Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
“APRESIASI DAN KRITIK SENI RUPA” dengan baik dan lancar.

Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapan. Sehingga
tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat demi peningkatan
mutu pendidikan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan.

Penyusun

i
0
BAB I
PENDAHULUAN

1. PATUNG PANCORAN

Monumen Patung Dirgantara atau lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran adalah
salah satu monumen patung yang terdapat di Jakarta. Letak monumen ini berada di
kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepat di depan kompleks perkantoran Wisma Aldiron
Dirgantara yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara. Posisinya yang
strategis karena merupakan pintu gerbang menuju Jakarta bagi para pendatang yang baru
saja mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk
menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari
desain patung tersebut berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia
mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani dan Bersemangat

1
2. Sejarah Seniman

Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso


sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari
Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses
pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran
Patung Perunggu Artistik Dekoratif
Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat patung
yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11
Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung mencapai
27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan IR.
Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan 30
September PKI di tahun 1965.

3. Lama Proses Pembuatan


Tahun Pembuatan : sekitar tahun 1964 - 1965
Ukuran : 11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter (terbuat dari
perunggu)
Proses pemasangan Patung Pancoran (Dirgantara) selalu ditunggui oleh Bung
Karno, sehingga kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas
menjaga keamanan sang kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja, yaitu
dengan menggunakan Derek tarikan tangan. Dikerjakan oleh PN Hutama Karya
dengan IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
4. Biaya pembuatan
Tentunya pada kala itu total biaya yang dihabiskan sejumlah Rp 12 Juta, untuk
mewujudkan impiannya mendirikan patung Dirgantara, Soekarno ternyata mengeluarkan
biaya dari kantong pribadi dengan menjual sebuah mobil pribadinya. Dahulu mobil
presiden bernilai sangat mahal pada zamannya (perbandingan zaman sekarang sama
halnya dengan harga mobil lamborighini Gallardo Murciélago LP 670-4 SuperVeloce
sekitar 9,5 M).
Biaya awal ditanggung oleh Edhi Sunarso, sang pemahat. Bung Karno menjual
mobil pribadinya seharga 1 juta rupiah pada waktu itu. Pemerintah sendiri hanya
membayar 5 juta rupiah. Sisanya, sebesar 6 juta rupiah, menjadi hutang pemerintah yang
sampai saat ini tidak pernah terbayar.

2
BAB II
MAKNA KARYA

Walau masih terdapat perdebatan dari masyarakat terhadap makna setiap bentuk
patung tersebut, seperti halnya yang masih misteri, yaitu bentuk patung yang menyerupai
posisi atlet yang telah melempar cakramnya, tangan kirinya yang menukik ke belakang
berposisi seperti memegang piringan, dan lain-lain. Patung ini sebenarnya mempunyai
filosofi yang maknanya melambangkan keberanian, kesatriaan dan kedirgantaraan yang
didasarkan pada kejujuran, keberanian dan semangat mengabdi.
Konon patung ini sengaja dihadapkan ke utara sebagai tujuan untuk menentukan
arah. Selain kemegahan patung pancoran itu, arah penghadapannya ke utara bermakna
dalam mata angin sebagai arah menuju ke depan, sehingga diharapkan bahwa Dirgantara
Indonesia akan terus maju dan terdepan.

3
BAB III
KESIMPULAN
Patung Dirgantara Pancoran

Patung Pancoran – Dirgantara (foto: arie saksono)


Banyak warga Jakarta yang hanya mengenal nama patung ini sebagai Patung
Pancoran namun tidak mengetahui bahwa sebenarnya patung ini bernama Patung
Dirgantara.
Patung Dirgantara di bundaran Jalan Jenderal Gatot Subroto (Seberang Wisma
Aldiron Dirgantara, dahulu Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia) dibuat
berdasarkan rancangan Edhi Sunarso, dikerjakan oleh pematung keluarga Arca Yogyakarta
pimpinan Edhi Sunarso. Ide pertama adalah dari Presiden Soekarno yang menghendaki
agar dibuat sebuah patung mengenai dunia penerbangan Indonesia atau kedirgantaraan.
Patung ini menggambarkan manusia angkasa, yang berarti menggambarkan semangat
keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa.

4
Data-data singkat mengenai patung Dirgantara:
 Arti filosofis melambangkan keberanian atau kesatriaan dalam hal kedirgantaraan.
Jadi yang ditekankan di sini adalah bukan pesawatnya namun manusianya dengan
sifat jujur, berani, dan bersemangat mengabdi yang dilambangkan dalam bentuk
manusia dengan kejantanannya memaksimalkan tenaga.
 Patung ini terbuat dari bahan perunggu, berat patung 11 ton, Tinggi patung 11
meter, sementara tinggi voetstuk (kaki patung) 27 meter, dikerjakan oleh PN
Hutama Karya dengan IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
 Patung ini dikerjakan oleh team pematung Keluarga Arca Yogyakarta di bawah
pimpinan Edhi Sunarso sedangkan pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran
Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono.
 Lama pembuatan patung ini satu tahun (1964-1965). Tahap penyelesaian
mengalami kelambatan disebabkan oleh keadaan politik akibat adanya peristiwa
kudeta Gerakan Tigapuluh September/ pemberontakan PKI yang terjadi di tahun
1965.
 Sampai dengan meletusnya G30S/ PKI patung ini belum selesai dipasang. Tidak
satupun bagian dari patung yang terpasang sehingga sempat beredar isu bahwa
patung ini menggambarkan alat pencungkil mata yang digunakan PKI dalam
melaksanakan aksinya gerakan kudeta.
 Bung Karno dengan keras hati ingin sekali membuktikan bahwa isu tersebut tidak
benar, sehingga beliau menginginkan pemasangan Patung Dirgantara dapat segera
diselesaikan.

5
 Biaya pemasangan patung ini pembiayaannya berasal dari kantung pribadi Bung
Karno, yaitu dengan menjual sebuah mobil pribadinya.

Proses pemasangan Patung Dirgantara selalu ditunggui oleh Bung Karno, sehingga
kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas menjaga keamanan sang
kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja yaitu dengan menggunakan Derek
tarikan tangan. Patung yang berat keseluruhannya 11 ton tersebut terbagi dalam potongan-
potongan yang masing-masing beratnya 1 ton.

Patung Dirgantara/ Pancoran pada sekitar tahun 1960-an


Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada akhir tahun
1966. Patung Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu
gerbang kawasan Jakarta Selatan dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah selain itu
dekat dengan (dahulu) Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://www.sayangi.com/2014/03/02/19053/fitur/7-fakta-dibalik-misteri-patung-pancoran

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/09/07/09333551/Pose.Bung.Karno.Mitos.dan.S
ejarah.Tak.Rampung.Patung.Pancoran

https://supermilan.wordpress.com/2012/01/19/makna-dibalik-patung-terkenal-di-jakarta/

7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Nama Patung ................................................................................. 1
B. Sejarah Seniman ............................................................................ 1
C. Lama Proses Pembuatan ............................................................... 2
D. Harga Karya ................................................................................... 2

BAB II MAKNA KARYA ....................................................................... 3

BAB III KESIMPULAN ............................................................................ 4


A. Kesimpulan .................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 6

ii8

Anda mungkin juga menyukai