Disusun oleh :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengantin solo Basahan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Rias Pengantin II. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang tata rias bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Herina Yuwati, M.pd selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Rias Pengantin II. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mwngwtahui tata upacara pernikahan ada Solo
2. Untuk mengetahui tata rias adat Solo Basahan
3. Untuk mengetahui busana adat Solo Basahan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tata Upacara Pernikahan Menurut Adat Istiadat jawa gaya Surakarta
Tata Upacara Menurut Adat Istiadat Jawa gaya Surakarta Upacara dan adat istiadat
penikahan Solo (Surakarta) memiliki ciri khas yang harus dipelajari dengan cermat oleh
penata rias pengantin. Selain itu keterampilan pernikahan adalah warisan nenek moyang
yang adiluhung yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai kekayaan bangsa dan
negara yang tak bernilai harganya.
Adat istiadat gaya Surakarta secara lengkap biasanya dimulai dari acara Lamaran dan
pernikahan pada tanggal pernikahan, aneka upacara pra permikahan (mulai pasang tarub,
siraman, dodol dawet, meratus rambut, ngerik, hingga malam midodareni), hingga upacara
pernikahannya sendiri. Sangat, seiring dengan kehidupan yang semakin praktis dan modern
ini banyak adat istiadat yang dihilangkan. Padahal setiap bagiannya memiliki arti yang
mendalam sebagai tuntunan dan pedoman bagi kehidupan.
Meskipun sama-sama menjadi bagian dari budaya Jawa, Tata rias pengantin Solo
berbeda dari tata rias pengantin Yogyakarta. Demikian pula dengan adat istiadat,corak kain,
hingga irama gending (tabuhan atau musik) yang diperdengarkan pada saat upacara
pemikahan juga berbeda. Rias pengantin Yogya, bentuk penung gul dan penitis meruncing,
godheg-nya membantuk mangot (menyerupai pangot atau pisau dapur), tanpa tiba dada,
serta memakai aksesoris yang berbeda dengan pengantin Solo.
Motif batik alas-alasan pada kampuh dodot ini memiliki ukuran panjang sekitar 4,5 meter,
memiliki makna hayati yakni menyatunya jiwa raga dengan alam, selain itu juga bermakna
kemakmuran serta kewibawaan. Secara lebih rinci, motif alas-alasan ini terbentuk dari
berbagai ragam hias stilasi flora fauna seperti garuda, kura-kura, ular, burung, gunung, gajah
dan lain sebagainya yang menggambarkan keselarasan alam.
Dalam memakai kampuh dodot ini, ada bagian-bagian tertentu yang memang memiliki
makna tersendiri, misalnya bentuk kunco di sisi samping memiliki makna kejujuran,
keterbukaan atau tidak menyembunyikan sesuatu. Sedangkan bentuk Songgo
Pocong/Bocong yang terletak di bagian pinggang belakang pengantin wanita memiliki
makna agar keluarga selalu berhati-hati dalam mengelola rejeki atau mampu berhemat.
Motif blumbangan (*blumbang adalah tempat/sumber air) pada kampuh dodot bermakna
sumber kehidupan, Januran berasal dari kata janur (Sejane Nur) yang bermakna
petunjuk/cahaya Tuhan, dan udet cinde motif cakar bermakna kemandirian dalam mencari
rejeki.
Sedangkan buntal Udan Emas adalah roncean berbagai daun dan bunga, terdiri dari daun
krokot bermakna kuat dalam hati, pupus pisang bermakna cinta sejati, daun beringin
bermakna pengayom/pelindung, daun bayem atau bayam bermakna ayem/damai, daun
pandan berarti sepadan, bunga ningkir (wening ing pikir) bermakna bening di pikiran, dan
bunga kantil yang bermakna kesetiaan (tansah kumanthil).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tata upacara pengantin gaya Solo terdiri dari upacara terdiri dari siraman, ngerik,
midodareni, pasang tarub. Pelaksanaan upacara pernikahan terdiri dari ijab Kabul, panggih
(balangan suruh, ngidak tigan, sindep singur), nimbang, kacar – kucur, dhahar klimah,
sungkem pada orang tua, kirab dan ngunduh mantu.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat Jawa kita harus mempertahankan tradisi pernikahan adat Solo
atau Surakarta dengan cara melaksanakan suluruh rangkaian upacara secara lengkap,
karena disetiap tata upacara memiliki makna yang sangat penting untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
https://tumpi.id/busana-dan-rias-pengantin-solo-basahan/
https://www.weddingku.com/blog/busana-pengantin-solo-basahan