Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi seorang pengantin adalah suatu peristiwa yang ditunggu-


tunggu oleh laki-laki dan perempuan. Ketika seseorang menjadi pengantin,
pastilah menginginkan kesempurnaan penampilan. Kesempurnaan
penampilan pengantin dapat ditunjang dengan tata rias dan busana
pengantin yang disesuaikan dengan pengantin itu sendiri. Tata rias
pengantin tidak hanya sekedar menarik perhatian orang dalam upacara
perkawinan, perwujudannya tidak hanya mewah dan meriah saja namun
mengandung lambang-lambang dan makna tertentu sehingga dapat
menciptakan suasana sakral dan khidmat. Setiap detail tata rias dan busana
pengantin khususnya pengantin Jawa merupakan sebuah perlambang
kehidupan perkawinan atau perlambang budaya sekitar dan mengandung
kaidah filosofi-filosofi yang dalam.

Tata rias pengantin Solo memiliki pakem-pakem dari Keraton yang


harus dijaga kelestariannya baik melalui penggunaan maupun melalui
pembelajaran. Pakem-pakem tata rias wajah pengantin Solo antara lain
terletak pada warna bedak, warna eye shadow, warna lipstick warna pidih
serta bentuk alis pengantin. Ciri khas yang paling menonjol dari tata rias
pengantin Solo terletak pada tata rias dahi yang lazim disebut paes.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu sejarah tata rias pengantin solo putri?
2. Bagaimana tahapan adat-istiadar pernikahan solo putri?
3. Apa makna simbolik tata rias pengantin solo putri?
4. Apa Definisi dan makna paes pengantin solo putri ?
5. Bagaimana teknik membuat pas pengantin solo putri ?
6. Apa saja busana dan riasan wajah pengantin solo putri ?
7. Bagaimna pemasangan rambut dan sanggul pengantin solo putri ?

1
C. Tujuan
1. Agar mengetahui sejarah tata rias pengantin solo putri
2. Agar mengetahui tahapan adat-istiadar pernikahan solo putri
3. Agar mengetahui makna simbolik tata rias pengantin solo putri
4. Agar mengetahui definisi dan makna paes pengantin solo putri
5. Agar mengetahui teknik membuat pas pengantin solo putri
6. Agar mengetahui busana dan riasan wajah pengantin solo putri
7. Agar mengetahui pemasangan rambut dan sanggul pengantin solo putri

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Tata Rias Pengantin Solo Putri
Tata rias pengantin Solo putri merupakan suatu bentuk karya
budaya dan seni merias pengantin yang terinspirasi dari tata rias
bangsawan dan raja keraton kasunanan Surakarta.
Masyarakat luar Keraton menginginkan dirias seperti raja dan ratu
di Keraton ketika menikah. Sedangkan, zaman itu tata rias pengantin Solo
Putri hanya diperuntukkan dan perbolehkan untuk keluarga Keraton saja.
Melihat kondisi demikian, masyarakat membuat tata rias pengantin yang
menyerupai tata rias pengantin Solo Basahan yakni tata rias pengantin
Solo Putri.
B. Tahapan Adat Istiadat Perkawinan Solo Putri
Budaya tanah Jawa masih menyimpan sejuta keindahan dan
keagungan yang tetap dipegang teguh oleh masyarakatnya. Hal ini bisa
dilihat dalam upacara pernikahan yang penuh makna dan unik. Beragam
tradisi dan tata cara pernikahan menjadi bagian dari adat masing-masing
wilayah. Berikut prosesi pernikahan adat Jawa Solo yang umum dilakukan
oleh masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, yang terdiri dari lima
tahapan yaitu tahapan yang pertama terdiri dari :
1. Sebelum pernikahan
a. Pembicaraan
Tahapan ini intinya mencakup tahap pembicaraan pertama
sampai tingkat melamar.
b. Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan
mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang
putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan
status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada
pihak yang mengikat.

c. Salar

3
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara
Salar yang dilaksanakan oleh seorang duta, baik oleh duta yang
pertama atau orang lain.
d. Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada
calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar beserta calon
mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita
untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua
dapat membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik
dan hal lainnya dari si calon menantu.
e. Nglamar
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar
pada hari yang telah ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan
waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara
pernikahan.
Setelah melalui tahapan pembicaraan, dilaksanakanlah
peneguhan pembicaraan yang disaksikan pihak ketiga, seperti
kerabat, tetangga, atau sesepuh. Tahapan itu berupa:
1. Srah-srahan
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk
melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai dengan
barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna
mendalam di luar dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin,
seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan tradisional,
buah-buahan, daun sirih, dan uang.
2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua
kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon
mempelai.
3. Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu
meringankan keluarga pengantin wanita.
4. Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi

4
acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada pihak
yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat
ucapan terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa
uang dari pihak calon besan).
5. Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan
seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal, dan
bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.
Setelah tahapan kedua selesai berlajut pada tahapan ketiga yaitu
Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan
para sesepuh atau sanak saudara.
a. Sedhahan
Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.
b. Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan
mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan kenalan.
Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia
dan para pelaksana.
c. Jenggolan atau Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering
disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberitahukan dan
melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada
hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan
pernikahan.
Setelah tahapan ketiga selesai masuk pada tahapan yang ke
empat yaitu, Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu
gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi
tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah
kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan
pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan
pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga
mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang,

5
yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang
dan daun pohon kelapa.
a. Pasang Tratag dan Tarub
Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada
masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun
kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang
di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat
resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin dilengkapi, boleh
dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian
makanan nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan
apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang
kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi
panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing
kembar mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai,
kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau
laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
c. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam
semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa
dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat
pernikahan.
d. Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin
yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih
dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon
mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka
(calon mempelai pria dan wanita) duduk di tikar pandan,
kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang
ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak
ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging

6
mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan
ke lantai.
e. Adol Dhawet (Jual dawet)
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu
calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon
pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang
menggunakan pecahan genting sebagai uang.
f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar
dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian
merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan
harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan
keturunan.
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin
perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin
perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya,
karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan
menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.
i. Nyantri atau Nyatrik
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya
calon pengantin pria berserta pengiringnya.
Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau
kalau acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai
pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di tempat
mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara
penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan
kemampuan mempelai dalam Plangkahan.
2. Tahap saat pernikahan
a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah
pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah

7
acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua
mempelai resmi menjadi suami istri.
b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan
upacara panggih yang meliputi:
1) Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang
dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi
kebahagiaan dan keselamatan.
2) Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan
hilang terkena lemparan itu.
3) Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam
kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita
sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
4) Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci,
air hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-
warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang segala
segalanya dan bahagia lahir batin. Masuk ke pasangan bermakna
pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan
kewajiban.

5) Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan


menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan
keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.
Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana
riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan
a. Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah
pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur
keseimbangan masing-masing pengantin.
b. Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan
penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh
beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung
jawab memberi nafkah kepada keluarga.
c. Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung
kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan

8
(simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur
adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan
sembilan tumpeng
3. Sesudah pernikahan
1. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan
mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti
uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.
2. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas
bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma
orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak
akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.
3. Sungkeman
sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.
4. Kirab
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin
berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana.

C. Makna Simbolik Tata Rias Pengantin Solo Putri

Bapak M. Ng. Edi Sartono menjelaskan dalam wawancara yang


dilakukan pada 21 Februari 2016, sebenarnya tata rias pengantin Solo
memiliki 5 ragam bentuk pengantin, tiga diantaranya milik Keraton dan
dua yang lain milik masyarakat umum. Tata rias pengantin milik Keraton
adalah pengantin Solo Basahan, Solo Takwo dan Solo Langenarjan. Dalam
hal ini yang dimaksud milik Keraton adalah tata rias pengantin muncul
dari Keraton dan hanya diperuntukkan bagi keluarga Keraton. Sedangkan
milik masyarakat umum antara lain pengantin Solo Putri dan Solo
Kasatrian. Tata rias pengantin Solo Putri dan Solo Kesatrian adalah tata
rias pengantin yang diciptakan untuk meniru tata rias pengantin Keraton.
Ada lebih dari satu ragam bentuk pengantin pada adat Solo dikarena
zaman dahulu penyelenggaraan acara pernikahan sampai satu hari satu
malam. Sehingga membutuhkan pakaian ganti yang menimbulkan
keragaman bentuk pengantin.

9
Ragam bentuk pengantin ini digunakan sesuai dengan kesempatan.
Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Mangkunegaranpun memiliki
corak pakain yang berbeda. Corak Kabesaran atau Basahan digunakan
pada saat akad nikah dan prosesi panggih atau krobongan. Kain dodot
yang dipakai pengantin Kasunanan adalah kain dodot alas-alasan berwarna
hijau dan berprada. Sedangkan di Mangkunegaran, kain yang dipakai
adalah kain batik berwarna biru tanpa prada. Kemudian pada resepsi
pernikahan dan panggih, pengantin Keraton Kasunanan menggunakan
ragam pengantin Solo Takwo, sedangkan pengantin Keraton
Mangkunegaran menggunakan ragam Solo Langenarjan. Tata rias setiap
kesempatan atau prosesinya sama, perbedaannya hanya terletak pada
pakaian, aksesoris yang dikenakan dan warna paesnya.

Setiap bagian pengantin memiliki makna yang dalam tentang


kehidupan. Walaupun pengantin Solo Putri meniru tata rias pengantin
keluarga Keraton, namun makna tata rias Solo Putri memiliki makna
yang sama dalamnya dengan pengantin Solo Basahan. Makna setiap
bagian tata rias pengantin Solo Putri dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Bagian dan Makna Tata Rias Pengantin Solo Putri

No. Bagian makna

Tata Rias Wajah

10
1 Bedak warna kekuning- Natural, kulit seorang ratu yang
kuningan terawatt berwarna kekuning-
kunungan

2 Alis mangot Waspada, Dapat mengatasi segaa


serangan burukdari beberapa arah

3 Eye shadow warnacoklat Natural, diambil dari warna


dan hijau kulit dibawah rambut yang
dikerik

4 Lipstick berwarna Cantik seperti ratu/ permaisuri


merah sirih

5 Blus on merah bata Cantik seperti ratu/ permaisuri

6 Paes: Gajahan : Kuasa Tuhan Yang Maha


Pengapit Gajahan Esa

Penitis Godheg

11
Pengapit : Seorang wanita (ibu) yang
mampu menjalankan tugasnya

Penitis : Seorang laki-laki (ayah)


yang mampu menjalankan tugasnya.

Godhek : Anak yang berbakti pada


orang tua

Warna hitam: Pengantin memasuki


kehidupan orang tua (berkeluarga)

Penataan Rambut
1 Sanggul Bangun Tulak Melambangkan keindahan
dan Sebagai penolak balak

2 Sunggar Mampu mendengarkan nasehat dan


ucapan baik

Aksesoris

12
1 Cunduk mentul bunga Mendapat pertolongan dari Tuhan
seruni berjumlah 7/ 9

2 6 buah tanjungan/ 2 Perlindungan dari bahaya yang


buah sokan tak terlihat/ penolak balak

3 Cunduk jungkat Menyadari kekuatan Tuhan maka


kehidupan akan selalu dalam tatanan
Centung Tuhan

4 Centung Kesempurnaan perlengkapan


manusia untuk menyatu dengan
tuhannya

Roncean Melati
1 Melati tretes Sumber kehidupan dan penolak
balak

2 Tibo dodo bawang Cahaya yang diberikan Allah harus


sebungkul diresapi dan dirasakan di dada

13
3 Sintingan Kesetiaan pada suami

4 Borokan Menyembunyikan keburukan

D. Definisi dan Makna Paes Pengantin Solo Corak Putri

Paes adalah suatu bentuk riasan pada dahi pengantin yang


bertujuan untuk mempercantik muka pengantin wanita dengan
menggunakan kosmetik dengan cara tertentu dan menjadi suatu yang
sangat khusus dalam tata rias dahi pengantin karena paes inilah yang
menjadi perbedaan dengan tata rias wajah pengantin lainnya, serta
merupakan salah satu perhatian dari tata rias wajah pengantin
(Suksemasari dkk, 2010: 33). Fungsi cengkorongan paes sebenarnya
adalah digunakan cebagai patokan dalam upacara ngerik atau mencukur
rambut halus di dahi pengantin. Menurut Saryoto Naniek (1997:18)
pembuatan desain cengkorongan adalah untuk memudahkan waktu
mengerik. Jika cengkorongan sudah jadi, dalam arti bentuknya sudah
bagus, penata rias kemudian mulai menggunting dan mencukur bulu-bulu
halus atau anak rambut pada tengkuk dan tempat sogokan.

Pola atau bentuk paes cengkorongan paes pengantin solo terdiri


dari bentuk gajahan, pengapit, penitis dan godeg (Puspita Marta: 2010:
82). Ada 6 ragam pengantin Solo. Pada pakemnya, kesemua ragam
pengantin solo menggunakan paes atau tata rias dahi dengan bentuk yang
sama namun warna berbeda. Berdasarkan penelitian tahun 2013 yang
dilakukan Khofifah, Paes pengantin Solo Putri menggunakan pidih
berwarna hitam. Paes pengantin Solo Basahan berwarna hijau, paes
pengantin Solo Kesatriyan berwarna hitam, paes pengantin Solo Sawitan
belum diwarna, paes pengantin Solo Langenharjan berwarna hitam dan
pengantin Solo Takwa menggunakan paes berwarna hijau. Bentuk paes
pengantin Solo memiliki pakem yang berasal dari Keraton dan setiap

14
bentuknya memiliki arti sendiri-sendiri. Bentuk pakem paes pengantin
Solo dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Bentuk Spesifikasi Paes Pengantin Solo Putri

No. Paes Spesifikasi

1 Gajahan : Berbertuk setengah bulatan


ujung telur bebek di tengah-
tengah dahi 3 jari di atas
pangkal alis. Lebarnya
kurang lebih
4 jari.
2 Pengapit : Ukuran kurang lebih 1 jari
dari tepi luar gajahan. Bentuk
pengapit seperti kuncup
bunga kantil. Letaknya di
antara gajahan dan penitis.
Ujung pengapit menghadap
ke pangkal alis.
3 Penitis: Bentuk penitis dengan lebar
2,5 jari seperti bulatan ujung
telur ayam. Ujung penitis kiri
dan kanan menghadap ke
sudut alis.
4 Godeg : Bentuk godeg seperti kuncup
bunga turi
dengan ukuran 1 jari pada sisi
kanan kiri wajah.
(Sumber: Puspita Marta, 2010: 82)

Paes Pengantin Solo yang merupakan warisan budaya leluhur yang


mengandung makna-makna dan filosofi yang dalam. Makna dan filosofi
paes dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Makna Paes Gaya Solo Putri Berdasarkan Bentuk

15
No. Bentuk Paes Makna

1 Gajahan Titahan raja yang artinya kekuasaan


Tuhan Yang Maha Esa, kita
merencanakan tetapi kekuatan
Tuhan yang menentukan.
2 Seorang perempuan (ibu) sebagai
Pengapit
wadah penerus keturunan yang dapat
mendidik anak, menata rumah
tangga, berbakti pada suami, dan
sebagai
pendamping suami yang setia.
3 Penitis Laki-laki dewasa (ayah) sebagai benih
yang dapat
ngayomi (melindungi), nganaki
(member keturunan), ngayani
( member nafkah lahir batin)
4 Godheg Seorang anak harus berbakti pada orang
tua apapun
wujudnya dan apapun kondisinya
harus hormat pada orang tua
Sumber: (Mulyani Sri, 2008: 42)

E. Tekik Membuat Paes Pengantin Gaya Solo Putri

a) Teknik Tradisional

Teknik membuat paes sudah dikenal sejak zaman Mataram


dengan istilah teknik jari-jari. Teknik jari-jari adalah teknik membuat
pola paes dengan menggunakan ukuran jari pengantin. Setelah pola
sudah memiliki bentuk yang bagus, diisi dengan pidih dengan
menggunakan welat dengan teknik menanam padi, yakni pengisian
dimulai dari godheg sebelah kanan terus mundur sampai godheg
sebelah kiri.
1. Membuat bentuk Gajahan:

16
1) Dari pangkal alis diukur ke atas kurang lebih 3 jari. Beri titik.

2) Dari titik yang dibuat pertama tersebut dibuat garis lurus ke


atas. Beri tanda A.
3) Dari garis A, ukur kiri dan kanannya masing-masing 2
cm, beri titik dengan tanda B dan B1.
4) Hubungkan ketiga titik tersebut dengan garis melengkung
sehingga menyerupai setengah ujung telur

Gambar 2.8 Langkah Membuat Paes (Sumber :


Peneliti, 2016)

1. Membuat penitis (Ati-ati)


1) Dari pangkal gajahan diukur ke kanan, diberi titik dengan tanda C.
2) Dari titik C ini ukur lagi ke kanan 2.5 jari, beri titik dengan tand
C1.
3) lurus mengarah ke ujung hidung atau sudut alis. Untuk
menentukan ujung penitis yaitu ukur satu jari diatas sudut alis. Beri
titik dengan tanda C2. Beri jarak 1 jari sari puncak alis, beri titik
dengan tanda C2.
4) Hubungkan 3 buah titik C, C1, C2 dengan garis lengkung
membetuk setengah bulatan ujung telur ayam. Penitis menghadap
ke puncak alis.

17
Gambar 2.9 Langkah Membuat
Paes (Sumber : Peneliti, 2016)
2. Membentuk Pengapit
1) Di antara pangkal Gajahan dan pangkal Penitis dicari garis tengahnya,
beri titik. Ambil tengah-tengah antara titik dengan gajagan beri tanda
dengan titik D dan tanda titik dengan penitis beri tanda dengan D1.
2) Di antara ujung Gajahan dan ujung Penitis juga dicari garis tengahnya
beri titik. Ambil jarak ½ cm dari titik tanpa tanda dan naikkan dari garis
yang ditarik antara ujung gajahan dengan ujung penitis. Beri titik
dengan tanda D2.
3) Hubungkan titik D, D1 dan D2 hingga membentuk kuncup bunga kantil
(ngudup kantil). Ujung pengapit ini harus menghadap ke pangkal alis.

Gambar 2.10 Langkah Membuat Paes (Sumber : Peneliti, 2016)

3. Membuat Godhek
1) Dari pangkal penitis, tarik titiknya ke dalam rambut kira kira 1 cm.
Ambil jarak 1 jari jempol ke kanan beri tanda dengan titik E. Dari
telinga bagian dalam, ukur 2 jari ke depan beri tanda titik E1. Ukur lagi
1 cm dari daun telinga bagian dalam beri titik E2
2) Dari ujung bawah daun telinga ambil jarak 1 jari diberi titik
E3.

18
3) Dari titik pangkal penitis yang ditarik kebelakang tadi di tarik
garis lengkung melewati titik E1 menuju ke titik E3.
4) Tarik garis lengkung dari E melewati titik E2 ke E3 makin
bawah makin kecil dan runcing hingga menyerupai kuncup
bunga turi.

1) Pastikan kesemua paes mengarah pada titik pusat yang benar. Isilah
cengkorongan paes dengan pidih dengan menggunakan kuas atau
welat. Cara mengoleskannya dari dari bawah ke atas dari ujung ke
bagian pangkal. Pengisian dimulai dari godhek sebelah kanan terus
mundur seperti teknik menanam padi.

Gambar 2.12 Langkah Membuat Paes (Sumber : Peneliti, 2016)

a) Teknik Modern
Teknik modern merupakan salah satu teknik yang dapat membantu
para perias pemula untuk membuat paes. Teknik modern di sini, artinya
adalah teknik dalam membuat paes yang dibuat dengan bantuan kertas
(Ihsani, 2014). Teknik modern atau metode proporsional dilakukan dengan
menggunakan kertas yang dipotong dengan ukuran 10 x 10 cm kemudian
dilipat. Kertas tersebut digunakan untuk mengukur jari pengantin yang
kemudian digunakan untuk patokan ukuran untuk membuat paes pada dahi

19
pengantin. Ukuran yang digunakan sama dengan ukuran yang digunakan
pada teknik tradisional yakni 2, 2, 2 ½ ,1 dahi sebelah kanan dan
dahi sebelah kiri. Dengan teknik ini, ukuran paes akan lebih sesuai dengan
ukuran dahi pengantin.
Menurut penelitian yang dilakukan Suksemasari dkk (2010: 40)
pembuatan paes menggunakan teknik modern atau metode proporsional
memperoleh nilai tertinggi dengan nilai mean 4,34 sedangkan
menggunakan metode tradisional mendapatkan nilai terendah dengan nilai
mean 4,12. Dapat diartikan pembuatan paes menggunakan metode
proporsional mendapatkan hasil yang lebih baik walaupun perbedaannya
tidak signifikan.
b) Teknik Aplikasi Pidih Menggunakan Air Brush
Air brush make up dikenal dengan proses merias dengan
menggunakan teknik air brush (Han Chenny, 2011: 6). Air brush adalah
suatu alat yang secara khusus telah dikembangkan untuk penggunaan
berbagai jenis karya seni yang sifatnya menggambar. Alat ini dapat
digunakan diberbagai media lukis dari kanvas sampai dengan tubuh
manusia (air brush body art) (Pancawardani Finishia, 2013:11). Teknik air
brush juga dapat dipakai untuk paes pengantin Jawa. Teknik paes
pengantin Jawa menggunakan air brush sebagai berikut:
1) Rambut ditata sesuai dengan tradisi dan rias wajah dengan cantik.

Gambar 2.13 Langkah Aplikasi Pidih Teknik Air Brush (Sumber: Han Chenny)

2) Buat garis paes dibagian dahi mengikuti pakem.

20
Gambar 2.14 Langkah Aplikasi Pidih Teknik Air Brush

(Sumber: Han Chenny, 2010)

1) Buat cetakan garis paes diatas plastik bening. Gunting


mengikuti pola lengkung bawah.

Gambar 2.15 Langkah Aplikasi Pidih Teknik Air Brush

(Sumber: Han Chenny, 2010)

2) Tempel cetakan pada garis pola. Semprot air brush untuk


mengisi paes.

Gambar 2.16 Langkah Aplikasi Pidih Teknik Air Brush

(Sumber: Han Chenny, 2010)


3) Selesaikan paes dengan rapi dan merata.

Gambar 2.17 Langkah Aplikasi Pidih Teknik Air Brush


(Sumber: Han Chenny, 2010)

F. Busana Pengantin Solo Putri

1) Busana solo putri pengantin wanita

21
Ciri khas dari busana pengantin Solo Putri adalah penggunaan
kebaya berbahan beludru panjang hingga lutut dengan hiasan lung-
lungan bordiran emas. Motif berbentuk tumbuh-tumbuhan ini memiliki
makna kesinambungan. Filosofinya dekat dengan bumi. Tidak merusak
bumi, selalu bergandengan tidak ada putus. Sedangkan di bagian dada
pengantin wanita terdapat kain tambahan (Bef) atau Kutu Baru yang
dilengkapi tiga buah bros direnteng secara vertikal ditegahnya.

Pada jaman dahulu kebaya beludru ini hanya ada dalam warna
hitam, namun kini semakin banyak pilihan warna seperti hijau, biru,
merah, ungun dan lain sebagainya. Begitu pula dengan ukurannya, saat
ini banyak modifikasi busana pengantin Solo Putri yang panjang
kainnya seperti busana pengantin barat.

Busana penutup bagian bawah pengantin wanita bisa menggunakan


banyak pilihan kain batik tradisional, seperti motif batik Sido Mukti,
Sido Mulyo, atau Sido Asih. Di bagian depan kain batik ini biasanya
akan dibuat wiru atau lipatan kain, terdiri dari 7, 9, 11 atau 13 lipatan
dengan ukuran sekitar 2-3 jari. Untuk tampil lebih anggun, maka akan
dikenakan berbagai perhiasan lain seperti gelang, kalung, giwang,
cincin, dan alas kaki berupa Selop dari bahan bludru sewarna dengan
kebaya.

2) Busana dan rias pengantin Jawa Solo Putri untuk mempelai pria
Rias pengantin solo putri untuk mempelai pria bentuknya lebih
sederhana dibandingkan dengan riasan pengantin wanita. Untuk bagian
kepala sendiri, pengantin pria hanya diberikan bedak yang selaras

22
dengan pengantin wanita, sedikit lipstick, eye shadow, bunga kanthil
yang diselipkan ditelinga atau juga bisa menggunakan blangkon khas
surakarta. Busana pengantin solo putri untuk mempelai pria adalah
berupa beskap atau jas singkepan, maupun beskap langenarjan
berbahan beludru dengan motif lung-lungan yang sewarna dengan
kebaya yang dikenakan oleh pengantin wanita. Untuk bagian bawah
pengantin pria juga menggunakan bebetan kain batik dengan pilihan
motif sidomukti, sidoasih atau sidomulyo.

Untuk memperkuat kain batik yang dikenakan, pengantin pria


juga menggunakan setagen, sabuk boro carak cinde, epek atau timang
berbentuk ikat pinggang dari bahan bludru sesuai dengan warna busan
yang dikenakan.

Sedangkan perhiasan yang dikenakan pengantin pria adalah bros


yang dipakai pada kerah dada sebelah kiri, kalung karset atau kalung
ulur dengan bros kecil dibagian tengah yang disebut singetan, dan juga
memakai keris ladrang dengan bungan kolong keris di bagian
belakang. Untuk alas kaki pengantin pria juga menggunakan selop
tertutup berbahan bludru sewarna dengan beskap yang dipakai.

G. Pemasangan Rambut Dan Sanggul

Sanggul pengantin gaya solo memiliki ciri yang khas, dinamakan


sanggul Bangun Tulak, bentuknya mirip kupu-kupu oleh karena itu juga

23
disebut ngupu. Sanggul bangun tulak biasanya dipakai oleh permaisuri
atau putri-putri raja. Hanya ada perbedaan sedikit yaitu pada pemakaian
bunga.

1. Peralatan
Untuk membuat sanggul bangun tulak harus ada bahan/alat sebagai
berikut:
a. Sebuah baki untuk mengatur minyak orang-aring, pemade, dan
hairspray
b. Sebuah baki berisi enam buah kotak kecil, tiap kotak diisi (harnal
besar, harnal kecil, jepit bebek, rajut panjang dan bulat, tali sepatu
hitam dan karet gelangan)
c. Sebuah baki kecil untuk mengatur cemara panjang, cemara pupuk
dan cemara kecil lungsen tiruan.
d. sebuah baki diberi alas pisang dan diatasnya diatur (rajut panjang
yang telah diberi ranjang daun pandan, bunga tiba dada bawang
sebangkul, dua buah bunga bangun tulak, dua buah bunga khantil,
lima bunga melati yang telah dibuat borokan.
e. Sebah tempat sisir berisi (sisir bergigi besar, sisir bergerigi kecil,
sisir tanduk)
2. Cara menata sanggul
a. Mengisi rajut pandan
Rajut pandan diisikan dengan rajangan atau irisan kecil-kecil daun
pandan yang telah disiapkan. Rajut dibuka dan digulung kemudian
dilepas sedikit demi sedikit untuk diisi pandan rajangan, gunakan
kedua ibu jari untuk meratakan rajangan pandan. Apabila rajut
ltelah penuh, panjangnya diukur kira-kira 2 ½ kilan atau lebih dari
ukuran dua tapak tangan.
b. Membuat sanggur
Rambut calon pengantin yang sudah diikat atau disanggul dilepas,
diberi sedikit minyak orang-aring. Apabila rambut ada yang

24
pendek (pni dan lain-lain) olesi dengan pemade agar dapat
melekat. Kemudian rambut disisir ke belakang untuk membuat
sunggar.

c. Membentuk sanggul

Setelah membuat sunggar dilanjutkan membentuk sanggul. Pasang


rajut pandan, ikat sisi rambut yang sudah disunggar. Pasang rajut
pandan 2.5 jengkal. Jika rambut kurang tebal atau banyak
tambahkan lungsen,sibakkan rambut menjadi 2 bagian untuk
membungkus rajut pandan. Pasang bangun tulak menutup sisi rajut
pandan yang terlihat disanggul dan aksesoris lainnya (cunduk
mentul, bros gelung,tanjungan, sintingan, cunduk jungkat,
centung, borokan, tiba dada)

BAB III

PENUTUP

25
A. Kesimpulan
Riasan Solo Putri sering dikenakan oleh warga Solo dan Jawa
Tengah bagian surakarta. Untuk pengantin perempuan mengenakan kebaya
yang dipasangkan dengan kain batik sebagai bawahannya. Kebaya tersebut
memiliki model bef atau kutu baru, serta berpotongan panjang hingga
selutut pengantin. Kebaya yang digunakan lazimnya terbuat dari beludru
warna hitam, hijau, biru, merah, ungu, atau coklat. Material beludru yang
digunakan bisa menambah kesan glamor dan elegan bagi pengantin yang
mengenakannya. Sementara, untuk kain bawahan batik yang digunakan
biasanya merupakan motif khusus, yaitu Sido Mukti, Sido Mulyo, dan
Sido Asih, serta diwiru atau terdapat lipatan pada bagian depan kain,
berkisar 9, 11, atau 13 lipatan. Sehingga saat pengantin wanita berjalan,
wiru akan melambai laiknya ekor burung merak. Untuk riasan Solo Putri,
memiliki ciri khas tertentu antara lain paes hitam pekat dan cundhuk metul
yang jumlahnya sekira 7-9 buah yang menadakan pertolongan dari Yang
Maha Kuasa. Jumlah cundhuk metul tersebut juga memiliki makna
tersendiri. Misalnya, jumlah tujuh diartikan sebagai pertolongan,
sementara, jumlah sembilan melambahkan jumlah wali songo.
Selain itu, riasan Solo Putri juga disertai cundhuk sisir dan ronce
melati tibo dodo atau untaian bunga melati yang panjang menjuntai hingga
ke bagian dada wanita. Bentuk sanggulnya adalah konde bokor tengkurep
yang ditutup dengan racik melati miji timun atau rajutan daun pandan dan
melati. Sedangkan, busana pengantin Solo Putri untuk pria, mengenakan
beskap Langen Harjan. Kemeja berkerah dan bermanset yang dipadu
dengan batik bermotif sama dengan pengantin wanita, yaitu Sido Mukti,
Sido Mulyo, atau Sido Asih. Kemudian, sebagai pelengkap penampilan,
pria mengenakan bros yang dikenakan pada kerah dada sebelah kiri, serta
memakai kalung karset atau kalung ulur dengan bros kecil di bagian
tengah yang disebut Singetan. Sebagai perlambang kegagahan, pengantin
pria mengenakan keris berbentuk Ladrang dan Bunga Kolong Keris. Keris
tersebut diselipkan di bagian belakang sabuk.

B. Saran

26
Sebagai seorang penata rias kita harus bisa memahami bagai mana
riasan di setiap daerah yang ada di Indonesia. Karena setiap daerah
memiliki ciri khas tertentu yang membedakan riasan tersebut dengan
daerah lain. Untuk dapat memahami berbagai macam riasan yang ada di
Indonesia kita harus banyak mencari tahu tentang tata rias pengantin. Dan
mengaplikasikan ilmu yang kita dapat kepada klien agar kemampuan kita
terus bertambah

Daftar Pustaka

https://lib.unnes.ac.id/28387/1/5402412024.pdf

https://tumpi.id/busana-dan-rias-pengantin-jawa-solo-putri

27
Khofifah.2013.Karakteristik Tata Rias Pengantin Solo.Edisi Yudisium.02(02):27

28

Anda mungkin juga menyukai