Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENELITIAN

KU 4183 SOSIOLOGI INDUSTRI

Pengaruh Peran Kehadiran Industri Kreatif Berbasis Kesenian Lokal Terhadap


Perubahan Perilaku Sosial Masyarakat Desa Wisata Dago Pojok

Kelompok 5
Oleh :

1. A A Ngurah Ananta Putra 13116063


2. Caren Christy Putri Yohanes 19016200
3. David Jonathan 12215047
4. Deri Noverta Indriyansyah 10117046
5. Diva Citra Ambarita 11415007
6. Hansen Winardi Lidrapranoto 19016062
7. Kaleb Eka Satya Yaroseray 12115089
8. Meishelle Andriani Young 19017259
9. Muhammad Oktada Hilman L. 12316001
10. Paskahlis Anjas Prabowo 13515108
11. R Silvia Putri Raharja Effendi 10216039
12. Weni Syafira 10315010
13. Widiyana Daniasya 14417019

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kreatif telah menjadi bagian pembicaraan yang serius dalam dunia ekonomi,
politik, dan juga budaya, karena diyakini akan menjadi salah satu penyangga penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Terutama bila dikaitkan dengan industri pariwisata, dimana produk
kerajinan, pertunjukan kesenian, makanan, situs wisata bersejarah, dan lokasi yang diciptakan
untuk mendukungnya terus berkembang.
Industri berbasis kesenian lokal yang merupakan bagian dari industri kreatif di sebuah
daerah mensyaratkan adanya kelompok kreatif yang mengembangkan ide-ide dan produk kreatif
berdasarkan pada kekuatan intelektual, seni budaya, teknologi sesuai perkembangan zaman, yang
muncul atas dasar kebutuhan masyarakat yang berubah. Industri kreatif yang berbasis pada
kesenian, kebudayaan dan kekayaan budaya lokal harus dikembangkan. Kekayaan budaya lokal
menjadi bagian identitas penting dalam industri kreatif, karena dapat menjadi ikon yang
melibatkan masyarakat sehingga perkembangan industri dapat dinikmati secara bersama.
Sebagai negara yang dikenal baik atas keragaman budayanya, pertumbuhan industri
berbasis kesenian lokal telah banyak dijumpai pada berbagai daerah di Indonesia, salah satunya
di kota Bandung. Kota Bandung yang telah lama menjadi tujuan utama para wisatawan karena
berbagai pesona wisata di dalamnya, mulai dari kuliner, kesenian, adat istiadat hingga budaya
yang sudah mencampuri gaya hidup penduduknya. Tidak hanya sebagai sejarah dan daya tarik,
kesenian di Kota Bandung terus dikembangkan oleh pemerintah dan penduduknya sebagai media
untuk menuangkan kreativitas dan gagasan bahkan tidak sedikit memanfaatkannya sebagai mata
pencaharian untuk menafkahi kehidupan.
Salah satu industri berbaris kesenian lokal di Kota Bandung adalah ketenaran baru dari
Kampung Dago Pojok yang memikat para wisatawan dan penduduk lokal akan kesenian yang
ditawarkannya. Daya tarik yang kini dimiliki Kampung Dago Pojok tidak datang begitu saja,
setelah disahkan oleh wakil walikota Ayi Vivananda pada 28 oktober 2011, kampung ini
memiliki berbagai macam aspek seperti kesenian mural di setiap dinding jalan yang penuh
warna, pentas seni tradisional hingga hasil kerajinan tangan.
Dalam konteks sosiologi, kesenian setempat yang kemudian dikembangkan menjadi
industri termasuk ke dalam kearifan lokal. Jika diterjemahkan secara sederhana, kearifan lokal
terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat.
Jadi kearifan lokal adalah Ide dan gagasan atau pengetahuan yang lahir dari masyarakat setempat
dalam menjalankan kehidupan di lingkungan sekitar.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya
masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan
fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah
bangsa.

Kearifan lokal yang kemudian banyak berkontribusi secara positif bagi warga Kampung
Dago Pojok tentunya tidak serta merta terjadi begitu saja. Mulanya, industri kesenian lokal
Kampung Dago Pojok terbentuk karena seorang pencetus bernama Bapak Rahmat yang
mengusahakan agar kampung dago pojok tidak digusur oleh pemerintah dengan cara mengajak
masyarakat setempat bersatu dan mengeluarkan potensi yang ada pada penduduk lokal, yaitu
kesenian.

Penelitian ini dilakukan untuk meninjau pengaruh keberadaan industri berbasis kesenian
lokal di Kampung Dago Pojok terhadap perubahan perilaku sosial masyarakat setempat. Sebagai
wilayah yang terletak pada kawasan perkotaan, masyarakat Kampung Dago Pojok secara
signifikan dipengaruhi oleh perilaku sosial masyarakat perkotaan di sekitarnya. Masyarakat
perkotaan sekarang selalu berhadapan dengan persaingan hidup yang sangat ketat, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjawab tantangan tersebut mereka dituntut beraktifitas
dengan mobilitas yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan hiburan (kebutuhan psikis), mereka
mencari hiburan yang sifatnya instan dengan kemasan yang praktis. Tak jarang hiburan tersebut
disalurkan kepada aktivitas negatif seperti mabuk-mabukan, tawuran, dan geng motor.

Sejak kemunculannya pada tahun 2011, industri berbasis kesenian lokal di Kampung
Dago Pojok tak lepas dari mata wisatawan. Tak hanya mural di dinding sepanjang kawasan
Kampung Dago Pojok, keberadaan industri berbasis kesenian lokal sukses menggali kearifan
lokal yang telah lama terkubur di tengah-tengah penduduk kampung tersebut seperti kerajinan
tangan, wayang golek, dan hasil produk kesenian yang dapat meningkatkan taraf perekonomian.

Ekspos kesenian setempat yang dikreasikan oleh penduduk lokal ternyata sukses dengan
kuat menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing. Hingga saat ini, industri berbasis
kesenian lokal di Kampung Dago Pojok terhitung telah didatangi oleh wisatawan asing dari 40
negara berbeda. Fakta tersebut ternyata secara tidak langsung meningkatkan kesadaran
masyarakat sekitar untuk menjaga nama baik Kampung Dago Pojok di mata pengunjung.
Semenjak mendapatkan berbagai sorotan dari masyarakat luar, penduduk Kampung Dago pojok
menjadi semakin giat membenahi atraksi kesenian yang ada seiring dengan adanya kesibukan
baru yang bermanfaat bagi penduduk sekitar baik dari segi ekonomi maupun interaksi sehari-
hari.

Namun, keberhasilan yang telah diraih masyarakat Kampung Dago Pojok terbilang
belum maksimal dikarenakan pengunjung yang datang akhirnya hanya berjalan di sepanjang
dinding mural lalu meninggalkan lokasi. Hal tersebut terjadi lantaran pengelolaan produk dan
pemberdayaan masyarakat Kampung Dago Pojok yang belum maksimal dan penataan alur
wisata yang belum maksimal.

Hal tersebut dikarenakan peran pemerintah yang pasif terhadap perkembangan industri
kreatif di Kampung Dago Pojok. Rupanya, sorotan yang mulai berkembang baik dari dalam
maupun mancanegara belum juga membuat pemerintah berkontribusi dalam kolaborasi untuk
menciptakan ekosistem yang kondusif dan efektif di Kampung Dago Pojok.

Das Sollen Commented [PL1]: Jangan cuman 1, tambahin lagi

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 pada ayat 3 berbunyi bahwa “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Serta ayat 4 yang menjelaskan bahwa,
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Berpedoman pada Undang-Undang Dasar sudah seharusnya bahwa Potensi kekayaan di negara
ini diperuntukan dan harus berpihak bagi sebesar-besarnya kemakmuran segenap rakyat
Indonesia dan oleh karena itu harus diselenggarakan atas prinsip kebersamaan dan efisiensi
berkeadilan.
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Pemerintah memiliki tanggung jawab
untuk mendorong pengembangan industri kreatif Nasional.

Peran Pemerintah krusial dalam mengkomersialisasikan kekayaan intelektual (KI) melalui


peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan, peningkatan
rezim KI dan inovasi nasional, serta penciptaan ekosistem yang kondusif dan efektif dalam
mendorong industri kreatif.

Pengembangan ekonomi kreatif membutuhkan kolaborasi antara Pemerintah dan industri kreatif.
Untuk itu, Kemlu bersama Bekraf, dan Kementerian/Lembaga terkait selaku regulator nasional,
siap bekerja sama dalam mendukung sejumlah rekomendasi yang dihasilkan bagi optimalisasi
potensi sektor ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, pemberdayaan industri juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2018. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab untuk memberikan penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas bagi industri
kecil dan menengah guna memajukan perekonomian.

Das Sein Commented [PL2]: Ditambah lagi sesuaiin sama das


sollennya
Secara ideal, pengembangan industri kreatif didukung oleh pemerintah dan segenap masyarakat
daerah setempat. Perkembangan industri ekonomi kreatif ini sudah berlangsung sejak tahun 2010
awal, namun belum dilirik oleh pemerintah. Tetapi, pada kenyataannya pemerintah kurang
memberikan dukungan dalam pemgembangan industri kreatif yang sedang diprakarsai oleh
seorang warga. Pemerintah masih memfokuskan diri pada sektor industri padat modal yang dapat
mendatangkan lebih banyak pendapatan bagi pemerintah daerah daripada industri kreatif yang
akan dibangun pada sebuah desa. Juga, tidak semua masyarakat mendukung penuh
pengembangan industri kreatif.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, kami menjabarkan identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Niat pemerintah untuk menggusur keberadaan Kampung Dago Pojok
2. Kearifan lokal yang telah lama terkubur di tengah-tengah penduduk Kampung Dago Pojok Commented [PL3]: Ini masalahnya apa? Bahasanya
yg negatif kaya yg lain
3. Tantangan dan tuntutan penduduk Kampung Dago Pojok selaku masyarakat perkotaan yang
sangat ketat menuju pada hiburan yang praktis
4. Hiburan masyarakat Kampung Dago Pojok sebagai bagian dari masyarakat perkotaan yang
cenderung negatif
5. Tuntutan perubahan perilaku sosial masyarakat Dago Pojok seturut dengan banyaknya
wisatawan yang berkunjung Commented [PL4]: Bisa diperjelas lagi gak?

6. Pengelolaan produk dan pemberdayaan masyarakat Kampung Wisata Dago Pojok yang
belum maksimal
7. Pengunjung yang datang ke Kampung Dago Pojok pada akhirnya hanya berjalan di
sepanjang dinding mural lalu meninggalkan lokasi
8. Penataan alur wisata yang belum maksimal
9. Peran pasif pemerintah terhadap perkembangan industri kreatif Kampung Dago Pojok yang
mulai menyita perhatian mancanegara
10. Kurangnya kesadaran pemerintah untuk berkontribusi dalam kolaborasi guna menciptakan
ekosistem yang kondusif dan efektif di Kampung Dago Pojok

1.3 Rumusan masalah Commented [PL5]: Variabelnya ditandain, dimerahin


aja variabelnya
Dari identifikasi masalah maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa peran dari kehadiran industri kreatif terhadap perubahan pada perilaku sosial
masyarakat di kawasan Dago Pojok?
2. Mengapa kehadiran wisatawan dapat membawa perubahan perilaku sosial pada
masyarakat di kawasan Dago Pojok? PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL -- TEORI
PERUBAHAN
3. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dan masyarakat untuk mengoptimalkan dampak
positif dari kehadiran kampung wisata ini? SOLUSI/UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN INDUSTRI KREATIF -- TEORI KONFLIK -- PAKE TEORI
PERTUKARAN AJA Commented [PL6]: Ini apa

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan adanya pengaruh kehadiran industri kreatif terhadap perubahan pada
perilaku sosial masyarakat di kawasan Dago Pojok.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh kehadiran wisatawan yang dapat membawa
perubahan perilaku sosial pada masyarakat di kawasan Dago Pojok.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah dan masyarakat dalam mengoptimalkan dampak
positif dari kampung dago pojok

1.5 Manfaat Penelitian


Dari penelitian ini dapat kita ambil manfaat sebagai berikut :
1. Dapat membantu penduduk desa untuk mengubah perilaku sosial dengan menghadirkan
industri kreatif
2. Membantu penduduk desa dalam menarik wisatawan untuk berkunjung ke desa kreatif
3. Mengoptimalkan industri kreatif dengan upaya-upaya dari pemerintah dan penduduk
kampung dago pojok

