Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“PENGANTIN SOLO BASAHAN”

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Rias Pengantin II

Disusun oleh :

Yoshovia Bunga (19306275)

PRODI TATA RIAS


AKADEMI KESEJAHTERAAN SOSIAL “AKK” YOGYAKARTA
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengantin solo Basahan" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Rias Pengantin II. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang tata rias bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Herina Yuwati, M.pd selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Rias Pengantin II. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 30 Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi masyarakat Jawa, pelaksanaan hajat pernikahan disebut mantu yang berarti
mengantu-antu atau saat yang ditunggu-tunggu. Pengantin atau Tidur penganten berasal
dari kata pinanganten. Pinaganten berasal dari dai dua suku kata yaitu pinang dan ganten.
Pinang dan ganten merupakan pepatah Jawa yang artinga sama dengan "asam di gunung-
garam di laut, akhirnya bertemu di belana". Pinang atau jambe adalah sebuah pohon yang
tinggi. Ganten terdiri atas sirih atau kapur sirih. Sirih merupakan tanaman yang merambat
ke tanah, di tempat yang rendah. Akhirnya pinang dan ganten ini bertemu di suatu
pengunyahan sebagai ganten atau makan sirih.
Busana pernikahan adat Solo atau Surakarta terdiri atas corak atau gaya, yaitu Solo
puteri dan Solo basahan. Kedua busana adat ini berasal dari keratin Kasunanan Solo yang
menjadi salah satu sumber dari pusat kebudayaan Jawa. Pada awalnya, jenis busana ini
merupakan busana yang dikenakan bangsawan atau raja. Busana pengan Solo basahan
yang dikenakan saat putra-putri raja menikah di Keraton sedangkan busana Solo puteri yang
dikenakan bangsawan saat melaksanakan berbagai upacara di Keraton. Menilik bahan
pembuat busana yang mahal harganya, diantaranya kain beludru dengan border benang gim
dan kain dodotan ber-prada emas yang mewah,rakyat paling tidak mampu menjangkaunya.
Pada awalnya hanya untuk para keluarga poni awan yang diperbolehkan memakai
busana pengantin ini, terutama tata rias pengantin Solo basahan. Namun saat ini
masyarakat umum sudah dapat ikut mengenakannya. Meskipun demikian tetap ada
beberapa bagian busana dan adat yang tidak boleh disamakan dengan mas yarakat umum
dan kalangan bangsawan. Salah satunya untuk busana tata rias Solo basahan bagi putra-
putri berwarna biru sedangkan untuk umum berwama hijau.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tata upacara pernikahan adat Solo?
2. Bagaimana tata rias pengantin adat Solo Basahan?
3. Bagaimana busana pengantin Solo Basahan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mwngwtahui tata upacara pernikahan ada Solo
2. Untuk mengetahui tata rias adat Solo Basahan
3. Untuk mengetahui busana adat Solo Basahan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tata Upacara Pernikahan Menurut Adat Istiadat jawa gaya Surakarta
Tata Upacara Menurut Adat Istiadat Jawa gaya Surakarta Upacara dan adat istiadat
penikahan Solo (Surakarta) memiliki ciri khas yang harus dipelajari dengan cermat oleh
penata rias pengantin. Selain itu keterampilan pernikahan adalah warisan nenek moyang
yang adiluhung yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai kekayaan bangsa dan
negara yang tak bernilai harganya.
Adat istiadat gaya Surakarta secara lengkap biasanya dimulai dari acara Lamaran dan
pernikahan pada tanggal pernikahan, aneka upacara pra permikahan (mulai pasang tarub,
siraman, dodol dawet, meratus rambut, ngerik, hingga malam midodareni), hingga upacara
pernikahannya sendiri. Sangat, seiring dengan kehidupan yang semakin praktis dan modern
ini banyak adat istiadat yang dihilangkan. Padahal setiap bagiannya memiliki arti yang
mendalam sebagai tuntunan dan pedoman bagi kehidupan.
Meskipun sama-sama menjadi bagian dari budaya Jawa, Tata rias pengantin Solo
berbeda dari tata rias pengantin Yogyakarta. Demikian pula dengan adat istiadat,corak kain,
hingga irama gending (tabuhan atau musik) yang diperdengarkan pada saat upacara
pemikahan juga berbeda. Rias pengantin Yogya, bentuk penung gul dan penitis meruncing,
godheg-nya membantuk mangot (menyerupai pangot atau pisau dapur), tanpa tiba dada,
serta memakai aksesoris yang berbeda dengan pengantin Solo.

2.2. Tata Rias Wajah


2.2.1 Tata rias pengantin gaya Solo
Dalam tata rias wajah pengantin gaya solo, wajah hasus memberi kesan bersih, halus, dan
kekuning – kuningan. Tata rias meniru putri – putri raja yang memiliki kulit yang halus
mulus, bersih dan kuning berkat tekanan dan kerajinan merawat kecantikan.

2.2.2 Cara merias wajah


Merias wajah pengantin harus secara teliti dan hati – hati agar tercapai hasil yang
memuaskan. Wajah pengantin harus tampak cantik menarik dan bersinar. Beberapa tahap
dalam merias wajah pengantin Solo Basahan adalah sebagai berikut ini.
1. Membersihkan wajah dilanjut dengan memberikan tonic dan mengaplikasikan
moisturizer pada muka dan leher.
2. Aplikasikan foundation dengan rata pada wajah higga leher.dan alas bedak berwarna
kuning.
3. Lalu bedakilah muka menggunakan face powder
4. Membuat alis dengan pensil alis coklat membentuk alis menjangan ranggah.
5. Pada tata rias mata diberi eye shadow berwarna coklat pada kelopak bawah lalu
dibaurkan warna hijau diatasnya dengan samar – samar.
6. Garis mata ditebalkan dengan celak/pensil alis hitam
7. Gunakan maskara untuk mempertebal bulu mata
8. Gunakan blush on
9. Gunakan lipstick berwarna merah sirih

2.2.3 Merias Paes


Merias dahi pada wajah pengantin adalah sesuatu yang sangat khusus dalam tata rias wajah
pengantin karena disinilah perbedaan dengan tata rias wajah biasa. Merias dahi disebut juga
sebagai membuat paes. Paes pada Solo Basahan menggunakan warna hijau, dengan bentuk
gajahan, pengapit, penitis, dan godeg.

2.3. Tata busana Pengantin Putri


Dodotan adalah kain beserta perlengkapannya yang dikenakan pada pengantin Solo
Basahan. Adapun dodotan ini terdiri dari kain kampuh dodot warna hijau yang dipadu
prada warna emas bermotif alas-alasan beserta motif blumbangan, kemudian ada Stagen,
Udet Cinde sepanjang 2,5 meter motif cakar sebagai ikat pinggang, januran dan Buntal Udan
emas.

Motif batik alas-alasan pada kampuh dodot ini memiliki ukuran panjang sekitar 4,5 meter,
memiliki makna hayati yakni menyatunya jiwa raga dengan alam, selain itu juga bermakna
kemakmuran serta kewibawaan. Secara lebih rinci, motif alas-alasan ini terbentuk dari
berbagai ragam hias stilasi flora fauna seperti garuda, kura-kura, ular, burung, gunung, gajah
dan lain sebagainya yang menggambarkan keselarasan alam.

Dalam memakai kampuh dodot ini, ada bagian-bagian tertentu yang memang memiliki
makna tersendiri, misalnya bentuk kunco di sisi samping memiliki makna kejujuran,
keterbukaan atau tidak menyembunyikan sesuatu. Sedangkan bentuk Songgo
Pocong/Bocong yang terletak di bagian pinggang belakang pengantin wanita memiliki
makna agar keluarga selalu berhati-hati dalam mengelola rejeki atau mampu berhemat.

Motif blumbangan (*blumbang adalah tempat/sumber air) pada kampuh dodot bermakna
sumber kehidupan, Januran berasal dari kata janur (Sejane Nur) yang bermakna
petunjuk/cahaya Tuhan, dan udet cinde motif cakar bermakna kemandirian dalam mencari
rejeki.

Sedangkan buntal Udan Emas adalah roncean berbagai daun dan bunga, terdiri dari daun
krokot bermakna kuat dalam hati, pupus pisang bermakna cinta sejati, daun beringin
bermakna pengayom/pelindung, daun bayem atau bayam bermakna ayem/damai, daun
pandan berarti sepadan, bunga ningkir (wening ing pikir) bermakna bening di pikiran, dan
bunga kantil yang bermakna kesetiaan (tansah kumanthil).
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Tata upacara pengantin gaya Solo terdiri dari upacara terdiri dari siraman, ngerik,
midodareni, pasang tarub. Pelaksanaan upacara pernikahan terdiri dari ijab Kabul, panggih
(balangan suruh, ngidak tigan, sindep singur), nimbang, kacar – kucur, dhahar klimah,
sungkem pada orang tua, kirab dan ngunduh mantu.

3.2 Saran
Sebagai masyarakat Jawa kita harus mempertahankan tradisi pernikahan adat Solo
atau Surakarta dengan cara melaksanakan suluruh rangkaian upacara secara lengkap,
karena disetiap tata upacara memiliki makna yang sangat penting untuk masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

https://tumpi.id/busana-dan-rias-pengantin-solo-basahan/
https://www.weddingku.com/blog/busana-pengantin-solo-basahan

Anda mungkin juga menyukai