadi. 2016. Krisis Identitas, Dalam Krisis Budaya.Jakarta


Pustaka Obor Indonesia.
Merriam, Alan P. 1964. The Antropologi Of Music. United State Of
America. University Press.
Ningrum, Epon. 2012. Dinamika Masyarakat Tradisional Kampung Naga
di Kabupaten Tasikmalaya:Bandung:Mimbar Vol.XXVIII, No
1 Juni 2012:47-54

Rustandi, Yuyus. 2017. Pengaruh Jaipongan Terhadap Seni bangreng:


Jurnal Wahana Vol 1, No 13 2017: 14-20.
Riyadi, Slamet. 2002. Alan P Merriam Versus Mantle Hood dalam
orientasi studi Etnomusikologi. Jurnal Ilmiah Keteg Gendhing
Vol 2 No 1 Mei 2002: 101-114

Smiers joost. 2009. Art Under Pressure. Yogyakarta. Insist Pressori

Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-teori Kebudayaan.

Bandung:Pustaka Setia.
Susanto Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: CAPS

Soemardjan, Selo. 1991. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University
LAMPIRAN
JURNAL SENI MAKALANGAN
JURUSAN SENI TARI, FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN, ISBI BANDUNG
Jalan Buah Batu Nomor 212 Bandung 40265
Telepon: (022) 7314982 – 7315435 Fax (022) 7303021
e-mail: jurnal.makalangan@gmail.com

SURAT KETERANGAN STATUS NASKAH

Kepada,

Yth. : Maylan Sofian

di Tempat

Dengan Hormat,

Kami dari Redaksi Jurnal Seni “Makalangan” di bawah pengelolaan Jurusan Seni
Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISBI Bandung menerangkan bahwa:
Judul Artikel : “Pentingnya Peran Tari Dalam Pertunjukan Seni Bangreng
..Pada Lagu Hayam Ngupuk”
Nama penulis : Maylan Sofian, Otin Martini, dan Rizaldy Antya R
Asal Institusi : ISBI Bandung

Telah masuk ke redaksi Jurnal Seni Makalangan dan pada saat ini naskah artikel sedang
dalam proses review oleh dewan Penyunting dan Mitra Bestari. Artikel tersebut akan
diproses untuk diterbitkan di pada Jurnal Seni Makalangan Volume 10 No. 2 Edisi
Desember tahun 2023.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya. Sekaitan dengan hal tersebut, maka dengan segala hormat kami
sampaikan ucapan terima kasih.

Bandung, 23 Oktober 2023


Pimpinan Pengelola Jurnal,

Lalan Ramlan, S.Sen., M.Hum.


NIP. 196401041992031003
Pentingnya Peran Tari dalam Pertunjukan Seni Bangreng pada
Lagu Hayam Ngupuk
Maylan Sofian, Otin Martini, dan Rizaldy Antya Ramadhan
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Jln Buahbatu no 212 Bandung, maylansofian05@gmail.com

Abstract
Bangreng art is a typical Sumedang art that shows identity for the Sumedang community.

The name Bangreng still survives today, but has undergone many changes so that its

identity is increasingly invisible. The role of dance in Bangreng art, which was appointed as

the title of the research, turns out to have a role, songs would not exist without orders So the

role of dance becomes the main one even though there are no special movements in

Bangreng Art. Hayam Ngupuk is one of the Bangreng songs which has the unique similarity

of the dancers dancing Bangreng to Hayam Ngupuk and the values contained in the song

provide a deep meaning. The aim of this research is to find out how important the role of

dance is in Bangreng Art, especially in the song Hayam Ngupuk. The theoretical basis used

in this research is several cultural theories and historical contexts; preservation and change,

heritage and identity are the basis of this research. The method used is literature study,

conducting field research and conducting analysis using qualitative methods by collecting

data from the community and was involved in the Bangreng show. So with this activity

there are several discussions that are carried out, namely the role of dance in Bangreng Art

which is the main thing in the performance even though it does not have special

movements, the songs appear based on requests from the dancers, the percussion patterns

also follow the dancers' movements. So the function of the nayaga is to serve requests from

the audience who want to join in the dancing. Hayam Ngupuk is one of Bangreng's unique

songs, firstly the song has moral values or conveys advice, secondly there are consistent

movements made by the audience when dancing this song. In conclusion, the role of dance

in Bangreng has an important role in bangreng performances


A. Pendahuluan
Seni Bangreng merupakan salah satu kesenian yang ciri khasnya mulai tergeser

seiring dengan perkembangan jaman. Permasalahan ini terjadi oleh banyak faktor di

antaranya berkembangnya kesenian-kesenian baru seperti adanya organ tunggal

memicu adanya perubahan dalam seni Bangreng. Sesuai dengan pendapat nya

Apriliani Hardiaynti Haryono (2016:89) bahwa perkembangan kesenian pada

dasarnya akan selalu bergerak mengikuti perkembangan zaman yang selalu

berubah-ubah. Masyarakat pun menerima kehadiran kesenian-kesenian baru ini,

karena secara batin dari para apresiator tidak terganggu, intinya mereka masih bisa

joget dan enak untuk berjoget maka musik apapun bisa diterima oleh masyarakat.

Hal ini menunjukan begitu penting nya peran tari dalam seni Bangreng. Karena

selama bisa menari dalam acara walaupun alat musik nya bahkan jenis musiknya

berubah menjadi bukan sebuah permasalahan. Namun jika musiknya tidak bisa

mengiringi atau tidak enak ditarikan maka ini baru menjadi sebuah permasalahan.

Hal ini pun diperkuat dengan pernyataan dari Haditresna, P. and Sigit, R.( 2017:11)

Beberapa hal yang mengakibatkan kesenian gembyung hampir punah yaitu,

teknologi yang semakin canggih, yang memudahkan masuknya budaya-budaya

luar, sehingga masyarakat di Indonesia terkontaminasi oleh budaya luar. Pengaruh

teknologi pun sangat dirasakan dalam pertunjukan seni Bangreng yang tergeser

dengan adanya organ tunggal sebagai contoh kecil.

Dengan terjadi di masyarakat seperti ini menjadi bahaya bagi kesenian Bangreng

sendiri karena baik alat musik maupun lagu-lagu pun tergeser. Hanya pola

masyarakat dalam acara tersebut tetap tidak bergeser. Bahkan jika tidak ada yang

menari dalam pertunjukan tersebut maka tidak berhasil pertunjukan. Jika kegiatan

ini dibiarkan begitu saja maka seni Bangreng baik dari alat musik maupun dari lagu-

lagu akan mulai hilang. Kegelisahan ini akan kepunahan kesenian Bangreng menjadi

sebuah masalah yang dihadapi, sehingga ada beberapa permasalahan yang dapat

diangkat dalam penelitian ini, yaitu seberapa penting peran tari dalam pertunjukan

Bangreng? Makna apa yang terkandung dalam lirik lagu Hayam Ngupuk?

Permasalahan ini jika ditemukan solusinya maka akan bisa mempertahankan seni

Bangreng kedepannya.
Seni Bangreng adalah bentuk seni yang telah ada dalam budaya dan masyarakat

Sumedang selama bertahun-tahun, seringkali diwariskan dari generasi ke generasi.