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang pembuatan laporan, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup laporan penelitian
mencakup ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup waktu, serta
metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan.
Bab II Dasar Teori
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang landasan – landasan teori tentang minat, pilihan,
stress, tindakan sosial, dan interaksi.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan.
Bab IV Hasil Penelitian
Pada bab ini, penulis akan memaparkan input data.
Bab V Analisis
Pada bab ini, penulis akan menganalisis data.
Bab VI Simpulan dan Saran
Pada bagian ini, penulis menyimpulkan hasil penelitian dari analisis - analisis yang telah
dipaparkan di bab sebelumnya, dan memberikan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI Commented [PL7]: Kata kunci buat pertanyaannya
apa aja? Yg utama mana yg supporting mana? Tlg
dibedain

Berkaitan dengan adanya Pengaruh Peran Kehadiran Industri Kreatif Berbasis Kesenian
Lokal Terhadap Perubahan Perilaku Sosial Masyarakat Desa Wisata Dago Pojok, maka terdapat
tiga teori sosial yang terkait. Ketiga teori tersebut antara lain : HARUS TEORI PERAN, TEORI
PERUBAHAN, TEORI KONFLIK

1. Teori Peran

Teori peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya seseorang
telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan
karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan
tidak ada status tanpa peran. Sebagaimana kedudukan, maka setiap orang pun dapat
mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.

Gagasan inti: Peran tiap individu


Tokoh: Sarwono

2. Teori konstruksi
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi
timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan
tersebut dipraktekkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat
dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam
individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang
disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses
institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat
dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah
demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat
realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.
Gagasan inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial
Tokoh: Peter L. Berger, Thomas Luckmann

3. Teori Pertukaran -> 7 faktor -- ekonomi, antropologi -- berkaitan dengan capital social
yang ditukarkan -- aspek ekonomi biaya yg didapat sama di keluarkan equivalent --
kalau, lebih satisfactionnya bisa ada kaitannya dengan teori kepuasan (analisis) Commented [PL8]: Ini maksudnya apa?

Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini menganggap
perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor.
Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian mempengaruhi balik
perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke
aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, mempengaruhi
balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor
cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa.
Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah
siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi
diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan
harinya.

Gagasan inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.

Tokoh: Georg Homans, Peter Blau

4. Teori Interaksionisme Simbolik


Manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi
sosial. Dalam proses interaksi, manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang
mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol
memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya cara
orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap
suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka
gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna
dan simbol dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah
satunya. Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam
masyarakat.

Gagasan inti: Pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial

Tokoh: Herbert Blumer

5. Teori strukturalisme
Menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan
tindakan manusia. Struktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur tindakan seseorang.
Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur bisa berada di
tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang mengatakan, struktur berada
di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur
terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula
struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori strukturalisme
meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.
Gagasan inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur

Tokoh: Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss

6. Teori konsumsi

Muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara signifikan dalam
disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer. Teori
postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi.
Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek
produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas sosial, dalam perspektif teori
sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat
produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi
semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia
seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.
Gagasan inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.

Tokoh: Jean Baudrillard

Berkaitan dengan pembahasan kita, terdapat komponen lain yaitu kesenian . Kata dasar

dari “kesenian” adalah “seni”. Seni merupakan karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar

biasa (KBBI, 2016). Seni juga merupakan ekspresi atau aplikasi dari kreativitas dan imajinasi

dari manusia yang dapat berupa objek visual, audio, literatur, dan lain sebagainya yang dapat

diapresiasi terutama untuk keindahan dan kekuatan emosionalnya (Oxford Dictionaries, 2019).

Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga

menggerakan jiwa perasaan manusia (Ki Hajar Dewantara). Oleh karena itu, kesenian berkaitan

erat dengan kehidupan manusia, baik secara individu maupun sosial. Commented [PL9]: Ini apa? Bagian dari teori atau
apa? Kalo bkn teori tolong diperjelas gitu apakah mau
A. Sejarah dan Etimologi dibikin sub bab atau gimana. Kalo gini keliatan
nyambung gitu
Kata ‘seni’ diambil dari bahasa Melayu Riau, yaitu ‘sonik’ dari kata ‘so’ yang dilanjutkan

dengan ‘nik’. Kata ‘so’ berarti satu yang diturunkan dari ‘swa’, Bahasa Sansekerta, sedangkan

‘nik’ berarti sangat kecil (halus). Jadi, seni merupakan sesuatu yg halus bentuk rupa maupun

sifatnya (Jonkobet, 2011). Dalam teori lain, disampaikan bahwa kata ‘seni’ diambil dari ‘sani’,

bahasa Sansekerta yang artinya persembahan, pelayanan dan pemberian yang tulus (Yusa,

2016:12).

B. . Jenis Kesenian Commented [10]: list numbernya tolong perhatiin lagi

Seni dapat digolongkan menjadi dua golongan utama, yaitu seni murni dan seni terapan

(Sulastianto dkk., 2006). Seni rupa murni tidak memperhatikan unsur praktis, melainkan hanya

merupakan ungkapan daya cipta dari pembuatnya. Seni rupa murni memiliki beberapa cabang,

yaitu seni lukis, grafis, patung, dan keramik.

Seni rupa terapan, di sisi lain, memperhatikan nilai praktis atau kegunaan dari karya seni

tersebut. Terminologi desain dalam hal ini mengacu pada seni rupa terapan. Cabang seni rupa

terapan adalah desain produk, grafis, bangunan, dan interior.


Hasil dari kesenian adalah benda seni. Virgil C. Aldrich menyusun bagan bagaimana

benda seni dapat terwujud dari tangan seniman, urutannya adalah sebagai berikut :

1. Produksi bahan seni yang dapat dikerjakan oleh tukang, contohnya pembuatan

bahan cat

2. Pemanfaatan bahan seni oleh seniman

3. Penguraian medium seni yang diolah dari bahan seni yang dipakai

4. Perwujudan bentuk seni dengan berbagai aspek medium seni yang ditemukan

5. Terciptanya bentuk seni berdasarkan kelebihan dan keterbatasan bahan seni

6. Isi seni yang berupa gagasan seniman terkandung dalam bentuk seni

7. Seluruh kegiatan mengungkapkan gagasan seni tadi adalah hasil tanggapan seniman

terhadap objek

C. Aplikasi

Terdapat beberapa kegunaan dari seni. Kegunaan seni tersebut terbagi menjadi dua

golongan, yaitu kegunaan tak termotivasi dan kegunaan termotivasi. Kegunaan tak termotivasi

meliputi komunikasi, hiburan, politik, sosial, psikologis, dan lain sebagainya (Giovanni,

2011:185).

1. Gaya Hidup (Widiyana & Oktada) Commented [PL11]: ini juga apa maksudnya? Teori
lagikah atau gimana?
Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam

masyarakat (KBBI). Alfred Adler, seorang psikolog Austria, mendefinisikan gaya hidup sebagai

karakter dasar seseorang yang telah terbentuk sejak kecil. Sementara itu, kamus Merriam

Webster mendefinisikan gaya hidup (lifestyle) sebagai tipikal cara hidup individu, kelompok,

atau kebudayaan. Secara umum, istilah gaya hidup mengacu kepada cara suatu entitas hidup dan

menjalani kehidupannya.

Berzano dan Genova (2015) mengidentifikasi gaya hidup dengan tiga pendekatan berikut.
a. Gaya hidup dan posisi di masyarakat

Pendekatan awal yang digunakan ketika mempelajari gaya hidup adalah status sosial di

masyarakat. Thorstein Veblen, seorang ahli sosiologi dan ekonomi dari Amerika, mengatakan

masyarakat menggunakan cara hidup, khususnya dalam melakukan kegiatan konsumsi, untuk

membedakan dirinya dari strata sosial yang menurutnya inferior dan menyetarakan dirinya

dengan strata sosial yang lebih tinggi. Sementara itu, Max Weber merumuskan gaya hidup

sebagai bentuk diferensiasi sosial yang paling nyata, sehingga masyarakat melakukan upaya

tertentu untuk memperlihatkan prestise kepada individu maupun kelompok lainnya.

a. Gaya hidup sebagai cara berpikir

Pendekatan ini banyak didasari oleh teori yang dikembangkan oleh Alfred Adler.

Menurut Adler, gaya hidup banyak ditentukan oleh kepribadian seseorang. Adapun kepribadian

tersebut ditentukan oleh nilai dan prinsip hidup yang dipegang individu sejak kecil dan kemudian

menjadi landasan dalam berpikir dan bertindak. Teori ini kemudian dikembangkan ahli-ahli

psikologi dan social scientists seperti Milton Rokeach dan Daniel Yankelovich, dengan hasil

yang mendukung teori milik Adler, bahwa pola pikir dan trend sosio-kultur dapat mempengaruhi

gaya hidup.

a. Gaya hidup sebagai cara bertindak

Pada mulanya, tindakan (action) dipandang sebagai hasil dari gaya hidup yang dimiliki

individu. Akan tetapi, seiring perkembangan teori-teori terkait, tindakan dipandang sebagai

aspek penyusun atau pembentuk gaya hidup. Bagaimana seseorang melakukan tindakan,

terutama tindakan konsumsi, mencerminkan gaya hidup yang dimiliki individu tersebut.

Gaya hidup hanyalah salah satu cara untuk mengelompokkan konsumen secara

psikografis. Gaya hidup (Life style) pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan
waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada

yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas

yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan

sosial-keagamaan.

Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-

pilihan konsumsi seseorang. Memahami kepribadian tidaklah lengkap jika tidak memahami

konsep gaya hidup. Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur

dibandingkan kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan

menggunakan uang dan waktunya.

Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia

menggunakan waktu dan uangnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih

menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan

memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian. Kepribadian

lebih menggambarkan karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Sering disebut juga

sebagai cara seseorang berpikir, merasa dan berpersepsi. Walaupun kedua konsep tersebut

berbeda, namun gaya hidup dan kepribadian saling berhubungan. Kepribadian merefleksi

karakteristik internal dari konsumen, gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari

karakteristik tersebut, yaitu perilaku seseorang.

Secara sederhana gaya hidup (lifestyle) didefinisikan sebagai “bagaimana seseorang

hidup (how one live)”, termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya, bagaimana ia

mengalokasikan waktunya, dan sebagainya. Jadi, gaya hidup berbeda dari kepribadian yang

memandang konsumen dari perspektif internal. Psikografik amat diminati oleh praktisi

pemasaran maupun peneliti konsumen karena psikografik memberikan profil yang jelas tentang

segmen-segmen konsumen. Oleh sebab itu, terapannya (termasuk AIO) banyak digunakan untuk
keperluan segmenting, positioning, dan repositioning, serta kegiatan-kegiatan promosional yang

spesifik.

Gaya hidup konsumen adalah ekspresi ke luar dari nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan

konsumen. Dalam menggambarkan gaya hidup konsumen, dapat dilihat bagaimana mereka hidup

dan mengekspresikan nilai-nilai yang dianutnya untuk memuaskan kebutuhannya.

Gaya hidup konsumen dapat berubah, akan tetapi perubahan ini bukan disebabkan oleh

berubahnya kebutuhan. Kebutuhan pada umumnya, tetap seumur hidup, setelah sebelumnya

dibentuk di masa kecil. Perubahan itu terjadi karena nilai-nilai yang dianut konsumen dapat

berubah akibat pengaruh lingkungan.

Konsep gaya hidup konsumen cukup berbeda dengan kepribadian. Gaya hidup (life style)

menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan

bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan

tindakan dan perilaku sejak lahir, berbeda dengan kepribadian, yang menggambarkan konsumen

dari perspektif yang lebih internal yaitu, “karakteristik pola berpikir, perasaan, dan memandang

konsumen”.

Gaya hidup dan kepribadian memiliki hubungan yang sangat erat. Konsumen yang

dikategorikan memiliki kepribadian yang berisiko rendah tidak mungkin mempunyai gaya hidup

seperti berspekulasi di pasar modal atau melakukan aktivitas-aktivitas kesenangan seperti

mendaki gunung, terbang laying, dan menjelajah hutan.

Akan tetapi, jika dihubungkan dengan setiap diri pribadi gaya hidup dan kepribadian

perlu dibedakan dengan dua alasan penting. Pertama secara konseptual keduanya berbeda.

Kepribadian merujuk pada karakteristik internal seseorang, sedangkan gaya hidup merujuk pada

manifestasi eksternal dari karakteristik tersebut atau bagaimana seseorang hidup. Walaupun

kedua konsep ini menguraikan individu, namun keduanya menguraikan aspek individu yang

berbeda.
Kedua, gaya hidup dan kepribadian memiliki implikasi manajerial yang berbeda.

Beberapa penulis telah merekomendasikan bahwa manajer pemasaran yang secara bertahap

harus mensegmen pasar dengan pertama-tama mengidentifikasi segmen gaya hidup dan

kemudian menganalisis segmen ini pada kepribadian yang berbeda. Dengan pertama-tama

mengidentifikasi orang-orang yang menunjukkan pola perilaku pembelian produk yang

konsisten, pengguna waktu mereka, dan terlibat dalam berbagai aktivitas, para pemasar dapat

mendefinisikan sejumlah besar individu dengan gaya hidup yang serupa. Setelah segmen tersebut

diidentifikasi, lalu mereka dapat menggunakan sifat-sifat kepribadian yang sesuai untuk

memperdalam pemahaman tentang faktor-faktor internal yang mendasari pola gaya hidup.

Gaya hidup akan berkembang pada masing-masing dimensi (aktivitas, interes, opini/AIO)

seperti telah diidentifikasi oleh Plummer dalam Assael (1997) yang terjadi dalam tabel 1.

Tabel 1. Data inventarisasi gaya hidup


1. Desa Wisata

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas

pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata

cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memiliki kecenderungan kawasan pedesaan

yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata (Berdesa, 2017).

a. Tipe Desa Wisata

Ada 2 jenis tipe desa wisata yakni tipe terstruktur dan tipe terbuka. Tipe terstruktur

adalah desa yang memiliki lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik

untuk kawasan tersebut. Tipe terbuka adalah desa yang memiliki karakter tumbuh dan

menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola masyarakat lokal

(Berdesa, 2017).

a. Syarat menjadi Desa Wisata

1. Aksesibilitas yang baik

Akses menuju desa yang baik merupakan faktor penting. Jalur yang ditempuh berupa

jalan aspal halus dan tidak membahayakan. Jika terdapat bagian jalur yang membahayakan maka

harus segera diperbaiki. Oleh karena itu, agar Desa Wisata dapat berkembang dengan baik, perlu

perhatian khusus dari semua pihak seperti Pemerintah, pengelola, dan masyarakat sekitar untuk

mengelola infrastruktur yang ada dan menjamin keselamatan para pengunjung. Dengan demikian

pengunjung merasakan diri mereka terlindungi dari sisi keselamatan oleh warga desa wisata.

Juga tersedianya sarana transportasi bagi rombongan pengunjung dari luar kota yang tidak

membawa kendaraan sendiri. Ini juga sekaligus membuka peluang usaha transportasi bagi warga

desa wisata.

1. Objek wisata yang menarik


Wisata yang terdapat tidak bisa dijumpai di tempat lain. Dan juga wisata yang ada tidak

mengalami perubahan dari awal dan tidak ada campur tangan manusia. Dengan ini maka wisata

tersebut memiliki keunggulan komparatif dibandingkan obyek wisata lain.

1. Pemberdayaan masyarakat

Wisata yang ada pada desa wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa

tersebut melalui keikutsertaan pengelolaan obyek wisata. Dan juga masyarakat desa mendukung

adanya obyek wisata tersebut dengan menyambut ramah dan tulus para wisatawan

1. Tersedianya akomodasi dan telekomunikasi

Tersedianya penginapan seperti hotel, homestay, dll. Hal ini meningkatkan rasa

kenyamanan berada di desa wisata tersebut. Serta mudahnya akses internet serta telekomunikasi

menjadi faktor yang sangat penting agar wisatawan bisa betah berada di desa wisata.

1. Keamanan yang terjamin

Keamanan pengunjung menjadi prioritas paling utama dalam syarat desa wisata.

Pengunjung akan merasa dirinya aman dan menikmati semua obyek wisata apabila fasilitas

keamanan terjamin. Tersedianya security dan cctv akan meningkatkan rasa aman pengunjung.

(Puspa Agustin, 2017)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini terdapat 2 sumber data, yaitu primer dan sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti melalui proses wawancara. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari proses studi literatur dari beberapa sumber yang
sudah ada, berupa publikasi, laporan, informasi dari media, dan lain sebagainya.
Untuk memperoleh data primer digunakan metode wawancara. Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara
penanya atau pewawancara dengan penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 1999). Ciri utama wawancara adalah
kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam
wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan, tetapi muncul berbagai pertanyaan lain
saat meneliti. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Teknik
wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang
dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun
dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.

3.2. Latar Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data primer yang dipilih dalam penelitian ini adalah wawancara.
Untuk itu, dalam rangka memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan seseorang yang
merupakan salah satu inisiator dari berdirinya Desa Dago Pojok sebagai kampung wisata, yaitu
Bapak Rahmat. Wawancara dilakukan di Sanggar Taboo, Jalan Dago Pojok, RT/RW 03/03.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 7 Maret 2019.

3.3. Metode Analisis Data


Ditinjau dari jenis data yang diperoleh dari proses pengumpulan data, metode analisis
data yang sesuai untuk diterapkan dalam penelitian ini adalah metode analisis data secara
kualitatif. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Moleong, 2007). Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian kualitatif, perlu menekankan pada pentingnya
kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian agar peneliti memperoleh pemahaman yang
jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu
(dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut mementingkan proses dibandingkan dengan hasil
akhir. Oleh karena itu, urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada
kondisi dan banyaknya gejala yang ditemukan. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
secara holistik atau utuh.

3.4. Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi masalah. Tahap ini dilakukan untuk mencari apa masalah yang hendak diteliti.
Setelah itu maka dibuatlah rumusan masalah berdasarkan masalah-masalah yang akan diteliti
dengan batasan-batasan masalahnya terutama dalam menentukan ruang lingkup masalah yang
diteliti. Langkah kedua adalah studi literatur. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi-informasi berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sehingga dapat
diketahui keadaan atau kedudukan masalah tersebut baik secara teoritis maupun praktis.
Pengetahuan yang diperoleh dari studi literatur sangat berguna untuk menyusun kerangka teoritis
tentang pemecahan masalah melalui pelaksanaan penelitian lapangan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Kegiatan ini harus didasarkan
pada pedoman yang sudah dipersiapkan. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penelitian
Commented [12]: apakah penjelasan mengenai 'data
dijadikan dasar dalam pemecahan masalah. Setelah pengumpulan data selesai maka langkah kuantitatif perlu dibahas? soalnya kan kita gapake data
kuantitatif
selanjutnya adalah analisis data. Jenis data yang dikumpulkan adalah berupa data kualitatif maka
Commented [PL13R12]: penelitiannya kualitatif kalau
pengolahan datanya dilakukan dengan cara menarik kesimpulan deduktif-induktif. mau ada data silahkan tapi sekedar untuk membantu
mendukung analisis aja jangan ada data kuantitatif
wawancaranya
Commented [14]: udah yaa
3.5. Pedoman Wawancara Commented [PL15]: masa dari 1 teori cuman ada 2
kata kunci aja? Plg gak ada 5 lah minimal atau bahkan
Teori Utama lebih.

Rumusan
Teori Kata Kunci Pertanyaan
Masalah
Bagaimana sistem sosial yang terbentuk saat
Sistem sosial
Teori Fungsionalisme hadirnya industri kreatif di Dago Pojok?
1
Struktural Organ tubuh Apa dampak sosial dari hadirnya industri
(sosial) kreatif di Dago Pojok?
Perilaku Bagaimana perilaku masyarakat Dago Pojok
manusia setelah Dago Pojok menjadi Desa Wisata?
Perubahan apa yang terjadi pada masyarakat
2 Teori Pertukaran Pertukaran
Desa Dago Pojok setelah adanya desa wisata?

Reaksi Bagaimana reaksi wisatawan terhadap


lingkungan perilaku masyarakat lokal Desa Dago Pojok?
Tindakan Apa tindakan masyarakat untuk
manusia mempertahankan Desa Dago Pojok?
3 Teori Strukturalisme
Sistem Apa peran pemerintah bagi perkembangan
struktur Desa Dago Pojok?

Teori Utama
Rumusan
Teori Kata Kunci Pertanyaan
Masalah
Apa peran dari kehadiran industri kreatif
1 Teori Peran Sosial Peran terhadap perubahan pada perilaku sosial
masyarakat di kawasan Dago Pojok?
Apakah peran tiap individu di Desa Dago
Peran
Pojok saat ini sesuai dengan tujuan yang
individu
diharapkan?
Bagaimana pola pikir masyarakat Dago Pojok
Pemikiran setelah Desa Dago Pojok menjadi Desa
Teori Interaksionisme Wisata?
2
Simbolik
Interaksi Bagaimana interaksi sosial antara wisatawan
sosial dengan masyarakat lokal Dago Pojok?
Masyarakat Apakah masyarakat Desa Dago Pojok
kontemporer mengikuti tren gaya hidup terbaru?
3 Teori Konsumsi Bagaimana peran pemerintah bagi pola
Masyarakat
konsumsi masyarakat Desa Dago Pojok yang
konsumsi
berubah?
BAB IV

HASIL PENELITIAN Commented [PL16]: Kenapa ada hasil teori utama dan
pendukung? Kan supporting cuman dipake di analisis
aja, emg ini ditanyain juga? Dibikin per rumusan
Teori Utama masalah aja. Agak kurang gak ini kalo hasil cmn
segini? Asal udah ngegambarin jawaban gpp sih
1. Teori Peran

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan kedudukan atau tempat
dalam pergaulan kemasyarakatan. Kedudukan atau tempat seseorang dalam masyarakat (social-
position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi
masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki
suatu kedudukan tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Sehingga peran setiap
individu dalam suatu organisasi berupa badan pengurus kampung wisata dago pojok yang
bertugas sebagai penanggung jawab dan yang mempromosikan wisata dago pojok ini, sedangkan
masyarakat di kampung tersebut sebagai objek yang menjalankan kegiatan wisata dan industri
kreatifnya. Peran sosial menjelaskan mengenai kedudukan seseorang dalam pergaulan yang
didalamnya mencakup tanggung jawab tiap individu dalam menjalankan perannya masing
masing.Peran dari warga Kampung Wisata Dago Pojok yaitu sebagai penanggung jawab dan
yang mempromosikan wisata dago pojok ini.

2. Teori Pertukaran

Perilaku masyarakat dengan adanya desa wisata ini menjadi lebih rukun dan damai serta
sering melakukan kegiatan kesenian dibanding sebelumnya yang sering konflik dan banyak
kejahatan. Seperti mulai dihidupkannya lagi sanggar-sanggar yang hilang seperti sanggar
wayang, sanggar jaipongan, sanggar musik, dll. Hal ini membuat hidupnya kembali perilaku
budaya masyarakat. Perilaku produktif masyarakat juga dibangun dengan adanya industri kreatif
yang mampu mendorong masyarakat menjadi lebih mandiri dari sebelumnya. Dulu desa ini
sering meminta bantuan dari pemda untuk pembangunan desa kini sudah bisa diatasi dari profit
desa wisata yang telah mereka dapatkan. Interaksi sosial biasanya terjadi saat wisatawan jalan-
jalan di sekitar kampung. Bentuk interaksi seperti wisatawan berkomunikasi dengan warga desa
seperti belajar bahasa sunda yang dipandu oleh tour guidenya dan ikut menampilkan kesenian
desa. Wisatawan biasanya diajari tentang wayang, jaipong, gondang melalui workshop sehingga
terjadi interaksi saat proses belajar mengajar bertukar budaya. Selain itu wisatawan juga
membeli produk kerajinan yang disediakan dan juga ikut membuatnya. Biasanya terjadi interaksi
tawar-menawar antara wisatawan dan warga desa untuk barang-barang kerajinan yang estetis.
Wisatawan yang datang sangat antusias terhadap kampung kreatif ini. Biasanya saat festival ada
banyak wisatawan yang berkunjung dari mancanegara. Dan desa wisata ini sempat menjadi
delegasi obyek wisata saat ada KAA di Bandung. Tidak sedikit juga wisatawan yang mengajak
untuk tampil di negaranya seperti Kanada, India, Jepang, dll. Wisatawan juga dibuat penasaran
dengan bahasa sunda yang masyarakat desa gunakan karena bagi mereka itu sesuatu yang lucu
dan kebanggaan bagi mereka bisa berbahasa lokal.

3. Teori Strukturalisme

Salah satu upaya yang dilakukan warga desa untuk mempertahankan desa wisata ini
tentunya terus melakukan kegiatan wisata dan industri kreatif di Dago Pojok. Melawan proyek-
proyek swasta yang ingin menghambat pertumbuhan desa melalui kegiatan budaya seperti
mengadakan festival tahunan untuk menjaga kekonsistenan dari desa wisata ini sehingga nilai
sosial desa wisata ini menjadi naik dan tidak berujung penggusuran. Sering mengajak pemerintah
untuk sama-sama menjaga desa wisata Dago Pojok agar terhindar dari kesalahan kelola lahan
agar warga tidak bisa dibodoh-bodohi. Karena hal ini warga desa Dago Pojok sedang
mengusulkan adanya perda mengenai kampung kota di bandung. Selain itu upaya pemerintah
juga untuk mempertahankan desa wisata ini yakni memberikan bantuan bagi pengembangan desa
baik materil maupun moril, selain itu pemerintah juga ikut dalam mempromosikan desa wisata
Dago Pojok di dalam negeri maupun di luar negeri seperti membentuk tim pemasaran yang
berasal dari dinas pariwisata. Justru bantuan pemerintah sudah dianggap cukup bagi warga desa
karena warga ingin menjadi mandiri dan tidak bergantung terus terhadap pemerintah. Warga
hanya mengharapkan adanya bantuan perbaikan jalan dari pemerintah untuk saat ini.

Teori Pendukung

1. Teori Konstruksi Sosial

Proses pembangunan desa dago pojok didesain dengan warga masyarakat sebagai subjek
pembangunan, bukan lagi sebagai objek pembangunan seperti yang sebelumnya direncanakan
pihak pemerintah dan swasta. Pembangunan desa dago pojok sebagai salah satu kampung kota
dijadikan pusat kebudayaan dan pusat perekonomian. Terbentuknya desa dago pojok sebagai
pusat kebudayaan terealisasikan dengan terpeliharanya kesenian daerah seperti tari jaipong,
pencak silat, wayang golek dan lukisan-lukisan yang dibuat oleh warga masyarakat desa dago
pojok itu sendiri. Dan menjadi pusat perekonomian dari hasil karya-karya yang disuguhkan
kepada wisatawan sebagai salah satu sumber penghasilan. Terbentuknya desa dago pojok
menjadi desa wisata atau biasa disebut dengan ‘kampung Kreatif’ merupakan salah satu bentuk
perlawanan positif terhadap Undang-Undang yang berpihak pada pengusaha swasta terkait
pembangunan akses jalan. Konsep kampung kreatif dalam proses pembangunan desa dago pojok
sebagai desa wisata berhasil membuat desa tersebut dipandang oleh pemerintah dan masyarakat
luas.

2. Teori Interaksionisme Simbolik

Pembangunan desa dago pojok sebagai desa wisata juga mengubah pola pikir masyarakat
setempat kearah yang positif. Hal ini dibuktikan dengan perubahan kebiasaan-kebiasaan negatif
seperti mabuk-mabukkan, tawuran dan geng motor berganti menjadi kegiatan positif dan
bermanfaat yang memberdayakan masyarakat seperti bermain kesenian wayang golek, tari
jaipong, pencak silat, melukis dan karya lainnya yang bernilai jual. Dengan perubahan pola pikir
ini, masyarakat desa menjadi masyarakat yang kreatif. Kampung kreatif jadi peradaban yang
mampu menyadarkan masyarakat bukan hanya agar wisata tidak mati, melainkan bersaing
karena ide-ide kreatif warganya dengan konsep peradaban. Berkesenian bukan hanya
menampilkan suatu pertunjukkan, melainkan sebagai salah satu cara berinteraksi dan
berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, wisatawan khususnya wisatawan
asing dapat berinteraksi dengan masyarakat desa dago pojok melalui kesenian dan kebudayaan
yang disuguhkan.

3. Teori Konsumsi

Tren Gaya hidup terus berkembang dengan pesat. Hal ini membuat masyarakat dago pojok terus
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pengemasan kesenian yang disuguhkan dibuat
berbeda sesuai dengan tren gaya hidup terbaru masyarakat luas sehingga konsep kampung kreatif
ini dapat terus menjadi daya tarik minat wisatawan. Setiap orangnya terus memunculkan ide-ide
kreatif baru agar dapat diterima sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup. Perkembangan desa
dago pojok sebagai desa wisata tentulah melibatkan peran pemerintah. Pemerintah memberikan
Bantuan berupa biaya festival dan anggaran tahunan untuk keberlangsungan desa wisata dago
pojok. Hanya saja pemberian bantuan tidak diberikan secara rutin tahunan. Namun hal tersebut
tidaklah menjadi kendala bagi masyarakat karena telah tertanam konsep kemandirian dalam
bidang ekonomi sejak dibangunnya desa wisata.

BAB V

ANALISIS Commented [PL17]: Dibikin per rumusan masalah aja,


RM 1 gimana analisisnya dan apakah teori utama
sesuai dengan penelitian atau gak dan seterusnya ke
RM2. Jangan digabung semua, gak keliatan mana RM
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber. Masyarakat pada awalnya tidak sadar 1, 2, dan 3

bahwa terjadi ketidakadilan di lingkungan mereka berupa adanya UU yang berpihak kepada
pengusaha. Muncul berbagai usaha yang dilakukan untuk mencari solusi dari ketidakadilan.
Berdasarkan teori tindakan sosial yang dikemukakan Max Weber, tindakan sosial yaitu
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan
penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan pertama yang dilakukan
adalah pendidikan kesadaran di masyarakat, hal ini dilakukan untuk membuat masyarakat sadar
akan ketidakadilan yang ada di lingkungan tempat mereka tinggal. Tahap awal dari pendidikan
kesadaran yaitu dengan melakukan advokasi ke warga sampai pada akhirnya dapat mengadakan
rapat besar kampung. Hasil dari rapat ini menghasilkan sebuah solusi yaitu melakukan
perlawanan dengan cara menjadikan Kawasan Dago Pojok sebagai kampung kreatif dan menjadi
wadah untuk tempat belajar ekonomi dan budaya. Adanya kampung kreatif membuat adanya
perubahan perilaku sosial pada warga Kawasan Dago Pojok yaitu timbulnya lingkungan yang
lebih rukun karena adanya interaksi sesama warga secara rutin serta ekonomi yang semakin
membaik karena adanya kreativitas dari warga yang dapat dikembangkan menjadi sector
perindsutrian. Hal ini sesuai dengan teori behaviorisme yang menyatakan bahwa semua perilaku,
terimasuk tindak balas ditimbulkan oleh adanya stimulus yang dalam hal ini kreativitas dari
warga mendorong adanya lingkungan yang lebih rukun dan ekonomi yang lebih baik.
Berdasarkan rumusan masalah poin yang kedua, bahwa kehadiran industri kreatif
terhadap perubahan pada perilaku social masyarakat di Kawasan Dago Pojok meberikan
perubahan pada perilaku social masyarakat terlihat dari kebiasaan mabuk yang dilakukan
masyarakat desa Dago Pojok sudah tidak ada. Kemudian lingkungan lebih baik dan bersih serta
budaya jadi bersatu karena adanya kegiatan yang dilakukan secara bersama sama dan faktor
ekonomi yang pastinya meningkat karena adanya kreativitas yang dikembangkan menjadi
industry dan daerah wisata. Perubahan perilaku tersebut didukung dengan Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya.
Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses
perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-
konsekwensi. Perubahan tersebut dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara
eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi
secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar
dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat
tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah
untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu
inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi yang mungkin akan berfungsi atau tidak,
langsung atau tidak langsung, nyata atau laten.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat diketahui bahwa pemerintah
turut berperan dalam mengoptimalkan serta memberikan dampak yang positif dari kehadiran
kampung wisata ini, dilihat dari bantuan yang diberikan pemerintah untuk membantu biaya
festival yang dilaksanakan pada tahun 2011-2013 di Desa Dago Pojok dan memberikan dana
bantuan pada tahun 2018, karena sebelum tahun 2011 Desa Dago Pojok masih menggunakan
dana sendiri untuk memperbaiki infrastruktur seperti jalan dan fasilitas lain. Masyarakat Desa
Dago Pojok juga mengurangi dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk memandirikan
kembali desa mereka.Masyarakat Desa Dago Pojok juga berperan dalam memberikan dampak
yang positif dalam optimalisasi kampung wisata Desa Dago Pojok melalui keterbukaan untuk
dibimbing dan diberikan arahan. Hal ini terlihat dari perubahan kualitas lingkungan dan
kebiasaan buruk yang telah ditinggalkan. Adanya kelas kreativitas untuk anak anak berupa
edukasi kebudayaan juga menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan ke arah yang lebih
baik. Hal ini kemudian didukung dengan teori peran yang merupakan perspektif dalam sosiologi
yang merupakan seperangkat hak, kewajiban, dan norma dalam memenuhi dan menghadapi
setiap peran. Melalui pendekatan life-course memberikan makna bahwa setiap masyarakat
mempunyai harapan kepada tiap anggotanya untuk mempunyai perilaku yang sesuai dengan
kategori yang berlaku di masyarakat tersebut. Teori Birokrasi yang berhubungan dengan
organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan,
struktur, dan proses di dalam organisasi. Menurut Weber, organisasi birokrasi yang ideal
menyertakan delapan karakteristik struktural. Birokrasi menawarkan banyak kelebihan yang kuat
dalam menerapkan standar praktek organisasi, sehingga birokrasi yang terjadi di Desa Dago
Pojok antara masyarakat dengan pemerintahan telah berjalan baik.

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berikut adalah simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan analisis:
1. Kehadiran Kampung Kreatif Dago Pojok membawa dampak bagi perilaku dan gaya hidup
masyarakat di Dago Pojok. Masyarakat dapat lebih banyak mengeksplorasi kemampuan seni
yang mereka miliki untuk diolah menjadi karya seni maupun untuk diajarkan ke pengunjung.
Melalui seni pula kerukunan dan persatuan masyarakat Dago Pojok dapat meningkat.
2. Wisatawan datang ke Kampung Kreatif Dago Pojok tidak hanya untuk menikmati unsur
kesenian yang disuguhkan, tetapi juga untuk merasakan langsung mempelajari kesenian
tersebut. Interaksi yang terjadi antara masyarakat Dago Pojok dengan pengunjung/wisatawan
ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan kemampuan seni agar kampung kreatif tetap
memiliki citra kesenian yang baik di mata wisatawan. Selain itu, dengan banyaknya
wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang, masyarakat semakin bersatu untuk terus
mengembangkan kawasan Kampung Kreatif Dago Pojok menjadi suatu destinasi wisata yang
menarik dan berkesan.
3. Peran pemerintah dalam mengembangkan Kampung Kreatif Dago Pojok dapat dilakukan
dengan memberi bantuan moril maupun materil. Selain itu, pemerintah dapat berperan
meningkatkan akses menuju kampung kreatif tersebut dengan memperbaiki prasarana jalan
di Dago Pojok yang sempit dan banyak kerusakan. Adapun peran masyarakat adalah dengan
mengunjungi, mempromosikan, dan menjaga fasilitas yang ada di kampung kreatif.

6.2 Saran Commented [PL18]: Tambahin lagi

Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan terkait penelitian dan analisis:
1. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat Dago Pojok dalam pengembangan
Industri Kreatif.
2. Pembekalan pembelajaran kesenian terhadap anak-anak di daerah Dago Pojok agar dapat
meneruskan pengembangan Industri Kreatif.
3. Pemerintah dapat lebih mendukung masyarakat Desa Dago Pojok dengan lebih lagi.
Seperti membantu promosi dan menyediakan transportasi umum yang sesuai untuk
mengunjungi Desa Dago Pojok.
4. Pengelolaan tata alur wisata yang harus dimaksimalkan untuk mengurangi kebingungan
wisatawan yang hendak berkunjung.
5. Pengelolaan produk hasil karya masyarakat Desa Dago Pojok yang kurang dipasarkan
dengan baik, agar terwujudnya Industri Kreatif secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

2014, U.-U. R. (2014). Hukum Online. Retrieved from


http://bdipadang.kemenperin.go.id/downloads/files/Usaue_UU_NO_3_2014_tentang_perindustri
an.PDF

Baderi, F. (2017, Mei 8). Strategi Nilai-Nilai Kearifan Lokal sebagai Media Resolusi Konflik.
Retrieved from Harian Ekonomi Neraca: http://www.neraca.co.id/article/84668/strategi-nilai-
nilai-kearifan-lokal-sebagai-media-resolusi-konflik

ISSN. (2010). Tradisi. Jurnal Seni dan Budaya, 11.

ISSN. (2014). Ekspresi Seni. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni.

Prasojo, B. G. (2019). PERAN PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN "LOCAL


ECONOMIC DEVELOPMENT. Academia Edu.

Putra, M. G. (2013). Peran kearifan lokal dalam resolusi konflik keyakinan beragama di Jawa
Timur. Jurnal Unair.

Suryanegara, H. (2016, Juni 18). Konflik Masyarakat dan Pemerintah. Retrieved from
Kompasiana: https://www.kompasiana.com/gadis/5764bded14937330048b4573/konflik-
masyarakat-dan-pemerintah

YUDISTIRA, A. B. (2016, September 20). BEKRAF. Retrieved from


http://www.bekraf.go.id/berita/page/8/regulasi-untuk-mendukung-pengembangan-ekonomi-
kreatif
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai