Anda di halaman 1dari 18

Busana Adat Sumatera

Selatan
"Aesan Gede"
Oleh:
Andina Jelita (2003571)
Lutfhia Sabrina (2003659)

Pendidikan Tata Busana - B


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

KAJIAN TEORITIS

PEMBAHASAN

KESIMPULAN
Latar Belakang

PENDAHULUAN
Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Yang akan kita bahas

Manfaat Penelitian

Metode Penelitian
Latar Belakang
Aesan Gede merupakan busana yang melambangkan kebesaran. Di mana perlambang
keagungan kerajaan Sriwijaya pada masa silam. Biasanya busana adat Aesan Gede
dipergunakan untuk upacara pernikahan. Aesan dalam Bahasa Palembang berarti baju
atau busana. Busana adat tersebut merupakan salah satu jenis kain songket yang dulu
dipergunakan para kaum bangsawan.

Busana adat pernikahan Palembang, yakni Aesan Gede dan Paksangko terdapat bagian-
bagian mulai dari yang pokok sampai aksesoris pelengkapnya. Di mana semuanya memiliki
pesan tersirat atau memiliki makna-makna simbol dari tiap-tiap bagian dari busana adat
pernikahan Palembang.

Pada era modern sekarang ini, beberapa masyarakat di Palembang masih memakai
busana adat Aesan Gede sebagai busana adat pernikahannya. Namun, tidak jarang
mereka memadukannya dengan konsep modern agar lebih terlihat elegan dan menarik.
Rumusan Masalah
1. Apakah di era yang modern ini masih banyak milenial yang memilih Aesan Gede sebagai
busana pernikahan?
2. Bagaimana make up pengantin saat mengenakan busana adat Aesan Gede di era modern
sekarang ini?
3. Apa perbedaan antara Aesan Gede dan Aesan Paksangko?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah milenial di era modern ini masih menggunakan busana adat
Aesan Gede sebagai busana pernikahannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana make up pengantin saat mengenakan busana adat Aesan
Gede di era modern sekarang ini.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara Aesan Gede dan Aesan Paksangko.
Manfaat Penelitian
1. Memperlihatkan kondisi busana adat Aesan Gede di kalangan milenial pada zaman modern
sekarang ini, make up pengantin saat mengenakan busana adat Aesan Gede, dan
perbedaan antara Aesan Gede dengan Aesan Paksangko.
2. Hasil ini dapat dimanfaatkan secara praktis kepada para pembaca agar menambah
wawasan lebih luas mengenai busana adat khususnya busana adat Aesan Gede yang ada di
Palembang.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analistis.
Deskriptif karena menggambarkan kondisi-kondisi yang menjadi variabel independen dan
variabel dependen yang merupakan dasar dari permasalahan yang dibahas.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara dan penelitian
kepustakaan yaitu dengan mencari, mengumpulkan, mempelajari serta meneliti data yang
terkumpul melalui buku-buku, jurnal, dan literatur yang relevan dengan pembahasan.
KAJIAN
Sejarah Aesan Gede

TEORITIS
Makna Simbol dalam Aesan Gede

Unsur-Unsur yang Terkandung dalam Aesan


Gede
Yang akan kita bahas
Sejarah Aesan Gede
Busana adat Aesan Gede diduga berasal dari kerajaan Sriwijaya. Aesan gede pada
masa Kerajaan Sriwijaya dipakai oleh para penguasa, raja dan ratu. Pada masa ini,
Palembang menjadi pusat pengajaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini tampak jelas
terlihat dengan tradisi busana dari para penguasa Palembang yang memakai busana tidak
tertutup.
Menurut Ali Hanafiah, busana adat pernikahan Palembang mendapat pengaruh dari
kebudayaan luar atau asing.
Aesan Gede mempunyai nilai filosofi bahwa memang layak untuk dijuluki sebutan
swarnadwipa atau pulau emas. Gemerlap dan juga mewahnya busana adat Palembang di
dalam gaya Aesan Gede akan semakin bertambah dengan dipakaikan beberapa aksesoris
yang semuanya memiliki pesan tersirat atau memiliki makna-makna simbol dari tiap-tiap
bagian dari busana adat pernikahan Palembang.
Makna Simbol
dalam Aesan
Gede

1. Kesuhun pengantin laki-laki


2. Kesuhun pengantin perempuan
3. Cempako
4. Sanggul malang
5. Tebeng malu
6. Terate
7. Kebo munggah atau kalung tapak
jajo
8. Selempang sawir
9. Keris
10. Pending
Makna Simbol
dalam Aesan
Gede

11. Gelang palak ulo


12. Gelang kecak
13. Gelang sempuru dan gelang kanu
14. Saputangan segitigo
15. Kain songket lepus
16. Celano sutera
17. Cenela
Unsur-Unsur yang Terkandung dalam Aesan Gede
1. Unsur Keindahan (Estetika)
Busana adat pernikahan Palembang merupakan daya cipta seni yang berwujud konkret
atau kebendaan, busana adat pernikahan ini mempunyai nilai keindahan di setiap sudut
dari Aesan Gede. Penciptaannya sendiri pun harus mempunyai rasa seni atau rasa estetika
tersendiri untuk menciptakan sebuah karya dalam bentuk busana adat.

2. Unsur Kesopanan (Etika)


Pada busana adat Aesan Gede sendiri terdapat etika teologis yaitu Hindu-Budha. Aesan
gede yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu diduga berasal dari Kerajaan Sriwijaya.
Pemakaian dodot pada aesan gede sebuah akulturasi dari Jawa yang sesuai dengan
kepercayaan pada saat itu yaitu Hindu Budha.
Busana Adat Aesan Gede di Kalangan

PEMBAHASAN Milenial pada Era Modern

Make Up Pengantin Aesan Gede di Era


Modern Sekarang Ini
Yang akan kita bahas
Perbedaan antara Busana Adat Aesan Gede
dan Aesan Paksangko
Busana Adat Aesan Gede di Kalangan
Milenial pada Era Modern

Pada era modern sekarang ini, kaum milenial masih banyak yang
menggunakan busana adat Aesan Gede sebagai busana pengantinnya. Tetapi,
sebagian besar dari mereka meminta untuk dimodernkan seperti mengenakan
kebaya modern. Namun, untuk accessories-nya tetap menggunakan accessories
Aesan Gede.
Selain itu, busana adat Aesan Gede yang awal mulanya hanya perpaduan
antara warna merah jambu dan emas, namun pada masa era modern sekarang
ini para calon pengantin memilih warna sesuai dengan warna pernikahan yang
diinginkannya.
Make Up Pengantin Aesan Gede di Era
Modern Sekarang Ini

Make up pengantin khas Palembang biasanya lebih terkesan bold, dimulai


dari lip-nya menggunakan warna bold seperti lipstick merah. Kemudian, untuk
eyeliner lebih tegas dan tebal, mata dibuat lebih besar agar tidak kalah
dengan suntingnya sehingga tidak terlihat pucat. Selain itu, untuk teknik khusus
sendiri tidak ada, periasan dilakukan seperti Make Up Artist pada umumnya.
Sedangkan bagi pengantin pria biasanya tidak memakai make up.
Perbedaan antara Busana Adat Aesan Gede
dan Aesan Paksangko

1. Busana Adat Aesan Gede


Ciri khas pada busana Aesan Gede adalah
Pengantin wanita mengenakan mahkota karsuhun sedangkan pengantin
pria mengenakan kopiah cuplak.
Pengantin Aesan Gede juga memakai dua selendang sawit yang dikenakan
menyilang dari bahu kanan ke pinggang bagian kiri dan dari bahu kiri ke
pinggang bagian kanan.
Pengantin pria menggantungkan saputangan segitigo di jari tengah tangan
kanan, dan pengantin wanita mengenakannya di tangan kelingking tangan
kanan.
Busana adat Aesan Gede mengandung unsur Hindu-Budha.
Perbedaan antara Busana Adat Aesan Gede
dan Aesan Paksangko

2. Busana Adat Aesan Paksangko


Ciri khas pada busana Aesan Paksangko adalah
Busana adat ini penuh dengan simbol keagungan, elemen ini merupakan
hal yang disengaja ditonjolkan dengan tampilan busana ini.
Baju kurung merah bermotif detil bunga bintang keemasan disempurnakan
dengan tengkupan terate dada.
Model mahkota Paksangko diperkaya ragam accessories keemasan yang
merupakan jejak peninggalan akulturasi budaya Tionghoa.
Kepala pengantin perempuan juga dihiasi kembang goyang, kembang
kenango, kelapo standan, dan lain-lain.
Pengantin pria mengenakan busana senada dengan seluar pengantin
(celana pengantin), selempang songket, serta songkok (kopiah) berwarna
emas.
Busana adat Aesan Paksangko mengandung unsur Islam.
KESIMPULAN

Busana adat Aesan Gede sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya sekaligus merupakan simbol kebesaran
para raja Sriwijaya di masa lalu. Simbol-simbol yang terkandung dalam Aesan Gede bahwasanya pada busana adat
Aesan Gede ini merupakan simbol kebaikan kehidupan di dunia dan akhirat. Kebaikan di dunia yaitu agar setelah
pernikahan akan mendapatkan kebahagian dan kemujuran. Juga, terdapat simbol dalam berperilaku yaitu, ramah,
tertib dan saling menghormati.
Di masa sekarang, busana adat Aesan Gede mengalami perubahan sehingga justru kerap ditemukan hal yang
melenceng dari tata cara aturan berpakaian busana adat ini di masa lalu. Penambahan dan pengurangan yang
berlebihan dipandang dapat merusak tatanan tradisi berbusana pada pengantin Palembang di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Faturahmah, Elsa. (2017). Beda Aesan Gede dan Aesan Pasangkong, Busana Adat Pengantin Palembang.
Diakses dari: https://mahligai-indonesia.com/pernikahan-nusantara/perlengkapan-pernikahan/beda-
aesan-gede-dan-aesan-pasangkong-busana-adat-pengantin-palembang-5921
Hikmawati, Eka. (2017). Makna Simbol dalam Aesan Gede dan Pak Sangkong Pakaian Adat Pernikahan
Palembang. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains, 6 (1), hlm. 1-12. doi:
https://doi.org/10.19109/intelektualita.v6i1.1297
Katon. (2016). 10 Inspirasi Pernikahan Unik nan Megah A La Palembang dengan Pakaian Adat Aesan
Gede. Diakses dari: https://www.hipwee.com/wedding/10-inspirasi-pernikahan-unik-nan-megah-a-la-
palembang-dengan-pakaian-adat-aesan-gede/
Tifanny, Vebby. dkk. (2019). Busana Pengantin Aesan Gede (Tenun Songket dan Aksesoris) pada Upacara
Pernikahan Adat Palembang Sumatera Selatan. Jurnal Seni & Reka Rancang, 1 (2), hlm. 213-222. doi:
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jsrr/article/download/6735/5079
Welianto, Ari. (2021). Aesan Gede, Busana Tradisional Sumatera Selatan. Diakses dari:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/17/161500469/aesan-gede-busana-tradisional-
sumatera-selatan?page=all

Anda mungkin juga menyukai