Landasan teori Seni Bangreng dapat mencakup beberapa elemen penting:

Budaya dan Konteks: Seni Bangreng erat terkait dengan budaya dan konteks di

mana seni tersebut berkembang. Ini mencakup nilai-nilai, kepercayaan, dan norma-

norma budaya yang memengaruhi karya seni Bangreng. Budaya: Seni Bangreng

selalu terkait erat dengan keberadaan seni itu berkembang. Ini mencakup bahasa,

nilai-nilai, norma-norma sosial, dan praktik budaya yang memengaruhi seniman dan

masyarakat dalam pertunjukan Seni Bangreng. Pada pembahasan teori berkait

budaya ini merujuk padaHadi, S. and Suparli, L., 2019. Estetika Tari Pada Jenis

Kesenian Bangreng di Sumedang.

Konteks Sejarah: Sejarah budaya dan sejarah seni sangat penting dalam memahami

seni Bangreng. Peristiwa historis, seperti perubahan politik atau sosial, dapat

memengaruhi perkembangan seni Bangreng. Jika melihat sejarah Seni Bangreng

memang ada 4 tahapan perubahan yang terjadi hal ini dari awal muka sampai saat

ini berkembang, untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai konteks sejarah yang

mempengaruhi Seni Bangreng ini diperkuat dengan teorinya dari Sutisna, R.H.,

Wiresna, A.G. and Sukmana, E., 2023. Gamelan Koromong dalam Konteks Ritual 14

Mulud pada Masyarakat Cikubang Sumedang JawaBarat.

Saat memahami seni Bangreng, penting untuk menyelidiki konteks budaya dan

sejarah yang mendalam, karena hal ini membantu mengungkap makna dan nilai seni

tersebut dalam konteksnya yang sesungguhnya.

Teknik dan Materi Bangreng: Seniman Bangreng sering menggunakan teknik dan

materi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Pemahaman akan teknik-

teknik ini adalah bagian penting dari landasan teori. Namun teknik dan materi

tentang Seni Bangreng ini masih belum menemukan teori-teori atau yang membahas

kearah sana sehingga menyulitkan untuk mencari referensi namun begitu ini

menjadi bagian penting dalam menemukan peran tari maupun musikal dalam

kesenian Bangreng

Fungsi dalam Masyarakat: Seni Bangreng sering memiliki fungsi dalam masyarakat,

seperti dalam upacara keagamaan, peringatan budaya, atau ekspresi identitas. Seni
Bangreng memiliki fungsi dalam masyarakat dimana menjadi sebuah kewajiban

ketika masyarakat ada hajatan baik pernikahan atau khitanan hiburan dengan

Bangreng walaupun saat ini begeser yang disebut masayarakat Bangreng adalah

Organ tunggal adapun yang menyebutnya dengan jaipong dangdut dan sebagainya

Pertukaran Budaya dan Pengaruh Asing: Selama sejarah, seni Bangreng sering kali

terpengaruh oleh pertukaran budaya dengan masyarakat lain. Hal ini bisa dilihat

dengan masuknya alat musik keyboard dalam pertunjukan Bangreng, selain itu juga

masuknya lagu-lagu dangdut dalam pertunjukan Bangreng menjadi salah satu bukti

bahwa pertukaran budaya ini terjadi di kesenian Bangreng. Oleh karena itu perlu

adanya landasan teori yang membahas mengenai cara mempertahankan kesenian

Bangreng ditengah gempuran budaya asing hal ini sesuai dengan Akbar, H.M. and

Najicha, F.U., (2022). Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman

Wawasan Nusantara Di Era Gempuran Kebudayaan Asing. Teori ini dapat

memperkuat supaya Seni Bangreng dapat bertahan dan berkembang ditengah

pengaruh budaya asing

Pelestarian dan Perubahan: Bagian penting dari teori ini adalah bagaimana seni

Bangreng beradaptasi atau dilestarikan dalam perubahan budaya dan sosial.

Pelestarian dan perubahan ini sesuai dengan Pratama, I.G.Y., (2021). Fenomena

Perubahan Dalam Pelestarian Budaya Mesatua Bali.

Warisan dan Identitas: Seni Bangreng juga berperan dalam mempertahankan

identitas budaya dan mewariskan pengetahuan tentang budaya kepada generasi

selanjutnya. Pembahasan mengenai pewarisan terdapat dalam penelitianSaepudin,

A., (2013). Garap Tepak Kendang Jaipongan dalam Karawitan Sunda.

Seni Bangreng ini memiliki keunikan tersendiri ketika membahas warisan dan

identitas. Warisan iya memang diakui bahwa Seni Bangreng diwariskan sampai saat

ini masayarakat mengenal nama kesenian Bangreng namun dari segi identitas

Bangreng itu sendiri, masayarakat banyak yang tidak mengetahui identitas

Bangreng seperti apa? Identitas Bangreng dari segi musik banyak perubahan baik

dari alat maupun lagu, namun dari segi fungsinya tetap tidak berubah yaitu sebagai

pengiring masayarakat menari atau joget istilahnya. Namun untuk gerakan tari pun

tidak ada identitas karena setiap orang bebas meng ekpresi kan dan seperti apa
gerakannya yang tidak berubah ada musiknya, ada masayarakat yang menari

sekaligus nyawer pada kegiatan Bangreng ini.

Dalam proses penelitian ini ada beberapa metode yang dilakukan diantaranya:

Studi Pustaka (Literature Review): Menganalisis sumber-sumber tertulis, seperti

buku, artikel, dan jurnal ilmiah yang membahas tari dalam konteks kesenian

Bangreng. Ini membantu dalam memahami latar belakang, sejarah, dan

perkembangan tari dalam kesenian bangreng; Studi Lapangan (Field Research):

Melakukan penelitian lapangan dengan mengunjungi komunitas atau daerah di

mana kesenian Bangreng dipraktikkan. Wawancara dengan seniman bangreng,

pengamat budaya, atau anggota masyarakat yang dapat memberikan wawasan yang

berharga dalam kesenian bangreng. Analisis yang dilakukan yaitu menggunakan

metode penelitian kualitatif untuk menggali makna dan peran tari dalam kesenian

Bangreng. Baik dalam konten dari pertunjukan Bangreng, dari pemain, praktisi,

masyarakat yang terlibat dan observasi partisipatif.

Mengumpulkan data dari masyarakat yang menjadi penonton atau pendukung tari

Bangreng melalui survei. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi persepsi dan

apresiasi terhadap tari dalam kontek seni bangreng.

Menganalisis rekaman video atau foto pertunjukan seni Bangreng untuk memahami

gerakan, kostum, dan estetika yang terlibat dalam pertunjukan kesenian ini.

Melakukan penelitian sejarah untuk melacak asal-usul dan perkembangan tari

Bangreng dalam sejarah budaya Bangreng. Mengadopsi pendekatan etnografis

dengan tinggal bersama komunitas Bangreng yang mempraktikkan kesenian ini

untuk memahami lebih dalam peran seniman bangreng dalam kehidupan sehari-

hari. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Menggali bagaimana tari

Bangreng dianggap sebagai bentuk ekspresi seni, baik dalam hal gerakan, musik,

atau aspek-aspek estetis lainnya.

B. ISI
Tari memiliki peran penting dalam kesenian Bangreng dan memainkan beberapa

fungsi yang signifikan dalam kesenian Bangreng, walaupun tidak ada aturan

tersendiri tentang gerakan-gerakan tari namun ini sudah menjadi satu kesatuan

dalam pertunjukannya. Tari yang ditarikan oleh penonton secara bebas sering

disebut sebagai "tari spontan" atau "tarian bebas." Ini adalah fenomena di mana
penonton dalam suatu acara atau pertunjukan bangreng merasa terdorong untuk

bergerak dan mengekspresikan diri mereka sendiri dengan berjoget/menari, tanpa

adanya koreografi atau instruksi formal. Tari spontan ini biasanya dipicu oleh

lingkungan yang penuh energi. Tari spontan sering terjadi dalam konser musik live,

festival, atau acara hiburan di mana penonton merasa begitu terhubung dengan

musik atau suasana yang ada sehingga mereka ingin berpartisipasi secara aktif

dengan berjoget. Ini bisa menjadi cara yang sangat ekspresif dan membebaskan

untuk merasakan musik secara mendalam. Penting untuk diingat bahwa tari

spontan adalah bentuk ekspresi pribadi dan kreatif. Ini tidak memiliki aturan yang

kaku, dan setiap orang bebas untuk mengekspresikan diri mereka sendiri sesuai

dengan ritme dan emosi yang mereka rasakan. Tarian semacam ini bisa menjadi cara

yang indah untuk merasakan dan merayakan musik dalam bentuk yang sangat

pribadi dan alami. tari dalam kesenian Bangreng dapat menjadi elemen penting

dalam pertunjukan meskipun tidak selalu mengikuti aturan yang ketat dalam

gerakan-gerakannya. Hal ini mencerminkan karakteristik banyak jenis tarian

tradisional di berbagai budaya, di mana gerakan-gerakan tari sering kali menjadi

hasil dari tradisi lisan dan praktik turun temurun yang telah berkembang selama

bertahun-tahun. Dalam banyak tarian tradisional Bangreng, penari/ penonton sering

diberikan kebebasan ekspresi untuk mengekspresikan diri mereka sendiri melalui

gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan improvisasi. Ini memungkinkan penari untuk

menghadirkan tari dengan nuansa pribadi yang unik. Tari dalam kesenian Bangreng

seringkali sangat terkait dengan musik. Gerakan tari sering diilhami oleh irama dan

melodi musik yang mengiringi pertunjukan, menciptakan hubungan erat antara tari

dan musik. Seperti pada lagu Hayam Ngupuk maka muncul pula beberapa identitas

gerak identitas dalam lagu Hayam ngupuk. Gerakan tari sering kali diwariskan

melalui tradisi lisan, di mana penari muda mempelajari tarian dari para pendahulu

mereka, termasuk teknik gerakan dan makna simbolis dari setiap gerakan. Apresiasi

yang dilakukan masyarakat secara turun temurun menjadi salah satu bentuk

pewarisan dalam gerakan tari pada lagu hayam Ngupuk ini. Tari dalam Bangreng

juga berperan dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Dengan menjaga seni

bangreng, masyarakat dapat merawat warisan budaya mereka dan meneruskannya


kepada generasi mendatang. Pertunjukan tari Bangreng sering menjadi pengalaman

bersama yang mempererat hubungan antara penari, pemusik, dan penonton. Ini

menciptakan rasa persatuan dan kebersamaan dalam masyarakat. Meskipun tari

Bangreng mungkin tidak memiliki aturan yang ketat dalam gerakan-gerakannya,

keunikan dan keindahannya terletak dalam cara mereka menggabungkan ekspresi

pribadi, koneksi dengan musik, dan tradisi lisan untuk menciptakan pengalaman

seni yang kaya dan berharga.

Perubahan yang signifikan dalam pertunjukan seni Bangreng bisa terjadi karena

berbagai faktor. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan perubahan tersebut

meliputi: Pengaruh dari dunia luar dan modernisasi dapat mengubah unsur-unsur

dalam pertunjukan seni Bangreng. Penggunaan teknologi, pengaruh budaya pop,

dan globalisasi dapat memengaruhi gaya, kostum, atau musik dalam pertunjukan.

Generasi yang lebih muda mungkin memiliki pandangan dan preferensi yang

berbeda terhadap kesenian. Mereka dapat membawa inovasi dan perubahan dalam

tarian dan musik Bangreng. Jika pertunjukan seni Bangreng tergantung pada

dukungan finansial atau popularitas di pasar, hal ini dapat mendorong perubahan

agar pertunjukan tetap relevan dan menarik bagi penonton. Beberapa pertunjukan

seni Bangreng mungkin mencoba menggabungkan unsur-unsur dari berbagai gaya

seni atau budaya lainnya untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menarik.

Perubahan dalam masyarakat dan budaya Bangreng itu sendiri, seperti pergeseran

nilai-nilai atau identitas budaya, dapat menciptakan perubahan dalam pertunjukan

seni. Seniman Bangreng, seperti dalam setiap bentuk seni, memiliki kreativitas

mereka sendiri. Mereka dapat mencoba eksperimen dengan ide-ide baru dan

mengubah pertunjukan sesuai dengan visi mereka. Peristiwa politik atau sosial

dapat memengaruhi pertunjukan seni, termasuk penyensoran atau perubahan dalam

tema yang diangkat dalam seni bangreng. Perubahan dalam pertunjukan seni

Bangreng adalah hal yang wajar dalam perkembangan budaya. Ini dapat

mencerminkan adaptasi terhadap perubahan zaman, eksplorasi kreatif, atau respons

terhadap perubahan dalam masyarakat. Sementara perubahan ini dapat

menghadirkan tantangan, mereka juga dapat membawa kesegaran dan inovasi ke

dalam kesenian Bangreng.


Jika alat musik dalam seni Bangreng telah masuk dalam organ tunggal, maka ini

adalah perkembangan signifikan dalam penyusunan musik tradisional. Organ

tunggal adalah instrumen musik elektronik yang dapat menggantikan peran

beberapa alat musik tradisional dalam satu unit, seperti keyboard elektronik yang

dapat menghasilkan berbagai suara, termasuk suara alat musik tradisional. Adopsi

organ tunggal dalam kesenian Bangreng dapat memiliki beberapa dampak: Organ

tunggal dapat menggantikan beberapa alat musik tradisional yang mungkin

membutuhkan ruang dan peralatan yang lebih besar. Ini dapat membuat

pertunjukan lebih praktis, terutama dalam lingkungan yang lebih terbatas. Organ

tunggal dapat menghasilkan berbagai suara yang mencakup alat musik tradisional

Bangreng dan bahkan suara modern. Ini memberikan fleksibilitas dalam

penyusunan musik untuk pertunjukan. Penggunaan organ tunggal dapat

mengurangi biaya pembelian, pemeliharaan, dan transportasi beberapa alat musik

tradisional yang mungkin mahal dan memerlukan perawatan khusus. Organ tunggal

dapat membuka pintu bagi inovasi dan eksperimen dalam musik Bangreng. Ini

dapat menghasilkan suara-suaran yang unik dan menciptakan pengalaman musik

yang berbeda. Namun, perubahan seperti ini juga dapat menimbulkan berbagai

pertanyaan terkait dengan pelestarian tradisi dan nilai budaya. Oleh karena itu,

banyak komunitas seni tradisional berusaha untuk menemukan keseimbangan

antara penggunaan teknologi modern dan pelestarian akar budaya mereka.

Keselarasan antara organ tunggal dan tradisi musik Bangreng akan sangat

tergantung pada konteks budaya dan visi seniman yang terlibat.

Masuknya unsur-unsur lagu dangdut ke dalam pertunjukan seni Bangreng adalah

contoh lain dari perubahan yang signifikan dalam musik dan budaya Bangreng.

Dangdut adalah genre musik populer di Indonesia yang memiliki ciri khas seperti

ritme yang kuat, penggunaan alat musik modern, dan lirik yang sering kali

menggambarkan kehidupan sehari-hari. Perpaduan antara musik tradisional

Bangreng dan elemen-elemen dangdut dapat memiliki dampak beragam:

Penggunaan elemen-elemen dangdut, seperti ritme yang berirama dan instrumen


modern, dapat memberikan nuansa musikal yang berbeda dalam pertunjukan

Bangreng. Ini bisa memengaruhi mood dan gaya pertunjukan secara keseluruhan.

Dengan menggabungkan elemen-elemen dangdut yang lebih modern, pertunjukan

Bangreng mungkin dapat menarik minat generasi muda yang lebih terbiasa dengan

musik populer. Seniman dan musisi Bangreng mungkin melihat penggunaan

dangdut sebagai peluang untuk eksperimen dalam menciptakan pengalaman musik

yang baru dan segar. Namun, penggunaan elemen-elemen dangdut dalam

pertunjukan Bangreng juga dapat menimbulkan kontroversi budaya karena

perbedaan dalam identitas musik dan nilai-nilai yang mungkin dibawa oleh

dangdut. Perubahan dalam musik adalah hal yang alami dan dapat menciptakan

variasi yang menarik dalam seni pertunjukan. Namun, dalam menggabungkan

elemen-elemen dari dua genre yang berbeda, penting untuk mempertimbangkan

respek terhadap tradisi dan nilai budaya yang ada dalam kesenian Bangreng serta

menerima tanggapan dari masyarakat dan penontonnya.

Lagu-lagu Bangreng mulai tergeser dengan adanya musik-musik baru seperti lagu-

lagu pemuda idaman, ayam jago, dan lagu-lagu dangdut lainnya. Karena lagu-lagu

tersebut bisa juga ditarikan maka, hal ini sangat berdampak pada perubahan lagu-

lagu yang ada pada kesenian Bangreng. Permintaan dari penonton atau yang akan

menari menjadi salah satu faktor masuk nya lagu-lagu dangdut pada kesenian

Bangreng ini, sehingga pengaruh tari dalam hal ini penari atau masayarakat yang

ikut menari meiliki peran dalam perubahan-perubahan musik Bangreng.

Karena lagu-lagu tersebut bisa juga ditarikan maka, hal ini sangat berdampak pada

perubahan lagu-lagu yang ada pada kesenian Bangreng. Permintaan dari penonton

atau yang akan menari menjadi salah satu faktor masuk nya lagu-lagu dangdut pada

kesenian Bangreng ini, sehingga pengaruh tari dalam hal ini penari atau

masayarakat yang ikut menari menjadi miliki peran dalam perubahan-perubahan

musik Bangreng, meskipun terjadi perubahan dalam konteks pertunjukan seni

Bangreng, keberlanjutan penggunaan nama "Bangreng" untuk merujuk pada

kesenian ini menunjukkan pentingnya melestarikan identitas budaya dan warisan

seni mereka. Nama tersebut adalah bagian dari identitas budaya dan sejarah

Bangreng yang dihormati dan dijaga oleh masyarakat mereka. Meskipun


pertunjukan Bangreng mungkin telah mengalami perubahan dalam musik, gerakan,

atau elemen-elemen lainnya, penggunaan nama Bangreng masih dapat berfungsi

sebagai pengingat akan akar budaya dan sejarah mereka. Hal ini membantu

masyarakat tetap terhubung dengan warisan mereka sambil mengakomodasi

perubahan dan inovasi dalam seni pertunjukan. Penghargaan terhadap identitas

budaya dan penggunaan nama yang telah lama dikenal adalah langkah yang

penting dalam menjaga kesinambungan dan merayakan kekayaan budaya Bangreng.

Dengan demikian, mereka dapat menghormati warisan mereka sambil berkembang

dan mengikuti perkembangan zaman. Pentingnya partisipasi penonton yang ikut

menari dalam pertunjukan seni Bangreng adalah ciri khas yang tetap tidak berubah

dan melekat dalam kesenian tersebut. Ini mencerminkan sifat interaktif dan

pengalaman berpartisipasi yang unik dalam pertunjukan Bangreng. Penonton yang

ikut menari adalah bagian integral dari tradisi dan budaya Bangreng, dan ini telah

dipertahankan sepanjang waktu. Partisipasi penonton yang aktif dalam menari

dapat menciptakan atmosfer yang meriah dan keterlibatan yang mendalam dalam

pertunjukan. Ini juga dapat memperkuat rasa persatuan dalam komunitas dan

menghasilkan pengalaman yang bersifat sosial dan kolaboratif. Meskipun ada

perubahan dalam elemen-elemen lain dalam pertunjukan Bangreng, tradisi ini yang

tetap tidak berubah menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai budaya, identitas,

dan interaksi sosial yang dihormati dalam seni Bangreng. Ini adalah bagian penting

dari apa yang membuat kesenian Bangreng begitu unik dan berharga. Lagu-lagu

Bangreng mulai tergeser dengan adanya musik-musik baru seperti lagu-lagu

pemuda idaman, ayam jago, dan lagu-lagu dangdut lainnya. Karena lagu-lagu

tersebut bisa juga ditarikan maka, hal ini sangat berdampak pada perubahan lagu-

lagu yang ada pada kesenian Bangreng. Permintaan dari penonton atau yang akan

menari menjadi salah satu faktor masuk nya lagu-lagu dangdut pada kesenian

Bangreng ini, sehingga pengaruh tari dalam hal ini penari atau masayarakat yang

ikut menari menjadi miliki peran dalam perubahan-perubahan musik Bangreng.

Karena dari segi Seniman Bangreng atau pemusik Bangreng mengikuti dari

penonton yang akan menari, hanya saja ketika ini terus-terusan dibiarkan maka

lagu-lagu Bangreng ini akan mulai hilang dari masyarakat. Karena dengan adanya
lagu-lagu baru menghilangkan beberapa seperti dalam lagu Bangreng misalnya

pada lagu Hayam Ngupuk ada beberapa gerakan yang identik selalu ditarikan

seperti gerakan nyerekebengbeng. Dengan lagu-lagu baru dan hanya goyang kepala

maka akan merubah. Jadi peran tari dalam pertunjukan seni Bangreng menjadi

sangat penting walaupun tidak beraturan. Karena lagu-lagu pun perubahan banyak

dilakukan oleh penari bukan dari pemusik. Pemusik hanya berperan dalam

mengabulkan permintaan dari penari. Namun jika ditolak maka akan dianggap

pemusik tidak bisa apa-apa yang akan berdampak pada panggilan kedepannya

sehingga walaupun berubah mereka melayani perubahan tersebut. Dalam

pertunjukan Bangreng pada lagu Hayam Ngupuk ini, ada beberapa gerakan yang

unik yang sering dijumpai, sehingga gerakan ini bisa menjadi salah satu identitas

dari gerakan tari Hayam Ngupuk.

Gambar 1. Menari Lagu Hayam Ngupuk

Pada tari Hayam Ngupuk ini, memang tidak ada gerakan yang dikhususkan namun

para penonton yang menarikan lagu ini ada beberapa gerakan yang sama, mungkin
ini dipengaruhi oleh pewarisan dimana dari dulu ketika lagu Hayam Ngupuk ada

yang menarikan seperti itu, gerakan yang sering jumpai yaitu gerakan seperti ayam

yang akan bercinta, gerakan ini mengilhami para penari sesuai dengan lagunya

Hayam Ngupuk. Namun uniknya kalau dari isi lirik lagu ini juga memiliki nilai

yang bagus. Banyak sekali lirik yang digunakan dalam lagu Hayam Ngupuk salah

satunya sebagai berikut:

Hayam Ngupuk diburuan

Macokan kembang malati

Ulah waka timburu

Can tangtu jadi salaki

Hayam Ngupuk diburuan

Dipacokan ku jagoan

Ulah waka timburuan

Can tangtu jadi jodo na

Selain dari memiliki identitas gerakan memiliki makna yang mendalam terkait

dengan syair dimana memberikan nasihat, hal ini yang kemudian menghilang

dengan adanya lagu-lagu baru yang masuk.

C. Kesimpulan
Perubahan Seni Bangreng sangat dipengaruhi oleh pesanan dari seorang
penari sehingga mengalami perkembangan. Hal ini mencerminkan
kemampuan Seni Bangreng untuk tetap hidup, beradaptasi dan merespon
perubahan budaya dan sosial seiring berjalannya waktu. Hal ini dipengaruhi
adanya berbagai faktor yang memberikan pengetahuan-pengetahuan musik
diluar Bangreng yang diterapkan dalam pertunjukan Bangreng. Karena ini
sebuah permintaan dari penonton sehingga membuat Seniman mengabulkan
permintaan dan menjadi kebiasan.
Oleh karena itu maka tari menjadi faktor penting dalam perubahan Seni
Bangreng. Lagu Bangreng sangat berpengaruh dalam gerakan-gerakan tari
seperti pada lagu Hayam ngupuk.

D. Daftar Pustaka;
Akbar, H.M. and Najicha, F.U., 2022. Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui
Pemahaman Wawasan Nusantara Di Era Gempuran Kebudayaan
Asing. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), pp.2122-2127.
Hariyono, A.H., 2016. Ateng Japar: Sang Legenda Seni Pertunjukan Longser
dan Peranannya di Kabupaten Bandung, Tahun 1975–2002. MIMBAR .
PENDIDIKAN, 1(1).
Haditresna, P. and Sigit, R., 2017. Tata Kelola Kesenian Group Gembyung Dangiang
Dongdo Kabupaten Subang. Pegi Haditresna
116040027 (Doctoral dissertation, Seni Musik).
Hadi, S. and Suparli, L., 2019. Estetika Tari Pada Jenis Kesenian Bangreng di
Sumedang. Jurnal Seni Makalangan, 6(1).
Pratama, I.G.Y., 2021. Fenomena Perubahan Dalam Pelestarian Budaya Mesatua
Bali. Besaung: Jurnal Seni Desain Dan Budaya, 6(1).

Saepudin, A., 2013. Garap Tepak Kendang Jaipongan dalam Karawitan Sunda. BP ISI
Yogyakarta.

Sutisna, R.H., Wiresna, A.G. and Sukmana, E., 2023. Gamelan Koromong dalam
Konteks Ritual 14 Mulud pada Masyarakat Cikubang Sumedang Jawa
Barat. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 24(2), pp.176-190.

Vancouver
SUNAN AMBU PRESS
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA (ISBI) BANDUNG
Jalan Buah Batu Nomor 212 Bandung 40265
Telp. (022) 7314982, 7315435, Faks. (022) 7303021
Surel: penerbitan@isbi.ac.id

Nomor : B/872/IT8.4/PJ.00.01/2023 Bandung, 3 November 2023


Lampiran : 1 Hal (Daftar Judul dan Penulis naskah)

Surat Keterangan Terbit Naskah

Melalui surat ini, Penerbit Sunan Ambu Press menerangkan bahwa naskah-naskah dengan
keterangan judul dan penulis terlampir, akan diterbitkan pada:

Judul : Prosiding Hasil Penelitian dan PKM 2023


Tema : Transformasi dan Internalisasi Nilai-nilai Seni Budaya Lokal
dalam Konteks Kekinian
Tahun Terbit : 2023

Demikian surat keterangan ini kami sampaikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 3 November 2023

Kepala Pusat Publikasi Ilmiah dan HKI/


Ketua Penerbit Sunan Ambu Press,

Dede Ananta K. Perangin-angin, S.Ds., M.Sn.


NIP 199202222019031006
Lampiran: Daftar Judul dan Penulis Naskah Prosiding

No Judul Penulis
TRESNA SUMIRAT:
1 TAFSIR ROMANTIKA SANG PANGERAN Ai Mulyani, Caca Sopandi
SUMEDANG LARANG
REALITAS BUDAYA BERBAHASA
2 MASYARAKAT SUNDA: ANTARA BAHASA Ai Siti ZenabRina, Dewi Anggana
NASIONAL DAN BAHASA DAERAH
SENI PARTISIPATORI: TRANSFORMASI DESA
3 WISATA ALAMENDAH MELALUI PENTAS Alfiyanto, Erwin Mardiansyah
TUMBUH RUMAH TUMBUH
UPACARA NGALAKSA DESA WISATA
4 Apip, Ario Wibisono
RANCAKALONG PASKA PANDEMI COVID-19
ALTERNATIF PENGEMBANGAN SUMBER
Ari Winarno, Khairul Mustaqin, Ardine
5 CAHAYA LAMPION TENGTENGAN APLIKASI
Samsu
VISUAL LOGO ISBI
IBING TAYUB BALANDONGAN PRODUK
6 Asep Jatnika, Dindin Rasidin
BUDAYA LOKAL YANG TERPINGGIRKAN
EKSISTENSI SENI ORMATAN TARAWANGSA:
Atang Suryaman, Maspon Herizal,
7 FUNGSI TARAWANGSA DI TENGAH
Masyuning
EKOSISTEM MASYARAKAT BANJARAN
MENGIDENTIFIKASI WACANA KOTA
8 SEBAGAI KANDUNGAN LATEN GAGASAN Benny Yohanes Timmerman
ESTETIKA URBAN
POTENSI LOKAL SENI BUDAYA DI SUMEDANG
Dara Bunga Rembulan & Rufus Goang
9 SEBAGAI DASAR PEMBUATAN KONTEN
Swaradesy
AUDIO VISUAL
PENGEMBANGAN KONSEP DAN PEMBUATAN
DESAIN MOTIF DIGITAL KARYA ANAK
10 Dede Ananta, Martien Roos
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB PANGUDI
LUHUR JAKARTA BARAT
REKONTEKSTUALISASI SEBAGAI STRATEGI
PEMERTAHANAN TRADISI LOKAL SECARA
11 Deni Yana
BERKELANJUTAN PADA SENTRA KERAJINAN
KERAMIK PLERED
IKONOGRAFI, SIMBOLISME, DAN SEJARAH
LATEN: ANALISIS VISUAL DAN MATERI
12 Dida I. Abdurrahman
SUBJEK LAMBANG JAWA BARAT DALAM
KONSTRUKSI SEJARAH WILAYAH
MOTIF BATIK SINGABARONG KERATON Hadi Kurniawan , Djuniwarti, Syilvi Karisa
13
CIREBON DALAM GAYA FLATDESIGN Putri

KARAKTERISTIK SOUND PADA MUSIK TERAPI


14 Dyah Murwaningrum
UNTUK ADHD DEWASA

REVITALISASI TARI KETUK TILU KAMPUNG


15 Eti Mulyati, Nanu Munajar
PASIR HAUR
PROSES KREATIF PENCIPTAAN KARYA PUPLIC
Gabriel Aries Setiadi, Joko Dwi Avianto,
16 FURNITURE MEMORIAL ART UNTUK
Asep Miftahul Falah
EMMERIAL KAHN MUMTADZT
PENGGUNAAN RUANG PUBLIK
BERDASARKAN POLA HIDUP PENGHUNI
17 Gerry Rachmat
APARTEMEN DI THE JARRDIN CIHAMPELAS
BANDUNG
PENERAPAN SENI PATUNG PADA KARYA SENI
Gustiyan Rachmadi, Husen Hendriyana, Asep
BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN
18 sufyan Muhakik Atamtajani dan Fajar
MEMANFAATKAN BAHAN LIMBAH KAYU
Rahadian
PERKEBUNAN
SISTEM PEWARISAN SENI TRADISI GAMBANG
19 KROMONG PADA SANGGAR SENI JANAKA DI Hudaepah
DEPOK JAWA BARAT
Meiga Fristya Laras Sakti, Desya Noviansya
20 EKSISTENSI TARI WAYANG DI BANDUNG
Suherman, Cika Anyelir
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
21 TIGA PILAR BUDAYA; NGAOS, MAMAOS, DAN Mohamad Yusuf Wiradiredja
MAENPO
DRAMATURGI PERTUNJUKAN TARI PIRING Monita Precillia, Erwin Mardiansyah, Dewi
22
KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH Arimbi
TAHAPAN KERJA DAN PENDOKUMENTASIAN
23 LAGU CIANJURAN Mustika Iman Zakaria
KE DALAM NOTASI MUSIK
FESTIVAL SENI DAN RUANG PUBLIK YANG
INKLUSIF BAGI PELESTARIAN SENI TRADISI
24 Neneng Yanti Khozanatu Lahpan
DAN PENGEMBANGAN EKOSISTEM
PARIWISATA DI JAWA BARAT
INTERNALISASI NILAI KARAKTER BUDAYA
25 TRADISIONAL MASYARAKAT KAMPUNG Nia Emilda, Ai Juju Rohaeni, Putri Andini
ADAT MIDUANA KABUPATEN CIANJUR
EKSISTENSI PERTUNJUKAN
26 Nunung Nurasih
TARI TOPENG HAJATAN
KIDUNG DALANG RUWAT ABAH EDO DALAM
27 RUWATAN LEMBUR Ocoh Suherti
DI TAMBAKSARI CIAMIS JAWA BARAT
PHYSICAL EXERCISE TO IMPROVE THE
QUALITY OF DANCE LEARNING AT
28 Otin Martini
ARYANDINI KINDEGARTEN BUAH BATU
DISTRICT BANDUNG CITY
PENGARUH PENGGUNAAN FACE PRIMER
29 Rieka Sukmawati
PADA RIASAN PANGGUNG

EKSISTENSI GOJIM GROUP PUTRA MACAKAL


30 Risa Nuriawati
DI ANGKRINGAN TEH ITA

31 TARI ‘TITI SURYA Riyana Rosilawati

32 VISUALISASI KEHENINGAN DALAM MEDITASI RY Adam Panji Purnama

FURNITUR ANAK DARI KAYU PALET DENGAN


33 Savitri, Riana Safitri
PEWARNA ALAMI RAMAH LINGKUNGAN
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAMPUNG
34 NAGA DALAM MENDUKUNG PARIWISATA Taufik Setyadi Aras, Sriati Dwiatmin
BERKELANJUTAN
PELATIHAN RIAS DAN TARI DI SANGGAR
35 Subayono S
GENTA SENTRAMAS

WRITTEN CLOTHING
36 Suharno, Annisa Fitra
ARTWEAR INSPIRASI PRABANGSA
GONG RÉNTÉNG
37 INTERNALISASI NILAI DALAM Suhendi Afryanto
TRANSFORMASI DARI SAKRAL KE PROFAN
EKSPLORASI PENGAPLIKASIAN NATURAL
38 PIGMENT PADA MEDIA KAYU BERBASIS Teten Rohandi, Hilman Cahya Kusdiana
BAHAN ALAMI
PROSES KREATIF PENCIPTAAN TARI
39 GANDASARI GANDAWANGI Turyati
SEBAGAI KEMASAN SENI WISATA
GARAP KOTEKAN GAMELAN BALI: NGEMPAT
40 Whayan Christiana
DAN NELUIN

STILASI MOTIF WADASAN CIREBON SEBAGAI


41 Wuri Handayani, Mira Marlianti
PROSES KREATIF MAHASISWA
PERAN METAFORA KONSEPTUAL PADA
42 PESAN KOMUNIKASI DALAM TEKS Yupi Sundari, Irma Rachminingsih
KURATORIAL MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI
BIG DATA ANALISIS: PAMERAN SENI RUPA
43 KONTEMPORER DI BANDUNG DALAM MASA Zaenudin Ramli
PANDEMI
EKSPLORASI POTENSI KERAJINAN GOLEK DI
DESA TARUMAJAYA DENGAN
44 Mohamad Zaini Alif
MEMANFAATKAN SEJARAH DAN KEARIFAN
LOKAL
POLA TATA KELAKUAN PAMER LEWAT
MEDIA SOSIAL DI INDONESIA:
45 Imam Setyobudi
STUDI ATAS NILAI DAN NORMA BUDAYA
BERTINGKAH LAKU
PELATIHAN TARI JAIPONGAN BOJONGAN
46 DI SANGGAR TARI GIRI MAYANG KABUPATEN Lalan Ramlan, Jaja
BANDUNG
KAJIAN NILAI KEARIFAN LOKAL
47 PERTUNJUKAN SENI BANGRENG PADA LAGU Maylan Sofian
HAYAM NGUPUK
ANALISIS WACANA
48 TEKS SKENARIO “JALAN PERKAWINAN” Imam Akhmad
KARYA ARTHUR S. NALAN
STUDI KELAYAKAN PENGUNAAN CLO3D
PADA PRODI TATA RIAS DAN BUSANA
49 Hikmaningtias Maharani
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA
BANDUNG DENGAN METODE TELOS
PEMANFAATAN BUDAYA MASYARAKAT
LADANG DALAM SEJARAH KERAJAAN
KENDAN UNTUK PENGEMBANGAN POTENSI
50 Neneng Yanti Khozanatu Lahpan
DESA WISATA DI DESA CITAMAN
KECAMATAN NAGREG KABUPATEN
BANDUNG
TEPAK CIWARINGINAN DAN LAGU KHAS Riky Oktriyadi1, Gempur Sentosa2, Ardhy
51
PADA SENI PENCAK SILAT DI KOTA BANDUNG Herdiansyah R.
RESILIENSI BUDAYA BERBASIS KEARIFAN
LOKAL SENI BUDAYA FOLKLOR
52 Sri Rustiyanti, Wanda Listiani, Gymnastiar
PADA KEMASAN MAKANAN BORONDONG
DAN BORONCO
DIGITALISASI WAYANG TAVIP SEBAGAI
53 M.Tavip; Widodo
MEDIA PROMOSI SENI BERDAKWAH
Kajian Nilai Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng pada Lagu Hayam
Ngupuk Maylan Sofian, Otin Martini, dan Rizaldy Antya Ramadhan
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Abstrak
Seni Bangreng merupakan satu kesenian yang keberadaan nya sampai
saat ini masih ada namun bentuk pertunjukan nya sudah mengalami
banyak perubahan, Lagu-lagu Bangreng saat ini tidak terlepas dari lagu-
lagu populer terutama dari dangdut, sehingga lagu-lagu Bangreng nya
sendiri banyak yang tidak masyarakat ketahui seperti lagu hayam Ngupuk,
lagu asli dari kesenian Bangreng ini pun sudah tidak terdengar lagi dalam
pertunjukan Bangreng oleh karena itu penting untuk menggali kembali serta
merekonstruksi kesenian Bangreng pada lagu hayam Ngupuk dalam
proses pelestarian, penelitian ini urgen untuk diteliti karena belum ada
penelitian yang berkaitan dengan kajian nilai yang terdapat dalam lagu
hayam ngupuk, banyak penelitian yang dilakukan dalam kesenian
Bangreng diantaranya Estetika Tari pada Jenis kesenian Bangreng di
Sumedang (Sopian Hadi dan Lili Suparli, 2019); Kesenian Bangreng Dalam
Upacara Ngaruat Bumi di Desa Sukatani Kecamatan Tanjungkerta
Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Ass-shiddiqi FB, 2021); Bangreng As A
Means Of spreading Islam (Sofian M, 2019); Pengaruh Jaipongan terhadap
Seni Bangreng (Rustandi Y, Supriatna RA., 2021); Perkembangan Seni
Bangreng Di Sumedang tahun 1970-1990 (Murniasih M. 2008); Dari
beberapa sumber yang membahas Bangreng ini tidak ada yang melakukan
penelitian Kajian Nilai Kearifan Lokal Pertunjukan Seni Bangreng pada
Lagu Hayam Ngupuk ini, sehingga penelitian ini benar-benar baru. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk melestarikan kesenian Bangreng, membantu para
pengajar dalam membedah rumpaka hayam Ngupuk, serta mencoba
menciptakan industri kreatif melalui pembedahan seni Bangreng ini.
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengapresiasi kembali seni Bangreng khusus nya pada lagu hayam
Ngupuk, memaknai rumpaka hayam Ngupuk sehingga menghasilkan
makna yang bisa diambil dari lagu hayam Ngupuk.

Abstract

Bangreng art is an art that still exists today, but the form of performance
has undergone many changes. Bangreng songs are currently inseparable
from popular songs, especially dangdut, so many of the Bangreng songs
themselves are unknown to the public, such as Hayam Ngupuk song, the
original song from Bangreng art, is no longer heard in Bangreng
performances, therefore it is important to re-excavate and reconstruct
Bangreng art in the Hayam Ngupuk song in the preservation process. This
research is urgent to be researched because there is no research related to
the value of the study. contained in the Hayam Ngupuk song, a lot of
research has been carried out on Estetika Tari pada Jenis kesenian
Bangreng di Sumedang (Sopian Hadi dan Lili Suparli, 2019); Kesenian
Bangreng Dalam Upacara Ngaruat Bumi di Desa Sukatani Kecamatan
Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Ass-shiddiqi FB, 2021);
Bangreng as a means of spreading Islam (Sofian M, 2019); Pengaruh
Jaipongan terhadap Seni Bangreng (Rustandi Y, Supriatna RA., 2021);
Perkembangan Seni Bangreng Di Sumedang tahun 1970-1990 (Murniasih
M. 2008); Of the several sources that discuss Bangreng, no one has
conducted research on the Study of the Value of Local Wisdom of
Bangreng Performing Arts on the Hayam Ngupuk Song, so this research is
completely new. The aim of this research is to preserve Bangreng art, help
teachers in dissecting Ngupuk hayam rumpaka, and try to create a creative
industry through the discovery of Bangreng art. The stages that will be
carried out in this research are re-appreciating Bangreng art, especially the
Hayam Ngupuk song, interpreting the Hayam Ngupuk rumpaka so as to
produce meaning that can be taken from the Hayam Ngupuk song.

A. Pendahuluan
Bangreng dalam konotasi masyarakat memiliki konotasi yang jelek, padahal
dibalik prasangka jelek masyarakat dalam pertunjukan seni bangreng
tersimpan nilai-nilai yang baik khususnya jika kita memaknai dari lirik lagu
yang terdapat pada pertunjukan bangreng. Begitupun pada lirik lagu yang
terdapat pada lagu hayam ngupuk Kontek judul lagu hayam ngupuk dengan
lirik lagu didalamnya memiliki ketidaksamaan hal ini menunjukan adanya
kesengajaan dan kekuatan interpretasi sehingga ini sangat menarik untuk
dibahas.
Adapun hal-hal yang ingin dibahas dalam penelitian ini, bagaimana makna
dari lagu hayam ngupuk? Nilai apa yang terdapat dalam lagu hayam
ngupuk? Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam lirik lagu hayam ngupuk tersebut.
Ada beberapa sumber yang menginspirasi dalam penelitian ini diantaranya:
Rekonstruksi Sejarah Seni Dalam Konstruk Sejarah Visual (Reza D.
Dienaputra, 2012) jurnal ini membahas mengenai sejarah seni dapat
dipahami sebagai rekonstruksi peristiwa masa lalu, sehingga dalam
penelitian karya seni ini mencoba melakukan rekonstruksi terhadap
pertunjukan seni bangreng khusus nya pada lagu hayam ngupuk, sehingga
ciri khas dari lagu, maupun gerakan tari pada hayam Ngupuk di tatakembali
dan di rekonstruksi menjadi musik dan tarian hayam Ngupuk yang sudah
terpola. Selain itu, nilai yang terdapat dalam lagu hayam ngupuk ini
memiliki makna dalam pembentukan karakter. Estetika Tari pada Jenis
kesenian Bangreng di Sumedang (Sopian Hadi dan Lili Suparli, 2019), dan
beberapa tulisan yang sudah dituliskan sebelumnya, semua membahas
mengenai perkembangan Seni Bangreng namun untuk rekonstruksi ini
belum pernah ada yang membahas sebelumnya sehingga penelitian ini
perlu dilakukan selain sebagai pelestarian tetapi berpotensi untuk masuk di
dunia industri kreatif terutama di bidang musik label
Menurut Creswell (2013:3) mengatakan ada tiga jenis penelitian
yang dapat disajikan, yaitu penelitian kualitatif, kuantitatif dan metode
campuran. Sesuai dengan apa yang didefinisikan Creswell (2013:4) tentang
Penelitian Kualitatif yang merupakan metode untuk mengekplorasi dan
memahami makna yang pada penelitian ini yaitu memahami dan
mengekplorasi Lagu Hayam Ngupuk pada pertunjukan seni bangreng,
metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Tujuan penelitian ini adalah memahami suatu model pelestarian seni tradisi
melalui seni bangreng. Untuk dapat menggali seluruh data yang diperlukan
menurut Creswell (2014:94) membahas mengenai lima pendekatan yang
dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif diantaranya pendekatan Studi
Naratif, Fenomenologi, Grounded Theory, Etnografi dan Studi Kasus.
Karena penelitian ini lebih terhadap pengembangan deskripsi tentang seni
bangreng di Kabupaten Sumedang, pembahasan yang dilakukan peneliti
dalam penelitian ini mengenai aktivitas ritual, prilaku masyarakat dan
aktivitas mengenai seni bangreng. Pendekatan yang diambil yaitu
pendekatan etnografi. Penelitian etnografi bermakna untuk membangun
suatu pengertian yang sistematik mengenai semua kebudayaan manusia
dari presfektif yang telah mempelajari kebudayaan. Studi kasus etografis
melibatkan penggunaan observasi yang lebih khusus, observasi partisipan
yang disertai dengan wawancara yang tidak berstruktur. Peneliti etnografi
terlibat secara mendalam yang lebih dikenal dengan partisipan observer
dengan tujuan untuk memahami situasi sosial tempat-tempat yang
dijadikan objek kajian itu berada. Observasi mengenai masyarakat menjadi
bagian terbesar dari pendekatan ini.
Secara keseluruhan kekuatan penelitian ini bertumpu pada paradigma
kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penekanan lebih pada paradigm
kualitatif ini disebabkan oleh beberapa asumsi antara lain:

Asumsi-asumsi peneliti kualitatif pada pertanyaan ontologis dimana realita


adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam
penelitian, sehingga biasanya muncul realita ganda. Dalam pernyataan
epistemologis hubungan yang biasa dilakukan dalam penelitian biasanya
terjadi dalam bentuk tinggal bersama sambil mengamati informan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam pertanyaan aksiologis, peneliti melaporkan
nilai yang terjadi di lapangan. Dalam pertanyaan retoris pun terjadi
pengembangan bahasa dari sumber data yang memiliki tata bahasa yang
berbeda dengan peneliti. Begitupun dalam pertanyaan metodologis pasti
akan terjadi proses penelitian.
Metode tersebut akan memaparkan data-data dilapangan sebagai
gambaran terjadinya dinamika perubahan seni bangreng secara tekstual
maupun kontekstual. Dalam usaha memahami dinamika perubahan seni
bangreng, maka dilakukan pengamatan langsung ke lokasi daerah-daerah
yang memiliki seni bangreng dan dinamika perubahan seni bangreng ini
dapat dilakukan melalui teori strukturalisme dan semiotik. Teori struktur
melihat gejala budaya sebagai sebuah struktur sementara teori semiotika
melihat kebudayaan sebagai sistem tanda (Sulasman dkk, 2013:96).
Adapun langkah yang dilakukan yaitu melalui pengamatan langsung
ke lapangan terhadap (1) asal mula tradisi seni bangreng; (2) bentuk dan
struktur pertunjukan seni bangreng; (3) dinamika perubahan seni bangreng
secara tekstual dan kontekstual dari masa ke masa; (4) kaitan perubahan
seni bangreng dan kehidupan masyarakat pendukung seni bangreng di
Situraja.
B. ISI
Hayam Ngupuk

Hayam ngupuk di buruan


Disamberan ku japati
Runtut rukun sauyunan
Urang teh kedah saati

Hayam ngupuk di buruan


Macokan buah hanggasa
Masing sapuk sahaluan
Ngabela nusa jeung bangsa

Hayam ngupuk sisi sumur


Macokan buah paria
Masing sapuk masing jujur
Supaya langgeng baraya

Hayam ngupuk sisi huma


Macokan akar markusa
Rukun hirup nu utama
Silih tulungan jeung bangsa

Pertama kita bahas terlebih dahulu mengenai judul lagu hayam ngupuk
Judul lagu ini memiliki makna ganda yaitu hayam ngupuk sebagai binatang
dan sebagai simbol pasangan yang akan berhubungan badan. Namun
dalam lagu ini tidak ada satu makna pun yang berkaitan. Hal ini mungkin
kesengajaan dari sang kreator dalam membuat lagu. Bisa juga sebuah
ktirikan sosial atau ironi yang ingin disampaikan oleh seorang kreator.
Sehingga akan memunculkan kekuatan interpretasi dalam memaknai lagu
tersebut, sehingga bisa membuat penasaran dan perlu didiskusikan lebih
lanjut. Hal ini akan melahirkan dari pengalaman mendengarkan sehingga
dengan sering mendengarkan maka maknanya akan tertangkap dengan
jelas. Sehingga akan menumbuhkan suasana emosional pendengar yang
akan berpikir keras memaknai dari lagu hayam ngupuk ini. Menjelajahi
ketidaksesuaian antara judul dan isi lagu dapat membawa wawasan
menarik tentang proses kreatif seniman dan cara lagu-lagu dapat
menghasilkan dampak yang lebih mendalam pada audiens.
Dari judul dapat dilihat dengan jelas ada makna yang berubah tentang
hayan ngupuk dengan isi dari lagu tersebut
Bait pertama menjelaskan bahwa hidup itu harus satu hati sehingga satu
tujuan dalam menjalankan kehidupan. Bait Kedua membicarakan bahwa
harus satu suara dalam membela negara. Bait ketiga menjelaskan harus
sepakat dan harus jujur supaya panjang persaudaraan. Bait ke empat
menceritakan bahwa hidup harus saling tolong menolong demi bangsa.
Dari ke empat bait diatas memiliki nilai semangat perjuangan, yang
menandakan bahwa lagu ini dibuat untuk memberikan pembelajaran pada
masa lalu berkaitan dengan kemerdekaan. Dimana masyarakat pada masa
itu belum merdeka. Makna-makna perjuangan disembunyikan dalam
sebuah lagu yang dibalut dengan makna yang jauh berbeda seperti hayam
ngupuk yang dimaknai tentang ayam yang sedang bercinta. Namun dibalik
lagu tersebut tersimpan makna-makna yang menumbuhkan jiwa
patriotisme.

Gambar 1. Menari Lagu Hayam Ngupuk


Dari segi lirik memang memberikan makna untuk menumbuhkan jiwa
patriotisme namun dalam gerak judul menginspirasi dalam gerakan tari,
seperti pada gerakan ayam yang sedang bercinta. Sehingga dari judul ini
menyembunyikan makna pada lirik. Sehingga untuk lebih dalam harus
dibahas sejarah tentang Bangreng baik dari segi sosial pada masa
sebelumnya. Dari penelitian ini banyak sekali masalah yang harus dibahas
lebih mendalam sehingga bisa mengetahui lebih jauh mengenai Bangreng
serta kaitannya dalam lagu.
Konotasi negatif ini bisa menjadi terbuka ketika mengetahui sejarah
perkembangan nya sehingga lagu-lagu Bangreng pada masa lalu
mengandung banyak makna pembelajaran nilai. Seperti yang terdapat
dalam lagu hayam Ngupuk pada Bangreng.

C. Penutup
Kesimpulan bahwa hayam ngupuk dari segi lirik memiliki makna yang
tinggi terutama berkaitan dengan kecintaan terhadap tanah air. Bahwa
makna yang terkandung dalam lagu hayam ngupuk memiliki ciri gerak yang
khas dan memiliki kebebasan bergerak dalam pertunjukan seni Bangreng
pada lagu hayam ngupuk. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengetahui makna-makna yang tersembunyi dari seni bangreng

Daftar Pustaka;

Ash-shiddiqi, F. B. (2021). Kesenian Bangreng Dalam Upacara Ngaruat


Bumi Di Desa Sukatani Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang
Jawa Barat (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).
Creswell, J. W. (2013). Pendekatan Kualiatif, Kuantitatif Dan Mixed
Yogyakarta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riset Edisi
3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dienaputra, R. D. (2012). Rekonstruksi Sejarah Seni Dalam Konstruk
Sejarah Visual. Panggung, 22(4).
Hadi, S., & Suparli, L. (2019). Estetika Tari Pada Jenis Kesenian Bangreng
di Sumedang. Jurnal Seni Makalangan, 6(1).
Murniasih, M. (2008). PERKEMBANGAN SENI BANGRENG DI
SUMEDANG TAHUN 1970-1990 (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Rustandi, Y., & Supriatna, R. A. (2021). Pengaruh Jaipongan terhadap Seni
Bangreng. Tamumatra: Jurnal Seni Pertunjukan, 4(1).
Sofian, M. (2019). BANGRENG AS A MEANS OF SPREADING
ISLAM. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 16(1), 19-32.
Sulasman, H., & Gumilar, S. (2013). Teori-teori Kebudayaan, dari teori
hingga aplikasi. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai