Anda di halaman 1dari 12

1

Volume x Nomor x Tahun xxxx Halaman xx- xx


ISSN: 2715-2723, DOI:…..
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb

FUNGSI TARI SELODANG MAYANG DI ISTANA AMANTUBILLAH


KABUPATEN MEMPAWAH

Suri Saputri1, Ismunandar2, Regaria Tindarika3


Universitas Tanjungpura

Article Info ABSTRACT


This research discusses the function of the Selodang Mayang dance
Article history:
which is in the Amantubillah Palace environment with the meaning of
Received: having to hold the marwah of customs to maintain and maintain
Revised: cultural preservation, the problem found in this research is that this
Accepted: dance can only be performed in the Amantubillah palace not just
anyone can dance and witness the Selodang Mayang dance, The
purpose of this study is to describe the function of the Selodang
Keywords: Mayang Dance at the Amantubillah Palace, Mempawah Regency. This
Dance function, Selodang study used a descriptive method with a qualitative research form using
Mayang Dance an anthropological approach. The research location was carried out at
the Amantubillah Palace, East Mempawah District, Mempawah
Regency. The research data sources are Raja Mardan, Deki Prasetya
Ardiansyah, and Roby Suhendra. Data collection uses observation,
interviews, and documentation. Data analysis techniques using
interactive models. Results and discussion a) Selodang Mayang dance
at the Amantubillah Palace, Mempawah Regency, b) The function of
the Selodang Mayang dance at the Amantubillah Palace, Mempawah
Regency as entertainment, c) The function of the Selodang Mayang
dance at the Amantubillah Palace, Mempawah Regency as
entertainment, d) The function of the Selodang Mayang dance at the
Palace Amantubillah Mempawah Regency as a Ritual, e) The function
of the Selodang Mayang Dance at the Amantubillah Palace,
Mempawah Regency as an educational medium, f) The function of the
Selodang Mayang dance at the Amantubillah Palace, Mempawah
Regency as a social function.

Copyright © 2022 Suri Saputri 1, Ismunandar 2, Regaria Tindarika 3..

🖂 Corresponding Author:
Suri Saputri
Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H Jl. Profesor Dokter H. Hadari Nawawi, Bansir Laut, Kec.
Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124, Pontianak
Email: surisaputri.123@gmail.com
2

PENDAHULUAN
Masyarakat Kabupaten Mempawah sebagian besar adalah Suku Melayu keturunan Bugis
yang masih erat hubungannya dengan adat istiadat Istana Amantubillah Mempawah yang masih
memelihara tradisi mereka hingga saat ini seperti adat empat puluh harian, adat buang, tepung
tawar dan sebagainya. Bila dilihat dari sisi ini tidaklah terlalu mengherankan jika keturunan Bugis
yang masih berhubungan dengan keraton Amantubillah Mempawah ini mempercayai bahwa
pelaksanaan adat istiadat yang mereka budayakan merupakan gambaran dari kewajiban yang
telah dilaksanakan mereka sejak dulu.
Tari Selodang Mayang merupakan satu diantara tari tradisional Melayu yang berkembang di
lingkungan Istana Amantubillah yang sekarang dipimpin oleh Raja Mardan Adi Jaya Kusuma
Ibrahim. Tarian ini pertamakali diciptakan untuk menyabut kedatangan tamu-tamu Raja Opu
Daeng Menambun pada acara robo-robo yang merupakan acara tahunan kerajaan Amantubillah,
diadakan Pada masa kekuasaan Raja Opu Daeng Manambon dan Ratu Kesumba tarian ini mulai
diangkat dalam lingkungan Istana Amantubilah sebagai tarian penyambutantamu Raja yang tidak
hanya dari Nusantara tapi juga yang dari luar. Dalam pelaksanaaanya tarian ini terdapat beberapa
ketentuan antara lain, tarian ini hanya boleh dilaksankan atas perintah Raja dan atas izin leluhur,
penari yang membawakan tarian ini dipilih dari ritual yang dilaksanakan sebelumnya seperti
mandi kembang tujuh rupa dengan menggunakan kain kuning yang dililitkan sebagai kemban,
dan makan sirih. Pada masa Raja Mardan Adi Jaya Kusuma tarian ini dapat dilaksanakan di
Istana Amantubillah pada acara-acara tertentu khususnya pada hajatan-hajatan besar yang
dilaksanakan di Istana Amantubillah seperti robo-robo, pernikahan keluarga Istana, khitanan,
naik ayun dan acara-acara hajatan besar lainya.
Tari selodang mayang menggambarkan bahwa kerajaan Mempawah sangat menghormati
para tamu yang hadir dari penjuru nusantara. Tarian ini bermakna bahwa kita harus memegang
marwah adat istiadat yang bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian budaya
yang berujung pada ketahanan nasional. Tari Selodang Mayang merupakan tarian yang diambil
dari nama tumbuhan yang digunakan sebagai properti dalam tarian itu sendiri, yaitu selodang
mayang. Jumlah penari untuk tarian ini terdiri dari lima orang atau lebih dan keseluruhan
penarinya merupakan perempuan yang masih perawan serta tidak dalam keadaan kotor
maksudnya yakni tidak boleh dibawakan oleh penari yang sedang haid. Tarian ini menggunakan
busana khas melayu, yaitu baju kurung berwarna kuning keemasan dan kain motif awan berarak
dengan hiasan kepala dan anting khas suku Melayu, Tari Selodang Mayang diiringi lagu dengan
judul “Selodang Mayang”. Lagu ini diciptakan oleh Pangeran Ratu Mulawangsa Dr. Ir. Mardan
Adijaya M.Sc.
Peneliti menemukan beberapa keunikan yang ada pada tarian Selodang Mayang dan
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi yang terdapat pada tarian selodang mayang diantaranya
yaitu tarian ini ditujukan untuk menyambut tamu-tamu Raja sebagai simbol kehormatan bagi
tamu Raja yang telah hadir pada acara-acara kerajaan, adapun ketentuan tersebut terkait syarat
pelaksanaan tari ini seperti, adanya ritual khusus sebelum dilaksanakan, penarinya terpilih, waktu
dan tempat yang telah ditentukan, serta tujuan dari pelaksanaan tari ini. Tarian ini hanya dapat
ditampilkan dikeraton Amantubillah sehingga tidak sembarang orang dapat menyaksikan dan
menarikan tarian ini, dari observasi ini lah peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Fungsi tari
Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas pada uraian diatas didapatkan
masalah penelitian “Fungsi Tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten
Mempawah”, maka dapat didentifikasikan rumusan masalah pada peneletian ini yaitu
“Bagaimana fungsi Tari Selodang Mayang di Istana amantubillah Kabupaten Mempawah”.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan peneliti melakukan penelitian ini yaitu
“Mendeskripsikan fungsi Tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah”.
3

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode
penelitian adalah langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengumpulkan informasi
atau data serta melakukan investigasi pada data. Sugiyono (2018) mengungkapkan bahwa metode
penelitian merupakan sebuah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Widi (2010) mengungkapkan bahwa metode deskriptif merupakan suatu metode
penelitan yang mengembangkan konsep, menghimpun fakta tapi tidak menghimpun hipotesis.
Bentuk penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi. Hal in bertujuan agar penelitian ini dapat
menjawab dengan jelas rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Pendekatan
antropologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi tari. Sedyawati
(dalam Pramutomo, 2008) mengungkapkan bahwa antropologi tari berarti mempelajari tari dalam
konteks suatu kebudayaan yang utuh, maka peneliti perlu melengkapi diri tentang pengetahuan
yang seutuh-utuhnya tentang kebudayaan bersangkutan. (Sumaryono 2011) memgungkapkan
bahwa antropologi tari adalah suatu studi yang mempelajari tari sebagai produk kebudayaan
terkait dengan perilaku masyarakat. Dalam hal ini tari dilihat sebagai sebuah unsur kebudayaan
yang utuh. Tari dalam perjalanan kehidupan manusia mempunyai peranan yang penting yang
telah menjadi kebiasaan pada masyarakat sebelumnya. Lokasi penelitian ini dilakukan di Keraton
Amantubillah, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah. Peneliti memilih lokasi ini
karena dari awal terciptanya tari Selodang mayang hanya ditampilkan dalam lingkungan Istana
Amantubillah Mempawah

Gambar 1. Keraton Amantubillah Kabupaten Mempawah


(https://images.app.goo.gl/2Q1j4bRLQFGEiZ2i9)
Sumber data yang digunakan dalam penelitin ini berupa informasi yang diperoleh dari
narasumber disampaikan secara langsung oleh narasumber yaitu Raja Mardan yang merupakan
keturunan langsung keraton Amantubillah, dan beberapa yang mengetahui tentang tari Selodang
Mayang, dokumen mengenai hal yang berkaitan dengan tari Selodang Mayang. Berikut beberapa
narasumber yang membantu dalam penelitian ini, antara lain:
a. Raja Mardan Adi Jaya Kusuma Ibrahim (60) sebagai informan pertama
merupakan Raja keturunan Keraton Amantubillah, sekaligus sebagai seniman yang
menciptakan musik iringan serta lirik pada tari Selodang Mayang dan juga mengetahui tentang
tarian selodang mayang.
b. Deki Prasetya Ardiansyah (29) sebagai informan kedua yang
merevitalisasi tari Selodang mayang dan mengetahui secara mendalam tentang tarian tersebut.
c. Roby Suhendra (25) sebagai informan ketiga merupakan peneliti terdahulu
dengan judul “Makna Simbol Tari Selodang Mayang di Pulau Pedalaman Kabupaten
Mempawah”, membantu peneliti mendapatkan data dan dokumentasi mengenai tarian selodang
mayang.
4

Data merupakan fakta-fakta atau keterangan (informasi) yang digunakan sebagai sumber
atau bahan untuk menemukan kesimpulan atau membuat keputusan-keputusan. Haryana dan
Sujadmiko (2012) mengungkapkan bahwa data adalah fakta-fakta yang dipilih untuk dijadikan
bukti dalam rangka pembuktian dan penganut alasan dalam pengambilan kesimpulan. Data yang
digunakan peneliti berupa deskripsi, video, dan dokumen lainya yang diperoleh berdasarkan
wawancara dengan narasumber yang terkait mengenai Fungsi Tari Selodang Mayang di Istana
Amantubillah Kabupaten Mempawah. Teknik pengumpulan data Patton (dalam Ahmad, 2014)
mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif terdiri atas semua informasi yang seseorang miliki
tentang kasus itu. Data kasus mencangkup seluruh data wawancara,data observasi, dan data
dokumentasi.
Peneliti menggunakan Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan sumber data yang
dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan hal-hal yang ada pada objek penelitian. Teknik
observasi ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh data tentang kajian fungsi tari selodang
mayang. Teknik wawancara peneliti melakukan wawancara bersama narasumber yang
mengetahui secara jelas tentang tarian Selodang Mayang, didalam peneliti membawa daftar
pertanyaan sebagai pedoman dalam melakukan wawancara, pertanyaan tidak selalu berurutan
ditanyakan kepada narasumber tetapi proses wawancara tetap berlangsung secara fleksibel namun
tetap terkendali. Wawancara di lakukan dengan pendekatan secara langsung yaitu percakapan
yang dilakukan secara langsung dengan narasumber untuk mencari data-data sesuai materi dan
kajian di lapangan berkaitan dengan fungsi tari selodang mayang. Teknik dokumentasi Ratna
(2010) mengungkapkan bahwa teknik dokumentasi berkaitan dengan sumber terakhir, interaksi
bermakna antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, interaksi internal dalam
diri sendiri, seperti hasil karya baik ilmiah atau nonilmiah, karya seni, dan berbagai bentuk catatan
harian lainnya. Dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat dan merekam yang sesuai dengan
kejadian fakta yang diperoleh secara langsung sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki tingkat keabsahan data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Alat
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara,
dan Handphone. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Menurut Miles dan
Hubbermman (dalam Ibrahim, 2015) mengungkapkan bahwa analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif yang berdiri dari kegiatan reduksi data, display data, dan klasifikasi data, ada
beberapa langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan yang pertama yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik menguji keabsahan data diperlukan untuk
mengetahui data yang telah dikumpulkan peneliti dapat dipastikan kebenarannya, dalam hal ini
adapun Teknik untuk mendapatkan keabsahan data yaitu perpanjang pengamatan dan triangulasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah
Kerajaan Mempawah memiliki beragam kekayaan budaya. Satu diantara kekayaan budaya
terwujudlah lewat seni tari yang bernama tari Selodang Mayang. Tari Selodang Mayang
merupakan tarian khas Kerajaan Mempawah yang masih dilestarikan dan dikembangkan di
lingkungan Istana Amantubillah. Tari Selodang Mayang merupakan tarian yang diambil dari
nama properti yang digunakan dalam tarian itu sendiri yaitu Selodang Mayang, penggunaan
properti Selodang Mayang itu sendiri merupakan sebuah simbol pengikat tali silaturahmi dan
kebersamaan yang di tujukan kepada tamu yang datang, Selodang mayang yang digunakan
dalam tarian ini menggunakan selodang mayang yang berasal dari kelapa atau pinang.
5

Gambar 2. Tumbuhan Selodang Mayang

Gambar 2. Tumbuhan Selodang Mayang


Tarian Selodang Mayang berkembang dalam lingkungan Keraton Amantubillah
Mempawah yang sekarang dipimpin oleh Raja Mardan Adi Jaya Kusuma Ibrahim, menurut
Raja Mardan Adi Jaya Kusuma Ibrahim tari Selodang Mayang diciptakan oleh buyut Raja
Opu Daeng Manambon dan hanya boleh ditarikan oleh perempuan yang masih perawan dan
harus mempunyai keturunan Kerajaan. Pada masa kekuasaan Raja Opu Daeng Manambon
dan Ratu Kesumba tarian Selodang Mayang ini mula digunakan untuk menyambut
kedatangan tamu atau Raja pada acara robo-robo di Istana Amantubillah Mempawah.
6

Gambar 3. Prosesi tari penyambutan tamu Raja

Gambar 4. Tari Selodang Mayang


Tari Selodang Mayang sekarang merupakan tarian selamat datang yang ditampilkan
untuk menyambut tamu-tamu yang hadir dalam setiap acara yang diadakan Kerajaan, sebagai
bentuk penghormatan dan hiburan kepada tamu yang datang, penggunaan Selodang Mayang
sebagai sebuah simbol pengikat silaturahmi dan kebersamaan. Mayang yang berada di dalam
bungkusan Selodang diibaratkan keberagaman masyarakat di Kabupaten Mempawah yang
heterogen namun terbungkus dalam nilai kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan yang
utuh yang disimbolkan dengan Selodang yang memiliki tekstur yang keras dan kuat. Hal ini
dapat diartikan bahwa Selodang Mayang yang digunakan merupakan simbol Keraton
Mempawah pada saat itu sebagai suatu simbol kekuasaan yang ada dengan segala
keberagaman harus tetap dijaga sehingga Kerajaan akan tetap kuat dan utuh.
Tari Selodang Mayang ini tidak hanya sebagai tari penyambutan untuk Raja dan tamunya,
tarian ini juga biasa digunakan sebagai hiburan saat ada acara hajatan baik untuk robo-robo,
khataman, khitanan, naik ayun, pernikahan kerajaan dan acara hajatan lainnya yang
dilaksanakan di kerajaan, waktu pelaksanaanya tergantung dari keputusan Raja seperti robo-
robo yang ditampilkan pada waktu malam hari saat dimulainya acara robo-robo tersebut
Penggunaan properti selodang mayang kaitannya dengan gerakan yang ada dalam tarian
dimana pada satu diantara penari yang memegang properti selodang mayang.
7

Gambar 5. Tari Selodang Mayang


Penari yang memegang Selodang Mayang melakukan gerakan seperti menimang-nimang
bayi dengan kedua tangan, bayi yang melambangkan kehidupan sehinga perlu dijaga dengan
cara ditimang sehingga bayi merasa aman dan nyaman, cara memegang selodang mayang
tersebut memiliki makna bahwa persatuan semangat silaturahmi antara masyarakat yang ada
di Kabupaten Mempawah harus dijaga dengan sangat baik, karena dengan persatuan dan
kesatuan yang kuat dimana semangat silaturahmi antar masyarakat tetap terjaga maka
kerajaan Mempawah akan berdiri kuat.

Gambar 6. Tari Selodang Mayang


Tarian Selodang Mayang bersifat sakral karena sebelum menampilkan tarian tersebut
masih melakukan ritual khusus, seperti mandi kembang tujuh rupa dengan menggunakan
kain kuning sebagai kembannya, makan sirih, membaca shalawat, puasa dan menghidupkan
dupa saat pertunjukan, ritual tersebut dilakukan untuk mendekatkan diri dan sebagai bentuk
komunikasi kepada leluhur serta untuk mensucikan diri agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan, Keraton Amantubillah masih mempercayai adanya para leluhur. Tarian selodang
Mayang hanya boleh ditarikan oleh perempuan yang masih perawan dan dalam keadaan suci
atau tidak sedang haid, penari dalam tarian ini juga harus berjumlah ganjil, hal ini sesuai
dengan tradisi yang telah ada ketika pertama kali tarian ini diciptakan dimana penarinya
merupakan dayang-dayang istana. Pada tahun 2010 tarian Selodang Mayang direvitalisasi
oleh Deki atas permintaan langsung dari Raja Mardan Adi Jaya Kusuma agar dapat
menghidupkan atau memperindah kembali tarian Selodang Mayang. Tata busana yang
8

digunakan dalam tarian Selodang Mayang memakai busana khas Melayu yaitu baju kurung
dan kain motif awan berarak dengan menggunakan sanggul ayam ngeram dan hiasan
kembang goyang dikepala.
B. Fungsi Tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah
sebagai Hiburan
Tari Selodang Mayang pertama kali diciptakan pada masa Raja Opu Daeng Manambon,
tari Selodang Mayang awalnya diciptakan untuk menyambut tamu-tamu Raja pada acara
robo-robo, tarian Selodang Mayang digunakan untuk menyambut tamu terhormat dari
penjuru Nusantara dan kemudian dikembangkan oleh Raja Mardan Adi Jaya Kusuma
sebagai tari yang selalu ada dalam acara-acara yang diadakan Istana. Pada tahun 2010 Deki
Prasetya merevitalisai tarian Selodang Mayang atas permintaan Raja Mardan Adi Jaya
Kusuma, Raja juga mengembangkan lirik dan musik pada tarian Selodang Mayang, awal
mula tarian ini ditampilkan pada tahun 2011 untuk menyambut tamu Raja dalam acara robo-
robo, tarian ini sangat menghibur para tamu yang hadir, sesuai dengan gerak yang ada dalam
tari Selodang mayang diciptakan sederhana tapi dapat memberi kesan dan menghibur orang-
orang yang melihat tarian ini.
Gerak yang ada pada tarian Selodang Mayang merupakan gerak-gerak sederhana, sopan
dan lembut. Walaupun dengan gerak yang sederhana dan lirik yang dilantunkan pada tarian
ini dapat membuat tamu-tamu yang hadir merasa tenang dan terhibur saat disambut. Untuk
menyambut dan menghibur para tamu Raja, tidak sembarangan orang dapat menampilkan
dan menyaksikan tarian Selodang Mayang, semua yang terlibat dalam tarian Selodang
Mayang harus atas izin Raja. Tari Selodang Mayang ini bisa ditariakan atau ditampilkan
hanya di Istana Amantubillah saja, para penari dan pemusik berada diteras Istana, pemusik
disusun mengahadap penari dan tidak membelakangi tamu sedangkan para tamu berada
dihalaman atau tempat yang telah disediakan.
C. Fungsi Tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah
sebagai Ritual.
Tari Selodang Mayang merupakan satu diantara tari yang masih bersifat sakral di Istana
Amantubillah. Tari Selodang Mayang merupakan tarian yang digunakan untuk menyambut
tamu-tamu Raja yang hadir dalam acara robo-robo juga sebagai penyambung hubungan
antara Sebelum tari Selodang Mayang dimulai, dupa harus dipersiapkan terlebih dahulu,
dupa tersebut di letakan di dalam wadah yang berisikan beras yang dipercayaai dupa tersebut
sebagai alat penyambung kepada leluhur, penari Selodang Mayang merupakan wanita-
wanita berjumlah 5 orang penari atau lebih yang telah disetuji oleh Raja dan masih perawan
dan tidak dalam keaadaan datang bulan/ haid, penari juga harus mensucikan diri mereka
dengan cara mandi kembang tujuh rupa dengan menggunakan kemban berwarna kuning
dengan membaca shalawat, hal ini dilakukan agar saat menampilkan tarian ini tidak terjadi
sesuatu yang membahayakan bagi orang-orang yang bersangkutan. Tidak hanya penari
pencipta gerak dan pencipta musik pun harus melakukan ritual tersebut, dan juga harus
bersemedi terlebih dahulu.
Tarian Selodang Mayang juga tidak dapat ditampilkan disembarang tempat, tarian
Selodang Mayang hanya bisa ditampilkan di lingkungan Istana Amantubillah dan atas izin
Raja. Tari Selodang Mayang ini ditampilkan pada selasa malam, sebelum acara puncak robo-
robo.
D. Fungsi Tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah
sebagai media pendidikan
Kesenian disetiap daerah mempunyai arti dan fungsi yang penting bagi masyarakatnya.
Adapun, selain sebagai hiburan tari ini juga sebagai media pendidikan, karena turut membina
pekembangan mental dan spiritual. Pendidikan menurut aturan pemerintah yang berlaku
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal.
9

Jazuli (2008) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu pendidikan yang dilembagakan (formal) dan tidak dilembagakan (informal).
Pendidikan seni yang dilembagakan adalah pendidikan seni yang dikelola sendiri secara
perorangan maupun berbadan hukum.
Raja sering mengajak dan mengumpulkan para pelaku seni dan peminat seni yang ada di
Kabupaten mempawah untuk berlatih dan mengembangkan seni bersama di Istana sekaligus
menjaga kesenian yang ada di Kabupaten Mempawah, tari Selodang Mayang merupakan
satu diantara tari yang sering dilatih. Dalam proses berlatih bersama tersebut dapat saling
belajar, saling memberi, dan menerima, sekaligus mengajar sesama pelaku seni. Materi yang
disampaikan dusesuakan dengan kemampuan individu, misalnya waktu latihan itu dua jam,
maka instruktur memiliki target dalam dua kali latihan gerak tari Selodang Mayang sudah
harus terselesaikan dan tersampaikan tetapi jika materi belum bisa tersampaikan secara
keseluruhan maka waktu latihan pun ditambah.
Pergerakan yang diajarkan adalah gerak tradisi, para penari menerima secara mentah apa
yang diberikan oleh instruktur, mereka harus bisa mengikuti gerakan yang diberikan secara
baik dan benar, hal ini menunjukan bahwa penari harus memiliki sikap disiplin.
Dalam pembelajaran tari Selodang Mayang, materi yang digunakan lebih banyak bersifat
praktis, tidak ada waktu belajar tertentu dan tidak diselenggarakan pemerintah, contohnya
latihan tari Selodang Mayang dilakukan pada waktu luang dengan sistem yang pelatihan
yang tidak terlalu ketat tetapi substansi seni yang dipelajari sangat jelas, misalnya materi
yang diajarkan adalah bentuk penyajiannya maka mereka diajarkan tahapan-tahapan dari
awal sampai akhir, dimulai dari gerakan inti, dan gerakan akhir. Penari Selodang Mayang
diajarkan untuk disiplin gerak, seperti tangan dan kaki tidak boleh diangkat terlalu tinggi dan
kepala yang selalu menunduk.
Tari Selodang Mayang memilii nilai-nilai pendidikan yang dilihat dari setiap
pergerakannya memiliki makna yang begitu dalam yang begitu dekat dengan kehidupan,
begitu juga dengan lirik dari tari Selodang Mayang ini mengandung amalan-amalan untuk
membentuk kepribadian manusia yang utuh, dari awal hingga tarian Selodang Mayang
selesai penari tetap menundukan kepala, dan juga tidak terdapat gerakan yang membelakangi
para tamu untuk menunjukan rasa hormat kepada setiap tamu yang datang.
E. Fungsi tari Selodang Mayang di Istana Amantubillah Kabupaten Mempawah
sebagai Fungsi Sosial
Kehadiran seni mencangkup tiga faktor yang saling berhubungan yakni antara pencipta
tari, hasil karya seni, dan pengamat atau penonton. Ketiga faktor itu merupakan kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, atau menjadi sebuah lingkaran yang satu menunjuk yang lain
Hadi (2000) mengungkapkan bahwa seorang pencipta akan menghasilkan sebuah karya yang
akan dinikmati dan diamati ole penonton, kemudian penonton atau pengamat yang kritis akan
memberikan tanggapan atau kritik dan komentar terhadap karya itu.
Dalam hal ini fungsi sosial dipahami bahwa kehadiran seni semata-mata sebagai refleksi
penguat atau kesetiakawanan sosial. Fungsi sosial yang mengandung kebersamaan atau
kesetiakawanan dalam tari Selodang Mayang dapat dilihat dari, mereka mengembangkan tari
Selodang Mayang melalui berkumpul atas permintaan Raja. Melalui berkumpulnya para
pelaku kesenian ini terjalin interaksi sosial antara satu sama lain. Ketika mereka akan
mempersiapkan penampilan tari Selodang Mayang dalam sebuah acara Kerajaan, mereka
harus berlatih terlebih dahulu secara tidak langsung ketika mereka berlatih akan selalu ada
komunikasi antara satu dengan yang lainnya, kebersamaan dan keakraban akan terjalin dari
proses latihan.
Ketika ada acara di Istana Amantubillah tidak hanya anggota kerajaan saja yang hadir
namun pada acara tersebut ada tamu-tamu yang diundang dan akan lebih banyak orang yang
berkumpul dan akan terjalin interaksi sosial di dalamnya. Adapun, selain sebagai wadah
10

interaksi sosial, tari ini juga berperan sebagai perekat sosial antara para tamu yang hadir
karena tamu-tamu yang diundang Raja bisa dari kalangan apapun, secara tidak langsung
dapat menjalin ikatan sosial, kebiasaan ini terus dilakukan sampai kepada hubungan yang
lebih dekat sehingga dapat meningkatksn rasa saling menghormati terhadap satu orang
dengan yang lainnya.

Gambar 7. Tamu yang hadir dalam acara malam robo-robo


Tari Selodang Mayang bisa dikatakan sebagai alat komunikasi, karena didalam tarian ini
terdapat pesan-pesan yang dilantunkan lewat syair-syair dan pergerakan tari Selodang
Mayang. Adanya tarian Selodang Mayang maka adanya tempat atau wadah berinteraksi satu
sama lain, yang membuat tamu-tamu saling bertemu dan berinteraksi saat acara kerajaan
diadakan, penari dan pemusik pun akan membentuk rasa solidaritas.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, pada kesempatan
ini terdapat beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tentang “Fungsi Tari Selodang Mayang
di Istana Amantubillah di Kabupaten Mempawah” memiliki beberapa fungsi penting bagi
kehidupan. Tari Selodang Mayang dijadikan sebagai tarian hiburan untuk menghibur dia acara
hajatan yang dilaksakan kerajaan dan menyambut tamu Raja yang hadir dalam robo-robo,
tarian ini dibentuk dikemas secara sederhana. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk
penelitian kualitatif, melihat dari latar belakang tarian Selodang Mayang yang memiliki
sejarah dimana tarian ini merupakan tarian yang lahir dikeraton, yang memiliki sejarah
sehingga untuk menganalisis data yang diperoleh peneliti menggunakan bentuk penelitian
kualitatif untuk mendeskripsiskan fungsi dari tarian selodang mayang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, berikut saran yang dapat
Disampaikan :
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang fungsi tari tradisional
khususnya fungsi tari Selodang Mayang yang ada di Kabupaten Memapawah.
2. Dengan adanya penelitian ini dapat membantu mahasiswa lainya dalam menambah
informasi tentang fungsi tari Selodang Mayang.
3. Karena penelitian ini mempunyai keterbatasan diharapkan peneliti lain dapat menambah
referensi tentang fungsi tari Selodang mayang, sehingga penelitian yang terkait dengan
tari Selodang Mayang akan bertambah.
11

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Sumandiyono. 2000. Seni Dalam Ritual Agama. Yokyakarta: Tarawang Press
Haryanta, Tri Agung dan Sujatmiko, E. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta: Aksarra Sinergi
Media.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Pramutomo,R,M, 2008. Etnokoreologi Nusantara. Surkarta: Institut Seni Indonesia
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora
pada Umumnya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sumaryono. 2011. Antropologi Tari. Yokyakarta: Badan Penerbit ISI Yokyakarta
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu
12

Anda mungkin juga menyukai