Peninggalan Sosial Budaya adalah segala sesuatu yang nampak karena hasil cipta, rasa dan
karsa manusia sebagai akibat dari interaksi yang dilakukan oleh manusia dengan dengan
manusia lainnya atau pun dengan lingkungan sekitarnya. Contoh diantaranya adalah tari
jaipong, atau tari ketuk tilu dari daerah Jawa Barat dan bangunan bersejarah seperti candi atau
pun pun den berundak karena semua contoh tersebut merupakan hasil dari cipta, rasa dan
karsa manusia pada saat itu sebagai produk dari interaksi manusia lainnya dan lingkungannya.
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah sistem gagasan, tindakan dan alhasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dilahirkan dari diri manusia melalui belajar.
Ketika kita melakukan pelestarian peninggalan sosial budaya kita harus menjaga dan
mengembangkan peninggalan sosial budaya tersebut agar tetap utuh dan tidak termakan oleh
zaman.
Kebudayaan atau dalam bentuknya yang lebih halus, peradaban, bergerak melebar dalam ruang dan
memanjang dalam waktu. Filsuf sejarah, seperti Oswald Spengler (1880-1936) dan Arnold Toynbee
(1889-1975) menggambarkan gerak peradaban itu seperti siklus. Sejarah lingkungan budaya atau
peradaban berjalan melintasi suatu lingkaran, yaitu muncul, berkembang, dan mundur1. Orang sering
berkata, “l’histoire se repete (sejarah berulang)”. Pernyataan tersebut cenderung menyesatkan. Sebagai
post eventum (sejarah sebagai peristiwa), sejarah terjadi sekali saja. Pengulangan yang dapat diamati
terletak pada polanya. Karena bersifat khas (uniqueness), yang ada hanyalah kemiripan-kemiripan.
Tidak pernah ada kejadian yang benar-benar sama.
Perubahan yang terjadi dalam bentuk-bentuk peradaban merupakan historical necessity (keniscayaan
sejarah). Dengan kata lain, sunnatullah (hukum alam). Sesuatu yang pada mulanya dipersepsikan
sebagai modern dan mutakhir pada akhirnya akan menjadi sejarah. Dalam proses-proses itu, ada yang
mengalami kepunahan, dan ada pula yang mampu bertahan dengan kemampuan adaptifnya.
Kehidupan sosial manusia berporos dalam tiga dimensi waktu, yaitu masa lampau, masa kini dan masa
depan. Apa yang kita pahami tentang hari ini, kesadaran diri, dan penilaian terhadap “orang lain” (the
other peoples) terbentuk oleh pengalaman masa lalu (the past). Akumulasi dari pengalaman yang
pernah dialami membentuk pengetahuan tentang masa lampau. Dengan demikian, sejarah dengan
sendirinya menjadi barometer perubahan2.
Peninggalan sejarah yang bersifat fisik dalam perspektif legal-formal disebut sebagai “Benda Cagar
Budaya”, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun terakhir. Ada pula istilah situs yang menunjuk
pada pengertian yang dekat. Istilah Benda Cagar Budaya sekurang-kurangnya mulai dikenal sekitar
tahun 1980-an. Pengertian “Benda Cagar Budaya”, seperti dijelaskan UU No. 5 tahun 1992 adalah
sebagai berikut:
a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau
bagian-bagiannya atau sisa-sisa yang berumur 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas serta
dianggap mempunyai nilai yang penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai yang penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
Sejalan dengan perkembangan zaman, Peninggalan sejarah tidak semuanya sampai ke tangan generasi
sekarang. Sebagian mengalami kepunahan, dan sebagian tidak tentu rimbanya, terkubur di dalam
tanah, atau terbenam di lautan. Sebagian lagi yang diterima generasi kita tidak semuanya berhasil
diterangkan. Sisanya masih bersifat enigmatik (teka-teki).
Pelestarian bukanlah sikap antikuarianisme yang memandang masa lalu dalam tinjauan romantisme.
Pelestarian mencakup pula di dalamnya transformasi dan revitalisasi. Seperti slogan situs Melayu online,
“Melestarikan tradisi dengan cara yang tidak tradisional”.
Menurut konsep Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia, pelestarian adalah upaya pengelolaan
perubahan secara selektif melalui kegiatan perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan atau
pengembangan pusaka untuk menjaga kesinambungan, keserasian dan daya dukungnya dalam
menjawab dinamika jaman, kualitas hidup yang lebih baik serta menciptakan pusaka masa datang3.
Pelibatan peran serta masyarakat dalam program pelestarian warisan atau pusaka sangat penting.
Masyarakat harus menjadi pusat pengelolaan perubahan. Prinsip-prinsip proses pelestarian yang harus
diperhatikan, yaitu kolaborasi antar disiplin ilmu maupun sektor, mekanisme kelembagaan yang mampu
mengakomodasi apresiasi dan aksi masyarakat, dukungan dan penegakan aspek legal serta pasar
pelestarian yang menunjang kesinambungan pengelolaan.
Berperan Aktif Dalam Menjaga Pelestarian Sosial Budaya
Page 2 of
8
d) Menggelar kegiatan sosial budaya
e) Mengikuti perkembangan peninggalan sosial budaya
1. Seni Arsitektur
Seni Arsitektur atau bangunan merupakan hasil dari peninggalan sosial budaya, karena
seni arsitektur ini tercipta akibat adanya interaksi sosial antara sesama manusia dan juga
dengan lingkungan. Contohnya rumah tinggal, rumah dibuat karena adanya kebutuhan dari
masyarakat untuk berteduh dan beristirahat , dimana bentuk rumahnya itu sendiri berbeda
dengan rumah di daerah lain.
Contoh seni arsitektur yaitu :
Candi
Masjid
Page 3 of
8
Rumah Tinggal,
dll.
2. Seni Sastra
Seni sastra adalah salah satu hasil dari produk peninggalan sosial budaya, hal ini terlihat
dari kenyataan bahwa seni sastra ini ada karena adanya kebutuhan unuk mengungkapkan
ekspresi dan hiburan, selain itu, seni sastra juga digunakan dalam upacara – upacara sakral
yang dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu.
Yang termasuk ke dalam seni sastra adalah :
Puisi
Page 4 of
8
Gamelan
Kawih/ tembang
Rebana, dll.
4. Seni Tari
Sebagaimana juga seni sastra dan seni musik , seni tari pun memiliki fungsi yang hampir sama ,
hanya saja seni tari lebih bersifat hiburan walaupun di beberapa daerah lebih kental nuansa religiusnya.
Selain itu seni tari juga adalah merupakan peninggalan sosial budaya yang tidakbisa lepas dari seni
musik dan seni sastra.
5. Seni Rupa
Page 5 of
8
Seni rupa juga terbentuk karena hasil dari ekspresi budaya yang terciptnya karena adanya
interaksi sosial. Seni rupa ini meliputi :
Seni Pahat
Seni Patung
Seni Lukis
6. Upacara
Page 6 of
8
Upacara juga merupakan peninggalan sosila budaya. Yang dimaksud upacara disini adalah
upacara adat dan upacara yang sifatnya sakral. Upacara digunakan oleh masyarakat sebagai ungkapan
dari apa yang ia yakini atau menyankut kepercayaan hidupnya.
Semua peninggalan sosial budaya ini harus dilestarikan agar tidak punah. Ketika melihat
berbagai peninggalan sosial budaya ini harus diartikan sebagai bentuk ekspresi dari interaksi manusia
dalam rangkaian budaya, dan bukannya agama.
2. Warisan Leluhur
Peninggalan sosial budaya adalah warisan leluhur yang telah diberikan kepada kita dari generasi
ke generasi. Pada leluhur kita yang telah menciptakan dan mengembangkan peninggalan sosial budaya
telah berusaha agar peninggalan sosial budayanya dapat terus bertahan. Kita sebagai penerus mereka
harus terus menjaga dan melestarikan serta mengembangkan peninggalan sosial dudaya tersebut.
Dengan adanya peninggalan sosial budaya pada suatu daerah kita dapat mengetahui tingkat
kebudayaan suatu masryarakat. Setiap peninggalan sosial budaya menunjukkan sampai sejauh mana
suatu kebudayaan itu berkembang. Sebagai contoh ketika kita melihat suatu tarian di suatu daerah
maka kita akan melihat adanya perbedaan dengan daerah lain. Semakin teratur suatu tarian , maka
semakin tinggi pula tingkat kebudayaannnya.
Kita bisa membedakan tarian di daerah-daerah yang memiliki kebudayaan yang sudah tinggi
dengan di daerah-daerah yang masih rendah. Dia daerah-daerah yang tingkat kebudayaannya masih
rendah suatu tarian terkadang hanya berupa loncat-loncat, atau gerakan yang masih sangat mudah dan
Page 7 of
8
jarang mempunyai nilai seni. Bebeda dengan yang sudah memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi,
biasanya sebuah tarian itu lebih rumit dan menunjukkan nestetika yang tinggi.
Page 8 of
8