Anda di halaman 1dari 45

Pembelajaran 3.

Dinamika Atmosfer dan


Hubungannya dengan kehidupan

A. Kompetensi

Penjabaran model kompetensi yang selanjutnya dikembangkan pada kompetensi


guru bidang studi yang lebih spesifik pada pembelajaran 3. Dinamika Atmosfer dan
Hubungannya dengan kehidupan. Pembelajaran ini dikembangkan dari modul
PKB dan Modul PKP, juga Modul PPG yang ditulis oleh Dr. Muzayanah, MT. Ada
beberapa kompetensi guru bidang studi yang akan dicapai pada pembelajaran ini,
kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran ini adalah guru P3K mampu:
1. Menganalisis dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan.
2. Menganalisis sebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan
karakteristik ekosistem.
3. Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan
pembangunan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Dalam rangka mencapai komptensi guru bidang studi, maka dikembangkanlah


indikator - indikator yang sesuai dengan tuntutan kompetensi guru bidang studi.
Indikator pencapaian komptensi yang akan dicapai dalam pembelajaran 3.
Dinamika Atmosfer dan Hubungannya dengan kehidupan adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis perubahan atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan.
2. Menganalisis perubahan iklim, faktor penyebab, dampak serta cara mitigasi dan
adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim.
3. Menjelaskan pengertian dan istilah dalam biosfer, unsur-unsur yang
mempengaruhi persebaran flora dan fauna dan persebaran flora dan fauna di
dunia maupun di Indonesia.
4. menganalisis sebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan
karakteristik ekosistem.
5. Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan
pembangunan
6. Menganalisis upaya pembangunan perkelanjutan dan upaya dalam pelestarian
lingkungan.

C. Uraian Materi

1. Perubahan Iklim dan dampaknya

a. Iklim Global

Iklim yang membentang di atas seluruh planet bumi disebut sebagai iklim
global. Dunia kaya akan tipe iklim. Dari rimba tropis yang rimbun hingga
"daratan kosong" yang sangat dingin. Faktor yang menghasilkan iklim di
suatu tempat, disebut sebagai kontrol iklim. Kontrol iklim diantaranya adalah;
(1) intensitas sinar matahari dan variasinya dengan garis lintang, (2)
distribusi tanah dan air, (3) arus laut, (4) angin, (5) posisi area bertekanan
tinggi dan rendah, (6) barisan pegunungan, dan (7) altitude.

Kontrol iklim berinteraksi untuk menghasilkan beraneka iklim. Kesamaan


iklim dalam suatu wilayah memungkinkan bumi terbagi menjadi beberapa
wilayah iklim.
Salah satu upaya pertama dalam klasifikasi iklim adalah yang dibuat oleh
orang Yunani kuno. Mereka membagi belahan bumi menjadi 3 zona, yaitu:
panas terik, beriklim sedang dan dingin. Pembagian ini berdasarkan
hubungan bumi dan matahari. Mereka membagi iklim berdasarkan lintang
1) Tropic Cancer (23,5 ° utara),
2) Tropic Capricorn (23,5 ° selatan),
3) Lingkaran Arktik (66,5 ° utara), dan
4) Lingkaran Antartika (66,5 ° selatan).
Agar lebih jelas, disajikan pada gambar berikut:
Gambar 20 Pembagian iklim global menurut Yunani Kuno
(Sumber: Lutgens, 2013)
Bumi dibagi menjadi:
1) Zona tropis lintang rendah (atau terik); dibatasi oleh batas utara dan
selatan sinar vertikal matahari (23,5 °U dan 23,5 °S); dimana matahari
siang selalu tinggi, lama siang dan malam hampir sama dan hangat
sepanjang tahun.
2) Zona kutub lintang tinggi (atau dingin); dibatasi oleh Kutub Utara atau
Lingkaran Antartika; dingin sepanjang tahun karena periode panjang
musim dingin dan matahari musim panas yang pendek.
3) Zona beriklim tengah-lintang; terjepit di antara dua zona lainnya,
memiliki musim panas dan musim dingin yang berbeda.
Perlu diketahui bahwa klasifikasi iklim adalah buatan manusia. Karena itu,
ada berbagai klasifikasi iklim yang masing-masing menggunakan dasar yang
berbeda sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Tujuan utama dari
klasifikasi iklim adalah mereduksi variasi-variasi yang tidak terhingga
banyaknya, menjadi beberapa tipe yang mempunyai persamaan sifat-sifat
tertentu.
Beberapa ahli klimatologi membuat klasifikasi iklim sebagai berikut:
1) Iklim Yunghuhn
Yunghuhn membuat klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan
tanaman budidaya yang dapat tumbuh di daerah tersebut. Semakin tinggi
tempat, suhu makin dingin. Tanaman budidaya yang dapat tumbuh juga
berbeda, tergantung dari suhu daerah tersebut. Berikut pembagian iklim
menurut Yunghuhn

Gambar 21 Pembagian Iklim Yunghuhn

(Sumber:https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/23/klasifikasi-iklim-
junghuhn/)
2) Schmidt-Ferguson
Klasifikasi ini menggunakan bulan basah dan bulan kering dan kriteria bulan-
bulan tersebut. Dasar klasifikasi adalah rasio Q yaitu dengan rumus:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝛴 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑄= 𝑥 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝛴 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

Dimana :
Bulan kering adalah bulan yang menerima curah hujan di bawah 60 mm (2,4
inch)
Bulan basah adalah bulan yang menerima curah hujan lebih dari 100 mm (4
inch)
Bulan lembab adalah bulan yang menerima curah hujan 60-100 mm (2,4 – 4
inch).
3) Iklim Koppen
Klasifikasi iklim yang lebih baik adalah dengan mempertimbangkan faktor
meteorologi. Klasifikasi iklim dunia yang banyak digunakan adalah
rancangan ilmuwan Jerman Waldimir Koppen (1846–1940). Klasifikasi iklim
Koppen berdasarkan pada suhu rata-rata dan curah hujan. Skema Kppen
menggunakan jenis iklim utama, dengan setiap jenis ditunjukkan oleh huruf
kapital:
A. Iklim lembab tropis: Semua bulan memiliki rata-rata suhu di atas 18°
(64°F). Karena semua bulan hangat, maka tidak ada musim dingin,
B. Iklim kering: Hampir tidak ada curah hujan sepanjang tahun. Potensi
penguapan dan transpirasi melebihi curah hujan,
C. Iklim mid-latitude lembab dengan musim dingin ringan: Hangat sampai
musim panas dengan musim dingin yang ringan. Suhu rata–rata terdingin
di bawah 18 °C (64 °F) dan di atas –3 °C (27 °F),
D. Iklim mid-latitude lembab dengan musim dingin berat. Hangat musim
panas dan musim dingin. Suhu rata–rata terhangat melebihi 10 °C (50 °F)
dan suhu rata-rata terdingin adalah -3 °C (27 °F),
E. Iklim kutub: Musim dingin yang ekstrim. Suhu rata-rata bulan terhangat
adalah -10 °C (50 °F). Semua bulan adalah dingin, tidak ada musim
panas.

Klasifikasi Koppen bisa dilihat pada Tabel berikut:


Tabel 3 Klasifikasi Iklim Koppen

(Sumber: Lutgens, 2013)


Adapun peta sebaran iklim menurut Koppen bisa dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 22 Sebaran iklim menurut Koppen


Sumber:https://www.gurugeografi.id/2016/12/iklim-koppen-dan-sebarannya-di-
bumi.html
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan iklim.
Berikut adalah peta pembagian iklim di Indonesia menurut Koppen.

Gambar 23 Pembagian iklim Indonesia menurut Koppen


Sumber: https://id.maps-indonesia.com/iklim-indonesia-peta
4) Sistem Thornthwaite
Sistem ini juga paling sering digunakan di seluruh dunia. Sama halnya
dengan klasifikasi iklim Köppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi,
evaporasi, curah hujan dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia
dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu: (1) tropika, (2) mesotermal, (3) mikrotermal,
(4) taiga, (5) tundra, dan (6) frost (dingin).
5) Sistem Oldeman
Sistem iklim ini didasarkan pada panjang pendeknya periode bulan basah
dan kering dari rata-rata curah hujan setiap bulan selama periode
pengamatan. Klasifikasi ini dibuat meliputi bulan kering yang curah hujannya
kurang dari 100 mm, bulan lembab yang curah hujannya antara 100-200 mm
dan bulan basah yang curah hujannya lebih dari 200 mm.

b. Definisi perubahan iklim

Iklim selalu berubah. Bukti menunjukkan bahwa iklim global, regional dan
lokal telah berubah dan akan terus berubah. Perubahan iklim menunjukkan
perubahan jangka panjang dalam distribusi statistik pola cuaca (mis. suhu,
curah hujan, dll.) selama beberapa dekade hingga jutaan tahun. Perubahan
itu disebabkan oleh proses alami dan akibat aktivitas manusia.

Menurut IPCC, perubahan iklim adalah perubahan yang mengacu pada


variasi rata- rata kondisi iklim suatu tempat atau variabilitasnya yang nyata
secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau
lebih). Perubahan tersebut terjadi karena variabilitas alami ataupun karena
aktivitas manusia. (UNFCCC, 2011)
Pada UU RI no 31 tahun 2009 tentang meteorologi, klimatologi dan geofisika,
perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau
tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan
komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah
yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

c. Penyebab perubahan iklim

Menurut Ahrens, 2016, perubahan iklim disebabkan oleh faktor alamiah dan
aktifitas manusia. Adapun faktor penyebab perubahan iklim, yaitu; (1) radiasi
matahari, (2) perubahan komposisi atmosfer, (3) perubahan di permukaan
bumi.

Fenomena alam menyebabkan perubahan iklim oleh semua mekanisme di


atas, sedangkan aktivitas manusia dapat mengubah iklim dengan
mekanisme ke-2 dan ke-3.
1) Perubahan iklim karena faktor alamiah
Perubahan iklim karena faktor alamiah diantaranya disebabkan oleh:
a) Mekanisme umpan balik
Sistem atmosfer-bumi sulit menyeimbangkan antara energi yang masuk dan
keluar. Jika keseimbangan antara energi yang masuk dan keluar terganggu,
iklim global mengalami perubahan yang kompleks.
Diasumsikan bahwa sistem atmosfer-bumi mengalami gangguan sehingga
bumi mengalami pemanasan yang lambat. Selama bertahun-tahun suhu
perlahan naik dan air laut dengan cepat menguap ke udara yang lebih
hangat. Peningkatan uap air akan menyerap lebih banyak energi inframerah
bumi, sehingga memperkuat efek rumah kaca. Peningkatan efek rumah kaca
akan meningkatkan suhu udara yang akhirnya lebih banyak uap air menguap
ke atmosfer. Efek rumah kaca menjadi semakin kuat dan suhu udara naik
lebih tinggi lagi. Situasi ini dikenal sebagai mekanisme umpan balik uap air-
rumah kaca.
b) Mekanisme lempengan tektonik
Salah satu penyebab eksternal perubahan iklim adalah perubahan
permukaan bumi. Selama ini, permukaan bumi mengalami perubahan. Salah
satunya melibatkan pergeseran lambat dari benua dan dasar laut.
Pergerakan ini dikenal dengan teori lempeng tektonik. Menurut teori ini, bumi
bagian luar terdiri dari lempengan-lempengan besar yang saling menempel
seperti kepingan puzzle. Kepingan-kepingan puzzle itu, akan terus bergeser
dengan gerakan yang sangat lambat. Gerakan lempeng menyumbang
perubahan iklim, karena terjadi pergeseran daratan dan perpindahan
daratan ke garis lintang yang berbeda. Pergeseran tersebut menyebabkan
perubahan sirkulasi samudera, mengubah transportasi panas dan
kelembaban, sehingga akhirnya merubah iklim. Karena laju pergerakan
lempeng sangat lambat, perubahan iklim oleh gerakan lempeng juga
bertahap dan terjadi dalam skala jutaan tahun.
Antar lempengan ada yang melakukan kontak membentuk gunung berapi.
Aktivitas vulkanik menambah konsentrasi karbondioksida (CO2) ke
atmosfer. Peningkatan CO2 akan meningkatkan efek rumah kaca dan pada
akhirnya meningkatkan suhu global.
c) Perubahan orbit bumi
Penyebab eksternal lain dari perubahan iklim adalah perubahan jumlah
radiasi matahari yang mencapai bumi. Teori yang menganggap perubahan
iklim disebabkan oleh variasi dalam orbit bumi adalah teori Milankovitch.
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh astronom Milutin Milankovitch pada
tahun 1930-an. Dalam teorinya, Milankovitch memaparkan mengenai 3 hal
yang dialami oleh bumi sehingga menghasilkan perubahan iklim akibat
perbedaan intensitas radiasi matahari di permukaan bumi. Ketiga hal
tersebut adalah:
(1) Eksentrisitas (eccentricity) yaitu perubahan bentuk orbit bumi
mengelilingi matahari. Periode siklus perubahan bentuk orbit bumi
kisaran 90.000 hingga 10.000 tahun. Bentuk orbit bumi ellips
menyebabkan variasi energi matahari yang diterima oleh bumi lebih
besar daripada bentuk orbit bumi bulat, karena perbedaan jarak bumi
dengan matahari. Orbit bumi bulat memiliki eccentricity = 0 sedangkan
orbit bumi ellips memiliki eccentricity lebih dari 0.
(2) Obliquity (kemiringan bumi ketika berotasi).
Obliquity merupakan perubahan kemiringan kutub bumi. Variasi
perubahan kemiringan kutub bumi berkisar antara 22,10 - 24,50. Saat
ini sudut kemiringan bumi + 23,40. Periode siklus perubahannya
diperkirakan 41.000 tahun. Perubahan kemiringan kutub bumi akan
mempengaruhi komposisi sebaran radiasi matahari di permukaan bumi.
Berkurangnya kemiringan kutub bumi akan mengurangi jumlah radiasi
yang masuk pada wilayah lintang tinggi dan meningkatkan radiasi yang
masuk pada wilayah lintang rendah, begitu pula sebaliknya.
(3) Presisi (precession), yaitu perubahan arah rotasi karena bergesernya
sumbu bumi.
Presisi menyebabkan perubahan jarak terjauh bumi terhadap matahari
(aphelion) dan jarak terdekat bumi terhadap matahari (perihelion). Periode
siklus ini sekitar 26.000 tahun.
d) Variasi radiasi matahari
Hipotesis penyebab perubahan iklim ini didasarkan pada anggapan bahwa
matahari adalah variabel bintang dan radiasinya bervariasi. Peningkatan
energi matahari menyebabkan atmosfer semakin hangat dan pengurangan
energi matahari akan menghasilkan pendinginan. Fluktuasi radiasi matahari
ini dikaitkan dengan keberadaan sunspot (bintik matahari). Bintik matahari
adalah badai magnet besar di matahari yang menunjukkan daerah yang
lebih dingin (lebih gelap) di permukaan matahari. Jumlah dan ukuran
mencapai maksimum kira-kira setiap 11 tahun. Selama periode bintik
matahari maksimum, matahari memancarkan lebih banyak energi, + 0,1%
lebih banyak. Fluktuasi energi matahari dianggap menyebabkan perubahan
iklim kecil, tetapi hipotesis ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
e) Partikel di atmosfer
Partikel cair dan padat mikroskopis (aerosol) yang memasuki atmosfer dari
sumber alami dan yang diinduksi manusia, turut andil pada perubahan iklim.
Efek partikel-partikel ini terhadap iklim sangat kompleks dan tergantung
pada sejumlah faktor, seperti ukuran partikel, bentuk, warna, komposisi kimia
dan distribusi vertikal di atas permukaan.
(1) Partikel dekat permukaan
Partikel dapat memasuki atmosfer dengan berbagai cara alami. Misalnya,
kebakaran hutan yang menghasilkan sejumlah besar partikel asap atau
badai debu yang menyapu banyak partikel halus ke atmosfer. Gunung
berapi juga bisa melepaskan sulfur ke atmosfer. Samudra adalah sumber
alami aerosol (partikel padat dan cair) belerang, dimana fitoplankton
menghasilkan senyawa sulfur (dimethylsulphide, DMS) yang perlahan
berdifusi ke atmosfer, bergabung dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida, selanjutnya dikonversi menjadi aerosol sulfat. Partikel-partikel
tersebut mampu mendinginkan permukaan dengan mengurangi sinar
matahari mencapai permukaan bumi.
(2) Erupsi vulkanik
Selama gunung berapi meletus, partikel halus, abu dan debu (serta gas)
terlontar ke atmosfer. Para ilmuwan sepakat bahwa letusan gunung
berapi yang memiliki dampak terbesar pada iklim adalah gunung berapi
yang kaya akan gas belerang. Gas ini ketika dikeluarkan ke stratosfer,
bergabung dengan uap air. Dengan keberadaan sinar matahari, gas
belerang membentuk lapisan kabut. Kabut ini berada di stratosfer selama
beberapa tahun, menyerap dan memantulkan kembali energi matahari.
Refleksi sinar matahari yang masuk oleh kabut cenderung mendinginkan
udara di permukaan bumi, terutama di belahan bumi tempat letusan
terjadi.
2) Penyebab perubahan iklim karena aktifitas manusia
Perubahan iklim yang disebabkan oleh antrophogenic atau aktivitas manusia
diantaranya adalah:
a) Emisi aerosol ke atmosfer
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa partikel kecil padat dan cair
(aerosol) memasuki atmosfer dari sumber-sumber yang diinduksi
manusia dan sumber alami. Sumber yang diinduksi oleh manusia
diantaranya emisi pabrik, mobil, truk, pembangkit listrik, pesawat
terbang dan tungku rumah. Aerosol juga bisa terbentuk ketika gas
dikonversi menjadi partikel.
b) Gas-gas rumah kaca
Gas-gas rumah kaca diantaranya adalah karbondioksida (CO2), metana
(CH4), nitrogen oksida (N2O), uap air, (H2O) dan gas-gas F seperti
hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCts) dan sulphur
hexafluoride (SF6) (Ahrens, 2016).
c) Perubahan lahan
Perubahan lahan berpotensi mempengaruhi iklim di daerah tertentu.
Pembukaan hutan hujan tropis untuk area permukiman atau pertanian
menyebabkan kenaikan suhu di daerah tersebut. Hal ini disebabkan
kadar CO2 dan metan meningkat, efek rumah kaca menguat dan suhu
udara akan meningkat.
d) Pemanasan global

Menurut Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC), telah


terjadi kenaikan suhu global sejak tahun 1901 yang mencapai 0,890C.
Di kawasan Asia Tenggara, tercatat kenaikan suhu berkisar 0,4– 1 0C.
Diperkirakan kenaikan suhu di wilayah Asia Tenggara untuk jangka
menengah di tahun (2046-2065) akan terjadi pada rentang 1,5-2 0C.
Kenaikan suhu ini disebabkan oleh peningkatan gas-gas rumah kaca.

a. Dampak perubahan iklim

Dampak perubahan iklim diantaranya adalah; (1) terjadinya gelombang


panas yang mematikan, (2) memburuknya kesehatan manusia, (3) kenaikan
muka air laut di seluruh dunia, (4) badai mematikan, (5) perubahan produksi
pertanian, (6) rusaknya terumbu karang, dan (7) berkurangnya keragaman
hayati.

2. Dinamika Biosfer (Flora dan Fauna)

a. Pengantar

Biosfer berasal dari dua kata yaitu “bios” yang berarti hidup dan “shpeira”
yang berarti lapisan. Secara etimologis, pengertian biosfer adalah lapisan
yang ditempati oleh makhluk hidup atau seluruh ruang yang dihuni oleh
makhluk hidup. Biosfer meliputi litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Ketiga
lapisan tersebut saling berinteraksi dan membentuk lapisan biosfer tempat
ditemukannya kehidupan di bumi.

Berikut beberapa istilah lain yang perlu diketahui dalam biosfer.


1) Vegetasi
Vegetasi mempunyai arti sebagai keseluruhan tumbuhan yang terdapat di
suatu tempat. Bisa juga didefinisikan sebagai penutup permukaan bumi yang
berupa tumbuhan.
2) Flora
Flora diartikan sebagai semua jenis tumbuhan yang merupakan kekayaan
alam suatu tempat. Bisa juga sebagai kekayaan suatu tempat yang memuat
nama-nama semua jenis tumbuhan yang tumbuh di tempat tersebut,
misalnya flora pulau Jawa berarti nama-nama jenis tumbuhan yang menjadi
kekayaan di pulau Jawa.
3) Fauna.
Istilah ini digunakan untuk hewan, yaitu kekayaan yang berupa jenis-jenis
hewan yang dimiliki suatu daerah.
4) Suksesi
Alam adalah kehidupan yang dinamis. Keadaan saat ini merupakan, suatu
stadium dari rangkaian suatu perubahan. Keadaan yang terlihat stabil bisa
bersifat relatif, karena keadan itu akan berubah bila salah satu komponen
mengalami perubahan. Rangkaian perubahan yang dialami suatu komunitas
di suatu tempat mulai dari tempat itu kosong sampai terjadinya suatu
keseimbangan yang mantap disebut suksesi.
5) Klimaks
Klimaks adalah komunitas dengan stabilitas yang tinggi, yang seakan-akan
tidak ada perubahan lagi. Telah dikemukakan bahwa dalam keadaan yang
serba menguntungkan, klimaks adalah berupa hutan. Kenyataannya,
walaupun suksesi sudah berjalan lama bertahun-tahun, bentuk hutan tak
pernah tercapai. Hal ini disebabkan adanya pembatasan dari faktor
lingkungan serta berlakunya hukum Liebiq. Misalnya daerah kutub sebagai
klimaksnya berupa komunitas tundra (faktor minimumnya suhu), gurun
(faktor minimumnya air) dan lain-lain. Klimaks bisa berubah karena adanya
bencana alam dan campur tangan manusia.

b. Faktor yang mempengaruhi persebaran flora fauna

Faktor yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup adalah sebagai berikut.


(1) Kemampuan makhluk hidup dalam menghasilkan individu baru. Pada
tumbuhan, calon individu baru disebut diaspora, propagul atau disseminu,
spora atau biji. Bisa terjadi secara seksual (generatif) ataupun aseksual
(vegetatif). (2) Daya tumbuh dari diaspora, (3) cara pemencaran (dispersal)
diaspora, (4) tuntutan terhadap faktor lingkungan, seperti iklim, edafik, relief
dan biotik, (5) daya adaptasi terhadap lingkungan, dan (6) adanya kekuatan
yang memacu atau menghambat perkembangan.
Tipe-tipe vegetasi secara umum adalah hutan, padang rumput dan gurun.
Seringkali, nama vegetasi menunjukkan komunitas dan ekosistemnya.
a) Tundra.
Nama tundra diberikan pada suatu formasi yang terdapat di daerah
sekitar kutub utara. Tundra berasal dari berasal dari kata Finlandia yaitu
tunturia, yang berarti dataran tanpa pohon. Tundra merupakan suatu
vegetasi yang hanya terdiri dari tumbuhan gulma, terutama dari berbagai
tumbuhan sejenis rumput dan lumut kerak. Keadaan vegetasi ini mirip
dengan vegetasi gurun, tetapi terdapat di daerah iklim dingin, oleh sebab
itu tundra sering juga disebut gurun dingin (cold disert).
b) Taiga.
Taiga juga disebut hutan boreal. Bioma (zona kehidupan utama) vegetasi
terutama terdiri dari pohon cemara berdaun jarum atau berdaun kerucut,
ditemukan di wilayah berhutan kutub utara yang ditandai oleh musim
dingin yang panjang dan curah hujan tahunan sedang hingga tinggi.
Taiga berada lebih ke Selatan dari daerah tundra. Distribusinya meliputi
daerah yang luas di semenanjung Scandinavia, Rusia, Siberia, Alaska
dan Kanada. Tipe vegetasi ini terdapat di atas pegunungan tinggi yang
mempunyai iklim dingin di sekitar kutub di luar lingkungan tundra.
c) Hutan meranggas daerah iklim sedang
Di daerah iklim sedang dengan 4 musim (semi, panas, gugur dan dingin)
yang bergiliran secara lebih teratur, terdapat suatu formasi berupa hutan
yang hijau dalam musim panas dan meranggas (menggugurkan
daunnya) selama musim dingin. Penyusunnya adalah jenis pohon
berdaun lebar.
d) Padang rumput
Lebih ke selatan lagi dari daerah hutan meranggas yang curah hujannya
tidak begitu besar dengan suhu yang lebih tinggi, terdapat tipe vegetasi
tanpa pohon yang disebut padang rumput. Tipe vegetasi ini menutupi
daerah yang luas di Eropa (Hongaria, Rusia Selatan), Asia dan Amerika
Utara. Di sebelah Selatan katulistiwa, yang mempunyai kondisi
lingkungan yang serupa, juga terdapat tipe vegetasi ini, misalnya di
Australia dan di Amerika Selatan.
e) Vegetasi gurun dan setengah gurun
Di sepanjang garis balik, yaitu garis 23½° LU dan LS yang biasanya
merupakan daerah dengan curah hujan tahunan yang sangat rendah,
terdapat daerah yang vegetasinya sangat miskin. Daerah ini disebut
gurun atau setengah gurun, misalnya gurun Gobi di Republik Rakyat
Cina, gurun Arab di Asia Depan, Sahara di Afrika Utara dan Liano
Estacado di Amerika Utara.
f) Sabana
Sabana adalah suatu vegetasi yang tampak sebagai padang rumput
dengan pohon yang berserakan atau bergerombol. Berdasarkan jenis
pohon yang menjadi penyusun sabana, dapat dibedakan menjadi sabana
murni dan sabana campuran. Sabana murni adalah sabana yang pohon
penyusunnya terdiri dari satu jenis tumbuhan saja, misalnya pohon Pilang
(Acacia leucophioca). Sabana yang demikian ini sering diberi nama
menurut jenis pohon penyusunnya tadi, misalnya Sabana Gebang
(Corypha utan), Sabana Eucalyptus, dsb.
Jika pohon dalam sabana itu terdiri dari lebih dari 1 jenis pohon maka
dinamakan sabana campuran. Sabana terdapat di daerah tropika
maupun subtropika yang curah hujannya tidak begitu tinggi, misalnya di
Afrika, Australia dan Indonesia.
g) Hutan tropika basah
Hutan tropika basah terdapat di sepanjang katulistiwa, yaitu daerah
dengan intensitas penyinaran yang tinggi, siang dan malam hari kurang
lebih sama panjang, suhu terlalu tinggi dengan amplitudo harian maupun
tahunan yang relatif kecil. Karena letaknya di sepanjang katulistiwa, maka
daerah ini mendapat curah hujan yang tinggi dan hujan ini merupakan
hujan zenithal yang turun sepanjang tahun. Dengan kondisi lingkungan
yang serba menguntungkan itu, menyebabkan hutan tropikal basah
merupakan tipe vegetasi yang hijau sepanjang tahun (evergreen).
h) Hutan musim.
Di lingkungan daerah tropis yang mempunyai iklim musim (kemarau dan
penghujan) dalam satu tahun pergantian secara teratur, terdapat suatu
formasi hutan yang disebut hutan musim. Hutan musim terdiri dari pohon
yang lebih tahan dalam kondisi kekeringan. Hal ini tampak dari adanya
lapisan pelindung berupa kulit mati yang tebal pada kulit batangnya.
Pohon-pohon hutan musim tidak tinggi dan besar. Misalnya hutan jati,
hutan kapuk, hutan angsana. Di Indonsia hutan musim terdapat di Jawa
Tengah, ke timur sampai Nusa Tenggara Timur.
i) Hutan mangrove atau hutan bakau
Hutan mangrove adalah suatu asosiasi yang terdapat di daerah tropik
maupun subtropik, sepanjang pantai yang landai, dimana air dan
tanahnya kekurangan oksigen (O2). Lingkungan ini memiliki kadar garam
yang tinggi, sehingga tumbuhan sulit mendapatkan air yang diperlukan
walaupun air berlimpah di wilayah itu. Pohon penyusun hutan mangrove
umumnya mempunyai daun yang tebal, kaku dengan lapisan kutikula
yang tebal untuk mencegah penguapan air yang berlebihan.
j) Hutan lumut
Hutan lumut merupakan contoh asosiasi tipe vegetasi di daerah
pegunungan. Hutan lumut disebut juga hutan kabut (elfin forest). Hutan
pegunungan ini biasanya terdapat di lereng gunung pada ketinggian di
atas batas kondensasi uap air, sehingga seakan-akan selalu diselimuti
oleh kabut. Lingkungan yang sangat lembab dan suhu yang relatif rendah
memungkinkan pertumbuhan lumut yang baik, sehingga pohon hutan
seringkali penuh dengan lumut, dari batang sampai daun. Lumut dalam
hutan ini tidak hanya hidup sebagai epifit tetapi juga sebagai epihylon (epi
= atas, phylon = daun).

c. Persebaran flora fauna di Indonesia dan di dunia

1) Vegetasi Alam

Sesuai dengan iklim dan posisinya, yaitu berada di antara kontinen Asia dan
Australia, maka vegetasi yang ada di Indonesia adalah vegetasi peralihan.
Karena banyaknya curah hujan, maka pengaruh vegetasi Asia lebih
dominan, sedangkan dari Australia jumlahnya relatif sedikit dan hanya
terbatas di daerah kering, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Ciri-ciri utama vegetasi alam Indonesia adalah:
a) Selalu hijau, walaupun ada yang gugur pada musim kering, misalnya jati,
b) Jumlah spesiesnya banyak dan jumlah tipe endemiknya relatif besar,
c) Terdapat banyak tumbuhan epifit serta tumbuhan memanjat, misalnya
rotan,
d) Di daerah hutan hujan tropis, terdapat jenis tumbuhan yang menghasilkan
getah, misalnya getah perca.
Secara garis besar, vegetasi alam di Indonesia dapat dibagi menjadi 4
kelompok besar, yaitu:
a) Vegetasi hutan hujan tropis dengan ciri-ciri:
(1) merupakan hutan lebat,
(2) terdiri dari berbagai jenis pohon yang variatif,
(3) ketinggian pohon ada yang mencapai 60 m,
(4) banyak terdapat jenis pohon panjat dan palem,
(5) banyak jenis pohon pakis dan anggrek.
Hutan hujan tropis terdapat di Sumatra, Jawa, Kalimantan serta Papua.
b) Vegetasi hutan musim dengan ciri-ciri:
(1) pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis,
(2) daunnya banyak yang gugur di musim kemarau, misal pohon jati,
(3) jenisnya homogen.
Hutan musim terdapat di daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
c) Vegetasi hutan bakau dengan ciri-ciri:
(1) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis dan
(2) mempunyai akar tunjang.
Kalimantan dan Sumatra merupakan contoh pulau yang memiliki hutan
bakau yang luas.
d) Vegetasi sabana dan stepa dengan ciri-ciri:
(1) terdapat di daerah yang beriklim kering,
(2) sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pohon-
pohon, terdapat di Pulau Madura dan sebagian kepulauan Nusa
Tenggara,
(3) stepa merupakan daerah yang seluruhnya padang rumput,
misalnya di pulau Sumba, Flores dan Sumbawa.
Peta pembagian wilayah flora di Indonesia bisa dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24 Peta pembagian wilayah flora dan fauna di Indonesia


(Sumber: https://www.geologinesia.com/2017/12/garis-wallace-dan-garis-
weber.html)

2) Fauna
Keanekaragaman dan perbedaan fauna di Indonesia dipengaruhi oleh
keadaan alam, gerakan hewan dan rintangan alam. Fauna di Indonesia
digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan pengelompokan oleh Alfred
Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber.
Garis Wallace dan Weber adalah garis khayal yang membagi Indonesia
menjadi 3 tipe fauna, yaitu:
a) Fauna tipe Asiatis
Fauna tipe ini menempati bagian barat Indonesia sampai Selat Makasar
dan Selat Lombok. Di daerah ini terdapat berbagai jenis hewan
menyusui yang besar seperti gajah (Elepahas maximus sumatranus),
harimau (Panthera tigris), badak (Rhinoceros sondaicus), beruang
(Helarctos malayanus), orang utan (Pongo phygmaeus). Fauna
endemik di daerah ini adalah badak bercula satu di Ujung kulon Jawa
Barat, Beo Nias (Gracula religiosa robusta) di Kabupaten Nias,
Bekantan/Kera Belanda (Nasalis larvatus) dan Orang Utan di
Kalimantan (Pongo phygmaeus).
b) Fauna tipe Australis
Fauna tipe ini menempati bagian timur Indonesia, meliputi Papua dan
pulau-pulau sekitarnya. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti
burung kasuari (Casuarius casuarius), cendrawasih (Paradisaea
rudolphi), kakatua (Cacatua moluccensis).
c) Fauna peralihan dan asli
Fauna tipe terdapat di bagian tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan
daerah Nusa Tenggara. Hewan yang ada di daerah peralihan ini sering
disebut sebagai hewan asli Indonesia dan merupakan hewan endemik
yang tidak dapat ditemui di negara lain. Di daerah ini terdapat jenis
hewan seperti komodo (Varanus komodosiensis), babi rusa (Babyrousa
babirussa), anoa daratan (Bubalus depressicornis) dan burung maleo
(Macrocephalon maleo).
Pada wilayah Indonesia bagian timur, yaitu dangkalan Sahul, terdapat
mamalia berkantung seperti halnya mamalia yang ada di Australia, seperti
walabi, landak irian, kuskus, kanguru pohon dan kasuari. Dari
keanekaragaman ini, dapat diketahui bahwa dahulunya wilayah Indonesia
bagian barat merupakan bagian dari daratan Asia dan wilayah Indonesia
bagian timur pernah menjadi satu bagian dengan Australia.

d. Distribusi Flora fauna di dunia

Distribusi flora di dunia bisa dilihat pada Gambar 25 berikut:

Gambar 25 Distribusi flora di bumi


(Sumber: https://geographyeducation.wordpress.com/2011/05/27/19/)
Menurut Wallace, distribusi fauna di dunia, terbagi menjadi 6 region fauna di
dunia, yaitu:
1) Neotropical, meliputi Mexico Selatan, Amerika Tengah dan Selatan, Chili,
Brazilia, Kepulauan Galapagos dan Barat India,
2) Oriental, meliputi Srilangka, India, China Selatan, Malaysia, Indonesia,
Singapura, Thailand,
3) Neartic, meliputi Amerika Utara, Kanada, California, Greenland, dan
Mexico Tengah,
4) Australian, meliputi seluruh daratan Australia, New Zealand dan Papua
New Guinea,
5) Palearctic, meliputi Eropa, China Bagian Utara, Rusia, Afrika Utara,
Perancis,
6) Ethiopian, meliputi daratan Afrika, Jazirah Arab, Madagaskar dan
Mariatius.

Gambar 26 Peta pembagian wilayah fauna di dunia menurut Wallace


(Sumber: https://www.gurugeografi.id/2018/04/6-zona-persebaran-fauna-di-
dunia.html)
e. Konservasi flora fauna

Seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan manusia yang terus


berkembang, populasi flora dan fauna di Indonesia dan dunia mengalami
penurunan. Salah satu penyebab penurunan flora fauna adalah penurunan
luas hutan. Konservasi dimaksudkan untuk melindungi ekosistem yang ada
di suatu wilayah dimana suatu jenis flora ataupun fauna telah mengalami
penurunan populasinya, antara lain dengan cara: (1) pengawasan ketat
terhadap penebangan hutan, (2) penanaman hutan kembali, dan (3) cagar
alam dan suaka margasatwa.

3. Dinamika Penduduk dan Roadmap Pembangunan Manusia


Indonesia

a. Sumber-sumber Data Kependudukan

Sumber data kependudukan dalam proses pengumpulannya dapat


digolongkan menjadi 3, yaitu sensus, registrasi penduduk, dan survei.
Selain itu juga terdapat catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain dari
instansi pemerintah.

1) Sensus Penduduk
Sensus penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan,
menghimpun dan menyusun, serta menerbitkan data-data
demografi, ekonomi, dan sosial yang menyangkut semua orang
pada waktu tertentu di suatu negara atau suatu wilayah tertentu.
2) Registrasi Penduduk
Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang
dilaksanakan oleh petugas pemerintahan setempat yang meliputi
pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian,
perubahan tempat tinggal (perpindahan/migrasi), dan
pengangkatan anak (adopsi).
3) Survei
Hasil Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk mempunyai
keterbatasan. Keduanya hanya menyediakan data statistik
kependudukan, dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan
perilaku penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan ini, perlu
dilakukan survei penduduk yang sifatnya lebih terbatas namun
informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam.

b. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

1) Jumlah Penduduk

Indonesia telah mengadakan sensus sebanyak 6 (enam) kali sejak


tahun 1945 hingga tahun 2010. Saat ini, besarnya jumlah penduduk
Indonesia menempati urutan pertama di antara negara-negara ASEAN,
menempati urutan ke tiga di Benua Asia setelah RRC dan India, serta
menempati urutan ke empat dunia setelah RRC, India, dan Amerika
Serikat. Banyak sedikitnya jumlah penduduk di suatu negara secara riil
dipengaruhi oleh: (1) Angka kelahiran, makin tinggi angka kelahiran,
maka jumlah penduduk makin bertambah, dan (2) Angka kematian,
makin rendah angka kematian dibandingkan dengan angka kelahiran,
maka jumlah penduduk makin bertambah.
2) Kepadatan/Persebaran Penduduk
Secara umum, tingkat kepadatan penduduk atau population density
dapat diartikan sebagai perbandingan banyaknya jumlah penduduk
dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati berdasarkan satuan
luas tertentu.
a) Kepadatan Penduduk Aritmatik
Pengertian Kepadatan Penduduk Aritmatik adalah rata-rata dari jumlah
penduduk yang tinggal di suatu wilayah yang luas wilayahnya 1 Km2.
Rumus kepadatan penduduk aritmatik = Jumlah penduduk dibagi
dengan Luas wilayahnya. Contohnya: 900 jiwa : 3 Km2 = 300/Km2. Jadi
setiap 1 Km2 hanya boleh dihuni oleh 300 jiwa.
b) Kepadatan Penduduk Agraris
Pengertian Kepadatan Penduduk Agraris adalah rata-rata dari jumlah
penduduk yang bekerja sebagai petani per setiap satuan luas dari lahan
pertanian.
Rumus kepadatan penduduk agraris = Jumlah Petani dibagi dengan
luas lahan pertanian. Contohnya: 300 Petani : 3 Km2 lahan pertanian =
100/Km2. Jadi setiap 1 Km2 lahan pertanian dapat dikelolah oleh 100
petani.
c) Kepadatan Penduduk Ekonomi
Pengertian Kepadatan Ekonomis adalah rata-rata dari jumlah penduduk
dengan luas lahan dalam kapasitas produksinya.
Rumus kepadatan penduduk ekonomi = Jumlah penduduk dibagi
dengan luas lahan produksinya.
Contohnya: 400 jiwa : 4 Km2 Lahan produksi = 100/Km2. Jadi setiap 1
Km2 lahan produksi hanya boleh dikelolah 100 jiwa penduduk saja.

c. Pertumbuhan Penduduk

Pengertian pertumbuhan penduduk adalah suatu perubahan populasi


sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah
individu dalam sebuah populasi memakai “per waktu unit” untuk
pengukuran. Pertumbuhan penduduk umumnya dipengaruhi oleh factor;
kelahiran, kematian dan migrasi.

1) Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)
Kelahiran adalah banyaknya bayi yang dilahirkan oleh seorang wanita
selama periode suburnya (sekitar usia 15 – 45 tahun). Kemampuan
untuk melahirkan disebut fekunditas.
Secara umum, (Fertilitas/Natalitas) meliputi 3 macam kelahiran, yaitu:
a) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukan banyaknya yang
lahir hidup setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun.
Rumus untuk menghitung angka kelahiran kasar adalah:
CBR = L/P x 1.000
Keterangan:
CBR: Crude Brith Rate (Angka Kelahiran Kasar)
L: Jumlah kelahiran selama satu tahun
P: Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Adapun 3 kriteria angka kelahiran kasar, yaitu:
(1) Angka kelahiran rendah, apabila jumlah kelahiran < 20.
(2) Angka kelahiran sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20-30
(3) Angka kelahiran tinggi, apabila jumlah kelahiran > 30
b) Angka Kelahiran Khusus (Age Specific Birth Rate/ASBR)
Angka kelahiran khusus adalah angka yang menunjukan banyaknya
kelahiran setiap 1.000 penduduk wanita pada kelompok usia tertentu.
Rumus untuk menghitung angka kelahiran khusus adalah:
ASBR = Li/Pi x 1.000
Keterangan:
ASBR: Age Specific Birth Rate (Angka Kelahiran Khusus)
Li: Jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok usia tertentu
Pi: Jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan tahun
c) Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)
Angka Kelahiran Umum adalah angka yang menunjukan banyaknya
kelahiran setiap 1.000 wanita yang berumur 15-49 tahun dalam setahun.
Rumus untuk menghitung angka kelahiran umum adalah:
GFR = L/(W (15-49)) x 1.000
Keterangan:
GFR: General Fertility Rate (Angka Kelahiran Umum)
L: Jumlah kelahiran selama setahun
W (15-49): Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
2) Kematian (Mortalitas)
Kematian atau mortalitas adalah jumlah orang yang meninggal untuk
tiap 1.000 penduduk dalam waktu 1 tahun. Angka kematian dibedakan
menjadi 3 macam, yakni:
a) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan kematian
setiap 1.000 penduduk dalam waktu setahun. Rumus menghitung Crude
Death Rate atau Angka Kematian Kasar, yaitu:
CMR = M/P x 1.000
Keterangan:
CDR: Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)
M: Jumlah kematian selama setahun
P: Jumlah penduduk pertengahan tahun.
Adapun 3 kriteria kematian kasar, yakni:
(1) Angka kematian rendah, apabila kematian < 10.
(2) Angka kematian sedang, apabila kematian 10-20.
(3) Angka kematian tinggi, apabila kematian > 20.
b) Angka Kematian Khusus (Age specific Death Rate)
Angka kematian khusus adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian sertiap 1.000 penduduk penggolongan tertentu dalam jangka
waktu 1 tahun. Rumus unutk menghitung adalah:
ASDR = Mi/Pi x 1.000
Keterangan:
ASDR: Age specific Death Rate (Angka Kematian Khusus)
Mi: Jumlah kematian pada kelompok penduduk tertentu
Pi: Jumlah penduduk pada kelompok tertentu
c) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)
Angka Kematian Bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian bayi berumur < 1 tahun setiap 1.000 kelahiran bayi hidup
dalam 1 tahun. Rumus untuk menghitung angka kematian bayi adalah:
IMR = Jumlah kematian bayi umur < 1/Jumlah kelahiran bayi hidup x
1.000
Keterangan:
Berikut adalah kriteria angka kematian bayi, yakni:
(1) IMR < 35 digolongkan menjadi kematian angka bayi rendah.
(2) IMR antara 35-75 digolongkan menjadi angka kematian bayi
sedang.
(3) IMR antara 75-125 digolongkan menjadi angka kematian bayi tinggi.
(4) IMR > 125 digolongkan menjadi angka kematian bayi sangat tinggi.
Faktor pendukung kematian, menyebabkan jumlah kematian semakin
besar, yang termasuk faktor ini adalah:
(1) Sarana kesehatan yang kurang memadai.
(2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
(3) Terjadinya berbagai bencana alam.
(4) Terjadinya peperangan.
(5) Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri.
(6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
Faktor ini dapat menyebabkan tingkat kematian rendah, yang termasuk
faktor ini adalah:
(1) Lingkungan hidup sehat.
(2) Fasilitas kesehatan tersedia dan lengkap.
(3) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
(4) Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
3) Migrasi
Pengertian migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain baik secara berkelompok maupun individu dan bersifat
sementara maupun menetap. Orang yang dikatakan telah melakukan
migrasi adalah apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi
wilayah lain.
Migrasi menurut jenisnya adalah:
(1) Migrasi masuk yaitu masuknya penduduk dari wilayah ke wilayah lain
dengan tujuan untuk menetap.
(2) Migrasi keluar yaitu keluarnya penduduk dari wilayah menuju wilayah
lain dengan tujuan untuk menetap.

Pertumbuhan penduduk bisa dibedakan menjadi tiga macam, sebagai


berikut:
a) Pertumbuhan penduduk alami (natural population growth)
Pertumbuhan penduduk alami ialah pertumbuhan penduduk yang
didapat dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian.
Hal ini bisa dihitung dengan rumus:
T=L–M
Keterangan
T = jumlah pertumbuhan penduduk per tahun
L = jumlah kelahiran per tahun
M = jumlah kematian per tahun
b) Pertumbuhan penduduk migrasi
Pertumbuhan penduduk migrasi yaitu pertumbuhan penduduk yang
didapat dari selisih jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan jumlah migrasi
keluar (emigrasi).
Hal ini bisa dihitung dengan rumus:
T=I–E
Keterangan:
T = jumlah pertumbuhan penduduk per tahun
I = jumlah migrasi masuk per tahun
E = jumlah migrasi keluar per tahun

c) Pertumbuhan penduduk total (Total Population Growth)


Pertumbuhan penduduk total ialah pertumbuhan penduduk yang
dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian ditambah
dengan selisih jumlah imigrasi dengan jumlah emigrasi. Rumusnya
adalah:
T = (L – M) + (I – E)
Keterangan:
T = Pertumbuhan penduduk per tahun
L = Jumlah kelahiran per tahun
M = Jumlah kematian per tahun
I = Jumlah imigran (penduduk yang masuk ke suatu negara/wilayah
untuk menetap) per tahun
E = Jumlah emigran (penduduk yang meninggalkan/pindah ke
wilayah/negara lain) per tahun

d. Proyeksi Penduduk

Ada 3 macam perkiraan yang dipakai untuk menghitung penduduk di


masa mendatang, yaitu:

1) Antar sensus (Intercensal)


Intercensal atau pola interaksi adalah suatu perkiraan mengenai
keadaan penduduk diantara 2 sensus (data) yang diketahui, jadi hasil
perhitungan dari 2 sensus. Pertumbuhan penduduk dianggap linear,
artinya setiap tahun penduduk akan bertambah dengan jumlah yang
sama.
Rumus:
keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po = jumlah penduduk pada tahun awal
Pm = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan
m = selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
n = selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui
2) Sesudah Sensus (Postcensal)
Postcensal adalah perkiraan mengenai penduduk sesudah sensus.
Prinsipnya sama dengan antar sensus, yaitu pertumbuhan penduduk
adalah linear.
Rumus:

Keterangan:
Po = jumlah penduduk dasar (tahun awal)
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Pm = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan
m = selisih tahun yang dicari dengan tahun n
n = selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui

3) Proyeksi (Projection)

Proyeksi penduduk menurut Multilingual Demographic Dictionary adalah


perhitungan (kalkulasi) yang menunjukkan keadaan fertilitas, mortalitas
dan migrasi dimasa yang akan datang. Jadi proyeksi penduduk
menggunakan beberapa asumsi-asumsi sehingga jumlah penduduk
yang akan datang adalah x jika fertilitas, mortalitas, dan migrasi berada
pada tingkat tertentu.

Metode proyeksi yang digunakan selama ini antara lain menggunakan


metode : (1) Metode Matematika (Mathematical Method), yaitu dengan
menggunakan rumus Arithmetic rate of growth, Geometric rate of
growth, dan Exponential rate of growth. (2) Metode Komponen
(Component Method), untuk memproyeksikan jumlah penduduk pada
waktu yang akan datang dalam jangka waktu relatif pendek dapat
dilakukan baik dengan menggunakan metode komponen maupun
metode matematika, karena hasil total keseluruhan jumlah penduduk
hampir tak ada perbedaan. Akan tetapi apabila proyeksi penduduk
dalam jangka waktu yang lebih panjang (lebih dari lima tahun) maka
perbedaan hasil proyeksi makin berarti. Terutama kalau terjadi
perubahan pada tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan migrasi,
penggunaan metode matematika hasilnya kurang meyakinkan. Oleh
karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan metode
komponen, karena metode komponen mencakup determinan-
determinan pertumbuhan penduduk. Data-data yang diperlukan untuk
proyeksi dengan metode komponen ini adalah ; (1) distribusi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin, (2) menentukan level of mortality suatu
penduduk tertentu, (3) mengestimasikan pola fertilitas (ASFR), (4)
menentukan rasio jenis kelamin saat lahir, (5) menentukan pola migrasi.
Cara pertama (Metode Matematika), yang sering digunakan dalam
menghitung perkiraan penduduk. Berikut rumus dan contoh
penghitungannya.
a) Rumus Proyeksi Penduduk Aritmatik
Dalam metode proyeksi ini, asumsinya adalah angka pertumbuhan
penduduk dalam durasi waktu tertentu tetap konstan. Misalnya kenaikan
populasi 20% di tahun 2010 akan sama 20% pada tahun 2020 juga.
Dalam metode ini kita mengasumsikan garis lurus hubungan antara
populasi dengan waktu.

Pn = Po + n.t
Keterangan
Pn = Proyeksi penduduk di masa depan
Po = Penduduk tahun awal
n = angka pertumbuhan penduduk tahunan
t = waktu/periode
b) Rumus Proyeksi Penduduk Geometrik
Dalam metode proyeksi ini, pertumbuhan penduduk diasumsikan
mengikuti deret geometri. Pertumbuhan diasumsikan konstan untuk
jangka waktu tertentu.
Pn = Po (1+r) t
Pn = Proyeksi penduduk tahun tertentu
Po = Penduduk awal tahun
1 = konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk
t = rentang tahun

Contoh kasus: Di tahun 2000, jumlah populasi penduduk Bandung 20


juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk tahunan 4%. Berapa
proyeksi penduduk Bandung di tahun 2002?
Pn = Po (1+r) n
Pn - = 20 juta (1+4 %)
= 20 juta (1+0.04)
= 21,632 juta

c) Rumus Proyeksi Penduduk Eksponensiil


Rumus laju pertumbuhan penduduk eksponensial adalah sebagai
berikut.

atau

Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828
Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau
terjadi penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r <
0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan
jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi
perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.
Contoh: Pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten A adalah
206.730 jiwa. Kemudian pada tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten
A menjadi 278.741 jiwa. Berapakah laju pertumbuhan penduduk
eksponensial Kabupaten A per tahun?
Jawab:
Po = 206.730
Pt = 278.741
t = 2010 – 2000 = 10
Selanjutnya dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk
eksponensial, bisa diketahui laju pertumbuhan penduduk per tahun
Kabupaten A, yaitu sebagai berikut.

Sehingga laju pertumbuhan penduduk eksponensial Kabupaten A per


tahunnya adalah 0,0299 atau 2,99 persen.

e. RoadMap Pembangunan Manusia Indonesia

Roadmap akan menentukan pembagian tugas, kewenangan dan


tanggung jawabnya. Minimal ada empat kebijkasanaan pokok dalam
upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu: (1)
Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya
seperti jasmani, rohani, dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya
seperti perumahan dan pemukiman yang sehat,

(2) Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan


penyebarannya, (3) Peningkatan kualitas SDM yang
berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan
menguasai iptek yang berwawasan lingkungan, serta (4)
Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan peran
hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas SDM.

f. Problematika Kependudukan di Indonesia

Problematika kependudukan di Indonesia merupakan masalah yang


berdampak setiap individu. Oleh karena itu sikap dan perilaku gotong
royong dengan semangat kerja sama untuk bahu membahu mengatasi
permasalahan penduduk perlu ditumbuhkembangkan. Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk tertinggi ke empat di dunia.
Hal ini tidak terlepas dari permasalahan kependudukan di negara ini.
Permasalahan penduduk di Indonesia diantaranya; (1) masalah akibat
angka kelahiran, (2) masalah akibat angka kematian, (3) masalah
jumlah penduduk, (4) masalah mobilitas penduduk, dan (5) masalah
kepadatan penduduk.

4. Pembangunan Berkelanjutan dan Pelestarian Pembangunan

a. Pengertian pembangunan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembangunan diartikan


sebagai proses, cara atau perbuatan membangun. Menurut Siahaan
(2004:22), pembangunan adalah upaya untuk mendapat taraf hidup yang
lebih baik.

b. Pengertian lingkungan

Lingkungan hidup menurut UU no 32 tahun 2009 tentang perlindungan


dan pengelolaan lingkungan hidup, adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang


mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan sendiri terdiri atas dua jenis, yaitu: (1) Lingkungan
biotik: lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup yang bergerak. (2)
Lingkungan abiotik: lingkungan yang terdiri atas benda yang tidak hidup.

c. Dampak positif dan negative pembangunan

Pembangunan berkaitan erat dengan lingkungan sekitarnya.


Pembangunan sedikit banyak akan merubah lingkungan. Perubahan
lingkungan berpengaruh secara langsung atau pun tidak langsung
terhadap kehidupan manusia. Perubahan tersebut membawa dampak
positif dan negatif. Dampak positif pembangunan diantaranya adalah:

1) Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan


kemakmuran
Pembangunan sangat dibutuhkan negara berkembang untuk
kemakmuran penduduk. Salah satu upaya Indonesia menjadi negara
maju adalah meningkatkan pembangunan di daerah terpencil dan
daerah perbatasan. Dengan harapan, pembangunan merata sehingga
meningkatkan lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Bila hal ini terwujud, maka tujuan pembangunan dalam
meningkatkan taraf hidup penduduk akan nyata, dengan bukti
peningkatan per kapita pendapatan penduduk. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sukirno (1995:18) yang menyatakan bahwa pembangunan
adalah upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita
penduduknya.
2) Menghasilkan barang yang dibutuhkan masyarakat, khususnya
pembangunan di sektor industri
Manfaat sektor industri bukan hanya bagi sektor pertanian, tetapi juga
penting bagi masyarakat. Barang-barang seperti pakaian, makanan,
kendaraan pribadi adalah kebutuhan manusia yang dapat dihasilkan
dari sektor industri, terutama sektor industri barang. Tak hanya sektor
industri barang, sektor industri jasa juga memberi manfaat. Contoh
industri jasa adalah jasa transportasi, jasa produksi, jasa konsumen.
Industri jasa transportasi memenuhi kebutuhan penduduk berupa
angkutan umum atau transportasi online. Jasa produksi memberikan
jasa pergudangan dan bank untuk kebutuhan penduduk. Jasa
konsumen misalnya pengacara, penjahit, akuntan yang ditujukan
untuk membantu konsumen atau penduduk.
3) Pembangunan sektor industri memperbesar kegunaan bahan mentah
Bahan mentah adalah bahan baku yang belum mengalami proses
pengolahan. Bahan ini bisa berbentuk bahan tambang (bijih emas,
minyak, bijih besi) atau hasil perkebunan dan pertanian seperti padi,
jagung, kopi dan tembakau. Sektor industri memanfaatkan bahan
mentah tersebut agar lebih berdayaguna.
4) Mengurangi ketergantungan negara terhadap produk luar negeri
Pembangunan yang menghasilkan sektor industri yang melimpah
membuat lapangan kerja meningkat dan produksi juga melimpah.
Barang mentah yang diolah oleh industri bisa menjadi barang yang
dibutuhkan masyarakat. Bila jumlah barang melimpah, negara
dipastikan mempunyai persediaan kebutuhan yang banyak dan tidak
perlu mengimpor produk dari negara lain.
5) Pembangunan merangsang masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan seputar dunia industri
Sektor industri yang menyebar akan menarik perhatian masyarakat
awam untuk tahu lebih dalam. Mereka bisa mempelajari sejarah
industri, potensi industri, serta industri apa yang cocok dengan
mereka. Perlahan, mereka akan tertarik bekerja di bidang tersebut.
6) Terbukanya sarana dan prasarana baru
Selain kebutuhan masyarakat, pembangunan juga menambah sarana
dan prasarana baru di daerah. Peningkatan sarana prasarana baru ini
mutlak diperlukan karena peningkatan kebutuhan masyarakat di
berbagai bidang. Contohnya peningkatan sarana dan prasana
pendidikan, perdagangan dan kesehatan.
7) Terbentuknya jalur transportasi baru
Selain industri, pembangunan juga merambah di bidang transportasi.
Dengan adanya jalur transportasi baru, jarak antar wilayah yang jauh,
semakin dekat. Dua daerah yang terpisah, bisa semakin terjangkau.
Dengan begitu, biaya perjalanan pun jadi lebih hemat. Salah satu
contohnya adalah jembatan Suramadu. Pembangunan jembatan ini
mampu menghubungkan Pulau Jawa (khususnya Surabaya) dan
Madura yang terpisah oleh lautan.
Dampak negatif pembangunan diantaranya adalah:
1) Pencemaran lingkungan akibat limbah industri
Pengolahan limbah industri yang buruk akan menimbulkan
pencemaran lingkungan, baik pencemaran air, tanah maupun udara.
Akibatnya, warga yang tinggal di lingkungan sekitar ikut dirugikan. Tak
hanya masyarakat, hewan dan tumbuhan juga akan terpapar dampak
buruk pencemaran.
2) Menimbulkan bermacam penyakit
Pencemaran bisa menimbulkan sejumlah penyakit, seperti asma, ISPA
(infeksi saluran pernapasan atas) hingga sakit perut. Tidak jarang
penyakit tersebut menimbulkan kematian. Bila tidak ditangani, tingkat
kematian meningkat dan mengurangi jumlah tenaga kerja.
3) Rusaknya alam
Proses pembangunan memerlukan banyak lahan. Lahan perhutanan
dan perbukitan banyak dialihfungsikan untuk pembangunan.
Akibatnya, alam di sekitar hutan dan perbukitan rusak dan memicu
bencana alam, seperti longsor dan erosi.
4) Daerah resapan air berkurang
Alih fungsi lahan hutan dan perbukitan juga akan mengurangi daerah
resapan air. Hutan dan perbukitan adalah daerah resapan air yang
mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Bila daerah ini tandus atau
rusak, maka air, dalam hal ini air hujan, tidak bisa ditampung dalam
jumlah banyak dan menimbulkan banjir.
5) Lahan pertanian berkurang
Tak hanya hutan dan perbukitan, lahan pertanian juga tidak jarang
dijadikan obyek pembangunan. Seharusnya pembangunan mampu
membantu sektor pertanian, bukan mengurangi luas lahan pertanian.
Bila lahan pertanian berkurang, maka ketersedian bahan pokok akan
berkurang. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat dan negara. Para
petani kehilangan pekerjaan. Bila dipaksakan untuk beralih profesi,
akan memakan waktu lama. Belum lagi jika ternyata para petani tidak
siap berganti profesi.
6) Lahan terbuka hijau berkurang menjadi lahan tertutup
Lahan terbuka hijau juga menjadi korban pembangunan. Lahan yang
mestinya terbuka bagi umum menjadi milik perseorangan. Hal ini
mengurangi wilayah publik dan berpotensi menimbulkan penyalahgunaan
lahan terbuka hijau. Padahal lahan terbuka sangat dibutuhkan
masyarakat untuk bersosialisasi dan rekreasi.
Dampak negatif pembangunan perlu untuk diminimalkan, bahkan sedapat
mungkin dihilangkan, agar generasi mendatang tidak mendapat
penurunan kualitas lingkungan. Hal ini bisa dilakukan bila pembangunan
yang dilakukan saat ini, mengacu pada konsep pembangunan
berkelanjutan.

d. Pembangunan berkelanjutan

Tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu; (1)


pertumbuhan, (2) penguatan keterkaitan, (3) keberimbangan, (4)
kemandirian; dan (5) keberlanjutan.

Pembangunan berkelanjutan adalah tetap membangun dengan tidak


mengorbankan lingkungan. Pembangunan merupakan upaya yang
sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang
dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi
setiap warga. Menurut Anwar (2005), pembangunan wilayah dilakukan
untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-
aspek pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi
lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah.
Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah
mengalami evolusi perubahan. Perubahan tersebut mulai dari strategi
pembangunan yang menekankan kepada pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan,
penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need approach),
pertumbuhan dan lingkungan hidup dan pembangunan yang
berkelanjutan (suistainable development).
Menurut Bosshard (2000), pembangunan berkelanjutan sebagai
pembangunan yang harus mempertimbangkan 5 prinsip kriteria yaitu; (1)
lingkungan abiotik, (2) lingkungan biotik, (3) nilai-nilai budaya, (4)
sosiologi, dan (5) ekonomi.
Selain itu ada pula beberapa pakar yang memberikan rumusan untuk
lebih menjelaskan makna dari pembangunan yang berkelanjutan, antara
lain (Abdurrahman, 2003):
(1) Emil Salim
Pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu
proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan
manusia dalam pembangunan (Yayasan SPES, 1992).
(2) Ignas Kleden
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang di satu pihak
mengacu pada pemanfaatan sumber alam maupun sumberdaya manusia
secara optimal dan di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara
keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling
bertentangan terhadap sumberdaya tersebut (yayasan SPES, 1992).
(3) Sofyan Effendi
a. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memanfaatkan sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan
teknologi dan perubahan kelembagaannya dilakukan secara harmonis
dan sangat memperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan dalam
pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat
b. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan sebagai
transformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk
meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi
kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kepentingannya.
Dalam definisi diatas dapat dipahami bahwa konsep pembangunan
berkelanjutan didukung oleh 3 pilar, yaitu: ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

e. Upaya pelestarian lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan

Melestarikan lingkungan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda


lagi dan menjadi tanggung jawab semua manusia. Setiap orang harus
melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup sesuai
kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang dilakukan,
bermanfaat bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi
mendatang.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi


rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti
dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering
disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia
secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan
Berkelanjutan.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT
Bumi di Rio de Jainiro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan
penting, yaitu:
1) Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk
menopang hidup.
2) Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang
akan datang.
Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan adalah:
a) Menjamin pemerataan dan keadilan,
b) Menghargai keanekaragaman hayati,
c) Menggunakan pendekatan integratif,
d) Menggunakan pandangan jangka panjang.
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian
yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup
antara lain:
a) Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
b) Pelestarian udara
c) Pelestarian hutan
d) Pelestarian laut dan pantai
e) Pelestarian flora dan fauna
Aspek hukum pelestarian lingkungan, upaya pemerintah dalam
pelestarian lingkungan, salah satunya, dituangkan dalam peraturan
perundangan UU RI No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Peraturan perundangan ini bertujuan
untuk mengupayakan dan melakukan pembangunan berdasarkan
pencegahan lingkungan dari penurunan kualitas lingkungan.

D. Rangkuman
Iklim yang membentang di atas seluruh planet bumi disebut sebagai iklim global.
Telah dibuktikan bahwa iklim global, regional dan lokal telah berubah dan akan
terus berubah. Iklim yang membentang di atas seluruh planet bumi disebut
sebagai iklim global. Perubahan itu disebabkan oleh proses alami dan akibat
aktivitas manusia. Perubahan karena proses alami disebabkan oleh mekanisme
umpan balik uap air-rumah kaca, mekanisme lempengan tektonik, perubahan orbit
bumi, variasi radiasi matahari dan keberadaan partikel di atmosfer. Penyebab
perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah emisi aerosol ke
atmosfer, peningkatan gas-gas rumah kaca, perubahan fungsi lahan dan
pemanasan global. Perubahan iklim menyebabkan berbagai dampak diantaranya
di bidang kesehatan, pertanian, sumberdaya kelautan dan keberagaman hayati.
Diperlukan mitigasi dan adaptasi yang dilakukan bersama-sama dan terintegrasi
dalam menghadapi perubahan iklim.

Biogeografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan penyebaran


tumbuhan dan hewan dalam ruangan yang terdapat di permukaan bumi.
Beberapa istilah penting di dalam mempelajari biogeografi yang perlu dipahami
adalah vegetasi, flora, hewan, fauna, ekosistem dan habitat. Biogeografi
menekankan pada distribusi makhluk hidup sesuai dengan region iklim dan
karakteristik ekosistem. Faktor yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup
berupa lingkungan biotik dan abiotik menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
Hal ini untuk mendeskripsikan mengapa persebaran makhluk hidup daerah
distribusinya sempit atau terbatas dan daerah distribusinya sangat luas.
Persebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia sangat penting karena
merupakan kekayaan sumber daya hayati yang dibutuhkan manusia.

Sumber data kependudukan dapat berasal dari registrasi, survei, dan sensus.
Semua sumber data kependudukan tersebut dapat digunakan untuk
memperoleh informasi kependudukan maupun analisis kependudukan untuk
perencanaan pembangunan. Kepadatan penduduk adalah perbandingan
jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Kepadatan penduduk menunjukkan
jumlah rata-rata penduduk pada setiap km2. Kepadatan penduduk dipengaruhi
oleh fisiografis, keamanan, kebudayaan, biologis dan psikologis serta berkaitan
erat dengan peningkatan jumlah penduduk yang disebut dengan pertumbuhan
penduduk yaitu:

(1) Pertumbuhan penduduk alami (Natural Population Increase) adalah


pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih jumlah kelahiran dengan
jumlah kematian.

(2) Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan penduduk yang


diperoleh dari selisih jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan jumlah migrasi keluar
(emigrasi).

(3) Pertumbuhan penduduk total (total population growth) adalah pertumbuhan


penduduk yang dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian
ditambah dengan selisih jumlah imigrasi dengan jumlah emigrasi.

Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu


perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen
laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan
(migrasi). Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk
dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang. Untuk menentukan
asumsi dari tingkat perkembangan kelahiran, kematian dan perpindahan di
masa yang akan datang diperlukan data yang menggambarkan tren di masa
lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing
komponen itu, dan hubungan antara satu komponen dengan yang lain serta
target yang akan dicapai atau diharapkan pada masa yang akan datang. Badan
Pusat Statistik (BPS) sudah beberapa kali membuat proyeksi penduduk
berdasarkan data hasil Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 dan 1995. Proyeksi penduduk
yang terakhir dibuat adalah proyeksi penduduk berdasarkan hasil SP 2000 yang
lalu. Proyeksi penduduk berdasarkan SP2000 hanya mencakup periode 2000 –
2010. Untuk keperluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang diperlukan data jumlah penduduk
sampai dengan tahun 2025. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan proyeksi
penduduk dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025. Data dasar perhitungan
proyeksi ini adalah data SP 2000.
Komitmen pembangunan manusia Indonesia secara nasional ditekankan pada
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar warga negara
sebagaimana dijamin oleh UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 memberi dasar
filosofi pembangunan manusia Indonesia yang tercermin dalam amanat untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Selain itu, komitmen ini tercermin dalam
beberapa peraturan perundangan dan bahkan dipraktikan pada level global
atau internasional, seperti keikutsertaan Indonesia dalam program MDGs.
Dalam perkembanganya, bangsa Indonesia melakukan program rekayasa
demografi unttuk menunjang program peningkatan sumberdaya manusia.
Bonus demografi merupakan wujud dari program peningkatan sumberdaya
manusia Indonesia yang harus dimanfaatkan. Jumlah usia produktif yang
mendominasi merupakan aset untuk meningkatkan kinerja bangsa. Masalah
kependudukan di Indonesia didominasi oleh 3 hal, yaitu masalah yang berkaitan
dengan jumlah kelahiran, kematian, jumlah penduduk dan mobilisasi penduduk.
Keempta hal tersebut saling terkait sehingga menimbulkan dampak yang
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dampak disektor pendidikan dan
kesehatan merupakan contoh yang nyata dalam konteks ini. Masalah
kependudukan di Indonesia berdampak pada pembangunan dan lingkungan.
Aspek pendidikan, kesehatan, penghasilan merupakan aspek yang berkaitan
dengan pembangunan. Sedangkan peningkatan populasi yang berdampak
pada penuruan kualitas lingkungan merupakan aspek yang berkaitan dengan
permasalahan kependudukan di ranah lingkungan. Gotong royong diperlukan
dalam menyelesaikan masalah kependudukan karena masalah kependudukan
nasional berdampak pada individu dalam meningkatkan kesejahteraan.
Diperlukan sinergi dari pemerintah dari berbagai kementerian dan masyarakat
dalam mendukung program pemerintah menyongsong bonus demografi dalam
membangun Indonesia yang makmur, sejahtera, dan bermartabat.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan


masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan
dari generasi yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan didukung
oleh 3 pilar, yaitu: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan
dikenal juga dengan pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan diharapkan bisa menyukseskan pelestarian
lingkungan, dimana diperlukan peranan aktif dari masyarakat dan pemerintah.
Pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan diantaranya pelestarian tanah,
hutan, laut dan pantai, udara, flora fauna, pengurangan emisi gas sisa
pembakaran dan mengurangi atau menghindari pemakaian gas kimia yang dapat
merusak lapisan ozon di atmosfer. Upaya pemerintah dalam pelestarian
lingkungan dituangkan ke dalam UU RI No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, yang memuat 13 instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Keberhasilan pembangunan
berkelanjutan tidak lepas dari peran pemerintah sebagai pembuat dan pengawas
kebijakan. Good governance merupakan prasyarat untuk mencapai pemanfaatan
kaidah keberlanjutan batas sumber daya alam dan lingkungan. Good
governance merupakan basis bagi pengelolaan lingkungan hidup yang efektif dan
didasarkan pada hukum lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai