Anda di halaman 1dari 2

Nama : Adelia Yane Octavianus

NPM : 21262011406

Kelas : TIRP 21G

TEKNOLOGI, WESTERNISASI DAN PANCASILA

Hari ke hari bahkan tahun ke tahun, semua teknologi yang ada di muka bumi ini terus
berkembang, ditambah dengan pola hidup masyarakat yang menuntut segala sesuatunya lebih
instan dan tetap efisien. Maka salah satunya diciptakan smartphone untuk membantu manusia tetap
bisa berkomunikasi dan bertukar informasi terlepas oleh jarak dan waktu. Juga dengan adanya
internet, informasi apapun dapat dibuat lalu dibaca oleh khalayak luas memalui berbagai platform,
segala informasi baik itu tentang pendidikan, biodata, music, kultur, dll. Maka dari itu masyarakat
luas diharapkan mempunyai pemikiran dan pengetahuan yang luas, yang membentuk rasa toleransi
juga rasa saling menghargai terhadap sesama.

Karena hal ini, teknologi yang semakin maju membuat masyarakat Indonesia meraih
keuntungan, khususnya generas muda yang sedang memiliki tingkat kaingintauan yang tinggi,
maumengeksplore seluas-luasnya. Semua informasi, berita, fashion, entertainment,dll dapat diakses
dengan cepat menggunakan internet. Namun hal ini tetap menunjukan sisi negatifnya, dengan
gampang masuknya budaya asing ke dalam kehidupan anak muda tanpa disaring terlebih dahulu
(westenisasi).

Kehidupan generasi muda yang memulai kehidupan kebarat-baratan secara berlebih mulai
dari bahasa, fashion, budaya bahkan sampai makanan. Jika diteruskan maka nilai-nilai Pancasila dan
jati diri bangsa akan luntur tanpa kita disadari karena terlalu larut akan westenisasi ini. Hal ini sangat
bahaya karena kita hidup bukan lagi dengan dasar Pancasila, hidup individualis tanpa gotong royong.
Cara kita berpakaian,berbicara, tata krama akan mencerminkan bagaimana kita hidup. Bangga akan
budaya dan adat orang luar dengan berkedok “trend”. Sebaliknya orang luar mulai mengambil dan
menclaim budaya kita, sehingga tanah kita yang indah ini dikuasai oleh orang asing. Contoh nya di
Bali, banyak tempat indah dan menarik, dimulai dari penginapan, tempat hiburan, dan tempat
wisata namun tidak dikit kenyataan bahwa tempat itu dimiliki oleh orang asing, bukan oleh warga
local atau negara sendiri.

Mengikuti budaya luar yang bebas, membuat generasi muda juga ikut terjerumus
kedalamnya, anak yang belum cukup umur sudah mulai untuk merokok dan meminum alcohol serta
obat-obatan terlarang agar dibilang “trendy”. Mulai cuek akan sekitar tidak mengindahkan tata
krama dan sopan santun demi kepentingan pribadi dan dianggap hal itu kuno.

Lebih mengenal akan budaya dan adat luar daripada negaranya sendiri adalah menurut saya
hal yang memalukan. Kita membuat diri kita tampak keren di negara sendiri dengan budaya luar,
tapi tampak bodoh dipandangan orang luar. Dalam arti kita harus bisa sebagai generqasi muda
penerus bangsa mengfilter itu semua dan menyeimbangkannya. Contohnya berwirausaha
bagaimana batik bisa sampai go internasional, apakan dengan model baju yang bisa dikolaborasikan
dengan budaya luar namun tetap menjaga nilai dan moral banga Indonesia. Banyaknya cara dengan
terbukanyan cara kira berpikir, sudah memiliki pandangan yang luas, sehingga bukan hal yang
mustahil untuk menggabungkan suatu hal tradisional dan modern menjadi hal baru yang lebih
kreatif.
Diharapkan dengan adanya artikel ini, peembaca terkhususnya kamu yang muda untuk mulai
membuka mata bahwa sebenarnya negara kita sedang dalam keadaan kritis. Angkat budaya dan
adat mu sampai orang luar terheran akan kehebatan yang negara kita punya. Jangan sampai hanya
karena “trendy” kita membuat adat sendiri luntur dan secara tidak sadar mulai hilang. Akan lebih
baik jika setiap adat yang kita punya dari orang tua dahulu biarlah tetap kita teruskan sampai ke
anak cucu untuk dilestarikan sebagai warisan dari leluhur.

Anda mungkin juga menyukai