Anda di halaman 1dari 23

1

1,2,3=Kraton Yogyakarta battle/10/11/12


10,11,12
4,5,6=Mitoni,28,29,30,31,32/13,14,15
7,8,9=Tedhak Siten13,14,15/1,2,3
10,11,12=Ambal Warsa 1,2,3/7,8,9
13,14,15=Prosesi Manten…Beda Yk vs
Solo7,8,9/22,23,24
16,17,18=Sripah22,23,24/25,26,27
19,20,21=Kethoprak 25,26,27/16,17,18
22,23,24=Srandhul16,17,18/19,20,21
25,26,27=Rasulan19,20,21/4,5,6
28,29,30,31,32=Kalatidha Ranggawarsita,4,5,6
2

BEDANIPUN
UPACARA MANTU ADAT JOGJA DAN SOLO

Perbedaan pernikahan adat Solo dan Jogjakarta. Dalam pernikahan adat Solo, terdapat upacara potong rambut dan Dodol
Dawet, sementara dalam pernikahan adat Yogyakarta tidak terdapat upacara potong rambut maupun Dodol Dawet, setelah
siraman langsung disambung dengan Dulangan.Perbedaan juga terletak pada saat malam Midodareni. Terdapat upacara jual
beli kembang mayang dalam adat Solo, sedangkan dalam adat Yogyakarta, kembar mayang sudah siap di pedaringan mulai
sore sebelum pelaksanaan Malam Midodareni.
Beberapa perbedaan signifikan juga terletak pada pelaksanaan Panggih. Pada upacara lempar sirih, Adat Solo hanya
melakukan satu kali pelemparan baik dari mempelai pria maupun wanita. Dalam adat Yogyakarta, pria harus melempar 4
lintang sirih, dan wanita harus melempar 3 lintang sirih.Masih dalam proses pelaksanaan Panggih, perbedaan acara injak telur
terletak pada pelaku pemecahnya. Jika dalam adat Solo telur diinjak pengantin pria dan kemudian pengantin wanita mencuci
kakinya, maka dalam adat Yogyakarta pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria terlebih dahulu setelah itu telur
disentuhkan kepada kedua kening pengantin baru kemudian dipecah oleh perias.

Dalam proses terakhir pelaksanaan Panggih yang terakhir, pengantin wanita dalam adat Solo diselimuti oleh sindur oleh
ibunya, kemudian menuju pelaminan dipandu oleh ayah dari pengantin wanita pula. Sedangkan dalam adat Yogyakarta,
pengantin langsung ke pelaminan dengan didampingi kedua orangtua mempelai wanita.
Pada prosesi Kacarkucur, terdapat juga beberapa perbedaan yang mencolok. Pada pernikahan adat Solo, terdapat upacara
timbangan (di mana saat ayah dari pengantin wanita memangku kedua mempelai di pelaminan, yang menandakan bahwa
kedua mempelai sama-sama disayangi oleh orangtuanya), upacara tandur (di mana saat ayah pengantin wanita mendudukkan
kedua mempelai di pelaminan, menandakan bahwa pernikahan mereka mendapat restu), upacara dhahar klimah (di mana
saat kedua pengantin makan sendiri-sendiri), dan juga upacara minum rujak degan.
3

Sedangkan dalam pernikahan adat Yogyakarta, tidak ditemui upacara timbangan, namun terdapat upacara Tampa Kaya (di
saat pengantin wanita menerima barang-barang dari pengantin pria, melambangkan bahwa suami tidak boleh picik), upacara
Dhahar Klimah (namun kali ini, hanya pengantin wanita yang makan), dan tidak ada upacara minum degan.

Beberapa Perbedaan Riasan Dan Busana Pengantin Solo - Jogja

Walaupun Solo dan Jogja secara geografis letaknya tidak terlalu jauh, ada beberapa perbedaan dalam hal riasan dan busana
pengantin. yuuuk dibahas satu persatu jeng,,

Pengantin Solo

Adat Solo Putri


Pada pengantin Solo Putri itu menggunakan paes hitam pekat dengan sanggul ukel, diatas rambut diberi cundhuk sisir dan
cundhuk mentul yang berjumlah 7 atau 9 (harus ganjil), dan tentu saja ada untaian bunga melati yang panjang terjuntai dari
kepala pengantin melewati pundak dan menjuntai di sebagian badan pengantin wanita.

Dalam hal busana, untuk pengantin Solo Basahan, pengantin wanita menggunakan kemben sebagai penutup dada, kain dodot,
selendang cinde, sekar merah dan kain jarik warna senada, serta untaian bunga dan daun pandan. Busana basahan pengantin
pria berupa dodot yang bermotif sama dengan mempelai wanita, kuluk sebagai penutup kepala, stagen, sabuk timang, celana
cinde.

Apabila pengantin menggunakan busana Solo Basahan dan memakai baju beludru maka disebut Solo Basahan Keprabon.
Menurutku untuk model Solo Basahan Keprabon ini terlihat lebih elegan, anggun dan berkelas dan meminimalisisir resiko
masuk angin setelah acara pernikahan usai

Pengantin Jogja
Dandanan Jogja Putri paes hitam pekat pada dahi pengantin wanita terlihat lebih runcing dibanding pada pengantin Solo.
Untuk hiasan sanggulnya hanya menggunakan bunga yang diselipkan di sanggul kiri dan kanan, tidak memakai untaian bunga
melati yang panjang seperti pengantin Solo

Untuk paes ageng jangan menir Jogja, rambut pengantin bagian depan tidak disasak melainkan disekeliling paes yang
4

berwarna hitam diberi prada emas. Memakai cundhuk mentul tetapi jumlahnya hanya lima, bentuk cundhuk sisirnya juga
berbeda dengan cundhuk sisir pengantin Solo. Busana pengantin wanita menggunakan kebaya biasa sedangkan pengantin pria
menggunakan beskap dan blangkon Jogja.Paes ageng basahan riasan rambutnya sama dengan paes ageng jangan menir hanya
saja busananya berbeda, untuk bawahannya menggenakan kain cinde merah. Kedua pengantin menggunakan dodot dan
bagian atas tubuhnya terbuka.

Sedangkan paes ageng kanigaran dandanan rambut dan rias wajah sama dengan paes ageng basahan hanya saja menggunakan
baju beludru sebagai penutup tubuh bagian atas.

Dalam setiap riasan dan busana yang dikenakan oleh pengantin baik solo maupun jogja, masing - masing memiliki arti
simbolik dan kesakralan . Untuk arti simbolik dalam setiap pernikahan tersebut akan kita bahas dilain kesempatan.
KEUNIKAN SIRAMMAN ADAT JAWA JOGJA DAN SOLO

SIRAMAN DAPAT BERARTI MENSUCIKAN DIRI SEHINGGA


PADA SAAT MENIKAH BERSIH SECARA JASMANI DAN ROHANI.

prosesi akad a nikah ini sudah lama sedikit memudar seiring dengan
perkembangan jaman yang semakin modern sehingga masyarakat memupus
adat istiadat sedikit demi sedikit.alat- alat - alat yang dibutuhkan untuk siraman :

1. air dengan bunga


2. dua buah kelapa gading
3. mangir
4. kendi berisi air wudhu
5. kursi diatas tikar diberi daun kluwih, daun alang,alang, daun apa-apa, daun dhadhap serep, daun nenas,
kain putih 1/2 meter
6. bokor tempat siraman

siraman memberikan banyak arti dan filosofis


ANGGOTA KELUARGA YANG MENGIKUTI SIRAMAN TERDIRI DARI :
ayah dan ibu calon pengantin putri didampingi oleh nenek dan para pini sepuh lain yang
5

akan memandikannya sebanyak 7 orang -- 9 orang, termasuk penata rias,


hendaknya yang memandikan memiliki keluarga yang harmonis tanpa
mengalami perceraian agar membawa berkah tersendiri bagi sang calon pengantin
PROSESINYA SBB:

 SUNGKEM :calon pengantin sungkem kepada bapak dan ibu untuk memohon maaf dan doa restu
 calon pengatin digiring bapak dan ibu
ditempat siraman dan dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan
 SIRAMAN :kemudian prosesi mandi dilanjutkan oleh bapak ibu dengan menggunakan batik bercorak dengan c
akar dan beskap landung untuk bapak , ibu mengenakan kebaya ,
dilanjautkan dengan mencium pipi kiri dan kanan
calon pengantin putri tujuannya untuk membersihkan cdiri calon pengatin putri dari segala kotoran baik jas
mani dan rohani sebelum melaksanakan prosesi pernikahan , untuk menunjukkan besarnya kasih sayang
yang diberikan untuk calon pengantin putri
 prosesi siraman pengantin dilanjutkan oleh kularga dan perias pengantin
 PECAH PAMOR Bapak /Ibu mengambil kendi yang telah diisi oleh air,
kemudian kendi diangkat oleh Bapak dan Ibu , sambil berucap : “ ora mecah - mecah kendi,
nangin mecah pamore anakku.”mecah pamor mengharapkan bahwa seoarang anak akan
meninggi derajat setelah ia menikah kelak
 TIGAS RIKMO Bapak memotong rambut calon mempelai wanita sisi kanan sementara Ibu sebelah kiri
 PONDONGAN Bapak mondong / menggandeng calon mempelai wanita sampai kamar, atau bisa menggendong
dengan 3 langkah kaki sebagai simbolis, diikuti oleh Ibu Perias untuk ganti baju dst
,untuk mempersiapkan acara purak tumpang robyong,
acara ini dimaksudkan untuk membawa anak pada kehidupan mandiri dan membina kelurga sendiri
 PENDEM RIKMO :Usai menggendong, Bapak dan Ibu Dwi keluar
lagi untuk menanam potongan rambut di halaman rumah, bisa di tanah, atau pot bunga.

Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta


Pada adat Yogyakarta cara pernikahannya ada beberapa tahap, hemmm sedikit rumit nie. Tapi acara pernikahan emang ga
gampangkan. Yuk lanjut simak apa yng admin ketahui soal tata cara pernikahan adat Jogjakarta. Berikut Tata Cara Pernikahan
Adat Jogjakarta:
Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu
6

kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga
mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria.
Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan
diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah
diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Lamaran
Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum
saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah
puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas
persetujuan bersama.
Upacara lamaran: Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria
dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul
oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan
sebagainya. Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak
glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah
lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak
keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara
peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat. Peningsetan adalah
suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri.
Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon (
imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep,
lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi
dengan gending Nala Ganjur . Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah
upacara peningsetan.
Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (
anyaman daun kelapa yang hijau ). Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon
pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
7

Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.


Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung ( tebu hitam ) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit ( bila selesai pisang
dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak ) Selain pemasangan tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-
perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa )
yang dilambangkan melalui:
1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan gambir
20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep,
8

1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi ( merang )
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning,
hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak
yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang ( kaum )
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
5. Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum
pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau tetangga dekat. Upacara nyantri ini
dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka
calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram ( Jawa ) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon
pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Kembang setaman secukupnya
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
9

Kendi atai klenting


Tikar ukuran ½ meter persegi
Mori putih ½ meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek ( kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
Sampo dari londo merang ( air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis
terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti
atau kain sidoasih
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh
sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (
pemaes ) dengan memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari ( Jawa ) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan
sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai
malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
10

Sepasang kembarmayang ( dipasang di kamar pengantin )


Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk
menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang
jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur
supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari
:
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)
Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila
pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin
diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini
keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria
menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul
biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat
agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan
pemerintah.
Upacara Panggih
Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria
kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara
panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
11

1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria


2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik (
pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar
walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan
dilanjutkan upacara sungkeman

Perbedaan Ritual WijikandanNgidakTigan


Ritual WijikandanNgidakTiganadalahsebuah ritual yang adasaatupacarapernikahanadatJawa.Ritual
Wijikanterdapatpadaupacarapernikahanadatjogja, sedangkanngidaktiganterdapatpadaupacaraadat Surakarta.Baik Jogjakarta
maupun Surakarta meskipunjaraknyaberdekatan, namunmemilikikerajaantersendiri yang
memberikanpengaruhbesarpadazamandahulusalahsatunyapadabentukupacarapernikahanadatnya.
Hal inibermulapadaPerjanjianGiyantitahun 1755 yang
menjadititikpuncakperpecahansehinggamengakiriDinastiMatarammenjadiduakerajaanyakniKesultananNgayogyakartaHadini
ngrat (Yogyakarta) danKasunan Surakarta Hadiningrat (Solo).
Perpecahanitujugaberpengaruhpadatatacarapernikahanhinggaperlengkapan yang dulunyasama. Salah
satunyaialahprosesiwijikan (Yogyakarta) danngidaktigan (Solo).Keduaprosesiinihakikatnyasamayaitumembasuh kaki
mempelaipria. Namundemikianmemilikiperbedaansebagaiberikut:

Wijikan (Yogyakarta)
ProsesiWijikanjugadikenaldengansebutanranupada. DalambahasaJawa, “ranu” berarti air dan “pada” diartikan kaki,
jikadiartikansecaralengkap, ritualranupadaberartimembasuh kaki. Dalamhalini, yang dimaksudadalah kaki mempelaipria
yang dibasuhkanolehmempelaiperempuan.Wijikanmencerminkanwujudbaktiistrikepadasuaminya.Selainitu,
wijikanjugabertujuanuntukmenghilangkanrintangan agar terciptakeluargabahagiadandijauhkandarikesulitandanmarabahaya.
Untukpelaksanaannyadiawalidenganmasuknyakedua kaki mempelaipriapadakotakpersegipanjang yang
telahdiberiirisandaunpandanbercampurbungamelati.Kemudianakandibasuhdengan air bungasetamanolehistri. Paling
tidakmempelaiperempuanmembasuhkan air bungasetamanpadakedua kaki mempelaipriasebanyaktiga
kali.Setelahitudilanjutkandenganmengelap kaki hinggakering.
Kemudianmempelaiperempuanmenghaturkansembahsebagaibaktinya.Mempelaipriakemudianmembantupasangannyaberdiri.
Hal Inimelambangkanperlindunganseorangsuamikepadaistri.Keduamempelaisalingberhadapan,
lalupemanduadatatauperiasmenyentuhkantelurayammentahpadadahimasing-
12

masingmempelai. Selanjutnyatelurtersebutdijatuhkanpadakotakpersegipanjangsampaipecah, sambilberharap agar


keduamempelailekasmempunyaimomongan yang berbudibaik.

NgidakTigan
Upacarangidaktigantidakjauhberbedadenganwijikan.Prosesiinimenyimpanharapandantujuan yang samapersisdenganwijikan.
Kaki mempelaipriadibasuhdenganpenuhbaktiolehmempelaiwanitasepertiseharusnyasikapseorangistri yang
wajibberbaktidanmelayanisuamidenganpenuhkeikhlasan.Perbedaandenganprosesiwijikanterdapatpadatahapngidaktigan
yang berartimenginjaktelur.
Penginjakantelurolehmempelaipriamemilikiartiyaitumempelaipriasiapmemberikanketurunan.Olehkarenaituprosesiini pun
dikenaldengansebutanwijidadi yang bermaknapenyatuanbenihuntukmelanjutkanketurunan.Untuktatacaradanperlengkapan
yang digunakantentuberbeda. Menjelangpernikahan,
telahdipersiapkanperlengkapansepertinampanbertaburirisandaunpandan, kelopakmawar, bungamelati, dankenanga, air
bungasetaman, handukkecil, sertatelurayamkampungmentah. Upacarainidimulaidenganpenginjakantelurolehdengan kaki
kanannya di atasnampan.
Kemudianmempelaiperempuanmembasuh kaki
mempelaipriadenganlembutdandikeringkandenganhandukkecilsebagaisimbolbaktiistriterhadapsuami.Mempelaiperempuanm
enyatukankeduatelapaktangannyaserayamenghaturkansembahnyakepadamempelaipria,
Kemudianmempelaipriamenyambutdenganmengulurkantanganuntukmenolongpasangannyaberdiri.
Dari
penjelasandapatsimpulkanbahwasebenarnyawijikandanngidaktiganmemilikimaknayang samanamunberbedadalampelaksana
antatacaranya. Dalamwijikantelurdipecahkemudiandisentuhkanpadadahimempelai.Sedangkandalamngidaktigan, telurdiinjak
agar pecah.

Perbedaan manten yogya lan solo

NO GAGRAK YOGYA GAGRAK SOLO KATRANGAN


13

1 Nontoni Nontoni Nepangakencalon temanten kekalih ingkang


sampun di jodohaken, uga kangge sarana
silaturahmi dhateng kaluarga calon besan
2 Lamaran Lamaran Upacara ingkang katindakan lan
saksampunipun angsal sisik melik lare istri
dados incerane cetha dereng di pun wengku
kakung
3 Asok tukon Asok tukon Penganten kakung menehake
uborampe marang kaluarga penganten putri
kanggo ganti taggung jawab tiang sepuh
4 Srah srahan, Srah srahan Calon penganten kakung menehke uba
nyantri rampe sak ragad sing bakal kanggo
nglaksanake pahargyan penganten.ing yogya
enten nyantri utawa penganten lanang
dititipake marang kaluarga penganten putri
5 Tarub Tarub Satunggaling adat ngawekani dhatengipun
bab bab ingkang mboten prayoga,mila tarub
ugi dados sarana tolak balak
6 Siraman Siraman Kanggo ngresikake jiwa calon penganten lan
kanggo penghormatan terakhir tiang sepuh
hang ngunsi anake menika. Solo enten
penganten putrid di bopong kalih penganten
putra wonten ing yogya mecah kendhi
7 Midodareni Midodareni Penganten putri ora metu saka kamar awit
jam 6 sore nganti tengah wengi lan di kancani
dening sedulur2 putrine sing ngancani
sinambi aweh nasehat
8 Ijab Ijab Acara nalika penganten kakung ngucapke
janji bebojoan karo penganten putrid lan di
sekseni wong akeh supaya bisa sah
9 Panggih Panggih Kembang mayang di gawa metu seka omah
lan di delekke neng prapatan cedhak ngomah
14

banjur di srempet ake marang penganten


kakung.
10 resepsi resepsi Upacara pahargyan sak wise ijab qobul
kaleksanaaken.

Pernikahan Adat Solo

I. PELAKSANAAN PRA NIKAH ADAT SOLO

 Nontoni
Bagian pertama dari rangkaian prosesi pernikahan solo adalah Nontoni. Proses nontoni ini dilakukan oleh pihak keluarga
pria. Tujuan dari nontoni adalah untuk mengetahui status gadis yang akan dijodohkan dengan anaknya, apakah masih legan
(sendiri) atau telah memiliki pilihan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi benturan dengan
pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi menantunya. Bila dalam nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat
‘lampu hijau’ dari pihak gadis, tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.

 Panembung
Panembung dapat diartikan sebagai melamar. Dalam melamar seorang gadis yang akan dijadikan jodoh, biasanya dilakukan
sendiri oleh pihak pria disertai keluarga seperlunya. Tetapi bagian ini bisa juga diwakilkan kepada sesepuh atau orang yang
dipercaya disertai beberapa orang teman sebagai saksi. Setelah pihak pria menyampaikan maksud kedatangannya, orangtua
gadis tidak langsung menjawab boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga tata trapsila, jawaban yang disampaikan
kepada keluarga laki-laki akan ditanyakan dahulu kepada sang putrid. Untuk itu pihak pria dimohon bersabar. Jawaban ini
tentu saja dimaksudkan agat tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan, yaitu sang gadis, juga agar taj menurunkan
wibawa pihak keluarganya. Biasanya mereka akan meminta waktu untuk memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari.

 Paningset
Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan pria yang melamarnya, maka jawaban akan disampaikan kepada pihak
keluarga pria, sekaligus memberikan perkiraan mengenai proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan agar kedua keluarga bisa
menentukan hari baik untuk mewujudkan rencana pernikahan. Pada saat itu, orangtua pihak pria akan membuat ikatan
15

pembicaraan lamaran dengan pasrah paningset (sarana pengikat perjodohan). Paningset diserahkan oleh pihak calon
pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita paling lambat lima hari sebelum pernikahan. Namun belakangan, dengan
alasan kepraktisan, acara srah-srahan paningset sering digabungkan bersamaan dengan upacara midodareni.

II. PELAKSANAAN PERNIKAHAN ADAT

Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok tradisi Jawa sebagai berikut :
1. SOWAN LUHUR
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. WILUJENGAN
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam melaksanakan hajat diberi
keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan. Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk,
seperti ‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan ini semua sarat ubarampe enak
dimakan oleh manusia.
3. PASANG TARUB
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton.
Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat
menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun
kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar
diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu.
Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara
memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’
(anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.
4. PASANG TUWUHAN
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan
sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
A. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masuk
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah mempunyai pemikiran
dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak
mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
B. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini melambangkan kehidupan
16

yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan,
diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau kebijakan.
C. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan.
D. Daun randu dari pari sewuli
Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehinggahal itu bermakna agar kedua mempelai
selalu tercukupi sandang dan pangannya.
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar terbebas dari segala
halangan.
5. SIRAMAN DAN SADE DAWET (DODOL DAWET)
Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan, kelapa yang dibelah
untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh
sumber air, atau air tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah sembilan tersebut
menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam.
Selain itu angka sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Pelaksanaan tradisi ini
Masing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang
diakhiri siraman oleh ayah mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau kendhi, sambil
berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusaii siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar pengantin. Selanjutnya sang Ayah
menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada
sang ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman rumah. Upacara ini bermakna
membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon
pengantin wanita dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’ atau dibuat cengkorong paes.
Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan, dan tanpa bunga.
Dodol Dawet
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu, kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet).
Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan
kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal
ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima
17

pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah
sebagai suami istri , harus saling membantu.

6. SENGKERAN
Setelah calon pengantin wanita ‘dihaluh-halubi’ atau dibuat cengkorong paes lalu ‘disengker’ atau dipingit. Artinya tidak boleh
keluar dari halaman rumah.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana
dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi
seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.
7. MIDODARENI ATAU MAJEMUKAN
Malam menjelang dilaksanakan ijab dan panggih disebur malam midodareni. Midodareni berasal dari kata widodari.
Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan
bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mepercantik pengantin wanita.
Prosesi yang dilaksanakan pada malam midodareni
A. Jonggolan
Datangnya calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk
menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka.
Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih.
B. Tantingan
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah
tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi
mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat perkawinan.
C. Turunnya Kembar Mayang
Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang
menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar
mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua
kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman.
Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan
Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu
kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.
D. Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua
pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa
18

makanan untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan pulang, orang tua calon pengantin
wanita memberikan kepada calon pengantin pria.
8. IJAB PANIKAH
Pelaksanaan ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara Keraton, saat ijab panikah
dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu maupun mempelai diatur sebagai berikut :
• Pengantin laki-laki menghadap barat
• Naib di sebelah barat menghadap timur
• Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa menyesuaikan

Tahap pra-mantu meliputi tahap nontoni, lamaran, asok tukon, peningsetdan


srah-srahan.
a. Nontoni adalah kegiatan keluarga bersilaturahmi untuk saling melihat anak
yang akan dijodohkan. Keluarga pihak priamengirim utusan disertai pemuda
yang akan dijodohkan. (Suliostyobudi,1998:2-3, dikutip Suwarna, 2006:27)).
Kegiatan nontoni dilaksanakan apabila pemuda dan pemudi serta keluarga dari
kedua belah pihak belum saling mengenal atau ingin mengenal lebih dekat.
Namun sekarang kegiatan nontoni sudah jarang dilakukan, bahkan tidak
dilaksanakan karena peristiwa penjodohan anak oleh orang tua sudah sangat
jarang terjadi.
b. Lamaran. Sebelum upacara dilaksanakan, terlebih dahulu orang tua pihak pria
mengadakan lamaran (pinangan) kepadaorang tua pihak putri (besan).
Lamaran merupakan sautu upaya penyampaian permintaan untuk
memperisteri seorang putri (Bratasiswara,2000:385, dikutip Suwarna 2006:28).
Orang tua laki-laki mengadakan persiapan dan mengumpulkan sanak saudara
untuk melamar gadis pilihan anaknya.
c. Asok Tukon. Secara harafiah, asokberarti memberi, tukonberarti membeli.
Namun secara kultural, asok tukonberarti pemberian sejumlah uang dari pihak
30

keluarga calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin wanita sebagai
pengganti tanggung jawab orang tua yang telah mendidik dan membesarkan
calon pengantin wanita (Bratasiswara,2000:822, dikutip Suwarna, 2006:38).
d. Paningset.Karena lamaran telah diterima, orang tua pihak pria segera
19

menyusun rencana untuk menyampaikan paningsetkepada orang tua pihak


wanita. Paningset berarti tali yang kuat (singset). Paningsetadalah usaha dari
orang tua pihak pria untuk mengikat wanita yang akan dijadikan menantu.
Tujuan paningset adalah agar calon suami isteri tidak berpaling pada pilihan
lain (Susilantini, 1998 dikutip Suwarna, 2006:39).
f. Srah-srahan. Pada hakekatnya jaman dahulu, srah-sarahanadalah upacara
penyerahan barang-barang dari pihak calon pengantin pria kepada calon
pengantin wanita dan orang tuanya sebagai hadiah atau bebana menjelang
upacara panggih (Bratasiswara, 2000:737, dikutip Suwarna, 2006:47). Srahsarahan merupakan acara yang tidak baku, tetapi
hanya sebagai upaya nepa
palupiatau melestarikan adat budaya yang telah berjalan dan dipandang baik.
Srah-srahanhanya merupakan acara tambahan dalam acara mantu. Namun
pada saat ini srah-srahanjustru menjadi istilah yang lebih populer dalam
rangkaian acara pernikahan. Karena ketidaktahuan, maka acara srah-sarahan
sudah jarang dilakukan dalam proses perkawinan.
2. Tahap mantu meliputi tahap majang, cethik genidan tarub, sengkeran, siraman
dan upacara ngerik.Kemudian dilanjutkan tahap midodareni, ijabdan panggih
pengantin. Terakhir tahap pawiwahan pengantin dan pahargyan atau resepsi
pengantin.
a. Majang artinya menghias, dalam rangkaian upacara perhelatan perkawinan,
majang berarti menghias rumah pemangku hajat. Tempat-tempat yang dipajang
31

antara lain depan rumah dengan dipasang trataguntuk tempat duduk tamu dan
kamar pengantin yang disebut pasren penganten.(Suwarna, 2006:67).
b. Cethik Geniyakni menghidupkan api yang akandigunakan untuk menanak nasi
segala piranti. Cethik genidilakukan di dapur tempat membuat segala macam
makanan. Cethik genidilakukan terutama untuk mengawali menanak nasi
dalam jumlah relatif banyak. Pada jaman dahulu, cethik genidilakukan dengan
menggunakan batu berapi. Pada jaman sekarang, sumber api sangat mudah
didapat, misalnya korek api atau gas, maka cethik genilebih mudah
dilakukan.(Suwarna, 2006, 72).
c. Tarub. Menurut Adrianto (1988:3 dikutip Suwarna, 2006:75), tarubdi
20

lingkungan Kraton Yogyakarta dilakukan sebagai suatu atap sementara di


halaman rumah yang dihias denganjanur melengkung pada tiangnya dan
bagian tepi tarubuntuk perayaan pengantin. Atap tambahan itu disebut gabagabasebagai atap tambahan untuk berteduh para
tamu dan undangan. Tarub
juga bermakna kegiatan memasang gaba-gabadan dikerjakan oleh sejumlah
orang secara bersama-sama.
d. Sengkeranberasal dari kata sengkeryang artinya dipingit, tumrap calon
pengantin utawa pingitan – dipingit bagi pengantin atau pengitan(Sudaryanto
dan Pranowo, 2001:944, dikutip Suwarna, 2006:95). Sengkeran adalah
pengamanan sementara bagi calon pengantin putra dan putri sampai upacara
panggih selesai (Bartasiswara, 2000:705, dikutip Suwarna, 2006:95).
Pengantin ditempatkan di lingkungan atautempat khusus yang aman dan tidak
diperkenankan meninggalkan lingkungan sengkeran.Tujuan sengkeranadalah
32

untuk mempersiapkan diri secara fisik (pangadining sarira‘membentuk


kecantikan diri” dan kesehatan (Ariani, 1998:2, dikutip Suwarna, 2006:95).
Selain itu, sengkeranjuga bertujuan untuk memberikan pembekalan mental
dan berbagai nasihat oleh sesepuh kepada calon pengantin dan menjaga
keselamatan calon pengantin agar tidakmelarikan diri, misalnya karena
sebetulnya ia tidak mau dinikahkan.
e. Siramanadalah upacara mandi kembang bagicalon pengantin wanita dan pria
sehari sebelum upacara panggih.Siraman juga disebut adus kembang, karena
air yang digunakan dicampur dengan kembang sritaman. Sri artinya raja,
tamanartinya tempat tumbuh. Jadi sritamanberarti dipilih bunga khusus
(rajanya bunga) yaitu bunga mawar, melati dan kenanga. Siramanjuga
merupakan adus pamor. Air mandi yang digunakan siramanmerupakan
perpaduan (pamoring) air suci dari berbagai sumber air, dicampur (diwor)
menjadi satu. Selain itu, siramanjuga merupakan awal pembukaan pamor
(aura) agar wajah calon pengantin tampak bercahaya.(Suwarna, 2006:98-99).
f. Ngerik.Marmien Sardjono Yosodipuro (1996:35-38, dikutip Suwarna,
2006:119) menguraikan bahwa upacara ngerikadalah menghilangkan bukubulu halus yang tumbuh di sekitar dahiagar
tampak bersih dan wajahnya
21

menjadi bercahaya. Upacara kerikdimaksudkan untuk membuang rasa sial


(sebel). Piranti saji upacara ngeriksama dengan upacara siraman. Demi
kepraktisan, piranti saji yang digunakan pada upacara siraman dapat
dipindahkan ke dalam upacara ngerik.
g. Midodareni. Dalam acara midodareni biasanya dilakukan kegiatan jonggolan
(nyantri), tantingan dan majemukan.
33

1). Jonggolan. Menurut Bratasiswara (2000:285-286, dikutip Suwarna,


2006:123), jonggolan adalah kehadiran calon pengantin pria ke kediaman
keluarga pihak putri (calon pengantinwanita). Kehadiran ini semacam
nyantribagi calon mempelai pria dan silaturahmi bagi anggota keluarga
pihak pria (calon besan).
2). Tantingan disebut juga panantu nanyakni upacara untuk menanyakan
tentang kesediaan calon pengantin wanita untuk dinikahkan dengan calon
pengantin pria. Tantinganini dilakukan untuk mendapatkan kepastian
terakhir tentang kesediaan calon pengantin wanita untuk
dinikahkan.(Suwarna, 2006:124-125).
3). Midodareniadalah upacara untuk mengharap berkah Tuhan YME agar
memberikan keselamatan kepada pemangku hajat pada perhelatan
berikutnya. Pemangku hajat mengharapkan turunnya wahyu kecantikan
bagi calon pengantin wanita, sehinggakecantikannya diibaratkan bidadari.
Ada pula yang mengartikan midodarenidari kata widada dan arena.
Widodoartinya selamat, arena = arena = ari + ini = hari ini. Midodareni
adalah pemanjatan doa (harapan) keselamatan (Soegijarto,2002:45, dikutip
Suwarna, 2006:133).
h. Ijab merupakan inti utama dalam rangkaian perhelatan pernikahan. Ijab
merupakan tata cara agama, sedangkan rangkaian acara yang lain merupakan
tradisi budaya Jawa. Ijab antara tatacara Kraton Yogyakarta dan masyarakat
umum secara prinsip tidak berbeda karenaini tata cara agama. Siapapun yang
melaksanakannya tidak berbeda syarat dan rukunnya.(Suwarna, 2006:181)
22

Upacara panggihjuga disebut upacara dhaupatau temu, yaitu upacara tradisi


pertemuan antara pengantin pria dan wanita. Acara ini dilaksanakan setelah
akah nikah bagi pemeluk Islam di masjid/KUA atau sakramen
pernikahan/pemberkatan nikah dalam misa/kebaktian di Gereja bagi
Katolik/Kristen (Suwarna, 2006:189).
j. Pawiwahan pengantin. Pawiwahandari kata wiwahayang merupakan bahasa
Kawi artinya 1. Pikrama, dhaup2. Pesta ketemuning pinanganten. Wiwaha
adalah upacara pertemuan pengantin 2. Pesta bertemunya pengantin.
Berdasarkan arti tersebut, pawiwahan adalah pesta perkawinan yang
dilaksanakan sesaat setelah upacara panggih.Upacara perkawinan ini hanya
ada jika pemangku hajat melaksanakan upacara panggih. Jika upacara panggih
tidak dilaksanakan, acara yang dilakukan dapat disebut pahargya(syukuran
pernikahan). (Suwarna, 2006:215).
k. Pahargyan adalah acara syukuran atas terlaksananya upacara pernikahan.
Sebagai rasa syukur, maka diselenggarakan acara pahargyanatau resepsi
pernikahan sebagai tanda syukur kepadaTuhan atas pernikahan, memohon doa
restu kepada hadirin agar kehidupan pengantin berbahagia dan sebagai
pernyataan resmi bahwa telah terjadi pernikahan antara pengantin berdua
sehingga mendapatkan pengakuan secara adat oleh masyarakat (Suwarna,
2006:235).
3. Tahap pasca mantu meliputi boyong penganten. Kemudian dilanjutkan acaraacara khusus seperti langkahan, bubak kawah,
tumplak punjen dan wicara
tumplak punjen.
Boyong penganten dilaksanakan pada harikelima setelah pengantin tinggal
di kediaman orang tua pengantin wanita. Acara boyong pengantendisebut
sepasaran (sepekenan) pengantin. Sepekanartinya lima hari. Pada hari
kelima pengantin diboyong dihadirkan dari kediaman orang tua pengantin
wanita ke kediaman pengantin pria. Istilah ini disebut ngunduh
mantu.(Suwarna, 2006:257).
b. Acara khusus.
1). Langkahan.Upacara langkahan dilaksanakan apabila calon pengantin
wanita mendahului menikah dari kakak perempuan atau laki-laki. Calon
pengantin wanita melangkah terlebih dahulu (nglangkahi) kakaknya.
23

(Suwarna, 2006:273).
2). Bubak Kawah. Bubakberarti mbuka(membuka). Kawah adalah air yang
keluar sebelum kelahiran bayi. Bubak kawahartinya adalah membuka
jalan mantu atau mantu yang pertama (Poerwadarminto, 1939:51 dan
Sudaryanto & Prabowo, 2001:123, dikutip Suwarna, 2006:275).
Sutawijaya dan Yatmana, 1990:25 dikutip Suwarna, 2006:275)
menyatakan bubak kawahadalah upacara adat yang dilaksanakan ketika
orang tua mantu pertama atau terakhir. Mantu pertama disebut tumpak
punjen, sedangkan mantu terakhir disebut tumplak punjen.

Anda mungkin juga menyukai