Kelompok 5
Oleh :
Kearifan lokal yang kemudian banyak berkontribusi secara positif bagi warga Kampung
Dago Pojok tentunya tidak serta merta terjadi begitu saja. Mulanya, industri kesenian lokal
Kampung Dago Pojok terbentuk karena seorang pencetus bernama Bapak Rahmat yang
mengusahakan agar kampung dago pojok tidak digusur oleh pemerintah dengan cara mengajak
masyarakat setempat bersatu dan mengeluarkan potensi yang ada pada penduduk lokal, yaitu
kesenian.
Penelitian ini dilakukan untuk meninjau pengaruh keberadaan industri berbasis kesenian
lokal di Kampung Dago Pojok terhadap perubahan perilaku sosial masyarakat setempat. Sebagai
wilayah yang terletak pada kawasan perkotaan, masyarakat Kampung Dago Pojok secara
signifikan dipengaruhi oleh perilaku sosial masyarakat perkotaan di sekitarnya. Masyarakat
perkotaan sekarang selalu berhadapan dengan persaingan hidup yang sangat ketat, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjawab tantangan tersebut mereka dituntut beraktifitas
dengan mobilitas yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan hiburan (kebutuhan psikis), mereka
mencari hiburan yang sifatnya instan dengan kemasan yang praktis. Tak jarang hiburan tersebut
disalurkan kepada aktivitas negatif seperti mabuk-mabukan, tawuran, dan geng motor.
Sejak kemunculannya pada tahun 2011, industri berbasis kesenian lokal di Kampung
Dago Pojok tak lepas dari mata wisatawan. Tak hanya mural di dinding sepanjang kawasan
Kampung Dago Pojok, keberadaan industri berbasis kesenian lokal sukses menggali kearifan
lokal yang telah lama terkubur di tengah-tengah penduduk kampung tersebut seperti kerajinan
tangan, wayang golek, dan hasil produk kesenian yang dapat meningkatkan taraf perekonomian.
Ekspos kesenian setempat yang dikreasikan oleh penduduk lokal ternyata sukses dengan
kuat menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing. Hingga saat ini, industri berbasis
kesenian lokal di Kampung Dago Pojok terhitung telah didatangi oleh wisatawan asing dari 40
negara berbeda. Fakta tersebut ternyata secara tidak langsung meningkatkan kesadaran
masyarakat sekitar untuk menjaga nama baik Kampung Dago Pojok di mata pengunjung.
Semenjak mendapatkan berbagai sorotan dari masyarakat luar, penduduk Kampung Dago pojok
menjadi semakin giat membenahi atraksi kesenian yang ada seiring dengan adanya kesibukan
baru yang bermanfaat bagi penduduk sekitar baik dari segi ekonomi maupun interaksi sehari-
hari.
Namun, keberhasilan yang telah diraih masyarakat Kampung Dago Pojok terbilang
belum maksimal dikarenakan pengunjung yang datang akhirnya hanya berjalan di sepanjang
dinding mural lalu meninggalkan lokasi. Hal tersebut terjadi lantaran pengelolaan produk dan
pemberdayaan masyarakat Kampung Dago Pojok yang belum maksimal dan penataan alur
wisata yang belum maksimal.
Hal tersebut dikarenakan peran pemerintah yang pasif terhadap perkembangan industri
kreatif di Kampung Dago Pojok. Rupanya, sorotan yang mulai berkembang baik dari dalam
maupun mancanegara belum juga membuat pemerintah berkontribusi dalam kolaborasi untuk
menciptakan ekosistem yang kondusif dan efektif di Kampung Dago Pojok.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 pada ayat 3 berbunyi bahwa “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Serta ayat 4 yang menjelaskan bahwa,
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Berpedoman pada Undang-Undang Dasar sudah seharusnya bahwa Potensi kekayaan di negara
ini diperuntukan dan harus berpihak bagi sebesar-besarnya kemakmuran segenap rakyat
Indonesia dan oleh karena itu harus diselenggarakan atas prinsip kebersamaan dan efisiensi
berkeadilan.
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Pemerintah memiliki tanggung jawab
untuk mendorong pengembangan industri kreatif Nasional.
Pengembangan ekonomi kreatif membutuhkan kolaborasi antara Pemerintah dan industri kreatif.
Untuk itu, Kemlu bersama Bekraf, dan Kementerian/Lembaga terkait selaku regulator nasional,
siap bekerja sama dalam mendukung sejumlah rekomendasi yang dihasilkan bagi optimalisasi
potensi sektor ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, pemberdayaan industri juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2018. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab untuk memberikan penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas bagi industri
kecil dan menengah guna memajukan perekonomian.
6. Pengelolaan produk dan pemberdayaan masyarakat Kampung Wisata Dago Pojok yang
belum maksimal
7. Pengunjung yang datang ke Kampung Dago Pojok pada akhirnya hanya berjalan di
sepanjang dinding mural lalu meninggalkan lokasi
8. Penataan alur wisata yang belum maksimal
9. Peran pasif pemerintah terhadap perkembangan industri kreatif Kampung Dago Pojok yang
mulai menyita perhatian mancanegara
10. Kurangnya kesadaran pemerintah untuk berkontribusi dalam kolaborasi guna menciptakan
ekosistem yang kondusif dan efektif di Kampung Dago Pojok
BAB II
LANDASAN TEORI Commented [PL7]: Kata kunci buat pertanyaannya
apa aja? Yg utama mana yg supporting mana? Tlg
dibedain
Berkaitan dengan adanya Pengaruh Peran Kehadiran Industri Kreatif Berbasis Kesenian
Lokal Terhadap Perubahan Perilaku Sosial Masyarakat Desa Wisata Dago Pojok, maka terdapat
tiga teori sosial yang terkait. Ketiga teori tersebut antara lain : HARUS TEORI PERAN, TEORI
PERUBAHAN, TEORI KONFLIK
1. Teori Peran
Teori peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya seseorang
telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan
karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan
tidak ada status tanpa peran. Sebagaimana kedudukan, maka setiap orang pun dapat
mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.
2. Teori konstruksi
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi
timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan
tersebut dipraktekkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat
dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam
individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang
disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses
institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat
dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah
demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat
realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.
Gagasan inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial
Tokoh: Peter L. Berger, Thomas Luckmann
3. Teori Pertukaran -> 7 faktor -- ekonomi, antropologi -- berkaitan dengan capital social
yang ditukarkan -- aspek ekonomi biaya yg didapat sama di keluarkan equivalent --
kalau, lebih satisfactionnya bisa ada kaitannya dengan teori kepuasan (analisis) Commented [PL8]: Ini maksudnya apa?
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini menganggap
perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor.
Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian mempengaruhi balik
perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke
aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, mempengaruhi
balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor
cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa.
Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah
siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi
diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan
harinya.
Gagasan inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.
5. Teori strukturalisme
Menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan
tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur tindakan seseorang.
Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur bisa berada di
tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang mengatakan, struktur berada
di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur
terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula
struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori strukturalisme
meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.
Gagasan inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur
6. Teori konsumsi
Muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara signifikan dalam
disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer. Teori
postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi.
Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek
produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas sosial, dalam perspektif teori
sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat
produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi
semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia
seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.
Gagasan inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.
Berkaitan dengan pembahasan kita, terdapat komponen lain yaitu kesenian . Kata dasar
dari “kesenian” adalah “seni”. Seni merupakan karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar
biasa (KBBI, 2016). Seni juga merupakan ekspresi atau aplikasi dari kreativitas dan imajinasi
dari manusia yang dapat berupa objek visual, audio, literatur, dan lain sebagainya yang dapat
diapresiasi terutama untuk keindahan dan kekuatan emosionalnya (Oxford Dictionaries, 2019).
Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga
menggerakan jiwa perasaan manusia (Ki Hajar Dewantara). Oleh karena itu, kesenian berkaitan
erat dengan kehidupan manusia, baik secara individu maupun sosial. Commented [PL9]: Ini apa? Bagian dari teori atau
apa? Kalo bkn teori tolong diperjelas gitu apakah mau
A. Sejarah dan Etimologi dibikin sub bab atau gimana. Kalo gini keliatan
nyambung gitu
Kata ‘seni’ diambil dari bahasa Melayu Riau, yaitu ‘sonik’ dari kata ‘so’ yang dilanjutkan
dengan ‘nik’. Kata ‘so’ berarti satu yang diturunkan dari ‘swa’, Bahasa Sansekerta, sedangkan
‘nik’ berarti sangat kecil (halus). Jadi, seni merupakan sesuatu yg halus bentuk rupa maupun
sifatnya (Jonkobet, 2011). Dalam teori lain, disampaikan bahwa kata ‘seni’ diambil dari ‘sani’,
bahasa Sansekerta yang artinya persembahan, pelayanan dan pemberian yang tulus (Yusa,
2016:12).
Seni dapat digolongkan menjadi dua golongan utama, yaitu seni murni dan seni terapan
(Sulastianto dkk., 2006). Seni rupa murni tidak memperhatikan unsur praktis, melainkan hanya
merupakan ungkapan daya cipta dari pembuatnya. Seni rupa murni memiliki beberapa cabang,
Seni rupa terapan, di sisi lain, memperhatikan nilai praktis atau kegunaan dari karya seni
tersebut. Terminologi desain dalam hal ini mengacu pada seni rupa terapan. Cabang seni rupa
benda seni dapat terwujud dari tangan seniman, urutannya adalah sebagai berikut :
1. Produksi bahan seni yang dapat dikerjakan oleh tukang, contohnya pembuatan
bahan cat
3. Penguraian medium seni yang diolah dari bahan seni yang dipakai
4. Perwujudan bentuk seni dengan berbagai aspek medium seni yang ditemukan
6. Isi seni yang berupa gagasan seniman terkandung dalam bentuk seni
7. Seluruh kegiatan mengungkapkan gagasan seni tadi adalah hasil tanggapan seniman
terhadap objek
C. Aplikasi
Terdapat beberapa kegunaan dari seni. Kegunaan seni tersebut terbagi menjadi dua
golongan, yaitu kegunaan tak termotivasi dan kegunaan termotivasi. Kegunaan tak termotivasi
meliputi komunikasi, hiburan, politik, sosial, psikologis, dan lain sebagainya (Giovanni,
2011:185).
1. Gaya Hidup (Widiyana & Oktada) Commented [PL11]: ini juga apa maksudnya? Teori
lagikah atau gimana?
Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam
masyarakat (KBBI). Alfred Adler, seorang psikolog Austria, mendefinisikan gaya hidup sebagai
karakter dasar seseorang yang telah terbentuk sejak kecil. Sementara itu, kamus Merriam
Webster mendefinisikan gaya hidup (lifestyle) sebagai tipikal cara hidup individu, kelompok,
atau kebudayaan. Secara umum, istilah gaya hidup mengacu kepada cara suatu entitas hidup dan
menjalani kehidupannya.
Berzano dan Genova (2015) mengidentifikasi gaya hidup dengan tiga pendekatan berikut.
a. Gaya hidup dan posisi di masyarakat
Pendekatan awal yang digunakan ketika mempelajari gaya hidup adalah status sosial di
masyarakat. Thorstein Veblen, seorang ahli sosiologi dan ekonomi dari Amerika, mengatakan
masyarakat menggunakan cara hidup, khususnya dalam melakukan kegiatan konsumsi, untuk
membedakan dirinya dari strata sosial yang menurutnya inferior dan menyetarakan dirinya
dengan strata sosial yang lebih tinggi. Sementara itu, Max Weber merumuskan gaya hidup
sebagai bentuk diferensiasi sosial yang paling nyata, sehingga masyarakat melakukan upaya
Pendekatan ini banyak didasari oleh teori yang dikembangkan oleh Alfred Adler.
Menurut Adler, gaya hidup banyak ditentukan oleh kepribadian seseorang. Adapun kepribadian
tersebut ditentukan oleh nilai dan prinsip hidup yang dipegang individu sejak kecil dan kemudian
menjadi landasan dalam berpikir dan bertindak. Teori ini kemudian dikembangkan ahli-ahli
psikologi dan social scientists seperti Milton Rokeach dan Daniel Yankelovich, dengan hasil
yang mendukung teori milik Adler, bahwa pola pikir dan trend sosio-kultur dapat mempengaruhi
gaya hidup.
Pada mulanya, tindakan (action) dipandang sebagai hasil dari gaya hidup yang dimiliki
individu. Akan tetapi, seiring perkembangan teori-teori terkait, tindakan dipandang sebagai
aspek penyusun atau pembentuk gaya hidup. Bagaimana seseorang melakukan tindakan,
terutama tindakan konsumsi, mencerminkan gaya hidup yang dimiliki individu tersebut.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara untuk mengelompokkan konsumen secara
psikografis. Gaya hidup (Life style) pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan
waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada
yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas
yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan
sosial-keagamaan.
Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-
pilihan konsumsi seseorang. Memahami kepribadian tidaklah lengkap jika tidak memahami
konsep gaya hidup. Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur
dibandingkan kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan
Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih
memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian. Kepribadian
lebih menggambarkan karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Sering disebut juga
sebagai cara seseorang berpikir, merasa dan berpersepsi. Walaupun kedua konsep tersebut
berbeda, namun gaya hidup dan kepribadian saling berhubungan. Kepribadian merefleksi
karakteristik internal dari konsumen, gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari
hidup (how one live)”, termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya, bagaimana ia
mengalokasikan waktunya, dan sebagainya. Jadi, gaya hidup berbeda dari kepribadian yang
memandang konsumen dari perspektif internal. Psikografik amat diminati oleh praktisi
pemasaran maupun peneliti konsumen karena psikografik memberikan profil yang jelas tentang
segmen-segmen konsumen. Oleh sebab itu, terapannya (termasuk AIO) banyak digunakan untuk
keperluan segmenting, positioning, dan repositioning, serta kegiatan-kegiatan promosional yang
spesifik.
Gaya hidup konsumen adalah ekspresi ke luar dari nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan
konsumen. Dalam menggambarkan gaya hidup konsumen, dapat dilihat bagaimana mereka hidup
Gaya hidup konsumen dapat berubah, akan tetapi perubahan ini bukan disebabkan oleh
berubahnya kebutuhan. Kebutuhan pada umumnya, tetap seumur hidup, setelah sebelumnya
dibentuk di masa kecil. Perubahan itu terjadi karena nilai-nilai yang dianut konsumen dapat
Konsep gaya hidup konsumen cukup berbeda dengan kepribadian. Gaya hidup (life style)
bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan
tindakan dan perilaku sejak lahir, berbeda dengan kepribadian, yang menggambarkan konsumen
dari perspektif yang lebih internal yaitu, “karakteristik pola berpikir, perasaan, dan memandang
konsumen”.
Gaya hidup dan kepribadian memiliki hubungan yang sangat erat. Konsumen yang
dikategorikan memiliki kepribadian yang berisiko rendah tidak mungkin mempunyai gaya hidup
Akan tetapi, jika dihubungkan dengan setiap diri pribadi gaya hidup dan kepribadian
perlu dibedakan dengan dua alasan penting. Pertama secara konseptual keduanya berbeda.
Kepribadian merujuk pada karakteristik internal seseorang, sedangkan gaya hidup merujuk pada
manifestasi eksternal dari karakteristik tersebut atau bagaimana seseorang hidup. Walaupun
kedua konsep ini menguraikan individu, namun keduanya menguraikan aspek individu yang
berbeda.
Kedua, gaya hidup dan kepribadian memiliki implikasi manajerial yang berbeda.
Beberapa penulis telah merekomendasikan bahwa manajer pemasaran yang secara bertahap
harus mensegmen pasar dengan pertama-tama mengidentifikasi segmen gaya hidup dan
kemudian menganalisis segmen ini pada kepribadian yang berbeda. Dengan pertama-tama
konsisten, pengguna waktu mereka, dan terlibat dalam berbagai aktivitas, para pemasar dapat
mendefinisikan sejumlah besar individu dengan gaya hidup yang serupa. Setelah segmen tersebut
diidentifikasi, lalu mereka dapat menggunakan sifat-sifat kepribadian yang sesuai untuk
memperdalam pemahaman tentang faktor-faktor internal yang mendasari pola gaya hidup.
Gaya hidup akan berkembang pada masing-masing dimensi (aktivitas, interes, opini/AIO)
seperti telah diidentifikasi oleh Plummer dalam Assael (1997) yang terjadi dalam tabel 1.
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata
cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memiliki kecenderungan kawasan pedesaan
yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata (Berdesa, 2017).
Ada 2 jenis tipe desa wisata yakni tipe terstruktur dan tipe terbuka. Tipe terstruktur
adalah desa yang memiliki lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik
untuk kawasan tersebut. Tipe terbuka adalah desa yang memiliki karakter tumbuh dan
menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola masyarakat lokal
(Berdesa, 2017).
Akses menuju desa yang baik merupakan faktor penting. Jalur yang ditempuh berupa
jalan aspal halus dan tidak membahayakan. Jika terdapat bagian jalur yang membahayakan maka
harus segera diperbaiki. Oleh karena itu, agar Desa Wisata dapat berkembang dengan baik, perlu
perhatian khusus dari semua pihak seperti Pemerintah, pengelola, dan masyarakat sekitar untuk
mengelola infrastruktur yang ada dan menjamin keselamatan para pengunjung. Dengan demikian
pengunjung merasakan diri mereka terlindungi dari sisi keselamatan oleh warga desa wisata.
Juga tersedianya sarana transportasi bagi rombongan pengunjung dari luar kota yang tidak
membawa kendaraan sendiri. Ini juga sekaligus membuka peluang usaha transportasi bagi warga
desa wisata.
mengalami perubahan dari awal dan tidak ada campur tangan manusia. Dengan ini maka wisata
1. Pemberdayaan masyarakat
Wisata yang ada pada desa wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa
tersebut melalui keikutsertaan pengelolaan obyek wisata. Dan juga masyarakat desa mendukung
adanya obyek wisata tersebut dengan menyambut ramah dan tulus para wisatawan
Tersedianya penginapan seperti hotel, homestay, dll. Hal ini meningkatkan rasa
kenyamanan berada di desa wisata tersebut. Serta mudahnya akses internet serta telekomunikasi
menjadi faktor yang sangat penting agar wisatawan bisa betah berada di desa wisata.
Keamanan pengunjung menjadi prioritas paling utama dalam syarat desa wisata.
Pengunjung akan merasa dirinya aman dan menikmati semua obyek wisata apabila fasilitas
keamanan terjamin. Tersedianya security dan cctv akan meningkatkan rasa aman pengunjung.
Rumusan
Teori Kata Kunci Pertanyaan
Masalah
Bagaimana sistem sosial yang terbentuk saat
Sistem sosial
Teori Fungsionalisme hadirnya industri kreatif di Dago Pojok?
1
Struktural Organ tubuh Apa dampak sosial dari hadirnya industri
(sosial) kreatif di Dago Pojok?
Perilaku Bagaimana perilaku masyarakat Dago Pojok
manusia setelah Dago Pojok menjadi Desa Wisata?
Perubahan apa yang terjadi pada masyarakat
2 Teori Pertukaran Pertukaran
Desa Dago Pojok setelah adanya desa wisata?
Teori Utama
Rumusan
Teori Kata Kunci Pertanyaan
Masalah
Apa peran dari kehadiran industri kreatif
1 Teori Peran Sosial Peran terhadap perubahan pada perilaku sosial
masyarakat di kawasan Dago Pojok?
Apakah peran tiap individu di Desa Dago
Peran
Pojok saat ini sesuai dengan tujuan yang
individu
diharapkan?
Bagaimana pola pikir masyarakat Dago Pojok
Pemikiran setelah Desa Dago Pojok menjadi Desa
Teori Interaksionisme Wisata?
2
Simbolik
Interaksi Bagaimana interaksi sosial antara wisatawan
sosial dengan masyarakat lokal Dago Pojok?
Masyarakat Apakah masyarakat Desa Dago Pojok
kontemporer mengikuti tren gaya hidup terbaru?
3 Teori Konsumsi Bagaimana peran pemerintah bagi pola
Masyarakat
konsumsi masyarakat Desa Dago Pojok yang
konsumsi
berubah?
BAB IV
HASIL PENELITIAN Commented [PL16]: Kenapa ada hasil teori utama dan
pendukung? Kan supporting cuman dipake di analisis
aja, emg ini ditanyain juga? Dibikin per rumusan
Teori Utama masalah aja. Agak kurang gak ini kalo hasil cmn
segini? Asal udah ngegambarin jawaban gpp sih
1. Teori Peran
Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan kedudukan atau tempat
dalam pergaulan kemasyarakatan. Kedudukan atau tempat seseorang dalam masyarakat (social-
position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi
masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki
suatu kedudukan tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Sehingga peran setiap
individu dalam suatu organisasi berupa badan pengurus kampung wisata dago pojok yang
bertugas sebagai penanggung jawab dan yang mempromosikan wisata dago pojok ini, sedangkan
masyarakat di kampung tersebut sebagai objek yang menjalankan kegiatan wisata dan industri
kreatifnya. Peran sosial menjelaskan mengenai kedudukan seseorang dalam pergaulan yang
didalamnya mencakup tanggung jawab tiap individu dalam menjalankan perannya masing
masing.Peran dari warga Kampung Wisata Dago Pojok yaitu sebagai penanggung jawab dan
yang mempromosikan wisata dago pojok ini.
2. Teori Pertukaran
Perilaku masyarakat dengan adanya desa wisata ini menjadi lebih rukun dan damai serta
sering melakukan kegiatan kesenian dibanding sebelumnya yang sering konflik dan banyak
kejahatan. Seperti mulai dihidupkannya lagi sanggar-sanggar yang hilang seperti sanggar
wayang, sanggar jaipongan, sanggar musik, dll. Hal ini membuat hidupnya kembali perilaku
budaya masyarakat. Perilaku produktif masyarakat juga dibangun dengan adanya industri kreatif
yang mampu mendorong masyarakat menjadi lebih mandiri dari sebelumnya. Dulu desa ini
sering meminta bantuan dari pemda untuk pembangunan desa kini sudah bisa diatasi dari profit
desa wisata yang telah mereka dapatkan. Interaksi sosial biasanya terjadi saat wisatawan jalan-
jalan di sekitar kampung. Bentuk interaksi seperti wisatawan berkomunikasi dengan warga desa
seperti belajar bahasa sunda yang dipandu oleh tour guidenya dan ikut menampilkan kesenian
desa. Wisatawan biasanya diajari tentang wayang, jaipong, gondang melalui workshop sehingga
terjadi interaksi saat proses belajar mengajar bertukar budaya. Selain itu wisatawan juga
membeli produk kerajinan yang disediakan dan juga ikut membuatnya. Biasanya terjadi interaksi
tawar-menawar antara wisatawan dan warga desa untuk barang-barang kerajinan yang estetis.
Wisatawan yang datang sangat antusias terhadap kampung kreatif ini. Biasanya saat festival ada
banyak wisatawan yang berkunjung dari mancanegara. Dan desa wisata ini sempat menjadi
delegasi obyek wisata saat ada KAA di Bandung. Tidak sedikit juga wisatawan yang mengajak
untuk tampil di negaranya seperti Kanada, India, Jepang, dll. Wisatawan juga dibuat penasaran
dengan bahasa sunda yang masyarakat desa gunakan karena bagi mereka itu sesuatu yang lucu
dan kebanggaan bagi mereka bisa berbahasa lokal.
3. Teori Strukturalisme
Salah satu upaya yang dilakukan warga desa untuk mempertahankan desa wisata ini
tentunya terus melakukan kegiatan wisata dan industri kreatif di Dago Pojok. Melawan proyek-
proyek swasta yang ingin menghambat pertumbuhan desa melalui kegiatan budaya seperti
mengadakan festival tahunan untuk menjaga kekonsistenan dari desa wisata ini sehingga nilai
sosial desa wisata ini menjadi naik dan tidak berujung penggusuran. Sering mengajak pemerintah
untuk sama-sama menjaga desa wisata Dago Pojok agar terhindar dari kesalahan kelola lahan
agar warga tidak bisa dibodoh-bodohi. Karena hal ini warga desa Dago Pojok sedang
mengusulkan adanya perda mengenai kampung kota di bandung. Selain itu upaya pemerintah
juga untuk mempertahankan desa wisata ini yakni memberikan bantuan bagi pengembangan desa
baik materil maupun moril, selain itu pemerintah juga ikut dalam mempromosikan desa wisata
Dago Pojok di dalam negeri maupun di luar negeri seperti membentuk tim pemasaran yang
berasal dari dinas pariwisata. Justru bantuan pemerintah sudah dianggap cukup bagi warga desa
karena warga ingin menjadi mandiri dan tidak bergantung terus terhadap pemerintah. Warga
hanya mengharapkan adanya bantuan perbaikan jalan dari pemerintah untuk saat ini.
Teori Pendukung
Proses pembangunan desa dago pojok didesain dengan warga masyarakat sebagai subjek
pembangunan, bukan lagi sebagai objek pembangunan seperti yang sebelumnya direncanakan
pihak pemerintah dan swasta. Pembangunan desa dago pojok sebagai salah satu kampung kota
dijadikan pusat kebudayaan dan pusat perekonomian. Terbentuknya desa dago pojok sebagai
pusat kebudayaan terealisasikan dengan terpeliharanya kesenian daerah seperti tari jaipong,
pencak silat, wayang golek dan lukisan-lukisan yang dibuat oleh warga masyarakat desa dago
pojok itu sendiri. Dan menjadi pusat perekonomian dari hasil karya-karya yang disuguhkan
kepada wisatawan sebagai salah satu sumber penghasilan. Terbentuknya desa dago pojok
menjadi desa wisata atau biasa disebut dengan ‘kampung Kreatif’ merupakan salah satu bentuk
perlawanan positif terhadap Undang-Undang yang berpihak pada pengusaha swasta terkait
pembangunan akses jalan. Konsep kampung kreatif dalam proses pembangunan desa dago pojok
sebagai desa wisata berhasil membuat desa tersebut dipandang oleh pemerintah dan masyarakat
luas.
Pembangunan desa dago pojok sebagai desa wisata juga mengubah pola pikir masyarakat
setempat kearah yang positif. Hal ini dibuktikan dengan perubahan kebiasaan-kebiasaan negatif
seperti mabuk-mabukkan, tawuran dan geng motor berganti menjadi kegiatan positif dan
bermanfaat yang memberdayakan masyarakat seperti bermain kesenian wayang golek, tari
jaipong, pencak silat, melukis dan karya lainnya yang bernilai jual. Dengan perubahan pola pikir
ini, masyarakat desa menjadi masyarakat yang kreatif. Kampung kreatif jadi peradaban yang
mampu menyadarkan masyarakat bukan hanya agar wisata tidak mati, melainkan bersaing
karena ide-ide kreatif warganya dengan konsep peradaban. Berkesenian bukan hanya
menampilkan suatu pertunjukkan, melainkan sebagai salah satu cara berinteraksi dan
berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, wisatawan khususnya wisatawan
asing dapat berinteraksi dengan masyarakat desa dago pojok melalui kesenian dan kebudayaan
yang disuguhkan.
3. Teori Konsumsi
Tren Gaya hidup terus berkembang dengan pesat. Hal ini membuat masyarakat dago pojok terus
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pengemasan kesenian yang disuguhkan dibuat
berbeda sesuai dengan tren gaya hidup terbaru masyarakat luas sehingga konsep kampung kreatif
ini dapat terus menjadi daya tarik minat wisatawan. Setiap orangnya terus memunculkan ide-ide
kreatif baru agar dapat diterima sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup. Perkembangan desa
dago pojok sebagai desa wisata tentulah melibatkan peran pemerintah. Pemerintah memberikan
Bantuan berupa biaya festival dan anggaran tahunan untuk keberlangsungan desa wisata dago
pojok. Hanya saja pemberian bantuan tidak diberikan secara rutin tahunan. Namun hal tersebut
tidaklah menjadi kendala bagi masyarakat karena telah tertanam konsep kemandirian dalam
bidang ekonomi sejak dibangunnya desa wisata.
BAB V
bahwa terjadi ketidakadilan di lingkungan mereka berupa adanya UU yang berpihak kepada
pengusaha. Muncul berbagai usaha yang dilakukan untuk mencari solusi dari ketidakadilan.
Berdasarkan teori tindakan sosial yang dikemukakan Max Weber, tindakan sosial yaitu
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan
penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan pertama yang dilakukan
adalah pendidikan kesadaran di masyarakat, hal ini dilakukan untuk membuat masyarakat sadar
akan ketidakadilan yang ada di lingkungan tempat mereka tinggal. Tahap awal dari pendidikan
kesadaran yaitu dengan melakukan advokasi ke warga sampai pada akhirnya dapat mengadakan
rapat besar kampung. Hasil dari rapat ini menghasilkan sebuah solusi yaitu melakukan
perlawanan dengan cara menjadikan Kawasan Dago Pojok sebagai kampung kreatif dan menjadi
wadah untuk tempat belajar ekonomi dan budaya. Adanya kampung kreatif membuat adanya
perubahan perilaku sosial pada warga Kawasan Dago Pojok yaitu timbulnya lingkungan yang
lebih rukun karena adanya interaksi sesama warga secara rutin serta ekonomi yang semakin
membaik karena adanya kreativitas dari warga yang dapat dikembangkan menjadi sector
perindsutrian. Hal ini sesuai dengan teori behaviorisme yang menyatakan bahwa semua perilaku,
terimasuk tindak balas ditimbulkan oleh adanya stimulus yang dalam hal ini kreativitas dari
warga mendorong adanya lingkungan yang lebih rukun dan ekonomi yang lebih baik.
Berdasarkan rumusan masalah poin yang kedua, bahwa kehadiran industri kreatif
terhadap perubahan pada perilaku social masyarakat di Kawasan Dago Pojok meberikan
perubahan pada perilaku social masyarakat terlihat dari kebiasaan mabuk yang dilakukan
masyarakat desa Dago Pojok sudah tidak ada. Kemudian lingkungan lebih baik dan bersih serta
budaya jadi bersatu karena adanya kegiatan yang dilakukan secara bersama sama dan faktor
ekonomi yang pastinya meningkat karena adanya kreativitas yang dikembangkan menjadi
industry dan daerah wisata. Perubahan perilaku tersebut didukung dengan Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya.
Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses
perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-
konsekwensi. Perubahan tersebut dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara
eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi
secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar
dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat
tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah
untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu
inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi yang mungkin akan berfungsi atau tidak,
langsung atau tidak langsung, nyata atau laten.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat diketahui bahwa pemerintah
turut berperan dalam mengoptimalkan serta memberikan dampak yang positif dari kehadiran
kampung wisata ini, dilihat dari bantuan yang diberikan pemerintah untuk membantu biaya
festival yang dilaksanakan pada tahun 2011-2013 di Desa Dago Pojok dan memberikan dana
bantuan pada tahun 2018, karena sebelum tahun 2011 Desa Dago Pojok masih menggunakan
dana sendiri untuk memperbaiki infrastruktur seperti jalan dan fasilitas lain. Masyarakat Desa
Dago Pojok juga mengurangi dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk memandirikan
kembali desa mereka.Masyarakat Desa Dago Pojok juga berperan dalam memberikan dampak
yang positif dalam optimalisasi kampung wisata Desa Dago Pojok melalui keterbukaan untuk
dibimbing dan diberikan arahan. Hal ini terlihat dari perubahan kualitas lingkungan dan
kebiasaan buruk yang telah ditinggalkan. Adanya kelas kreativitas untuk anak anak berupa
edukasi kebudayaan juga menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan ke arah yang lebih
baik. Hal ini kemudian didukung dengan teori peran yang merupakan perspektif dalam sosiologi
yang merupakan seperangkat hak, kewajiban, dan norma dalam memenuhi dan menghadapi
setiap peran. Melalui pendekatan life-course memberikan makna bahwa setiap masyarakat
mempunyai harapan kepada tiap anggotanya untuk mempunyai perilaku yang sesuai dengan
kategori yang berlaku di masyarakat tersebut. Teori Birokrasi yang berhubungan dengan
organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan,
struktur, dan proses di dalam organisasi. Menurut Weber, organisasi birokrasi yang ideal
menyertakan delapan karakteristik struktural. Birokrasi menawarkan banyak kelebihan yang kuat
dalam menerapkan standar praktek organisasi, sehingga birokrasi yang terjadi di Desa Dago
Pojok antara masyarakat dengan pemerintahan telah berjalan baik.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berikut adalah simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan analisis:
1. Kehadiran Kampung Kreatif Dago Pojok membawa dampak bagi perilaku dan gaya hidup
masyarakat di Dago Pojok. Masyarakat dapat lebih banyak mengeksplorasi kemampuan seni
yang mereka miliki untuk diolah menjadi karya seni maupun untuk diajarkan ke pengunjung.
Melalui seni pula kerukunan dan persatuan masyarakat Dago Pojok dapat meningkat.
2. Wisatawan datang ke Kampung Kreatif Dago Pojok tidak hanya untuk menikmati unsur
kesenian yang disuguhkan, tetapi juga untuk merasakan langsung mempelajari kesenian
tersebut. Interaksi yang terjadi antara masyarakat Dago Pojok dengan pengunjung/wisatawan
ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan kemampuan seni agar kampung kreatif tetap
memiliki citra kesenian yang baik di mata wisatawan. Selain itu, dengan banyaknya
wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang, masyarakat semakin bersatu untuk terus
mengembangkan kawasan Kampung Kreatif Dago Pojok menjadi suatu destinasi wisata yang
menarik dan berkesan.
3. Peran pemerintah dalam mengembangkan Kampung Kreatif Dago Pojok dapat dilakukan
dengan memberi bantuan moril maupun materil. Selain itu, pemerintah dapat berperan
meningkatkan akses menuju kampung kreatif tersebut dengan memperbaiki prasarana jalan
di Dago Pojok yang sempit dan banyak kerusakan. Adapun peran masyarakat adalah dengan
mengunjungi, mempromosikan, dan menjaga fasilitas yang ada di kampung kreatif.
Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan terkait penelitian dan analisis:
1. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat Dago Pojok dalam pengembangan
Industri Kreatif.
2. Pembekalan pembelajaran kesenian terhadap anak-anak di daerah Dago Pojok agar dapat
meneruskan pengembangan Industri Kreatif.
3. Pemerintah dapat lebih mendukung masyarakat Desa Dago Pojok dengan lebih lagi.
Seperti membantu promosi dan menyediakan transportasi umum yang sesuai untuk
mengunjungi Desa Dago Pojok.
4. Pengelolaan tata alur wisata yang harus dimaksimalkan untuk mengurangi kebingungan
wisatawan yang hendak berkunjung.
5. Pengelolaan produk hasil karya masyarakat Desa Dago Pojok yang kurang dipasarkan
dengan baik, agar terwujudnya Industri Kreatif secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Baderi, F. (2017, Mei 8). Strategi Nilai-Nilai Kearifan Lokal sebagai Media Resolusi Konflik.
Retrieved from Harian Ekonomi Neraca: http://www.neraca.co.id/article/84668/strategi-nilai-
nilai-kearifan-lokal-sebagai-media-resolusi-konflik
ISSN. (2014). Ekspresi Seni. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni.
Putra, M. G. (2013). Peran kearifan lokal dalam resolusi konflik keyakinan beragama di Jawa
Timur. Jurnal Unair.
Suryanegara, H. (2016, Juni 18). Konflik Masyarakat dan Pemerintah. Retrieved from
Kompasiana: https://www.kompasiana.com/gadis/5764bded14937330048b4573/konflik-
masyarakat-dan-pemerintah