Anda di halaman 1dari 4

SELOKO ADAT MELAYU JAMBI : WARISAN LISAN

DALAM ARUS GLOBALISASI


Oleh : Mohd. Fakhri Al Faris

Dewasa ini, globalisasi terus memberi berdampak kepada budaya serta gaya
hidup masyarakat Indonesia. Globalisasi yang sering dimaknai sebagai mendunianya
sistem sosial-ekonomi-politik dan budaya yang menyebabkan dunia seperti tanpa tapal
batas (the borderless world) sering pula dipahami sebagai suatu bentuk penyeragaman,
dominasi, dan bahkan hegemoni negara-negara maju terhadap negara-negara
terbelakang ataupun bangsa yang sedang berkembang.
Salah satu fenomena penting proses globalisasi telah melahirkan generasi
gadget, istilah yang digunakan untuk menandai generasi yang tumbuh di tengah
pesatnya kemajuan teknologi. Hadirnya teknologi memang memberikan banyak dampak
bagi umat manusia. Namun dampak yang muncul juga tak melulu menghasilkan hal
yang positif. Terkadang atau bahkan kerap kali dijumpai sisi negatif akibat dari
berkembangnya teknologi. Jika diibaratkan, teknologi seperti dua mata pisau. Jika tidak
bijak dalam menggunakaanya maka dampak negatiflah yang akan didapat.
Di era sekarang ini, setiap informasi dapat dengan cepat tersebar dan mudah
untuk diakses oleh siapa saja di manapun dia berada. Dengan teknologi yang mumpuni,
generasi muda kini dibentuk menjadi pribadi yang serba canggih dan modern. Keadaan
serba canggih dan modern seperti saat ini justru menjadi bumerang bagi kita para
generasi muda. Salah satunya adalah generasi muda yang berorientasi pada gadget.
Tidak dapat dinafikkan bahwa informasi yang diserap dari internet merupakan informasi
global yang pastinya memuat budaya dan gaya hidup bangsa asing di luar sana. Hal ini
mendorong masuknya budaya-budaya asing ke dalam negeri, yang dalam pandangan
para generasi muda merupakan hal yang kekinian atau modern dan menganggap
kearifan lokal sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman.
Derasnya arus globalisasi perlahan namun pasti membuat kita generasi muda
Indonesia asing terhadap budayanya sendiri. Hal ini tentu menjadi mimpi yang lebih
buruk lagi jika kita para generasi muda bangsa tidak memiliki pengetahuan yang
mumpuni tentang budaya sendiri. Arus globalisasi telah mengikis eksistensi sastra lisan
di Provinsi Jambi, yaitu seloko adat melayu Jambi. Efek globalisasi telah memunculkan
sikap modernisasi pada setiap insan masyarakat melayu Jambi yang sudah semakin
jarang menggunakan seloko dalam kehidupan sosial.
Seloko adat Jambi merupakan salah satu kearifan lokal yang harus terus dijaga
dan diwariskan kepada generasi muda saat ini, agar seloko tidak hanya menjadi tinggal
nama saja. Seloko merupakan sastra melayu klasik yang mengandung nilai-nilai luhur
yang dapat dijadikan teladan hidup bagi manusia termasuk menjadi teladan hidup bagi
generasi muda saat ini agar tetap bisa berbudaya layaknya budaya timur yang penuh
dengan tata krama dan kesopansantunan.
Kuatnya arus kebudayaan barat yang masuk dan ditambah dengan pandangan
yang salah, bahwa kebudayaan barat merupakan sesuatu yang lebih “kekinian” daripada
kebudayaan lokal membuat seloko menjadi asing bagi kita generasi muda saat ini.
Sebagai contoh, jika kita lihat kebelakang sungguh sangat jauh berbeda pemuda zaman
dahulu dan zaman sekarang. Pemuda di zaman dahulu mereka lebih suka mengisi waktu
luang diluar jam akademik dengan bergabung di sanggar seni, namun hal sangat
berbeda justru terlihat saat ini. Jika kita lihat sanggar-sanggar seni mulai sepi dengan
kehadiran generasi muda. Pemuda saat ini justru kurang tertarik untuk mempelajari
kebudayaan daerahnya sendiri. Pemuda saat ini lebih banyak bermain gadget untuk
menghabiskan waktunya seperti bermain game online atau bermedia sosial. Dan tidak
jarang mereka melakukan hatespeech di media yang isinya adalah bullying. Jika kita
terus membiarkan kenyataan seperti ini bukan hal yang mustahil jika tradisi bersekolo
akan menjadi punah dan hanya tinggal nama saja.

Perkenalkan, inilah seloko Jambi !


Ada sebuah pepatah yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang” dan “tak
sayang maka tak cinta”, senada dengan itu, memperkenalkan seloko adalah upaya
terpenting yang harus diutamakan. Karena apabila sudah kenal terhadap sesuatu, maka
akan timbul rasa ingin tahu kemudian rasa sayang yang merupakan sebuah keniscayaan.
Begitu juga dengan seloko yang harus ditanamkan rasa kenal dan rasa sayang kepada
generasi muda saat ini. Sehingga semakin membudaya dan cinta dalam diri generasi
muda Jambi untuk terus melestarikan kebudayaan dari daerahnya agar tidak usang di
makan oleh zaman.
Seloko melayu Jambi berisi ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah,
atau nasihat yang bernilai etika dan moral serta sebagai alat pemaksa dan pengawas
norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko melayu Jambi
meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan
kaidah-kaidah hukum atau norma-norma yang senantiasa harus ditaati dan dihormati
oleh masyarakatnya. Lebih lanjut seloko melayu Jambi tidak hanya sekadar pribahasa,
pepatah-petitih atau bermacam pantun, tetapi lebih dalam lagi seloko melayu Jambi
merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan
Jambi. Seloko melayu Jambi adalah sarana masyarakat Jambi untuk merefleksikan diri
akan hakikat kebudayaan dan pemahaman mendasar dari pesan dan tujuan dari sebuah
kebudayaan.
Dalam pembacaan seloko, penyeloko biasanya menggunakan pantun atau
sejenisnya yang diiringi dengan rima atau metrum yang mantap sehingga tidak jarang
menarik perhatian sebagian orang yang mendengarkan. Namun demikian, tidak semua
orang dapat memahami maksud seloko tersebut karena dalam pemilihan diksi
cenderung menggunakan majas perbandingan atau perumpamaan. Menurut H. Junaidi
T. Noor, seloko bagi masyarakat merupakan tradisi lisan yang harus terwariskan dari
kakek ke bapak, dari bapak ke anak dan begitu terus selanjutnya.
Salah satu contoh ungkapan seloko adat jambi adalah mengenai pola asuh orang
tua terhadap anaknya dirumah. Seloko adat Jambi menyebutkan bahwasanya : “cantik
anak, cantik emak dan baik anak, baik bapak”. Seloko adat Jambi tersebut mempunyai
pengertian bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan ibu dirumah,
dan perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan bapaknya dirumah.
Cegah Hilangnya Seloko!
Di era globalisasi saat ini, budaya daerah kurang diminati oleh generasi penerus
bangsa. Padahal kekayaan budaya daerah merupakan salah satu identitas nasional
bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan memiliki
budaya daerah yang berbeda-beda, seharusnya menjadi aset yang harus kita jaga dan
dilestarikan bukan malah ditinggalkan. Namun kenyataannya, sebagian besar
masyarakat dan kita generasi muda kurang memiliki kesadaran untuk mencintai dan
melestarikan budaya daerahnya sendiri. Sehingga tak heran jika negara lain berusaha
untuk mengambil dan mengakui bahwa beberapa kebudayaan Indonesia adalah
miliknya.
Maka dari itu sebagai generasi muda kita seharusnya bangga dan berupaya ikut
melestarikan budaya yang kita punya. Selain itu peran pemerintah dan lembaga adat
Jambi juga harus terus aktif dalam mengenalkan seloko kepada para generasi muda
Jambi. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengadakan event-event
perlombaan berseloko, baik dalam event ulang tahun provinsi Jambi atau hari
kemerdekaan Republik Indonesia. Pengenalan seloko juga dapat dilakukan melalui
panggung kreasi yang selalu di adakan oleh pemerintah Jambi pada event Car Free
Night yang setiap malam minggu diadakan. Selain itu, pengenalan dan pelestarian
berseloko dapat dilakukan dengan terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi,
seperti memanfaatkan media sosial kekinian yang digemari oleh generasi muda saat ini
yaitu instagram, seperti yang telah dilakukan oleh akun instagram bernama “beseloko”
(@beseloko). Dalam laman instagramnya mereka mengenalkan seloko dengan
memposting seloko-seloko jambi yang kemudian tidak lupa memberikan penjelasan
makna yang terkandung dalam seloko yang mereka posting tersebut. Selain itu mereka
juga menggunakan poster dan membuat buku saku yang berisi seloko yang diberi nama
“Busako” atau singkatan dari Buku Saku Seloko. Dengan inovasi-inovasi kekinian
diatas bukan tidak mungkin tradisi berseloko tetap akan terjaga di era globalisasi saat
ini.

Anda mungkin juga menyukai