Anda di halaman 1dari 11

MINI RISET TARI PESISIR SIBOLGA

DOSEN PENGAMPU : Sitti Rahma S.pd.,M.p.Si.

OLEH :

KELOMPOK

1. Rivia Dwi Artika ( 2212230001 )


2. Nabilla Oktaviani Manurung ( 2211230005 )
3. Herniati Putri ( 2212530004 )
4. Susi Fridayanti Sitinjak ( 2213230004 )
5. Nurainun Pulungan ( 2212230003 )
6. Chandrika Lumban Gaol ( 2211230006 )
7. Jasendra Tarigan ( 2212530003 )
8. Ibnu Umar Wira ( 2212320001 )

JURUSAN SENDRATASIK

PRODI SENI PERTUNJUKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2023/2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab telah
memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu menyelesaikan tugas
“MINI RISET”. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kami yaitu “Teknik Tari
Pesisir Sibolga ”.

Tugas Mini Riset ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua khusunya dalam hal tari sibolga. Kami menyadari bahwa tugas Mini Riset ini masih jauh dari
kesempurnaan,Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, Kami mohon maaf
karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas,karena keterbatasan ilmu dan
pemahaman kami yang belum seberapa.Karena itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Kami berharap semoga tugas Mini Riset ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Kami khususnya,Atas perhatiannya Kami mengucapkan
terimakasih.

Medan, November 2023

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...
RINGKASAN……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………...
1.3 Manfaat………………………………………………………………………….
BAB II………………………………………………………………………………
2.1 Kajian Teori……………………………………………………………………...
2.2 Kerangka Pemikiran……………………………………………………………..
BAB III……………………………………………………………………………...
3.1 Metode Pelaksanaan……………………………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………….
4.1Kebudayaan Pesisir Sibolga…….. ……………………………………………..
BAB V PENUTUP………………………………………………………………..
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...
5.2 Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
RINGKASAN

Tari Saputangan adalah tari bungkus karena penari meemegang satu helai sapu tangan. Jumlah
penari dalam tari saputangan adalah sebanyak dua orang, yang masing-masing memegang satu helai sapu
tangan. Sapu tangan yang berbentuk empat segi, kedau ujungnya dipegang oleh kedua tangan yang diapit
atas kerja sama jari-jari tangan penari. Setelah kedua penari berdiri dengan sejajar, maka kedua tangan
telah memegang sapu tangan tadi diangkat sejajar atau setinggi dada. Gerakan tari dengan langkah tiga
dan diiringi dengan irama gendang menggunakan pukulan irama satu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Sumando di daerah Pesisir Tapanuli
Tengah dan Kota Sibolga, didapati beberapa tahapan dalam pelaksanaan tari-tarian tradisi Pesisir
Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga yang kami rangkum.Setiap perlehatan dalam pelaksanaan
pesta pernikahan dalam adat Pesisir selalu didasari oleh adat dan seni budaya, sejak dari kegiatan
pada malam hari (malam barinei) sudah ditampilkan bermacam tarian.Di jelaskan bahwa pada
saat pemberangkatan pengantin pria (marapulei) ke rumah pengantin wanita (anak daro) selalu
diiringi oleh kaum kerabat handai dan tolan. Dalam prosesi ini barisan yang paling depan adalah
para ibu dan anak gadis, di barisan berikutnya adalah beberapa orang yang yang salah satunya
adalah menjunjung Bungo Lomau (sunting) yang diiringi oleh pengantin pria yang berjalan di
bawah payung kuning.
Sementara yang barisan berikutnya diiringi oleh sekelompok pemusik tradisi yang biasa
disebut anak alek (pasikambang) dan kelompok Galombang duo baleh dengan seragam warna
kuning, yang berada di barisan paling belakang adalah kaum bapak.
Selama dalam perjalanan menuju ke rumah pengantin wanita, suara musik seperti biola ditambah
suara okardion dan suara gendang tiada henti-hentinya mengiringi vokal dengan pantun
sahutmenyahut.Menjelang sampai ke rumah pengantin wanita, prosesi berhenti sejenak untuk
menerima sambutan dari pihak pengantin wanita (anak daro). Pihak pengantin wanita
menyambut secara adat pula orang yang mewakili memberikan sambutan dengan berpantun dan
gurindam.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui sejarah tari sibolga

1.3 Manfaat
Bagi Penulis

1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Seni Tari dan Seni Pertunjukan.
2. Melatih Kemampuan Penulis Dalam Mengobservasi Sejarah Seni Tari dan Seni
Pertunjukan

B. Bagi Pembaca
3. Untuk Menambah Pengetahuan Dan Wawasan Mengenai Sejarah Seni Tari dan Seni
Pertunjukan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
BAB II

2.1 Kajian Teori


Menurut pendapat para pelaku budaya di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, dua belas
jumlah pemain mempunyai makna dua belas bulan dalam satu tahun, sehingga seni ini dinamakan
Galombang Duo baleh.
Pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Sumando di daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan
Kota Sibolga, didapati beberapa tahapan dalam pelaksanaan tari-tarian tradisi Pesisir Tapanuli Tengah
dan Kota Sibolga yang kami rangkum.

Setiap perlehatan dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Pesisir selalu didasari oleh
adat dan seni budaya, sejak dari kegiatan pada malam hari (malam barinei) sudah ditampilkan
bermacam tarian
Di jelaskan bahwa pada saat pemberangkatan pengantin pria (marapulei) ke rumah pengantin wanita
(anak daro) selalu diiringi oleh kaum kerabat handai dan tolan. Dalam prosesi ini barisan yang paling
depan adalah para ibu dan anak gadis, di barisan berikutnya adalah beberapa orang yang yang salah
satunya adalah menjunjung Bungo Lomau (sunting) yang diiringi oleh pengantin pria yang berjalan di
bawah payung kuning. Sementara yang barisan berikutnya diiringi oleh sekelompok pemusik tradisi yang
biasa disebut anak alek (pasikambang) dan kelompok Galombang duo baleh dengan seragam warna
kuning, yang berada di barisan paling belakang adalah kaum bapak.
Selama dalam perjalanan menuju ke rumah pengantin wanita, suara musik seperti biola ditambah
suara okardion dan suara gendang tiada henti-hentinya mengiringi vokal dengan pantun
sahutmenyahut.
Menjelang sampai ke rumah pengantin wanita, prosesi berhenti sejenak untuk menerima sambutan
dari pihak pengantin wanita (anak daro). Pihak pengantin wanita menyambut secara adat pula orang
yang mewakili memberikan sambutan dengan berpantun dan gurindam.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Adapun metode yang kami gunakan dalam penyusunan laporan observasi ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Kami mengumpulkan data yaitu dengan cara mencari informasi dari internet.dan
merangkumnya.

BAB IV
PEMBAHASAN

KEBUDAYAAN SIBOLGA

Kota Sibolga merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota ini
terletak di pantai barat Sumatra, membujur di sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada
pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar 350 km dari Kota Medan. Batas-
batas kota pelabuhan Sibolga adalah di wilayah timur, selatan, utara berbatasan dengan
Kabupaten Tapanuli Tengah dan barat dengan Samudra Hindia. Letak wilayah yang strategis
menjadikan Kota Sibolga sangat cepat berkembang terutama sebagai tempat persinggahan para
pelaut yang berasal dari Samudra Hindia. Pulau-pulau yang terhampar di depan pelabuhan
Sibolga menjadi penyangga ombak dan gelombang dari lautan lepas Samudera Hindia sehingga
membuat pelabuhan Sibolga lebih aman dan terlepas dari gangguan ombak yang tinggi. Berbagai
aktivitas, khususnya aktivitas ekspor-impor pun menjadi tidak terhalang.
Pada masa kini, kehidupan masyarakat pantai barat Sumatera Utara mengalami
perkembangan yang cukup mencolok. Banyaknya perubahan yang terjadi dalam masyarakat
pelabuhan, misalnya adat istiadat, ekonomi, tradisi budaya, dan sebagainya. Sebelumnya, adat
istiadat masih dijunjung tinggi secara kuat di dalam masyarakat yang multi etnis. Namun dewasa
ini banyaknya perubahan yang terjadi, misalnya, dalam hal penggunaan bahasa masing-masing
suku bangsa yang terdapat di Sibolga. Pada zaman dulu, masyarakatnya sangat senang
menggunakan Bahasa Batak dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahkan para pendatang yang
berasal dari laur Sibolga harus belajar bahasa Batak terlebih dahulu agar bisa berkomunikasi
dengan masyarakat Sibolga. Perubahan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh perubahan
sosial yang tidak bisa dibendung masuk ke dalam masyarakat. Dalam hal ini faktor yang
menyebabkanya antara lain adalah faktor globalisasi dan faktor lingkungan anak muda atau
generasi muda. Penggunaan bahasa Indonesia misalnya menjadi pemicu semakin lemahnya
minat terhadap bahasa daerah. Mereka sering menggunakan bahasa gaul anak muda yang bersifat
praktis dan sedang trendi. Perubahan lainnya yang tidak dapat dikesampingkan adalah
pertumbuhan dunia pemerintahan. Sebelumnya Sibolga menjadi ibukota keresidenan Tapanuli,
ibu kota kabupaten Tapanuli Tengah, dan akhirnya menjadi pemerintahan kota yang dipimpin
oleh Walikota.
Dalam hal kebudayaan masyarakat Melayu Pesisir di Kota Sibolga mengalami perubahan
yang tidak begitu mencolok. Pada zaman dulu, Opung (Kakek) beserta anak cucunya mengikuti
dan menjalankan adat istiadat dan tradisi lainnya dalam masyarakat. Mereka menjalankan
kebudayaan sesuai dengan bentuk yang telah dilaksanakan oleh lingkungan masyarakat. Namun
pada masa kini, masyarakat tidak terlalyu peduli dengan tradisi dan adat istiadat, kecuali pada
upacara adat yang sangat penting. Sebagian kecil dari masyarakat memang masih menjalankan
adat istiadat, terutama tentang cara berinteraksi di dalam penghulu adat. Sebagian di antara
mereka masih faham akan pentingnya budayanya sendiri. Masyarakat yang masih peduli dengan
adat dan tradisi tetsp mengingatkan pada anaknya agar budayanya jangan hilang dimakan zaman.
Orangtua memegamng peranan penting dalam proses perlestarian kebudayaan. Mereka
mewariskan tradisi dan adat isrtiadat kepada keturunannya (martorombo).
Pada awal abad ke-20, masyarakat yang menghuni kota Sibolga hanyalah beberapa suku
bangsa, terutama suku bangsa Batak, Minangkabau, dan Nias. Akan tetapi pada perputaran
waktu berikutnya, terdapat beberapa suku bangsa yang lain, diantaranya suku bangsa Melayu,
Jawa, Aceh, India, Cina, Tapanuli Selatan, Pak-Pak dan Dairi, Karo, dan sebagainya. Hal inilah
yang mendasari banyaknya perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Sebagian dari penduduk
Sibolga kawin denagn orang berbeda suku bangsa. Akibatnya terjadi pula percampuran budaya
di Sibolga. Percampuran inilah yang menyebabkan ragam bahasa serta budaya pun bercampur.
Tata bahasa pesisir pun mengalami perubahan, misalnya bahasa bekko.1
Kehidupan anak muda di kota Sibolga juga terjadi perubahan. Pada masa lalu anak muda
memegang teguh adat dan tradisi. Mereka sangat disiplin dengan adat, patuh terhadap norma-
norma agama dan adat istiadat yang berlaku. Mereka juga patuh kepada orangtuanya dan sama
sekali tidak dilanggar adat. Berbeda halnya dengan zaman sekarang, perubahannya terjadi
dengan banyaknya pemuda yang tidak patuh pada orangtuanya. Norma adat dianggap sepele dan
tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Tradisi masa lampau yang dianggap keras
ditinggalkkan untuk menapak masa depan yang lebih cerah. Kedisplinan pada zaman dulu
dijunjung tinggi untuk menggapai suatu cita cita, namun dewasa ini tidak adanya norma dan adat
yang diajari oleh orangtuanya.
Perkembangan perekonomian kota pelabuhan Sibolga berkembang dengan pesat, karena barang-
barang komoditi banyak tersedia di kota itu. Sistem lalu lintas pada masa lampau hanyalah lewat
perairan laut. Begitu juga halnya dengan tempat akomodasi yang belum begitu banyak. Namun
1
pada masa kini karena perkembangan penduduk, perekonomian masyarakat kota Sibolga
berputar sangat cepat. Perkembangan ekonomi yang pesat itu disebabkan oleh semakin
banyaknya lowongan pekerjaan yang ada di kota tersebut, baik di perbankan, rumah sakit,
perhotelan, bahkan kepariwisataannya pun berkembang dengan pesat. Para investor pun banyak
yang tertarik untuk menanamkan modalnya dikota tersebut. Mereka melihat perkembangan
kotanya yang semakin dinamis, memungkinkan untuk menarik banyaknya pelanggan serta
mendapatkan keuntungan yang banyak.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Tari Saputangan adalah tari bungkus karena penari meemegang satu helai sapu tangan. Jumlah penari
dalam tari saputangan adalah sebanyak dua orang, yang masing-masing memegang satu helai sapu
tangan. Sapu tangan yang berbentuk empat segi, kedau ujungnya dipegang oleh kedua tangan yang diapit
atas kerja sama jari-jari tangan penari.

1.2 SARAN
Sebaiknya pemerintah lebih memerhatikan lagi kebudayaan yang ada di daerah Pesisir
Sibolga.Karena Kebudaayan yang sudah ada sepantasnya dilestarikan dan diperkenalkan
kepada seluruh masyarakat yang ada didalam negeri maupun luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA

Tarmizi. Visit Sibolga, Wonderful Indonesia, Sibolga Negeri Berbilang Kaum Perekat Umat Beragama”.
Sibolga: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Oleahraga Kota Sibolga., hal. 48

Anda mungkin juga menyukai