A. Kompetensi
C. Uraian Materi
a. Iklim Global
Iklim yang membentang di atas seluruh planet bumi disebut sebagai iklim
global. Dunia kaya akan tipe iklim. Dari rimba tropis yang rimbun hingga
"daratan kosong" yang sangat dingin. Faktor yang menghasilkan iklim di
suatu tempat, disebut sebagai kontrol iklim. Kontrol iklim diantaranya adalah;
(1) intensitas sinar matahari dan variasinya dengan garis lintang, (2)
distribusi tanah dan air, (3) arus laut, (4) angin, (5) posisi area bertekanan
tinggi dan rendah, (6) barisan pegunungan, dan (7) altitude.
(Sumber:https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/23/klasifikasi-iklim-
junghuhn/)
2) Schmidt-Ferguson
Klasifikasi ini menggunakan bulan basah dan bulan kering dan kriteria bulan-
bulan tersebut. Dasar klasifikasi adalah rasio Q yaitu dengan rumus:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝛴 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑄= 𝑥 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝛴 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Dimana :
Bulan kering adalah bulan yang menerima curah hujan di bawah 60 mm (2,4
inch)
Bulan basah adalah bulan yang menerima curah hujan lebih dari 100 mm (4
inch)
Bulan lembab adalah bulan yang menerima curah hujan 60-100 mm (2,4 – 4
inch).
3) Iklim Koppen
Klasifikasi iklim yang lebih baik adalah dengan mempertimbangkan faktor
meteorologi. Klasifikasi iklim dunia yang banyak digunakan adalah
rancangan ilmuwan Jerman Waldimir Koppen (1846–1940). Klasifikasi iklim
Koppen berdasarkan pada suhu rata-rata dan curah hujan. Skema Kppen
menggunakan jenis iklim utama, dengan setiap jenis ditunjukkan oleh huruf
kapital:
A. Iklim lembab tropis: Semua bulan memiliki rata-rata suhu di atas 18°
(64°F). Karena semua bulan hangat, maka tidak ada musim dingin,
B. Iklim kering: Hampir tidak ada curah hujan sepanjang tahun. Potensi
penguapan dan transpirasi melebihi curah hujan,
C. Iklim mid-latitude lembab dengan musim dingin ringan: Hangat sampai
musim panas dengan musim dingin yang ringan. Suhu rata–rata terdingin
di bawah 18 °C (64 °F) dan di atas –3 °C (27 °F),
D. Iklim mid-latitude lembab dengan musim dingin berat. Hangat musim
panas dan musim dingin. Suhu rata–rata terhangat melebihi 10 °C (50 °F)
dan suhu rata-rata terdingin adalah -3 °C (27 °F),
E. Iklim kutub: Musim dingin yang ekstrim. Suhu rata-rata bulan terhangat
adalah -10 °C (50 °F). Semua bulan adalah dingin, tidak ada musim
panas.
Iklim selalu berubah. Bukti menunjukkan bahwa iklim global, regional dan
lokal telah berubah dan akan terus berubah. Perubahan iklim menunjukkan
perubahan jangka panjang dalam distribusi statistik pola cuaca (mis. suhu,
curah hujan, dll.) selama beberapa dekade hingga jutaan tahun. Perubahan
itu disebabkan oleh proses alami dan akibat aktivitas manusia.
Menurut Ahrens, 2016, perubahan iklim disebabkan oleh faktor alamiah dan
aktifitas manusia. Adapun faktor penyebab perubahan iklim, yaitu; (1) radiasi
matahari, (2) perubahan komposisi atmosfer, (3) perubahan di permukaan
bumi.
a. Pengantar
Biosfer berasal dari dua kata yaitu “bios” yang berarti hidup dan “shpeira”
yang berarti lapisan. Secara etimologis, pengertian biosfer adalah lapisan
yang ditempati oleh makhluk hidup atau seluruh ruang yang dihuni oleh
makhluk hidup. Biosfer meliputi litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Ketiga
lapisan tersebut saling berinteraksi dan membentuk lapisan biosfer tempat
ditemukannya kehidupan di bumi.
1) Vegetasi Alam
Sesuai dengan iklim dan posisinya, yaitu berada di antara kontinen Asia dan
Australia, maka vegetasi yang ada di Indonesia adalah vegetasi peralihan.
Karena banyaknya curah hujan, maka pengaruh vegetasi Asia lebih
dominan, sedangkan dari Australia jumlahnya relatif sedikit dan hanya
terbatas di daerah kering, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Ciri-ciri utama vegetasi alam Indonesia adalah:
a) Selalu hijau, walaupun ada yang gugur pada musim kering, misalnya jati,
b) Jumlah spesiesnya banyak dan jumlah tipe endemiknya relatif besar,
c) Terdapat banyak tumbuhan epifit serta tumbuhan memanjat, misalnya
rotan,
d) Di daerah hutan hujan tropis, terdapat jenis tumbuhan yang menghasilkan
getah, misalnya getah perca.
Secara garis besar, vegetasi alam di Indonesia dapat dibagi menjadi 4
kelompok besar, yaitu:
a) Vegetasi hutan hujan tropis dengan ciri-ciri:
(1) merupakan hutan lebat,
(2) terdiri dari berbagai jenis pohon yang variatif,
(3) ketinggian pohon ada yang mencapai 60 m,
(4) banyak terdapat jenis pohon panjat dan palem,
(5) banyak jenis pohon pakis dan anggrek.
Hutan hujan tropis terdapat di Sumatra, Jawa, Kalimantan serta Papua.
b) Vegetasi hutan musim dengan ciri-ciri:
(1) pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis,
(2) daunnya banyak yang gugur di musim kemarau, misal pohon jati,
(3) jenisnya homogen.
Hutan musim terdapat di daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
c) Vegetasi hutan bakau dengan ciri-ciri:
(1) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis dan
(2) mempunyai akar tunjang.
Kalimantan dan Sumatra merupakan contoh pulau yang memiliki hutan
bakau yang luas.
d) Vegetasi sabana dan stepa dengan ciri-ciri:
(1) terdapat di daerah yang beriklim kering,
(2) sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pohon-
pohon, terdapat di Pulau Madura dan sebagian kepulauan Nusa
Tenggara,
(3) stepa merupakan daerah yang seluruhnya padang rumput,
misalnya di pulau Sumba, Flores dan Sumbawa.
Peta pembagian wilayah flora di Indonesia bisa dilihat pada Gambar 24.
2) Fauna
Keanekaragaman dan perbedaan fauna di Indonesia dipengaruhi oleh
keadaan alam, gerakan hewan dan rintangan alam. Fauna di Indonesia
digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan pengelompokan oleh Alfred
Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber.
Garis Wallace dan Weber adalah garis khayal yang membagi Indonesia
menjadi 3 tipe fauna, yaitu:
a) Fauna tipe Asiatis
Fauna tipe ini menempati bagian barat Indonesia sampai Selat Makasar
dan Selat Lombok. Di daerah ini terdapat berbagai jenis hewan
menyusui yang besar seperti gajah (Elepahas maximus sumatranus),
harimau (Panthera tigris), badak (Rhinoceros sondaicus), beruang
(Helarctos malayanus), orang utan (Pongo phygmaeus). Fauna
endemik di daerah ini adalah badak bercula satu di Ujung kulon Jawa
Barat, Beo Nias (Gracula religiosa robusta) di Kabupaten Nias,
Bekantan/Kera Belanda (Nasalis larvatus) dan Orang Utan di
Kalimantan (Pongo phygmaeus).
b) Fauna tipe Australis
Fauna tipe ini menempati bagian timur Indonesia, meliputi Papua dan
pulau-pulau sekitarnya. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti
burung kasuari (Casuarius casuarius), cendrawasih (Paradisaea
rudolphi), kakatua (Cacatua moluccensis).
c) Fauna peralihan dan asli
Fauna tipe terdapat di bagian tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan
daerah Nusa Tenggara. Hewan yang ada di daerah peralihan ini sering
disebut sebagai hewan asli Indonesia dan merupakan hewan endemik
yang tidak dapat ditemui di negara lain. Di daerah ini terdapat jenis
hewan seperti komodo (Varanus komodosiensis), babi rusa (Babyrousa
babirussa), anoa daratan (Bubalus depressicornis) dan burung maleo
(Macrocephalon maleo).
Pada wilayah Indonesia bagian timur, yaitu dangkalan Sahul, terdapat
mamalia berkantung seperti halnya mamalia yang ada di Australia, seperti
walabi, landak irian, kuskus, kanguru pohon dan kasuari. Dari
keanekaragaman ini, dapat diketahui bahwa dahulunya wilayah Indonesia
bagian barat merupakan bagian dari daratan Asia dan wilayah Indonesia
bagian timur pernah menjadi satu bagian dengan Australia.
1) Sensus Penduduk
Sensus penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan,
menghimpun dan menyusun, serta menerbitkan data-data
demografi, ekonomi, dan sosial yang menyangkut semua orang
pada waktu tertentu di suatu negara atau suatu wilayah tertentu.
2) Registrasi Penduduk
Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang
dilaksanakan oleh petugas pemerintahan setempat yang meliputi
pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian,
perubahan tempat tinggal (perpindahan/migrasi), dan
pengangkatan anak (adopsi).
3) Survei
Hasil Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk mempunyai
keterbatasan. Keduanya hanya menyediakan data statistik
kependudukan, dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan
perilaku penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan ini, perlu
dilakukan survei penduduk yang sifatnya lebih terbatas namun
informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam.
1) Jumlah Penduduk
c. Pertumbuhan Penduduk
1) Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)
Kelahiran adalah banyaknya bayi yang dilahirkan oleh seorang wanita
selama periode suburnya (sekitar usia 15 – 45 tahun). Kemampuan
untuk melahirkan disebut fekunditas.
Secara umum, (Fertilitas/Natalitas) meliputi 3 macam kelahiran, yaitu:
a) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukan banyaknya yang
lahir hidup setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun.
Rumus untuk menghitung angka kelahiran kasar adalah:
CBR = L/P x 1.000
Keterangan:
CBR: Crude Brith Rate (Angka Kelahiran Kasar)
L: Jumlah kelahiran selama satu tahun
P: Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Adapun 3 kriteria angka kelahiran kasar, yaitu:
(1) Angka kelahiran rendah, apabila jumlah kelahiran < 20.
(2) Angka kelahiran sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20-30
(3) Angka kelahiran tinggi, apabila jumlah kelahiran > 30
b) Angka Kelahiran Khusus (Age Specific Birth Rate/ASBR)
Angka kelahiran khusus adalah angka yang menunjukan banyaknya
kelahiran setiap 1.000 penduduk wanita pada kelompok usia tertentu.
Rumus untuk menghitung angka kelahiran khusus adalah:
ASBR = Li/Pi x 1.000
Keterangan:
ASBR: Age Specific Birth Rate (Angka Kelahiran Khusus)
Li: Jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok usia tertentu
Pi: Jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan tahun
c) Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)
Angka Kelahiran Umum adalah angka yang menunjukan banyaknya
kelahiran setiap 1.000 wanita yang berumur 15-49 tahun dalam setahun.
Rumus untuk menghitung angka kelahiran umum adalah:
GFR = L/(W (15-49)) x 1.000
Keterangan:
GFR: General Fertility Rate (Angka Kelahiran Umum)
L: Jumlah kelahiran selama setahun
W (15-49): Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
2) Kematian (Mortalitas)
Kematian atau mortalitas adalah jumlah orang yang meninggal untuk
tiap 1.000 penduduk dalam waktu 1 tahun. Angka kematian dibedakan
menjadi 3 macam, yakni:
a) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan kematian
setiap 1.000 penduduk dalam waktu setahun. Rumus menghitung Crude
Death Rate atau Angka Kematian Kasar, yaitu:
CMR = M/P x 1.000
Keterangan:
CDR: Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)
M: Jumlah kematian selama setahun
P: Jumlah penduduk pertengahan tahun.
Adapun 3 kriteria kematian kasar, yakni:
(1) Angka kematian rendah, apabila kematian < 10.
(2) Angka kematian sedang, apabila kematian 10-20.
(3) Angka kematian tinggi, apabila kematian > 20.
b) Angka Kematian Khusus (Age specific Death Rate)
Angka kematian khusus adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian sertiap 1.000 penduduk penggolongan tertentu dalam jangka
waktu 1 tahun. Rumus unutk menghitung adalah:
ASDR = Mi/Pi x 1.000
Keterangan:
ASDR: Age specific Death Rate (Angka Kematian Khusus)
Mi: Jumlah kematian pada kelompok penduduk tertentu
Pi: Jumlah penduduk pada kelompok tertentu
c) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)
Angka Kematian Bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian bayi berumur < 1 tahun setiap 1.000 kelahiran bayi hidup
dalam 1 tahun. Rumus untuk menghitung angka kematian bayi adalah:
IMR = Jumlah kematian bayi umur < 1/Jumlah kelahiran bayi hidup x
1.000
Keterangan:
Berikut adalah kriteria angka kematian bayi, yakni:
(1) IMR < 35 digolongkan menjadi kematian angka bayi rendah.
(2) IMR antara 35-75 digolongkan menjadi angka kematian bayi
sedang.
(3) IMR antara 75-125 digolongkan menjadi angka kematian bayi tinggi.
(4) IMR > 125 digolongkan menjadi angka kematian bayi sangat tinggi.
Faktor pendukung kematian, menyebabkan jumlah kematian semakin
besar, yang termasuk faktor ini adalah:
(1) Sarana kesehatan yang kurang memadai.
(2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
(3) Terjadinya berbagai bencana alam.
(4) Terjadinya peperangan.
(5) Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri.
(6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
Faktor ini dapat menyebabkan tingkat kematian rendah, yang termasuk
faktor ini adalah:
(1) Lingkungan hidup sehat.
(2) Fasilitas kesehatan tersedia dan lengkap.
(3) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
(4) Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
3) Migrasi
Pengertian migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain baik secara berkelompok maupun individu dan bersifat
sementara maupun menetap. Orang yang dikatakan telah melakukan
migrasi adalah apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi
wilayah lain.
Migrasi menurut jenisnya adalah:
(1) Migrasi masuk yaitu masuknya penduduk dari wilayah ke wilayah lain
dengan tujuan untuk menetap.
(2) Migrasi keluar yaitu keluarnya penduduk dari wilayah menuju wilayah
lain dengan tujuan untuk menetap.
d. Proyeksi Penduduk
Keterangan:
Po = jumlah penduduk dasar (tahun awal)
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Pm = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan
m = selisih tahun yang dicari dengan tahun n
n = selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui
3) Proyeksi (Projection)
Pn = Po + n.t
Keterangan
Pn = Proyeksi penduduk di masa depan
Po = Penduduk tahun awal
n = angka pertumbuhan penduduk tahunan
t = waktu/periode
b) Rumus Proyeksi Penduduk Geometrik
Dalam metode proyeksi ini, pertumbuhan penduduk diasumsikan
mengikuti deret geometri. Pertumbuhan diasumsikan konstan untuk
jangka waktu tertentu.
Pn = Po (1+r) t
Pn = Proyeksi penduduk tahun tertentu
Po = Penduduk awal tahun
1 = konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk
t = rentang tahun
atau
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828
Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau
terjadi penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r <
0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan
jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi
perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.
Contoh: Pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten A adalah
206.730 jiwa. Kemudian pada tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten
A menjadi 278.741 jiwa. Berapakah laju pertumbuhan penduduk
eksponensial Kabupaten A per tahun?
Jawab:
Po = 206.730
Pt = 278.741
t = 2010 – 2000 = 10
Selanjutnya dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk
eksponensial, bisa diketahui laju pertumbuhan penduduk per tahun
Kabupaten A, yaitu sebagai berikut.
a. Pengertian pembangunan
b. Pengertian lingkungan
d. Pembangunan berkelanjutan
D. Rangkuman
Iklim yang membentang di atas seluruh planet bumi disebut sebagai iklim global.
Telah dibuktikan bahwa iklim global, regional dan lokal telah berubah dan akan
terus berubah. Iklim yang membentang di atas seluruh planet bumi disebut
sebagai iklim global. Perubahan itu disebabkan oleh proses alami dan akibat
aktivitas manusia. Perubahan karena proses alami disebabkan oleh mekanisme
umpan balik uap air-rumah kaca, mekanisme lempengan tektonik, perubahan orbit
bumi, variasi radiasi matahari dan keberadaan partikel di atmosfer. Penyebab
perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah emisi aerosol ke
atmosfer, peningkatan gas-gas rumah kaca, perubahan fungsi lahan dan
pemanasan global. Perubahan iklim menyebabkan berbagai dampak diantaranya
di bidang kesehatan, pertanian, sumberdaya kelautan dan keberagaman hayati.
Diperlukan mitigasi dan adaptasi yang dilakukan bersama-sama dan terintegrasi
dalam menghadapi perubahan iklim.
Sumber data kependudukan dapat berasal dari registrasi, survei, dan sensus.
Semua sumber data kependudukan tersebut dapat digunakan untuk
memperoleh informasi kependudukan maupun analisis kependudukan untuk
perencanaan pembangunan. Kepadatan penduduk adalah perbandingan
jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Kepadatan penduduk menunjukkan
jumlah rata-rata penduduk pada setiap km2. Kepadatan penduduk dipengaruhi
oleh fisiografis, keamanan, kebudayaan, biologis dan psikologis serta berkaitan
erat dengan peningkatan jumlah penduduk yang disebut dengan pertumbuhan
penduduk yaitu: