Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat hidayah,
dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya bisa selesikan makalah sejarah kebudayaan
Palembang atau Sumsel dengan pendekatan 3 ke budayaan-Nya.
Dan Saya berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman saya, Saya percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

.
Palembang, 22 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
A. Sejarah Pakaian Adat Sumsel ............................................................................................ 5
a. Pakaian Adat Sumatera Selatan Aesan Paksangko ............................................... 6
b. Pakaian Adat di Sumatera Selatan Aesan Gede .................................................... 7
B. Wujud Kebudayaan Sebagai Ide, Kompleks Aktivitas, dan Fisik ..................................... 8
a. Makna-Makna Simbol Pakaian Adat Sumsel ............................................................ 8
c. Acsessoris ................................................................................................................. 12
b. Unsur-unsur yang Terkandung pada Pakaian Adat .............................................. 13
BAB III PENUTUPAN .......................................................................................................... 15
Kesimpulan ......................................................................................................................... 15
Saran ..................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Propinsi Sumatera Selatan yang beribukota di Palembang ini di kenal juga dengan
sebutan “Bumi Sriwijaya”. Hal ini dikarenakan pada abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi
wilayah ini merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia yakni
Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan catatan sejarah pakaian adat yang dikenakan oleh
masyarakat Sumatera Selatan yang dipanggil dengan istilah “Wong Kito Galo” berasal dari
jaman kesultanan Palembang, dan terinspirasi dari zaman kerajaan Sriwijaya yang pernah
berjaya di wilayah Sumatera Selatan.
Sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia, pakaian Adat Sumatra Selatan
dapat diartikan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat yang mendiami wilayah
Sumatera Selatan. Hal ini didasarkan pada unsur filosofi hidup dan keselarasan yang bisa
dilihat dari pemilihan warna dan corak serta kelengkapan yang menghiasi pakaian adat
tersebut. Pakaian adat Sumatera Selatan dikenal dengan nama Aesan Gede yang
melambangkan kebesaran dan Aesan Pesangkon yang melambangkan keanggunan. Dalam
adat Sumatera Selatan pakaian ini hanya digunakan pada upacara pernikahan.
Salah satu busana pengantin yang digunakan pada adat Palembang adalah gaya Aesan
Gede. Busana ini merupakan busana kebesaran raja Sriwijaya yang kemudian diterjemahkan
sebagai busana pengantin Palembang. Warna merah jambu (pink) dan keemasan serta
gemerlap perhiasan dan mahkota yang dipadukan dengan baju dodot dan kain songket
semakin mempertegas keagungan bangsawan Sriwijaya. Kesan mewah pada pakaian adat
Aesan Gede ini tidak terlepas dari penggunaan perhiasan yang umumnya berupa bungo
cempako, mahkota Aesan Gede, kelapo standan, dan kembang goyang.
Sama seperti Aesan Gede, baju adat Aesan Paksangkong juga mencerminkan
kebesaran. Warna yang mendominasi pakaian adat aesan paksangkong adalah warna merah
dan emas, untuk pakaian wanita biasanya mengenakan baju kurung warna merah berhiaskan
motif bertabur bunga bintang keemasan yang dipadukan dengan kain songket lepus bersulam
emas. Busana ini dilengkapi dengan penutup dada, perhiasan, dan mahkota dengan untaian
bunga. Sedangkan untuk pakaian pria yang digunakan berupa jubah bertabur bunga emas,
celana, dan kain songket serta songkok emas sebagai penghias kepala.
Disamping faktor sejarah yang kuat, bagi masyarakat Sumatera Selatan penggunaan
pakaian adat juga dianggap sebagai penghormatan kepada leluhur sebagai upaya untuk
menjunjung tinggi adat dan budaya mereka. Hal paling terpenting dalam menjaga dan
melestarikan hasil cipta karya budaya manusia adalah sikap memegang teguh dan rasa
bangga untuk tetap menggunakan pakaian tradisional dalam setiap moment upacara adat.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana deskripsi umum pakaian adat Palembang?
b. Makna-makna simbol apa saja yang tekandung dalam aesan gede dan pak sangkong?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai upaya penggalian dan pelestaria budaya kuhsusnya
budaya Sumatera Selatan didaerah Kota Palembang, serta sebagai bahan apresiasi bagi pelaku
seni, mahasiswa, dan masyarakat umumnya. Untuk mengetahui deskripsi umum pakaian adat
Palembang.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia seni dan
pendidikan, diantaranya sebagai berikut.
1. Menambah ilmu, wawasan, pengalaman dan pemahaman penelitian mengenai
Sejarah Pakaian Adat Sumatera Selatan.
2. Memberikan gambaran mengenai hasil dari Pakaian Adat sumatera Selatan,
sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam penciptaan karya - karya seni sejenis
selanjutnya.
3. Penelitian ini untuk menambah acuan dalam wawasan di bidang seni budaya
Nusantara, khususnya tentang Pakaian Adat Sumatera Selatan dan dapat dijadikan
bahan pertimbanagn untuk mengembangkan penelitian selanjutnya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pakaian Adat Sumsel


Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Sumatera Selatan khususnya Palembang
mempunyai pakaian adat dengan ciri khasnya sendiri. Berdasarkan pada catatan sejarah,
Pakaian Adat Sumatera Selatan adalah berasal dari zaman kesultanan Palembang sejak abad
ke enam belas hingga abad ke sembilan belas pertengahan.
Pada mulanya, pakaian adat ini hanya boleh digunakan oleh orang kalangan tertentu
saja, seperti raja, pangeran, dan priyai serta kalangan ningrat lainnya. Tidak sembarang orang
boleh memakai pakaian ini.
Namun, sebagaimana kita ketahui, pada jaman sekarang ini, pakaian adat dari Sumatera
Selatan ini boleh dipakai oleh siapa saja pada saat acara pernikahan. Jadi tidak harus raja.
Dengan kata lain, pakaian adat ini sudah merakyat.
Provinsi Sumatera Selatan saat ini paling tidak memiliki dua pakaian adat yang cukup
unik dan menarik untuk kita simak sebagai penambah wawasan kita akan kekayaan budaya
nusantara yang sesungguhnya sarat makna. Pakaian adat ini biasa digunakan pada saat acara-
acara tertentu, misalnya : upacara adat perkawinan, festival, dan acara-acara budaya lainnya.
Jadi pakaian adat ini tidak digunakan pada sembarang acara apalagi untuk busana harian.
Adapun dua pakaian adat Sumatera Selatan ada dua, yaitu:
 Aesan Paksangko dan
 Aesan Gade.

Pakaian Adat sering juga digunakan pada saat pernikahan, kedua pasang mempelai
pengantin akan semakin terlihat lebih Anggun jika memakai baju adat Palembang ini. Dari
hal ini kita bisa mengetahui betapa agungnya budaya bangsa kita khususnya hal desain
pakaian adat oleh nenek moyang kita.
Kenapa dinamakan Aesan? Aesan ialah sebuah kata dari bahasa Palembang yang bermakna
Baju, Busana, atau Pakaian. Jadi sangatlah wajar jika nama pakaian adatnya memakai kata
ini. Mungkin juga untuk pakaian adat lainnya di nusantara ini banyak terilhami dari bahasa
daerah masing-masing untuk menyebut namanya.

5
a. Pakaian Adat Sumatera Selatan Aesan Paksangko
Pakaian adat daerah Sumatera Selatan yang pertama dikenal dengan nama Aesan
Paksangko. Pakaian adat ini mengandung makna filosofis yang melambangkan keagungan
masyarakat daerah Sumatera Selatan. Berikut adalah contoh Pakaian Adat Aesan Paksangko:

Baju adat Aesan Paksangko ini nampak anggun di saat pertama kali dilihat. Baju adat
ini terdiri atas baju kurung yang bermotif detil bunga bintang keemasan yang disempurnakan
dengan tengkupan terate dada. Bagian bawah dari baju adat ini dipadukan dengan balutan
songket berkilau sehingga kesan mewah juga cukup nampak dari busana ini. Model mahkota
paksangko diperkaya ragam aksesori keemasan yang menghiasi kepala merupakan salah satu
jejak pengaruh kuat akulturasi budaya Tionghoa sejak berabad silam di tanah Palembang.
Selain menggunakan mahkota paksangko, pengantin perempuan juga dihiasi kembang
goyang di bagian kepala, kembang kenango, kelapo standan, dan lain-lain. Sedangkan
pengantin pria mengenakan busana senada dengan seluar pengantin (celana pengantin),
selempang songket, serta songkok (kopiah) berwarna emas. Selain itu, busana adat ini juga
bisa dipadukan dengan kebaya modern yang menggunakan model baju kurung
Busana Adat Sumatera Selatan ini pada umumnya lebih sering terlihat pada suatu
acara resepsi pernikahan yang dipakai oleh kedua pasang mempelai, dengan kombinasi warna
merah dan emas. Dengan mengenakan pakaian adat ini penampilan kedua pengantin akan
semakin anggun.
Pada Baju Aesan Paksangko, mempelai wanita mengenakan baju kurung dengan
warna merah dan bermotif bunga bintang berwarna keemasan. Suasana ceria semakin terlihat
dengan pengaruh pakaian adat yang unik ini.
Selain itu juga memakai kain songket lepus bersulam emas dan teratai dibagian dada, serta
dilengkapi dengan mahkota Paksangkong, Kembang Goyang, Kembang Kenango, Kelapo
Standan, serta aksesoris mewah lain yang berwarna kuning keemasan.
Untuk pengantin pria, memakai baju dengan warna senada atau tidak jauh berbeda
yaitu mengenakan baju motif tabur bunga emas, seluar pengantin (celana pengantin), songket
lepus, selempang songket, serta songkok (kopiah) yang berwarna emas sebagai penutup
kepala.

6
b. Pakaian Adat di Sumatera Selatan Aesan Gede
Pakaian adat provinsi Sumatera Selatan yang kedua disebut dengan nama Aesan
Gede. Berbeda dengan Aesan Paksangko, baju adat Aesan Gede lebih mengkombinasikan
warna merah jambu dan emas.
Kedua warna tersebut mencerminkan keagungan para bangsawan dan kebesaran para
bangsawan dari bumi Sriwijaya. Jadi masih erat kaitannya dengan pengaruh kerajaan pda
jaman dahulu. Di bawah ini ini adalah gambar dari Pakaian Adat Sumatera Selatan dengan
Baju Aesan Gede.

Dugaan asal pakaian adat pernikahan Palembang aesan gede ini didasarkan pada
keindahan dan kemegahan pakaian serta pelengkapnya. Pada masa ini kain songket ditenun
dengan benang emas asli dan hiasan pelengkapnya pun merupakan terbuat dari bahan emas
dan permata. Semua yang dipakai merupakan semangat Sriwijaya yang memang dikenal
kejayaan dan kemakmurannya. Seperti yang telah dijelaskan pakaian adat aesan gede ini
tebuat dari emas asli. Inilah yang menyebabkan pakaian adat aesan gede ini hanya dipakai
keluarga kerajaan saja. Saat ini pakaian adat aesan gede sudah dipakai oleh masyarakat
umum. Kain songket dan pelengkapnya pun sudah tidak terbuat dari emas dan permata asli.

Hal ini dikarenakan agar masyarakat umum bisa memakai pakaian dari kerajaan yang
sudah membesarkan nama Palembang sendiri. Menurut, Mardiah salah seorang pekerja tata
rias pengantin, masih ada kain songket yang bertenunkan benang emas asli, tapi ini pun
disewakan dengan harga yang tinggi.Pakaian adat aesan gede pada masa Sriwijaya pun
berbeda dengan aesan gede pada saat ini. Pada masa Sriwijaya aesan gede tidak mengenakan
terate sebagai penutup dada. Hal ini sesuai dengan kondisi badan keluarga kerajaan yang
bersih dan sudah umum memakai pakaian yang tidak menutup dada. Pada saat itu tidak
bertentangan atau sesuai dengan ajaran yang dianut pada masa Kerajaan Sriwijaya yaitu
Hindu Budha.

Aesan gede yang berasal dari peninggalan kerajaan Sriwijaya ini mendapat pengaruh
dari Jawa karena raja-raja Palembang sendiri berasal dari pulau Jawa seperti Raden Balaputra
Dewa yang pada abad ke-9 menurut prasasti Ratu Baka menyebutkan bahwa telah terjadi
transmigrasi besar-besaran dari Jawa Tengah menuju pulau Sumatera dan Raden

7
Balaputradewa sendiri diutus oleh ayahandanya untuk membangun Kerajaan Sriwijaya yang
beribukota di Palembang

Namun demikian, hampir semua pakaian adat Sumatera Selatan masih memakai kain
songket asli dengan teknik pembuatan manual. Tentu hal ini memerlukan kesabaran,
ketelatenan, dan maha karya seni yang tinggi.
Dari semua daerah di Sumatera Selatan, masing-masing tentu memiliki unsur Melayu
yang sangat kuat dengan tetap mengedepankan nilai-nilai budaya dan norma kesopanan yang
sudah seharusnya tetap kita jaga dan kita lestarikan untuk warisan anak cucu kita kelak.

B. Wujud Kebudayaan Sebagai Ide, Kompleks Aktivitas, dan Fisik


Pakaian adat Sumatera Selatan terbagi menjadi dua bagian yaitu pakaian atau bahan
utama dan bahan pelengkap busana. Pakaian atau bahan utama adalah bahan yang menjadi
pokok atau yang paling utama dan pokok yang menjadi terpenting seperti baju dan celana.
Selain bahan utama, pengertian dari bahan pelangkap busana adalah semua benda yang kita
tambahkan atau kita pakai setelah bahan pokok dan berfungsi untuk melengkapi penampilan
seseorang dalam berbusana.

a. Makna-Makna Simbol Pakaian Adat Sumsel


Pakaian Adat Sumsel baik aesan gede dan pak sangkong, dari masing-masing bagian
mempunyai makna simbol. Makna simbol aesan gede dan pak sangkong ini akan diuraian
lebih lanjut yaitu, sebagai berikut:

1. Kain Songket
Kain songket pada pakaian adat sumsel yang sering dipakai memiliki motif
geometris abstrak murni, yaitu perulangan garis zig-zag. Dalam sejarah, motif
geometris merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah dikenal sejak
prasejarah.
2. Celano Sutra
Celano sutra ialah celana panjng yang berbahan sutra. Pada bgian bawah
celana terdapat bordiran yang berbentuk bunga yang mempunyai tangkai yang
panjang atau menjalar bisa disebut juga motif sulur yang merupakan sebagai simbol
kebhagiaan dan kemujuran serta melambangkan harapan masa depan yang lebih baik.
3. Dodot
Sama seperi kain songket diatas, dodot juga mempunyai motif tumpal dengan
garis zig-zag. Bedanya, motif tumpal pada dodot ini terdapat pada kanan dan kiri. Ini
menyimbolkan Bahwasannya kedua pengantin sebagai makhluk sosial, harus ramah,
tidak boleh sombong, harus saling menghormati sesama manusia dan menjaga
ketertiban.
4. Jubah
Jubah ini merupakan baju panjang yang bertaburkan bunga-bunga. Bunga-
bunga yang terdapat pada jubah ini seperti nunga terataiyang sedang mengapung
diatas air. Teratai adalah motif yang paling umum digunakan pada seni rupa Hindu
Budha. Teratai melambangkan kedududkan divinitas tertinggi.
5. Rompi

8
Rompi pada pakaian adat pernikahan Palembang ini sebagai pakaian dalam
pengantin laki-laki pada pakaian adat pak sangkong. Pada rompi ini terdapat motif
tunas tumbuhan pada bagian dada yang membentuk pola geometris yaitu garis zig-
zag. Motif tunas tumbuhan merupakan simbol bahwa agar manusia hendaknya
berguna bagi manusia lainnya (Sunaryo, 2009: 32). Selanjutnya, garis zig zag seperti
yang sudah dijelaskan di atas merupakan simbol dari keramahan, ketertiban dan saling
menghormati sesama manusia. Jadi, rompi merupakan simbol dari kehidupan yang
baru kepada pengantin agar supaya berguna dan saling menjaga kerukunan dalam
menjalankan kehidupan rumah tangga.
6. Baju Kurung
Baju kurung merupakan pengaruh dari Melayu-Islam yang dipakai oleh pengantin
perempuan. Motif pada baju ini sama seperti halnya pada jubah yang dikenakan oleh
pengantin laki-laki yaitu bertabur bunga-bunga. Menyimbolkan bahwa pengantin
perempuan juga merasakan kebahagian dan kesenangan atas pernikahan keduanya.
7. Kesuhun Pengantin Laki-laki
Kesuhun pengantin laki-laki. Motif hias yang terdapat pada kesuhun laki-laki
ini ada dua, yaitu: motif hias cemen dan motif hias bunga. Motif hias cemen ialah
motif hias untuk laki-laki. Cemen adalah kemaluan laki-laki (Sunaryo, 2009: 54).
Seorang laki-laki mempunyai tugas pokok melindungi keluarga dan masyarakat.
Motif hias cemen ini simbol bahwa seorang laki-laki harus mempunyai sifat berani.
Berani dalam keluarga dan masyarakat.Yang kedua ialah motif hias bunga yang
terdapat pada kesuhun ini merupakan motif hias bunga mawar. Motif hias bunga
mawar disebutkan merupakan lambang kesucian dan keangungan (Toekio, 2000: 81).
Jadi, kesuhun pengantin laki-laki ini merupakan simbol dari keagungan dan
keberanian dalam keluarga.
8. Kesuhun Pengantin Perempuan
Kesuhun pengantin perempuan. Motif hias yang terdapat disini ialah motif cen
dan motif hias bunga. Motif cen yang berarti motif kelamin wanita sebagai jalan
kelahiran. Motif cen ini disimbolkan sebagai asal kehidupan dan dianggap sebagai
penghormatan dan penghargaan kepada wanita sebagai pusat kehidupan (Sedyawanti,
2009: 54). Perempuan dalam kehidupan haruslah dihormati dan diberi penghargaan
karena merupakan pusat kehidupan.Motif hias bunga pada kesuhun ini yaitu bunga
mawar. Bunga mawar dianggap sebagai simbol matahari dan bulan. Di daerah
Kalimantan Barat, motif bunga mawar pada kain songket melambangkan
kekeluargaan (Sunaryo, 2009: 155). Jadi, kesuhunpengantin perempuan simbol dari
perempuan mempunyai sifat keibuan, kelembutan dan mempunyai rasa kekeluargaan.
9. Tebeng Malu
Penutup bagian samping kepala yang sering disebut tebeng malu Sabuk ini
dipasang dengan tujuan agar pengantin tidak saling lirik. Dalam adat Palembang,
adalah tabu bagi mempelai untuk saling lirik, apalagi saling pandang dan berbicara,
selama prosesi di atas puade (pelaminan) berlangsung (Syarofie, 2007: 40).
10. Pending
Pending ialah ikat pinggang. Pada ikat pinggang terdapat motif tumbuhan
yang menjalar. Makna motif tumbuhan yang menjalar ini yaitu, sebagai simbol
9
harapan masa depan yang lebih baik (Sunaryo, 2009: 159). Dengan demikian,
Pending ini mempunyai makna simbol bahwa perempuan dan laki-laki siap untuk
menjalani kehidupan atau sebagai simbol pengukuhan kehidupan.
11. Selendang Pelangi
Selendang pelangi yang mempunyai motif garis geometris yaitu garis lengkung dan
dipadu dengan garis horizontal. Garis lengkung merupakan simbol dari kebahagian
atau kegembiraan. Sedangkan, garis horizontal simbol dari ketenangan (Toekio, 2000:
29). Jadi, selendang pelangi mempunyai makna simbol bahwa orang Palembang
merasakan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan bermasyarakat.
12. Kelapo Setandan
Kelapo setandan terdapat hiasan bunga teratai yang mempunyai tangkai.
Hiasan bungai teratai di keraton Cirebon dianggap sebagai simbol kebesaran dalam
ketatanegaraan. Dalam kepercayaan Budha, bunga teratai juga simbol dari kemurnian
karena muncul tidak tercela meskipun dari dalam lumpur (Sunaryo, 2009: 154). Pada
pelengkap pakaian adat pernikahan Palembang terdapat tujuh tangkai bunga teratai
yang artinya pikiran perasaan, penglihatan, kebiksanaan, kesadaran, kebesaran dan
kemurnian.
13. Ketu
Ketu adalah semacam mahkota yang berbentuk topi. Dibagian depan ketu ini terdapat
hiasan geometris yang membentuk seperti objek-objek alam. Di bagian samping
terdapat hiasan bunga cempaka dan bagian atas ketu ini juga terlihat seperti taburan
bunga teratai.Hiasan geogmetris yang membentuk objek alam mempunyai makna
simbol dari rasa keindahan dan kecintaan. Serta, hiasan bunga cempaka dan teratai
menyimbolkan keagungan dan kesucian (Toekio, 2000: 80-81). Jadi, ketu ini simbol
dari laki-laki Palembang sebagai pemimpin yang agung dan mempunyai kecintaan
terhadap daerahnya dan keluarga.
14. Mahkota Pak Sangkong
Mahkota putri yaitu pak sangkong ini dipakai dikepala bagian kening yang
diikatkan kebelangkang. Pada mahkota ini terdapat motif hias bunga teratai dan
setangkai bunga mawar, selanjutnya terdapat motif dasar berbentuk lingkaran. Bunga
teratai seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan simbol dari kesucian dan bunga
mawar merupakan simbol dari kekeluargaan dan merupakan simbol dari matahari dan
bulan (Sunaryo, 2009: 155)
15. Gandek
Sama seperti mahkota pak sangkong, gandek juga dipakai dikepala bagian
kening, bedanya gandek ini dipakai terlebih dahulu dibandingkan mahkota pak
sangkong. Gandek terdapat motif hias bunga teratai. Pada pakaian adat pengantin
Kayuagung, gandek ini bermakna simbol yang berarti perempuan terkesan pemikir.
Jadi, gandek merupakan simbol dari kesucian dari memikiran perempuan Palembang.
16. Cempako
Cempako ini ialah bunga cempaka. Cempako ini merupakan motif hias bunga
yang mensimbolkan keindahan dan keanggunan (Syarofie, 2007: 35). Cempako ini
mempunyai makna simbol bahwa orang Palembang harus menjaga keindahan
perilakunya.
10
17. Sumping
Sumping seperti yang telah dijelaskan di atas ialah bunga untuk menutupi
telinga. Bunga mempunyai makna simbol keindahan. Sumping mempunyai makna
simbol bahwa dalam kehidupan harus mendengarkan segala hal yang baik-baik.
18. Gelung Malang
Gelung malang ialah rambut yang digelung yang member kesan kerapian.
Gelung malang ini membentuk garis horizontal yang melengkung. Seperti penjelasan
di atas simbol dari garis horizontal yang melengkung ialah rasa ketenangan dan
kegembiraan (Toekio, 2000: 29). Dengan demikian, gelung malang mempunyai
makna simbol bahwa perempuan Palembang ialah sosok yang anggun yang
mengutamakan kerapian dan mempunyai rasa ketenangan dalam menghadapi sesuatu.
19. Kembang Ure
Kembang Ure berbahan pandan dan bunga warna-warni yang dipakai dikepala
bagian belakang yang menyerupai atau bagaikan rambut yang terurai. Kembang ure
mempunyai makna simbol keanggunan seorang perempuan (Syarofie, 2007: 35).
Kembang ure simbol bahwa perempuan Palembang adalah sosok yang anggun dan
dapat memberikan warna tersendiri bagi keluarga.
20. Terate
Terate adalah penutup dada. Motif hias yang dipakai ialah bunga teratai
sebagai penutup dada. Bunga teratai merupakan simbol dari kesucian dan keangungan
(Toekio, 2000: 81). Terate ini merupakan simbol dari orang Palembang, baik laki-laki
dan perempuan harus mempunyai rasa kesabaran dan ketabahan hati dalam hal
apapun.
21. Kalung Tapak Jajo
Kalung tapak jajo ini di ujung kalungnya terdapat seperti kerbau. Motif hias
kerbau ini juga dapat ditemukan pada motif hias orang Toraja (Hoop, 1949: 136).
Dijelaskan bahwa kerbau merupakan binatang ternak dan bermanfaat untuk
membantu dalam mengolah lahan pertanian (Sunaryo, 2009: 122). Motif kerbau ini
dalam ornament nusantara umumnya digunakan sebagai lambang kesuburan dan
dipandang sebagai penolak yang jahat (Sunaryo, 2009: 122).
22. Selempang Sawit
Selempang sawit merupakan selempang yang diselempangkan di bahu, baik
laki-laki maupun perempuan. Ini mempunyai makna simbol bahwa laki-laki dan
perempuan harus sejajar, tidak ada yang di atas dan tidak ada yang merasa di bawah.

23. Kecak Bahu


Kecak bahu merupakan hiasan bahu. Kecak bahu mempunyai makna simbol
bahwa laki-laki dan perempuan Palembang harus mempunyai kekuatan dalam
menjalani kehidupan.
24. Gelang
Gelang ini merupakan simbol dari keanggunan (Syarofie, 2007:35).
25. Cincin
Cincin mempunyai makna simbol bahwa perempuan sudah menikah. Tetapi,
zaman sekarang makna dari cincin sudah luas ada yang hanya sebagai hiasan semata.
26. Setangan
Setangan ini berbentuk persegi panjang yang merupakan gabungan garis
vertikal dan horizontal, serta dibagian depan terdapat motif geometri yaitu garis
11
zigzag. Makna Simbol vertikal dan horinzontal yaitu ketegaran, kemuliaan dan
Ketenangan (Toekio, 2000: 29). Garis zig-zag merupakan simbol dari semangat. Jadi,
setangan merupakan simbol ketegaran dan ketenangan hidup.
27. Cenela
Cenele yaitu sandal. Cenela mempunyai makna simbol bahwa dalam
kehidupan dalam melangkah harus mempunyai pelindung diri yaitu agama.

c. Acsessoris
Beberapa Penjelasan singkat tentang Acsessoris yang terdapat pada pakaian adat dari
Sumatera Selatan, sebagai berikut :
a. Mahkota yang dikenakan adalah Karsuhun untuk perempuan dan Kopiah Cuplak
untuk laki-laki.
b. Terate adalah sebuah hiasan dipakai oleh si laki-laki dan perempuan untuk menutupi
bagian dada dan pundak. Terate imi bebentuk lingkaran bersudut 5 bermotif bunga
melati bersepuh emas. Bagian tepinya terdapat pekatu berbentuk bintang serta rantai
dan juntaian lempengan emas berbentuk biji mentimun. Hiasan ini menggambarkan
kemegahan dan kesucian.
c. Kebo Munggah atau Kalung Tapak Jajo, yaitu kalung yang terbuat dari emas 24 karat
berbentuk lempengan bersusun 3 (khusus untuk yang telah menikah). Kalung ini
masih boleh digunakan oleh laki-laki atau wanita yang belum menikah hanya saja
terdiri dari lempengan bersusun dua atau satu saja.
d. Selendang Sawit, ialah salah satu bagian dari pakaian adat Palembang yang terbuat
dari emas 22 karat dengan ragam hias sulur dan nada aksen intan di bagian tengahnya.
Selendang sawit ini dengan jumlah 2 yang dipakai menyilang dari bahu kiri ke
pinggang sebelah kanan, dan dari bahu kanan kepinggang sebelah kiri.
e. Keris. Keris ini dipakai oleh pengantin pria (keturunan raja/bangsawan) yang terselip
di pinggang depan sebelah kanan dengan gagang menghadap keluar. Untuk si laki-
laki yang bukan bangsawan atau keturunan raja, kerisnya diletakkan di bagian
pinggang belakang. Hal ini bermaksud untuk menghormati para raja atau atasan. Pada
jaman dahulu, sarung keris ini dibuat dari emas 20 karat.
f. Pending, yaitu ikat pinggang laki-laki dan perempuan dengan bentuk lempengan emas
berukuran 6×9 cm terbuat dari emas 20 karat. Badong adalah kepala pending yang
diukir dengan motif ragam hias naga, burung hong daun, dan bunga.
g. Gelang Palak Ulo, y aitu gelang emas 24 karat dengan taburan berlian berbentuk ular
naga bersisik dan berpulir. Gelang ini hanya digunakan oleh si-perempuan di bagian
lengannya.
h. Gelang Kecak. Gelang Kecak adalah gelang emas 24 karat berwujud mata berhias
pekatu polos dan ditengahnya ada dua tumpukan lingkaran berhias emas. Gelang ini
dipakai oleh kedua mempelai dibagian pangkal lengan.
i. Saputangan Segitigo, adalah saputangan yang dibuat dari beludru dengan warna
merah yang salah satu sisinya bertabur kelopak bunga melati dari emas. Di pinggir
saputangan ini ada rantai dan juntaian bandul juga lempengan logam berbantuk wajik.
Dipakai oleh mempelai pria di jari tengah sebelah kanan (Aesan Gade), atau dipakai
mempelai pria di telunjuk sebelah kiri (Aesan Paksangko).

12
j. Trompah, adalah sejenis sepatu yang dikenakan oleh kedua mempelai pengantin
biasanya berwarna senada dengan atasan untuk terlihat serasi.

photo by http://www.infollg.net

b. Unsur-unsur yang Terkandung pada Pakaian Adat

Terdapat dua unsur yang terdapat pada pakaian adat pernikahan Palembang, yakni
aesan gede dan pak sangkong yaitu, unsur keindahan (estetika), dan unsur kesopana (etika).
a. Unsur Keindahan ( Estetika )
Keindahan berasal dari kata indah yang berarti bagus, permai, cantik, molek dan
sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta
ciptaan tuhan ini. Seperti pada pakaian adat pernikahan Palembang yang merupakan daya
cipta seni yang berwujud konkret atau kebendaan, pakaian adat pernikahan ini mempunyai
nilai keindahan di setiap sudut dari aesan gede dan pak sangkong. Penciptaannya sendiri pun
harus mempunyai rasa seni atau rasa estetika tersendiri untuk menciptakan sebuah karya
dalam bentuk pakaian adat.

b. Unsur Kesopanan ( Etika )

Dalam hal ini cara berpakaian terutama pakaian adat aesan gede dan pak sangkong
merupakan etika teologis. Yang perlu diingat pada etika teologis ini adalah pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memilikietika
teologisnya masing-masing. Unsur Hindu Budha sendiri terkandung pada pakaian adat aesan
gede. Aesan gede yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu diduga berasal dari Kerajaan
Sriwijaya. Kepercayaan Kerajaan Sriwijaya yaitu Hindu-Budha.

Berbeda dengan pakaian adat pak sangkong yang merupakan pakaian adat pernikahan
Palembang yang didalamnya terkandung unsur Islam. Pemakaian baju kurung yang tertutup

13
pada pengantin perempuan merupakan salah satu syariat Islam untuk kaum muslimah. Seperti
yang terkandung dalam firman Allah Swt. dalam surat Al-Ahzab ayat 59.
Selain baju kurung, pemakaian ketu dan jubah pada pengantin laki-laki juga
merupakan kebiasaan orang-orang Islam Arab yang diakulturasikan menjadi kebudayaan
Palembang khususnya pada pakaian adat pak sangkong ini.

14
BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Dari uraian pada pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Pakaian Adat
Sumatera Selatan merupakan peninggalan dan budaya yang sangat berharga bagi Provinsi
Sumatera Selatan karna pakaian adat ini adalah peninggalan prasejarah dan simbol-simbol
yang terkandung dalam aesan gede dan pak sangkong merupakan simbol kebaikan kehidupan
di dunia dan akhirat. Kebaikan didunia yaitu agar setelah ernikahan akan mendapatkan
kebahagian dan kemujuran. Juga, terdapat simbol dalam berperilaku yaitu, ramah, tertib dan
saling menghormati.

Saran
Berikut beberapa saran yang dapat saya sampaikan:

Pakaian Adat aesan gede dna aesan pak sangkong pada masyarakat Sumatera Selatan
mempunyai nilai-nilai budaya yang tinggi. Alangka baiknya kita sebagai generasi muda tetap
menjaga dan melestarikan pakaian tradisional Sumatera Selatan in, walaupun ilmu
pengetahuan dan modernisasi pakaian ini terus berkembang, selayaknya kita harus
membangkitkan rasa unutk memiliki budaya sendiri agar menjadi pakaian adat aesan gede
dan pak sangkong sebagai ciri khas Provinsi Sumatera Selatan.

Kepada pemerintah agar melestarikan dan terus mengoleksi aesan gede dan aesan pak
sangkongyang sudah ada pada zaman Kesultanan sehingga breguna untuk generasi
mendatang.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2014/04/06/pakaian-adat-sumatera-selatan.22
November

https://insan-kamil-mistik.blogspot.com.22 November

https://palembangbatangharisembilan.blogspot.com.22 November

https://docplayer.info/50570696-Makna-simbol-dalam-aesan-gede-dan-pak-sangkong-
pakaian-adat-pernikahan-palembang.html.26 November

https://tabbayun.com/pakaian-adat-sumatera-selatan.26 November

https://www.sejarah-negara.com/pakaian-adat-sumatra-selatan.26 November

16

Anda mungkin juga menyukai