Anda di halaman 1dari 31

STMKG

KLIMATOLOGI UMUM

Pertemuan 5
KLASIFIKASI IKLIM (1)
Dosen Pengampu : Nuryadi, S.Si, M.Si
Tinjauan Instruksi Khusus

Setelah mempelajari materi ini, Taruna diharapkan dapat


mengetahui :

1) Pemahaman Klasifikasi Iklim


2) Macam Klasifikasi Iklim
3) Dasar Klasifikasi Iklim
4) Klasifikasi Iklim Berdasarkan Vegetasi (Indonesia)
1) PEMAHAMAN KLASIFIKASI IKLIM

 Perilaku unsur iklim di suatu wilayah merupakan resultante dari


unsur iklim lainnya. Meskipun pola perilaku iklim di bumi cukup
rumit, tetapi ada kecenderungan pola/karakteristik dari unsur iklim
di berbagai daerah yang letaknya berjauhan, menunjukkan
perilaku yang sama apabila faktor utamanya sama. Faktor utama
tersebut dapat berupa salah satu unsur iklim atau letak
pengendalinya.
 Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dingin, daerah panas,
gurun, stepa atau hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat
sehingga membutuhkan suatu sistem penamaan untuk
kelompok-kelompok yang sama tersebut. Sistem penamaan
terhadap pokok bahasan dalam setiap cabang ilmu yang
mendasarkan pada sifat-sifat yang sama dikenal sebagai sistem
klasifikasi.
 Dalam pembahasan iklim juga dikenal klasifikasi iklim yang pada
prinsipnya membuat formulasi-formulasi kesamaan tentang
sifat unsur-unsur iklim di suatu wilayah sehingga dapat
dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim.
HAKEKAT DAN MANFAAT
Ada tiga hal mengapa klasifikasi iklim dibutuhkan dalam klimatologi
yaitu kebutuhan :
1)Keilmuan (scientific) : adalah proses bagaimana menganalisis
sekian banyak data iklim sehingga dapat dilihat pola-pola iklim
regional yang memudahkan pengenalan dan penjelasan sifat-sifat
iklim suatu daerah.
2)Pendidikan (educational) : adalah dalam hal untuk mempelajari,
memahami dan mengingat sifat-sifat iklim suatu daerah.
3)Filosofis (philosofical) : adalah dalam hal memilih kriteria
pengelompokkan iklim serta batasan-batasannya.

Dengan demikian pada hakekatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah


suatu metode untuk memperoleh efisiensi informasi dalam
bentuk yang umum dan sederhana. Oleh karena itu analisis
statistik unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan
memberi batas kebanyakan tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum
dan sederhana.
Penggunaan suatu klasifikasi iklim perlu memperhatikan beberapa
hal, yaitu :

a)Tujuan klasifikasi iklim tersebut dibuat (pertanian, kelautan,


penerbangan).
b)Luas cakupan wilayah klasifikasi iklim tersebut (makro, meso,
mikro).
c)Latar belakang pembuat klasifikasi tersebut.
2) MACAM KLASIFIKASI IKLIM
Berdasarkan perkembangan dan cara penentuan kriteria, maka
klasifikasi iklim dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Klasifikasi Iklim secara Genetik
Klasifikasi ini didasarkan kepada faktor-faktor iklim penyebabnya
seperti aliran massa udara, zona angin, benua dan lautan, atau
perbedaan penerimaan radiasi surya. Cara klasifikasi iklim ini umumnya
menghasilkan klasifikasi untuk daerah yang luas, tetapi kurang teliti.
 
a) Menurut Daerah Penerimaan Radiasi Surya
Menurut ahli Yunani kuno yang membagi bumi menjadi lima wilayah
yaitu:
Tropik (23.5o LU - 23.5o LS)
Dua iklim subtropik (23.5o – 66.5o LU dan LS)
Dua iklim kutub ( > 66.5o LU dan LS)
Karena pembagian ke lima wilayah tersebut dibatasi secara astronomik
dan penerimaan radiasi surya, serta perbedaan unsur-unsur iklim
lainnya.
Iklim tropik umumnya dicirikan oleh suhu tinggi sepanjang tahun dan
variasi suhu musiman yang lebih kecil dibanding variasi diurnal.
Iklim kutub dan iklim sedang (temperate) umumnya memiliki suhu
rendah sepanjang tahun dengan variasi suhu musiman yang lebih besar
dari variasi diurnal.

b) Berdasarkan Sirkulasi Udara


Menurut klasifikasi ini, dasar penentuan iklim secara makro adalah pada
sirkulasi udara yang dapat dihubungkan dengan iklim wilayah
sesuai dengan zona angin atau massa udara.
Macam klasifikasi ini dibuat oleh :
Hetter (1931) : yang mendasarkan pada sistem angin, benua, jumlah
dan lamanya hujan, posisi relatif terhadap lautan dan ketinggian tempat.
Alissov (1936) : membuat klasifikasi dengan kriteria sirkulasi massa
udara.
Flohn (1950) : membuat klasifikasi dengan kriteria aliran angin global
dan karakteristik hujan.
(2) Klasifikasi Iklim secara Empirik
Klasifikasi ini didasarkan kepada hasil pengamatan yang teratur
terhadap unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu, penguapan.
Cara klasifikasi iklim ini menghasilkan klasifikasi untuk daerah-daerah
yang sempit dengan tipe-tipe iklim yang lebih teliti.
Dalam klasifikasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Klasifikasi Iklim berdasar “Rational Moisture Budget”
Klasifikasi dengan metode ini dikembangkan oleh Thornthwaite (1948).
Konsep dasar yang digunakan adalah evapotranspirasi potensial (Etp)
dan neraca air (moisture budget). Evapotranspirasi potensial dihitung
dari suhu rata-rata bulanan. Di daerah tropika dan semi arid metode ini
kurang memadai karena variasi suhu bulanan (bahkan harian) sangat
kecil. Akibatnya Etp hasil perhitungan yang hanya didasarkan atas suhu
udara, tidak sensitif dengan variasi iklim di daerah tropik.
b) Klasifikasi Iklim berdasarkan “Pertumbuhan Vegetatif”
Sistem Klasifikasi Koppen
Sistem Klasifikasi Oldeman
Sistem Klasifikasi Schmidth-Ferguson
3) DASAR KLASIFIKASI IKLIM
Unsur-unsur iklim yang menunjukkan pola keragaman yang jelas
merupakan dasar utama dari klasifikasi iklim yang dilakukan oleh
para pakar atau institusi yang relevan, seperti suhu udara dan curah
hujan.
Sementara itu, unsur iklim lain seperti cahaya matahari dan angin
sangat jarang dipakai sebagai dasar, karena :
Pembagian zona iklim berdasarkan cahaya, akan sama dengan
pembagian bumi berdasarkan garis-garis lintang yang ada.
Pembagian zona iklim berdasarkan angin, agak sulit untuk dilakukan,
karena tidak konsistennya tingkah laku angin tersebut.

Klasifikasi Iklim Global


Zona iklim di bumi dapat dibedakan atas 15 zona iklim utama.
Masing-masing zona memiliki karakteristik iklim yang khas, yang
didasarkan atas kondisi suhu udara, curah hujan dan
fotoperiodesitas.
Beberapa zona iklim diberi nama sesuai dengan jenis vegetasi yang
dominan, tetapi pada prinsipnya klasifikasi secara konsisten tetap
didasarkan atas kondisi unsur-unsur iklim.
15 Zona iklim utama tersebut adalah :
Polar icecap climate (iklim kutub)
Subpolar climate (iklim subkutub)
Subarctic climate (iklim subarktika)
Humid continental short summer climate (iklim kontinen lembab
dengan musim panas singkat
Humid continental long summer climate (iklim kontinen lembab
dengan musim panas panjang
Marine west coast climate (iklim pantai barat)
Humid subtropical climate (iklim subtropika lembab)
Dry summer subtropical climate / mediterranean climate (iklim
subtropika dengan musim panas yang kering / iklim laut tengah)
Semiarid midlatitude climate (iklim lintang pertengahan agak kering)
Arid midlatitude climate (iklim lintang pertengahan kering)
Semiarid low latitude climate (iklim lintang rendah agak kering)
Arid low latitude climate (iklim lintang rendah kering)
 Monsoon tropical climate (iklim tropika monsun)
 Wet tropical climate / Tropical rain forest climate (iklim tropika
basah / iklim hutan hujan tropis)
 Highland climate (iklim pegunungan)

Zona iklim yang dominan (luas) adalah iklim subarktika, iklim lintang
rendah kering, dan iklim tropika (monsun dan basah). Zona iklim
lainnya menempati daerah transisi antara zona iklim dominan atau
pada wilayah dengan kondisi geografis yang unik, seperti pantai dan
pegunungan.
4) KLASIFIKASI IKLIM BERDASARKAN VEGETASI
(INDONESIA)

Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian


besar tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sebagian kecil masuk
zona iklim pegunungan atau tropika monsun.

Variasi suhu udara tergantung pada ketinggian tempat (altitude). Fluktuasi


suhu musiman tidak terjadi (minimal). Keberadaan lautan disekitar kepulauan
Indonesia ikut memperkecil gejolak suhu udara yang mungkin timbul.

Zona iklim pegunungan berada pada ketinggian tempat > 1000 meter dari
permukaan laut. Dengan demikian suhu rata-rata pada zona iklim pegunungan
dapat lebih rendah 6o C dibanding pada dataran rendah (penurunan suhu sekitar
0.6o C setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat).

Zona iklim pegunungan di Indonesia meliputi wilayah pegunungan Bukit


Barisan, daerah skitar puncak (Jawa Barat), sekitar Wonosobo (Jawa Tengah),
beberapa tempat di Jawa Timur, Pegunungan Jaya Wijaya, serta pegunungan di
bagian interior Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
(A) Sistem Klasifikasi Koppen

Klasifikasi ini merupakan klasifikasi utama yang berdasarkan pada


hubungan antara iklim dan pertumbuhan vegetasi. Sistem klasifikasi ini
paling dikenal dan digunakan secara internasional sejak publikasi
pertamanya pada tahun 1901 sampai perbaikan-perbaikannya yang
tertulis dalam buku Gruudis der Klimakunde tahun 1931.

Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-rata bulanan maupun
tahunan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami
berdasarkan peta vegetasi De Candolle (1874). Menurut Koppen
vegetasi yang hidup secara alami menggambarkan iklim tempat
tumbuhnya. Vegetasi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan
hujan efektif yaitu kesetimbangan antara hujan, suhu dan
evapotranspirasi. Jumlah hujan yang sama akan berbeda
kegunaannya bila jatuh pada musim yang berbeda. Oleh karena itu
batas-batas klasifikasi Koppen berkaitan dengan batas-batas
penyebaran vegetasi.
Klasifikasi iklim Koppen disusun berdasarkan lambang atau simbul yang
merumuskan sifat dan corak masing-masing tipe hanya dengan tanda
yang terdiri dari kombinasi huruf yaitu :
Huruf pertama (huruf besar) menyatakan “tipe utama”
Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan “pengaruh hujan”
Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan “suhu udara”
Huruf keempat (huruf kecil) menyatakan “sifat-sifat khusus”
Pada umumnya dalam menentukan tipe iklim menurut Koppen bila
perumusannya telah sampai pada kombinasi dua huruf telah
dianggap cukup untuk mencirikan iklim suatu daerah secara umum.
Koppen membagi tipe utama menjadi lima kelas yaitu :
A : Iklim Hujan Tropik, Suhu bulan terdingin >18o C
B : Iklim Hujan, evaporasi > curah hujan
C : Iklim Sedang Berhujan, Suhu bulan terdingin antara –3o C sampai
18o C, suhu bulan trepanas >10o C
D : Iklim Hujan Dingin (Boreal), suhu bulan terdingin < -3o C dan suhu
bulan terpanas >10o C
E : Iklim Kutub, suhu bulan terpanas < 10o C
Pengaruh hujan digambarkan pada huruf kedua, terdiri atas :
f : selalu basah, hujan setiap bulan > 60 mm
s : bulan-bulan kering jatuh pada musim panas (summer)
S : semi arid (steppa atau padang rumput)
w : bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin (winter)
W : arid (padang pasir)
m : khusus untuk kelompok tipe utama A (m=monsun), yang berarti musim
kemaraunya pendek, tetapi curah hujan tahunan cukup tinggi, sehingga
tanah cukup lembab dengan vegetasi hutan hujan tropik
F : daerah tertutup es abadi

Selanjutnya pengaruh suhu dilambangkan sebagai huruf ketiga, terdiri atas :


a : suhu rata-rata dari bulan terpanas > 22.2o C
b : suhu rata-rata dari bulan terpanas < 22.2o C
c : hanya 1-4 suhunya > 10o C dan suhu bulan terdingin > -38o C
d : suhu bulan terdingin < 38o C
e : suhu rata-rata tahunan < 18o C
I : perbedaan suhu antara bulan terpanas dan terdingin < 5o C
k : suhu rata-rata tahunan < 18 C dengan suhu bulan terpanas 18
l : suhu semua bulan antara 10 – 22 C
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama, maka ada 12 tipe iklim menurut
klasifikasi Koppen yaitu :
Daerah Iklim Hujan Tropik : Af, Aw, Am
Daerah Iklim Kering : BS, BW
Daerah Iklim Sedang Berhujan : CF, Cs, Cw
Daerah Iklim Hujan Dingin : Df, Dw
Daerah Iklim Kutub : Ew, Ef
(B) Sistem Klasifikasi Oldeman

Manfaat, Kriteria, dan Konsep


Untuk keperluan praktis sangat berguna, khususnya dalam klasifikasi lahan
pertanian tanaman pangan di Indonesia dengan menggunakan unsur curah
hujan.
Kriterianya didasarkan pada perhitungan Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering
(BK) ”berturut-turut” yang batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan
efektif, dan kebutuhan air untuk tanaman.
Konsep yang dikemukakan Oldeman adalah :
Padi sawah akan membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm pada musim
hujan.
Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm pada musim kemarau.
Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% atau
sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30.
Hujan efektif untuk padi sawah adalah 100%.
Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat sebesar
75%.
Berdasarkan konsep tersebut, maka dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan
untuk padi sawah maupun palawija (misal X) dengan menggunakan series data
yang panjang, yaitu :
Padi sawah : 145 = 1,00 (0,82 X - 30)
X = 213 mm per bulan
Palawija : 50 = 0,75 (0,82 X - 30)
X = 118 mm per bulan
Nilai 213 mm dan 118 mm, selanjutnya dibulatkan menjadi 200 mm dan 100 mm,
yang digunakan sebagai batas penentuan “Bulan Basah (BB)” dan “Bulan Kering
(BK)”
Jadi :
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm

Dalam penentukan klasifikasi iklimnya, Oldeman menggunakan panjang periode


bulan basah dan bulan kering “berturut-turut”.
Tipe Utama klasifikasi Oldeman dikelompokan menjadi “5 tipe yang didasarkan
pada jumlah bulan basah (BB) berturut-turut”. Sedangkan subdivisinya
dikelompokan menjadi “4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering (BK)
berturut-turut”.
Klasifikasi Tipe Iklim Oldeman
Tipe Utama BB Berturut-turut Sub Divisi BK Berturut-turut

A >9 1 <2
B 7–9 2 2–3
C 5–6 3 4–6
D 3–4 4 >6
E <3

CATATAN :
Tipe Utama E tidak memiliki Sub Divisi
Hubungan Dengan Kegiatan Pertanian
Khususnya dengan tanaman pangan, Oldeman mengemukakan penjabaran dari setiap
: tipe iklimnya sebagai berikut
Tipe Iklim Penjabaran Kegiatan Keterangan

Sesuai untuk padi terus menerus, produksi 3 PS umur pendek


A1, A2 kurang, karena fluks radiasi surya rendah atau 2 PS + 1 PL

Sesuai untuk padi terus menerus, dengan


3 PS umur pendek
B1 perencanaan yang baik, produksi tinggi bila
atau 2 PS + 1 PL
panen musim kemarau
Dua kali padi varietas umur pendek, musim
B2 kemarau Yang pendek cukup untuk palawija 2 PS + 1 PL

C1 Tanam padi sekali dan palawija dua kali 1 PS + 2 PL

C2, C3 Tanam padi sekali, Palawija kedua jangan jatuh


pada musim kering 1 PS + 1 PL +1 SK
C4

Padi umur pendek satu kali, produksi tinggi,


D1 1 PS + 1 PL
palawija

D2, D3 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali


palawija 1 PS atau 1 PL
D4

Terlalu kering, hanya mungkin satu kali


E 1 PL
palawija
CONTOH PETA TIPE IKLIM OLDEMAN JAWA BARAT
)MENGGUNAKAN RATA-RATA HUJAN 1981-2010(
Penentuan Klasifikasi Iklim Oldeman
Rata-Rata Hujan Bulanan 1981-2010 Kabupaten Cirebon

NO. LIN- TINGGI


NO. POS NAMA POS TANG BUJUR (M) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OCT NOV DES BB BK OLD INDEK
1 83 AMBIT -6.93 108.67 25 299 242 323 158 108 53 10 3 10 43 168 264 4 5 D3 3
2 33 ARJAWINANGU -6.64 108.41 14 314 278 248 175 101 64 21 3 4 55 119 303 4 5 D3 3
3 33a BOJONG WETAN -6.36 106.22 10 363 310 275 197 249 75 27 26 9 57 253 345 5 5 C3 7
4 61 CANGKOL -6.92 106.83 3 446 301 308 186 95 30 22 5 3 12 226 368 5 6 C3 7
5 43 CANGKRING -6.67 108.51 5 364 287 277 195 113 31 16 8 1 9 212 280 5 5 C3 7
6 87 CANGKUANG -6.89 108.70 5 308 227 253 142 85 28 25 3 4 40 98 252 4 7 D4 2
7 84 CIKEUSIK -6.98 108.74 28 440 340 353 223 126 44 36 27 22 118 253 330 6 4 C3 7
8 75 CIAWIGEBANG -6.86 108.72 225 318 275 253 157 86 21 20 5 12 26 129 244 4 6 D3 3
9 31 GEGESIK -6.60 108.42 5 274 236 218 166 103 26 15 3 8 68 185 236 4 5 D3 3
10 89a JATI SEENG -6.47 106.47 16 331 294 306 152 118 22 21 11 16 74 213 300 5 5 C3 7
11 42 KRG. KENDAL -6.60 108.51 1 284 150 191 156 135 66 20 11 20 2 115 220 2 5 E 1
12 42a KEPUH -6.51 108.42 5 525 390 388 207 89 78 28 5 15 96 195 272 5 6 C3 7
13 44 PALIMANAN -6.74 108.43 17 483 407 409 196 105 56 33 7 14 91 218 303 5 5 C3 7
14 92 LOSARI -6.82 108.80 4 368 260 319 200 86 56 28 9 6 84 157 267 4 6 D3 3
15 64 MUNDU Msg. -6.63 106.83 2 403 410 285 158 65 33 0 7 11 3 130 327 4 6 D3 3
16 71 PANONGAN -7.14 108.27 100 547 439 432 302 229 87 54 9 30 67 271 398 7 5 B3 11
17 72a SEDONG -6.88 108.58 130 380 360 284 172 107 50 24 12 33 71 182 323 4 5 D3 3
18 64c SETUPATOK SEL -6.79 108.57 21 483 381 436 201 123 55 8 1 16 37 148 305 5 5 C3 7
19 81 SEUSEUPAN -6.89 108.62 36 386 297 299 285 137 70 54 3 27 59 173 288 5 5 C3 7
20 80 SINDANG LAUT -6.89 108.62 11 461 344 323 159 109 59 22 18 36 67 197 299 4 5 D3 3
21 46 SINDANGJAYA -6.89 108.62 115 630 517 460 276 125 71 40 6 11 109 258 370 6 4 C3 7
22 63a TUKMUDAL -6.75 108.47 100 597 536 439 261 119 26 25 16 4 33 235 422 6 5 C3 7
23 63 WANASABA KDL -6.78 108.49 116 550 460 433 256 117 67 36 9 16 92 242 373 6 5 C3 7

T OH
N
CO
O H i)
N T tas
O i g i
C D
a ra
(C
OH
N T W)
CO ra ID
a
(C
(C) Sistem Klasifikasi Iklim Schmidth-Ferguson

Manfaat, Kriteria, dan Konsep


Banyak digunakan dalam bidang “kehutanan dan perkebunan” serta sudah
sangat dikenal di Indonesia.

Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan “nilai Q”, yaitu perbandingan
antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100%
( Q = BK / BB x 100% )

Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem Klasifikasi Mohr
(Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama
periode pengamatan).
BB dan BK pada klasifikasi Schmidth-Ferguson “ditentukan setiap tahun” yang
kemudian dijumlahkan dan “dihitung rata-ratanya”.

BB dan BK diartikan sebagai berikut :


Bulan Kering (BK) : Bulan dengan curah hujan < 60 mm
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan > 100 mm
Klasifikasi Tipe Iklim
Schmidth-Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi

A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika


B 14,3 - 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika
C 33,3 - 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada kemarau
D 60,0 - 100,0 Daerah sedang, hutan musim
E 100,0 - 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana
F 167,0 - 300,0 Daerah kering, hutan sabana
G 300,0 - 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang
H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang
PETA TIPE IKLIM SCHMIDTH_FERGUSON
BANTEN, DKI JAKARTA, DAN JAWA BARAT
Penentuan Klasifikasi Iklim Oldeman dan Schmidth-Ferguson (SF)
Contoh : Data Hujan Bulanan Staklim Kediri_Lombok
TAHUN BULAN SF
  JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC BB BK
1988 123 174 153 175 38 0 0 0 0 16 176 60 5 6
1989 183 247 182 129 46 102 161 62 0 80 103 230 8 2
1990 213 78 294 55 106 1 8 20 107 55 88 263 5 5
1991 225 258 45 170 36 0 13 0 0 46 209 192 5 7
1992 203 192 260 149 40 42 9 5 81 96 210 168 6 4
1993 259 237 120 163 16 78 0 7 10 3 107 246 6 5
1994 205 292 325 139 0 0 0 0 0 0 143 97 5 6
1996 130 306 194 39 32 1 2 38 0 120 78 192 5 6
1997 254 217 102 177 27 67 55 0 0 0 114 245 6 5
1998 255 148 345 352 56 67 28 0 196 262 497 137 8 3
1999 340 358 252 301 53 96 36 17 9 249 213 236 7 4
2000 200 155 290 0 137 43 1 1 1 79 460 336 6 5
2001 217 180 103 205 42 108 19 5 2 222 173 152 8 4
2002 344 406 358 115 101 2 2 0 1 4 409 294 7 5
2003 396 225 0 141 157 59 17 10 95 14 252 343 6 5
2004 73 284 182 263 70 2 3 1 13 17 189 351 5 5
2005 56 183 256 256 5 49 31 0 0 13 248 358 5 7
2006 112 264 270 146 194 21 13 0 0 47 154 302 7 5
2007 74 178 253 266 189 56 0 0 0 26 289 352 6 5
2008 157 230 207 205 112 29 1 1 4 41 147 134 7 5
RATA_2 201 231 210 172 77 43 22 9 31 77 213 234 6 5

OLD BB 5 SF Q 83.33
  BK 6   Tipe D
  Tipe C3
STMKG

Terima Kasih

Dosen Pengampu : Nuryadi, S.Si, M.Si

Anda mungkin juga menyukai