Anda di halaman 1dari 7

AN-NISAA AZ-ZAHRA UYUUNILJANNATI

NIM 13010121140131
Sastra Indonesia, SMT II

Pertunjukkan Kesenian Tradisional Wayang Topeng


Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso
Kabupaten Pati Jawa Tengah
Oleh : An-nisaa Az-zahra Uyuuniljannati (13010121140131)
Program Studi Sastra Indonesia Universitas Diponegoro

Abstrak : Penulisan ini bertujuan untuk : (1) mengetahui bentuk kesenian Wayang Topeng
Soneyan, (2) mengetahui makna pelaksanaan ritual dalam kesenian Wayang Topeng Soneyan,
(3) mengetahui fungsi ritual dalam kesenian Wayang Topeng Soneyan, (4) mengetahui
bagaimana perkembangan kesenian Wayang Topeng Soneyan, (5) mengetahui bagaimana
respon masyarakat terhadap kesenian Wayang Topeng Soneyan, (6) mengetahui bagaimana
cara pelestarian terhadap kesenian Wayang Topeng Soneyan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Objek tempat yang di observasi yaitu di Dukuh Kedungpanjang Desa
Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Sumber data diperoleh melalui observasi atau
wawancara di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati
dan dari artikel maupun jurnal di internet. Hasil dari penelitian ini adalah, (1) bentuk dan makna
pelaksanaan ritual dalam kesenian Wayang Topeng Soneyan yaitu (a) ritual pembersihan
Punden sebelum acara pertunjukan dimulai (b) ritual penyembelihan kambing dan darahnya
harus mengucur di lantai Punden setempat (c) mengadakan Lamporan sebagai ritual untuk
mengusir roh jahat. (2) (a) sesaji yang digunakan dalam ritual pembersihan Punden sebelum
pelaksanaan pertunjukan ada pisang raja, bumbu wiwit, dan kupat lepet. (b) sesaji yang
digunakan pada saat pertunjukan ada pisang raja, ayam panggang, nasi buceng, dan telur. (3)
kesenian Wayang Topeng Soneyan mempunyai fungsi sebagai syarat tradisi dalam upcara
sakral yang diadakan setiap Bulan Apit dan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat baik
pemain maupun penonton.
PENDAHULUAN

Wayang topeng merupakan bentuk kesenian tradisional berupa pertunjukan drama tari
dengan menggunakan topeng. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wayang topeng
merupakan pertunjukan wayang yang para pelakunya memakai topeng (1998 : 1010). Dahulu
kala pada zaman Mataram pertunjukan topeng sudah tersebar di seluruh pesisir yang meliputi
pesisir utara, serta bagian barat dan timur daerah kejawen. Salah satu daerah yang termasuk
kedalam penyebaran wayang topeng di wilayah pesisir utara adalah kota Pati. Pertunjukan
wayang topeng yang berada di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan diperkirakan sudah ada
sejak tahun 1896. Keterangan tentang asal usul wayang topeng di Kedungpanjang selama ini
berdasarkan dari pelaku wayang topeng secara turun temurun.
Kesenian wayang topeng ini berada di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Kesenian wayang topeng ini selalu disertakan dalam
rangkaian upacara ritual tahunan sedekah bumi yang sudah menjadi tradisi turun temurun
masyarakat Kedungpanjang. Selain menjadi syarat utama dalam ritual sedekah bumi, tari
topeng Soneyan ini menambah daftar warisan dari Kabupaten Pati yang telah diakui oleh dunia
dan mendapatkan penghargaan dari UNESCO.
Pertunjukan wayang topeng ini rutin dipentaskan pada saat upacara bersih desa pada
bulan Apit hari sabtu kliwon. Unsur pendukung pertunjukan wayang topeng terdiri atas dalang,
penyimping, penari, pengrawit. Pendukung berjumlah 24 orang yang merupakan penduduk asli
Desa Soneyan. Warga mempercayai jika yang memainkan bukan masyarakat asli Soneyan,
pemain itu akan keulitan bahkan tidak bisa sesuai dengan pertunjukan wayang topeng pada
semestinya. Struktur wayang topeng dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tari Prasonto dan tari
Nembe, inti pertunjukan berisi cerita, dan bagian akhir merupakan sajian tari Pratajaya dan tari
Kelana. Pada dasarnya pelaksanaan tari pada wayang topeng ini terkesan sederhana, misalnya
bentuk tanjak kaki yang dilakukan dengan kaki lurus atau berdiri. Busana pertunjukan wayang
topeng memiliki ciri khas yaitu dengan busana sederhana. Akan tetapi perbedaan karakter yang
diperankan tetap muncul. Ciri khas wayang topeng Kedungpanjang ini terletak pada musiknya
yang berbentuk tabuhan khas srepeng ukluk.
Sejak awal kemunculan tahun 1896 hingga sekarang wayang topeng mengalami
perkembangan fungsi, dari sekedar berfungsi ritual sebagai sarana upacara sedekah bumi
sampai fungsi sosial lainnya. Sehingga sangat besar artinya bagi masyarakat Kedungpanjang.
Kegiatan ritual sedekah bumi tanpa disertai pertunjukan wayang topeng dikhawatirkan dapat
membawa hal buruk yang tidak diinginkan bagi ketentraman masyarakat.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, di mana peneliti bertindak sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data
dilakukan secara trigulasi yang lebih menekankan makna daripada generalisasi. Adapun
langkah untuk mendapatkan data dari penelitian ini melalui dua tahap. Yaitu tahap observasi
dan studi pustaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Kesenian Wayang Topeng Soneyan


Struktur dari kesenian wayang topeng ini terdiri dari tari Prasonto, tari Nembe, cerita
Among Tani, tari Pratajaya dan tari Kelana. Tari Prasonto merupakan kesenian yang
disajikan paling awal dalam rangakaian kesenian wayang topeng Soneyan. Tari Prasonto
merupakan sebuah tari pembuka dalam pertunjukan wayang topeng. Setelah tari Prasonto
ada pembukaan kedua oleh tari Nembe, walaupun tari Nembe tidak termasuk kedalam inti
cerita wayang akan tetapi tarian ini merupakan sebuah tradisi yang selalu dilakukan
sebelum pertunjukan wayang berlangsung. Cerita inti dari pertunjukan wayang topeng
Soneyan biasanya menyajikan cerita Among Tani yang mengisahkan tentang percintaan
Dewi Sri dan Wisnu. Karena cerita ini dianggap sesuai untuk disajikan dalam perayaan
upacara sedekah bumi Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan. Cerita Dewi Sri dan Wisnu
melambangkan kesuburan. Pada inti cerita wayang topeng ini terbagi menjadi sepuluh
adegan dengan akhir cerita Dewi Sri yang berubah menjadi Padi, dan Wisnu berubah
menjadi Ketela. Setelah inti cerita dari wayang topeng sudah tersampaikan, dilanjutkan
dengan tari Pratajaya yang merupakan tarian ekstra untuk masuk ke dalam alur cerita.
Untuk bagian penutup dari pertunjukan wayang topeng ada tari Kelana, tarian ini
merupakan tarian penutup yang menggambarkan Prabu Badokbasu yang sedang berias diri
untuk menyambut lamaran dari Patih Kala Mambang.
Busana yang digunakan oleh para penari dan pemain wayang topeng ini tidak terlalu
mementingkan keindahan dan kerapihannya. Akan tetapi lebih mementingkan
kesederhanaannya. Hal itulah yang menjadi ciri khas wayang topeng Soneyan. Walaupun
menggunakan kostum dan riasan yang sederhana, pemain dan penari dapat memerankan
karakter tokoh dengan sangat baik, sehingga karakter yang diperankan tetap muncul dan
benar – benar dapat menunjukan karakter wayang yang diperankan.
Pertunjukan wayang topeng ini terdiri dari lima belas penari. Para penari ini harus dari
keturunan penari terdahulu, karena masyarakat percaya jika bukan penari asli warga dukuh
Kedungpanjang akan kesulitan dalam bergerak dalam memainkan karakter topeng. Selain
penari, dalam pertunjukan wayang topeng ini ditemani oleh pemusik, yaitu sepuluh orang
pengrawit, satu swarawati, seorang dalang dan seorang penyimping. Para pemain wayang
topeng dusun Soneyan ini merupakan warga setempat yang didukung oleh para petani,
pedagang, kuli, dan masyarakat sekitar yang tidak berprofesi sebagai seniman. Karena
masyarakat Soneyan memainkan wayang topeng hanya untuk sekedar melestarikan
pertunjukan peninggalan leluhur.

B. Makna Pelaksanaan Ritual Dalam Wayang Topeng Soneyan


Upacara ritual yang dilakukan masyarakat Dukuh Kedungpanjang yaitu upacara bersih
desa yang dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan Apit hari Sabtu Kliwon yang
bertujuan untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan. Sebelum melakukan
pertunjukan para penari dan pemain wayang topeng melakukan ritual terlebih dahulu.
a. Pertunjukan wayan topeng Soneyan biasanya diadakan disebuah Kalangan
(Punden) yang dipercayai sebagai tempat sakral. Biasanya sebelum acara
pertunjukan wayang topeng dimulai, masyarakat desa setempat membersihkan
tempat ini terlebih dahulu.
b. Ritual penyembelihan kambing. Upacara ini biasanya dilakukan pada bulan Puasa
dan pada saat upacara bersih desa. Penyembelihan kambing ini harus dilakukan di
Punden karena darah yang jatuh di Punden merupakan sebuah inti dari ritual.
c. Kemudian diadakan Lamporan yaitu ritual yang dipercaya untuk mengusir roh
jahat. Ritual ini dilakukan setiap bulan Suro hari Jum’at Wage.

Makna simbolik sesaji yang digunakan dalam prosesi pertunjukan wayang topeng
Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.

a. Sesaji yang digunakan pada saat sebelum pelaksanaan ritual pembersihan Punden
yang diletakan didekat pohon beringin.
- Pisang raja melambangkan sebuah harapan dan kemakmuran
- Bumbu wiwit biasanya digunakan sebagai persembahan untuk Dewi Sri
- Kupat lepet melambangkan pengakuan atas dosa yang diperbuat
b. Sesaji yang digunakan pada saat pelaksanaan pertunjukan yang diletakan di dekat
gamelan.
- Pisang raja melambangkan sebuah harapan, kesejahteraan, dan kemakmuran
- Ayam panggang melambangkan rasa syukur
- Nasi buceng melambangkan ucapan terima kasih kepada Tuhan
- Telur melambangkan sebagai kelahiran yang bersih dan penuh tekad

C. Fungsi Ritual dalam Kesenian Wayang Topeng Soneyan Bagi Masyarakat


Fungsi utama pertunjukan wayang topeng Soneyan adalah sebagai sarana utama dalam
upacara selamatan bersih desa. Sebagai syarat untuk keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat Desa Soneyan. Kesenian ini dilakukan sebagai perwujudan penghormatan cikal
bakal (nenek moyang) serta bentuk rasa syukur pada Tuhan yang telah memberikan
perlindungan dan kemakmuran. Karena jika tidak melaksanakan ritual ini dikhawatirkan
akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan untuk ketentraman masyarakat.
Kesenian pertunjukan ini juga memiliki fungsi langsung dan tak langsung bagi
masyarakat. Fungsi langsungnya yaitu sebagai suatu hiburan bagi masyarakat di mana saat
pertunjukan wayang ini banyak warga yang datang dan terhibur. Sedangkan fungsi tak
langsungnya yakni sebagai proses pembelajaran dari peristiwa masa lalu dan pemeliharaan
berkelanjutan. Hal ini diyakini sebagai keutuhan pada lingkungan masyarakat tertentu.

D. Perkembangan Wayang Topeng Soneyan


Wayang topeng Soneyan merupakan salah satu kesenian kebanggan masyarakat
Kedungpanjang dari generasi ke generasi. Walaupun kesenian ini sudah ada sejak zaman
nenek moyang akan tetapi masih tetap ada di era sekarang dan rutin digelar pada saat upcara
bersih desa atau sedekah bumi berlangsung. Kesenian ini merupakan sebuah warisan dari
nenek moyang yang berlangsung secara sosial dan dilakukan secara sadar dalam upaya
untuk melestarikan dan mengembangkan nilai – nilai yang ada didalamnya. Kesenian ini
dari awal muncul hingga sekarang tetap menjadi sebuah kesenian sakral yang selalu
digunakan dalam upacara bersih desa atau sedekah bumi dan tidak ada unsur komersial
didalamnya. Karena kesenian ini benar – benar pure diadakan ketika acara sakral saja.
Bahkan semua dana yang dibutuhkan untuk pagelaran wayang topeng ini merupakan dana
dari masyarakat desa sendiri, tidak pernah ada campur tangan dari Dinas Kabupaten Pati.
Walaupun kesenian ini terdapat fungsi sebagai media hiburan, akan tetapi tidak untuk
diperjual belikan atau sebagai komersil.
E. Respon masyarakat terhadap kesenian Wayang Topeng Soneyan
Tanggapan masyarakat mengenai kesenian wayang topeng adalah, bahwa pertunjukan
wayang topeng merupakan sarana upacara selamatan bersih desa atau sedekah bumi yang
biasa disebut Kabumi. Pada kegiatan ini masyarakat tidak pernah meninggalkan wayang
topeng dalam rangkaian upacaranya. Artinya dari generasi ke generasi selalu menampilkan
kesenian wayang topeng ini. Maka dari itu, masyarakat sepakat untuk meneruskan tradisi
yang sudah mengakar dan menanamkan kepercayaan kepada generasi penerus untuk tetap
melaksanakan dan melestarikan kesenian ini. Selain itu masyarakat Dukuh Kedungpanjang
berharap agar kesenian ini semakin kreatif dan semakin maju. Kesenian wayang topeng ini
juga sebagai sarana hiburan untuk masyarakat untuk melepas kejenuhan sehingga dapat
menghibur diri, baik dari pemain maupun penonton.

F. Pelestarian terhadap kesenian Wayang Topeng Soneyan


Wayang topeng sebagai kesenian tradisional ini walaupun menghadapi berbagai
macam tantangan, serta hambatan namun hingga kini masih tetap bertahan. Masyarakat
Dukuh Kedungpanjang juga telah berupaya untuk mempertahankan dan mengembangkan
ekspresi kebudayaannya melalui proses transmisi budaya. Masyarakat berharap agar
kesenian ini tetap ada dan terus berlangsung. Maka dari itu, agar semua pihak yang
berkepentingan, pemangku, dan pendukung kesenian, pemerintah, dan terutama para
generasi muda untuk bekerja sama dalam upaya penggalakan warisan kebudayaan dan
kesenian yang sudah berjalan ini menjadi lebih intensif dan efektif. Upaya pelestarian ini
dapat dilakukan melalui jalur formal, nonformal, informal, ataupun dapat diselenggarakan
di sekolah, sanggar – sanggar kesenian, atau di kalangan keluarga.

SIMPULAN

Pertunjukan wayang topeng Dukuh Kedungpanjang, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso,


Kabupaten Pati, Jawa Tengah merupakan bentuk pertunjukan kesenian tradisional yang
menampilkan kesenian tari topeng didalamnya dengan menyampaikan sebuah cerita Among
Tani yang mengisahkan tentang Dewi Sri dan Wisnu. Masyarakat setempat meyakini bahwa
pertunjukan ini harus ada saat upacara sakral karena dipercaya akan mendatangkan sebuah
kemakmuran dan kesejahteraan, baik bagi kehidupan masyarakat ataupun terhadap kesuburan
padi. Wayang topeng ini tetap ada dari zaman nenek moyang hingga sekarang, yang diharapkan
tidak akan punah di telan zaman. Sehingga khususnya para generasi muda harus tetap
melaksanakan tradisi atau ritual yang ada dengan tetap melestarikan budaya dan kesenian
daerah yang dipunyai.
DAFTAR PUSTAKA

Qodriyah, Lailatul. 2018. “Pertunjukan Wayang Topeng Dusun Kedungpanjang Desa Soneyan
Kec. Margoyoso Kabupaten Pati (Kajian Holistik) dalam Skripsi”. Surakarta.

Wuryaningrum, Any. 2017. “Wayang Topeng Soneyan Pati”,


http://mybloganywuryaningrum.blogspot.com/2017/abstrak_26.html?m=1, diakses pada 6
April 2022 pukul 23.17.

Kumaidah, Ayuk Pitri. 2017. “Makna Tari Nembe dalam Wayang Topeng Klana Jaya Soneyan
Kabupaten Pati”. Semarang
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai