Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGERTIAN UPACARA KOMANTAN KORONG DAN TARI


LANDHUNG
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Multikultural

Dosen Pengampu

Dra. Yayuk Mardiati, M.A.

Disusun Oleh :

1. Isna Avrilia Ainun Mahya (180210204002)


2. Tri Cahyo Amarta Putra (180210204012)
3. Ayu Luthfiyah Rangkuti (180210204026)
4. Helmi Nur Fadli (180210204034)
5. Shofiatud Darojah Ardiarini (180210204040)
6. Andrean Pratama (180210204057)
7. Wahyu Firmansyah (180210204096)
8. Agil Prasetyo (180210204098)

KELAS A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat allah swt telah terselesaikannya makalah tepat
waktu. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap dengan terselesaikannya
makalah ini, pembaca dapat memahami keanekaragaman budaya dan adat istiadat
yang ada di Indonesia

Penyusunan makalah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap


adnya kritik dan saran dari pembaca supaya bisa lebih baik lagi. Demikian yang dapat
disampaikan ada penyampaian kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf.

Situbondo, 5 Oktober 2020

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman budaya dan istiadat yang ada di Indonesia memiliki ciri


khas dan cara masing-masing dalam mengelola dan melestarikannya. Sebagai
masyarakat Indonesia, perlu untuk menyadari mengenai keanekaragaman
tersebut. Itulah yang menarik minat kelompok kami untuk mempelajari salah satu
adat istiadat dari daerah kabupaten situbondo provinsi jawa timur. Yaitu upacara
komantan Korong dan tari landing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa makna mempelajari upacara adat komantan Korong dan tari landhung?
2. Siapa yang ikut berperan untuk melestarikan dan menjaga adat istiadat di
Indonesia?
3. Bagaimana melestarikan dan menjaga kebudayaan dan adat istiadat upacara
komantan Korong dan tari landing?
1.3 Tujuan
1. Supaya masyarakat lebih mengenal tentang budaya dan adat istiadat upacara
komantan Korong dan tari landhung
2. Supaya generasi muda bangsa Indonesia memahami dan mengerti
keanekaragaman budaya Indonesia
3. Melestarikan kebudayaan dengan cara diajarkan melalui sekolah formal dan
sanggar seni budaya serta dipentaskan dalam acara acara tertentu atau hari
besar
BAB II ISI

2.1 Pengertian Komantan Korong

Upacara adat Komantan Korong merupakan upacara temu pengantin khas


masyarakat Kabupaten Situbondo. Dalam upacara ini, sebelum pengantin
dipertemukan diawali dengan mamaca, yakni pembacaan doa-doa oleh seorang
pemuka adat dengan membakar kemenyan. Maksud dan tujuan mamaca adalah agar
dalam pelaksanaan upacara tidak terjadi hambatan, dan akan mendapatkan
perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah mantra dibaca, pemuka adat
membakar kemenyan pada dua buah pilar terop, dan menaburkan beras kuning pada
pihak keluarga perempuan, dengan tujuan agar pelaksanaan upacara pernikahan
memperoleh perlindungan dari Allah SWT. Keesokan harinya dilangsungkan acara
temu pengantin dengan diiringi musik ketepongan. Dalam upacara Komantan Korong
ini terdapat acara Sambit Nyaut, yaitu kedua wakil dari masing-masing mempelai
berbicara bersahut-sahutan, diselingi dengan pantun. Pertunjukan lainnya adalah
pertunjukan pencak silat, yang mengandung makna keperkasaan suami untuk
melindungi istri. Acara cucimuka, dilakukan oleh mempelai perempuan kepada
mempelai laki-laki, dan acara menginjak telur mengandung maksud bahwa segala
permasalahan akan dapat diatasi oleh kedua mempelai. Acara sungkeman dilakukan
kedua mempelai kepada orang tua dan tokoh setempat dengan maksud memohon doa
restu agar rumah tangga yang akan dibina dapat lestari hingga akhir hayat. Acara
hiburan terdiri atas kuda kencak dan kentrung.
Ada ritual menarik yang menjadi adat di Desa Asembagus, Situbondo,
Jawa Timur, untuk menjaga keluarga sakinah agar pasangannya tidak berselingkuh.
Mereka menggelar ritual pawai "Komantan Korong" atau pengantin kurung dalam
sebuah acara pernikahan. Dinamakan demikian karena dalam ritual itu pengantin laki-
laki akan dimasukkan ke dalam kurungan. Pengantin laki-laki yang ada di dalam
kurungan itu lalu diarak mengelilingi sejumlah desa yang tersebar di sekitar
Asembagus. Kegiatan ritual Komantan Korong dan ritual Muang Sial ini sudah ada
pada tahun 1800-an, saat dua orang pangeran Sumenep turun ke Asembagus. Ritual
Komantan Korong ini dilakukan sebagai simbol agar kehidupan keluarga mereka
bahagia serta menjadi keluarga sakinah. Pengantin laki-laki yang dimasukan ke dalam
kurungan didoakan tak berselingkuh dengan perempuan lain. Usai melakukan ritual
Komantan Korong, sejumlah warga juga melakukan ritual tolak bala atau menolak
sial untuk mengantisipasi terjadinya musibah. Ritual dilakukan dengan tarian "Muang
Sankal" yang artinya membuang sial atau tarian tolak balak. Ritual sakral ini
dilengkapi dengan sesajen dipimpin tokoh adat setempat. "Kegiatan ritual Komantan
Korong dan ritual Muang Sial ini sudah ada pada tahun 1800-an, saat dua orang
pangeran Sumenep turun ke Asembagus. Namun, tradisi ini sempat terjadi pasang
surut dalam beberapa tahun terakhir ini, sedangkan tradisi ini kembali dihidupkan
karena budaya lokal di Asembagus ini perlu melestarikan budaya bersejarah ini

Banyak Pemain Arak – arakan antara lain sebagai berikut,

a 4 pria yang memegang dan mengangkat kurungan


b 6 perempuan pembawa seserahan yang masih perawan dilengkapi dengan
sesajen, ini diharapkan agar segera mendapatkan jodoh
c Keluarga Pengantin

Ritual Komantan Korong ini dilakukan sebagai simbol agar kehidupan


keluarga mereka bahagia serta menjadi keluarga sakinah. Pengantin laki-laki yang
dimasukan ke dalam kurungan didoakan tak berselingkuh dengan perempuan lain.
Kepercayaan masyarakat Situbundo khususnya Desa Asembagus ada baiknya untuk
dijadikan sebuah pembelajaran, sehingga diyakini ketika seorang laki-laki yang telah
menikah dan ketika sudah diarak keliling desa mengingatkan kepada perempuan yang
ada di desa tersebut kalau laki-laki yang diarak tersebut telah menikah. Sehingga,
bagi perempuan yang ada di desa tersebut tidak coba-coba untuk main hati dengan
laki-laki yang telah dikurung dan diarak keliling desa
Tarian Muang Sangkal

a Makna Gerakan

Tari Muang Sangkal memiliki gerakan-gerakan yang pada awalnya agak


keras dengan diringi oleh alunan gamelan Gending Sampak yang selanjutnya
dilanjutkan oleh Gending Oramba’ – Orambe’. Hal ini mengisyaratkan para putri
keraton menuju ke Taman Sore. Gerakannya pun berangsur halus sebagai isyarat para
putri sedang berjalan ke Mandiyoso yang merupakan koridor Keraton Dalem menuju
Pendopo Agung Keraton Sumenep.

b Jumlah dan Kostum Penari

Keunikan tersendiri pada tarian asli Madura ini bisa juga dilihat dari
jumlah penari yang ganjil dengan memakai kostum pengantin Legha khas Sumenep
berwarna merah dan kuning. Warna kostum pun tidak terlepas dari pemaknaan
tersendiri yakni ”kapodhang nyocco’ sare” yang maksudnya ”Rato prapa’na bunga”
(raja sedang bahagia). Sedangkan untuk paduan warna kostum merah dan hijau atau
kuning dan hijau mengandung folosofi ”kapodang nyocco’ daun” yang maksudnya
”Rato prapa’na bendhu” (Raja sedang marah). Selain itu para penari Moang Sangkal
tidak diperkenankan jika dalam keadaan sedang datang bulan.

2.2 Makna Filosofis “Lajhar Pandhelungan”

Tari Lajher Pandhelungan memiliki makna sebagai berikut, Lajhar secara


harfiah artinya layar perahu berupa tingkat dan kain layar. Secara filosofis Lajhar
artinya tumpuan/penggerak arah tujuan/harapan masyarakat Situbondo. Sedangkan
Pandhelungan secara harfiah artinya kesatuan masyarakat dari berbagai macam corak
budaya. Sehingga Lajhar Pandhelungan artinya satu kesatuan harapan masyarakat
Situbondo dengan berlandaskan pada keberagaman budaya, semangat kebersamaaan,
kesetaraan, keadilan dan keridhoan Allah SWT. Atau secara mudah dapat diartikan
sebagai penggambaran bahwa kehidupan masyarakat di Situbondo sebagian besar
mata pencahariannya dari laut (menangkap ikan).

Kabupaten Situbondo memiliki corak budaya hasil asimilasi dari


kebudayaan Jawa (Mataram) dan Kebudayaan Madura. Asimilasi inilah yang
melahirkan corak budaya baru dan disebut dengan Pandhelungan. Tarian ini juga
biasa disebut dengan Tari Landhung, “landhung” artinya panjang. Maksudnya adalah
menggambarkan garis pantai terpanjang yang membentang dari ujung barat hingga
timur di jalur pantura dengan panjang 115 km. Tari Lajhar Pandhelungan memadukan
unsur gerakan silat, rodhad (saman), pojhien, dsb. Diiringi dengan musik lokal seperti
karawitan, seni Hadrah (rebana) dan musik patrol. Tari ini diresmikan pada tahun
2019 oleh bupati Situbondo H. Dadang Wigiarto, S. H.,

Pakaian Penari Landhung

 Keistimewaan tari landhung dengan tarian lain adalah memiliki ragam gerak
yang mana membentuk kedua tangan membentuk layar perahu.
 Para penari Landhung memakai aksesoris kepala yang disebut “parkok”
singkatan dari parao melkok yang menjadi simbol dari perahu.
 Penari landhung juga menggunakan aksesoris jaring yang menggambarkan
alktifitas mata pencaharian masyarakat Situbondo yang mayoritas sebagai
nelayan
 Jumlah penari tidak dipatenkan, bisa ditarikan oleh satu orang sampai dengan
ratusan orang (untuk pertunjukan)
 Penggunaan gelang kaki pada penari Landhung adalah filosofi dari pakaian
adat suku Madura
 Sedangkan kain bludru meraah dipilih sebagai filosofis dari pakaian adat
wanita Jawa
 Selain kaya dari segi pesisir, Situbondo juga kaya akan kekayaan alam hasil
perkebunan seperti perkebunan tebu, tembakau dan hutan lindung baluran.
Hal ini disimbolkan dengan kain berwarna hijau yang digunakan penari.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Upacara Komantan Korong dan Tari Landhung menjadi salah satu


warisan adat dan budaya dari daerah Situbondo menarik untuk dipelajari, dilestarikan,
dan dijaga dengan memaknai nilai nilai luhur yang ada didalam kebudayaan tersebut.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu


disempurnakan supaya lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai