PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
DISUSUN OLEH :
Sheptyan Anjas Wicaksono (17024010111)
AGRIBISNIS B
2018
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JA
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Klasifikasi Iklim
di Kabupaten Tulungagung”.
Keingin tahuan penulis tentang iklim di Tulungagung serta hal-hal yang
berkaitan dengan iklim membuat penulis tergerak untuk membuat makalah ini.
Disini akan dibahas lebih lanjut tentang pengklasifikasian yang masih belum
diketahui oleh masyarakat.
Seperti beberapa metode penentuan klasifikasi iklim di Tulungagung,
melalui metode ini akan diketahui komoditi tanaman yang cocok ditanam di
kabupaten Tulungagung.
Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, sehingga penulis
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca budiman demi
sempurnanya penulisan selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1: PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
Manfaat 2
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Iklim 3
2.2 Klasifikasi Iklim 3
BAB 3: METODE PENELITIAN 8
3.1 Alat dan Bahan 8
3.2 Prosedur / Tata Kerja 8
BAB 4: HASIL DAN PENGAMATAN 9
4.1 Hasil Pengamatan 9
4.2 Klasifikasi Iklim Mohr 9
4.3 Klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson 10
4.4 Klasifikasi iklim menurut Oldeman 11
4.5 Pembahasan 12
BAB 5: PENUTUP 14
5.1 Kesimpulan 14
5.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Memahami cara menentukan tipe iklim iklim menurut Mohr, Schmidth dan
Ferguson, dan Olderman.
1.4 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat didapat dari penentuan klasifikasi ini,
sebagai berikut :
a. Mengetahui komoditi tanaman yang dapat tumbuh di daerah kabupaten
Tulungagung
1
b. Mengingkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap aktivitas – aktivitas
negatif yang dapat ditumbulkan
c. Menghindari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh iklim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Iklim
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau
dikatakan iklim adalah merupakan rata-rata cuaca, yaitu harga rata-rata cuaca
2
selama 30 tahun yang merupakan persetujuan internasional. Iklim disusun oleh
unsur-unsur yang sama dengan yang menyusun cuaca. Untuk mencari harga
rata-rata ini tergantung pada kebutuhan dan keadaan. Hanya perlu diketahui
untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus mendasarkan pada
harga normal, yaitu harga rata-rata cuaca selama 30 tahun. Oleh karena iklim
dari suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang variasinya besar, maka hampir
tidak mungkin untuk dua tempat mempunyai iklim yang identik. Sebetulnya
hampir tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini yang memerlukan
penggolongan dalam suatu kelas atau tipe. Perlu diketahui bahwa semua
klasifikasi iklim itu buatan manusia sehingga masing-masing ada kebaikannya
dan ada keburukannya. Hanya saja yang jelas mereka mempunyai persamaan
tujuan yaitu berusaha untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak
terbatas jumlahnya itu menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit, yaitu
kelas-kelas yang mempunyai sifat yang penting yang bersamaan (Wisnubroto, et
al., 1983).
2.2 Klasifikasi Iklim
Variasi-variasi yang kecil sekalipun dalam sirkulasi umum hampir selalu
tercermin dalam perubahan elemen-elemen iklim. Beberapa kawasan mengalami
peningkatan curah hujan sedangkan kawasan-kawasan yang lain mengalami
musim kering. Tidaklah ada suatu cara yang benar-benar sempurna untuk
mengklasifikasikan skala variabilitas iklim yang berbeda. Memang benar bahwa
perubahan cuaca dari hari ke hari dengan regim cuaca yang berlangsung lebih
pendek adalah merupakan sifat alamiah dari cuaca dan tidak mencerminkan
variabilitas iklim. Namun demikian, para pakar klimatologi menganggap beberapa
regim cuaca berlangsung lebih lama sebagai suatu bentuk variabilitas iklim
(Trewartha, 1995).
Klasifikasi secara empirik dapat dibagi dua yaitu :
Klasifikasi iklim berdasarkan Rational Moisture Budget (Thornthwaite).
Penggolongan iklim ini memasukkan pengertian penguapan, karena
menurutnya tumbuhan hidup tidak hanya tergantung pada curah hujan
saja, tetapi juga oleh uap air. Apabila penguapan melebihi curah hujan
yang jatuh, maka keadaan seperti ini tidak ada gunanya bagi tumbuhan
(Sutarno, 1998).
Klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami
1. Mohr
3
Mohr mengemukakan batasan-batasan baru untuk menunjukkan
adanya kekuatan periode kering terhadap tanah dari gambaran curah
hujan. Dan pembagian iklim menurut Mohr didasarkan atas banyaknya
bulan basah dan bulan kering suatu tempat (Bennet, 1939).
2. Schmid dan Fergusson
Schmid dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering
bukannya mencari harga rata-rata curah hujan untuk masing-masing
bulan tetapi dengan cara tiap tahun. Adanya bulan basah dan bulan
kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk dirata-ratakan, untuk
mengetahui periode kering di suatu daerah Schmid dan Fergusson
menghitung nilai Q didasarkan kriteria kering, cukup dan lembab
menurut batasan Mohr. Tetapi karena angka yang digunakan
terlampau rendah maka untuk keperluan pertanian hendaknya
digunakan secara hati-hati. Hingga saat ini kekeringan masih sulit
untuk diberikan batasan yang dapat digunakan untuk semua keperluan
pertanian, karena tiap jenis tanah, tanaman dan kondisi iklim tertentu
mempunyai batas tertentu pula untuk mencapai tingkat kekeringan
(Sutrisno dan Sumiratno, 1983).
3. Oldeman
Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Oldeman menggunakan dasar yaitu
bulan basah dan bulan kering yang berturut-turut, kesemua itu
dihubungkan dengan kebutuhan air bagi tanaman basah dan palawija.
Penentuan bulan basah dan bulan kering oleh Oldeman sedikit
berbeda dengan cara yang dilaksanakan oleh Mohr. Perbedaan lain
Mohr berdasarkan evaporasi setiap 2 mm sedangkan Oldeman
berdasarkan kebutuhan air oleh tanaman padi, sawah basah dan
palawija (Sutarno, 1998).
Kriteria Iklim Oldeman
Bulan Basah = rata-rata curah hujan > 200 mm per bulan
Bulan Kering = rata-rata curah hujan < 100 mm per bulan
Bulan Lembab = rata-rata curah hujan 100 - 200 mm per bulan
Tipe Utama Iklim Oldeman
Iklim A = jika ada lebih dari 9 bulan basah berturut-turut
Iklim B = jika ada 7 - 9 bulan basah berturut-turut
Iklim C = jika ada 5 - 6 bulan basah berturut-turut
4
Iklim D = jika ada 3 - 4 bulan basah berturut-turut
Iklim E = jika ada < 3 bulan basah berturut-turut
Sub Tipe
1 = bulan kering berjumlah < atau sama dengan 1
2 = bulan kering 2 -3 kali
3 = bulan kering 4 - 6 kali
4 = ada > 6 bulan kering
Zona Agroklimat Oldeman
A1, A2
Sesuai untuk budidaya padi terus-menerus namun produksi agak
rendah karena kerapatan fluks matahari rendah sepanjang tahun.
B1
Sesuai untuk tanaman padi terus menerus dengan perencanaan awam
musim tanam yang baik. Produksi maksimal jika dilakukan di musim
kemarau.
B2
Dapat dibudidayakan padi dua kali setahun dengan varitas umur
pendek dan musim kering pendek untuk palawija. Baca juga: apa itu
front meteorologi?
C1
Budidaya padi sekali dan palawija dua kali dalam satu tahun.
C2, C3, C4
Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun. Namun tanam
palawija kedua harus hati-hati karena jatuh di musim kering.
D1
Tanam padi umur pendek satu kali dengan panen yang tinggi biasanya
karena kerapatan fluks matahari tinggi.
D2, D3, D4
Memungkinkan untuk satu kali padi dan satu kali tanam palawija,
tergantung dari kestabilan irigasi.
E
Wilayah ini umumnya kering tandus, mungkin bisa untuk palawija
sekali dan itu pun tergantung dari adanya hujan.
4. Koppen
5
Dasar klasifikasi ini adalah rata-rata curah hujan dan temperatur baik
bulanan maupun tahunan. Tanaman-tanaman asli dilihat sebagai
kenampakan yang terbaik dari keadaan yang sesungguhnya, sehingga
batas-batas iklim yang ditentukan dengan batas-batas hidupnya
tanaman (Jenny, 1973). Maksud suatu pengelompokan iklim ialah
penggolongan untuk penyederhanaan, pengertian dan akhirnya
pemahaman pola iklim dunia. Penggolongan ini secara otomatis
menghasilkan sejumlah tipe iklim. Masalah utama dalam
mengembangkan sistem pengelompokan iklim adalah yang
berhubungan dengan definisi iklim yang melibatkan banyak unsur.
Penggunaan hanya satu unsur iklim belumlah memenuhi persyaratan
pengelompokan iklim. Meskipun demikian, distribusi unsur tunggal
tersebut di suatu daerah dapat merupakan informasi yang berguna.
Sebaliknya, penggunaan semua unsur iklim menghasilkan kerumitan
yang malah menyalahi maksud pengelompokan iklim, yaitu
kesederhanaan dan kejelasan. Oleh karena itu, biasanya digunakan
dua atau tiga unsur iklim (Prawirowardoyo, 1996).
Indonesia yang terletak di antara dua benua, dua lautan luas, berada di
sekitar khatulistiwa dalam bentuk gugusan pulau-pulau dikategorikan sebagai
wilayah beriklim tropik basah yang isotermik. Penciri utama keragaman iklim di
Indonesia adalah curah hujan, kemudian diikuti oleh keragaman suhu dalam
kaitannya dengan tinggi tempat dari muka laut (elevasi). Walaupun sebagian
besar wilayah Indonesia mendapatkan curah hujan cukup tinggi (>200 m/thn)
dengan musim hujan >6 bulan, terdapat juga beberapa daerah kering yang
hampir menyamai daerah beriklim semi arid-tropik (SAT), terutama di wilayah
Indonesia bagian timur (NTB dan NTT). Perbedaan curah hujan yang mencolok
di beberapa wilayah Indonesia erat kaitannya dengan posisi geografi dan sifat
fisiografi wilayah yang mempengaruhi sirkulasi udara global dan regional (angin
musim dan lokal) (Bey.A. dan Las .I. 1991).
Suatu cara untuk mengetahui pengaruh iklim pada produksi pertanian,
sebelum tanaman tersebut akan ditanam, maka harus menyelidiki dahulu
daerah-daerah yang dapat memperoleh hasil yang baik untuk tanaman tersebut
agar dapat tumbuh dan menghasilkan, membandingkan daerah-daerah yang
sudah menghasilkan dengan baik dari daerah-daerah itu dipelajari iklimnya dan
apabila hasilnya baik maka dapat dicari persamaan iklim daerah-daerah tersebut,
6
dan kalau ada daerah yang cocok dengan keadaan iklimnya tetapi belum ada
tanaman tersebut atau yang akan dicoba maka baik dipergunakan untuk
percobaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
7
a. Alat tulis
b. Kalkulator
c. Data curah hujan minimal 10 tahun terakhir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Maret 200 19 94 218 302 235 461 142 312 209 219,2
April 289 18 114 157 153 155 303 168 321 190 186,8
Mei 125 7 54 179 137 176 394 125 77 112 138,6
Juni 182 2 42 245 4 22 97 24 7 63 68,8
Juli 90 0 69 103 10 2 90 32 - 1 44,11111
Agustus 180 0 14 2 1 1 37 0 - 1 26,22222
September 174 0 1 3 8 0 244 11 - - 52,625
Oktober 263 0 1 14 55 14 231 54 111 78 82,1
November 479 4 203 224 137 211 306 149 361 169 224,3
Desember 234 16 358 372 306 228 307 122 158 343 244,4
Keterangan :
1. Tanda “-“ menunjukkan bahwa tidak adanya data curah hujan pada bulan
tersebut.
2. Angka 0 pada tabel menunjukkan bahwa tidak terjadi hujan pada bulan
tersebut
3. Data curah hujan tidak lengkap, maka untuk menghitung rata-rata setiap
bulan dalam 10 tahun, yang menjadi pembagi adalah banyaknya tahun
yang terdapat data curah hujan.
9
Kabupaten Tulungagung termasuk ke dalam kelas III yaitu agak kering
dengan perhitungan, sebagai berikut :
Q
Q yang telah dihitung hasilnya adalah 55,71 %, angka tersebut menunjukkan bahwa
Kabupaten Tulungagung termasuk tipe iklim C dan bersifat agak basah.
10
BL
2007 3 4 4
2008 4 3 2
2009 2 5 5
2010 9 0 3
2011 5 2 5
2012 3 4 5
2013 6 4 2
2014 4 1 7
2015 0 0 12
2016 7 4 1
Rata-Rata 4.3 4.6
2.7
=4 =5
Kabupaten Tulungagung memiliki iklim tipe D3, karena terdapat 4 bulan basah
dan 5 bulan kering, sehingga memungkinkan untuk satu kali padi dan satu kali tanam
palawija, tergantung dari kestabilan irigasi.
D3
4.5 Pembahasan
Berdasarkan data curah hujan di Kabupaten Tulungagung selama 10
tahun terakhir (2007-2016) maka iklim dapat ditentukan dengan beberapa
metode penentuan klasifikasi iklim, yaitu pertama melalui metode klasifikasi
iklim menurut Mohr. Berdasarkan data yang diperoleh dengan
mengelompokkan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering, jumlah bulan
basah yang terjadi pada tahun 2007-2016 sebanyak 70. Jumlah bulan lembab
sebanyak 7, dan jumlah bulan kering sebanyak 39. Maka dapat diketahui
bahwa di Kabupaten Tulungagung selama tahun 2007-2016 mayoritas
11
mengalami bulan basah. Jika banyaknya bulan basah, bulan lembab, dan
bulan kering dijumlah maka hasilnya adalah 116, yang seharusnya jumlah
ketiganya adalah 120. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya data curah
hujan pada bulan Juli – September 2008 dan juga bulan September 2007.
Oleh karena itu, pada tabel data curah hujan pada bulan tersebut diisi dengan
tanda ‘-‘.
Metode klasifikasi iklim yang kedua adalah metode klasifikasi Schmidth
dan Fergusson. Cara menentukan klasifikasi iklim menggunakan metode ini
yaitu dengan mencari presentase antara rata-rata bulan kering dibagi rata-rata
bulan basah. Hasil yang didapat setelah dihitung adalah 55,71 %. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa kabupaten Tulungagung termasuk tipe iklim C dan
bersifat agak basah.
Metode klasifikasi iklim yang ketiga adalah metode klasifikasi menurut
Oldeman. Menggunakan metode ini, Kabupaten Tulungagung memiliki tipe
utama iklim D (jika ada 3-4 bulan basah berturut-turut), karena memiliki rata-
rata bulan basah sebanyak 4 dengan sub tipe 3 (bulan kering 4-6 kali).),
karena memiliki rata-rata bulan kering sebanyak 5. Sehingga kabupaten
Tulungagung zona agroklimat Oldeman nya adalah D3, mempunyai periode
masa tanam selama 6-8 bulan. Sehingga memungkinkan untuk satu kali padi
dan satu kali tanam palawija. Selain itu singkong juga cocok untuk ditanam di
wilayah ini.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Metode penentuan klasifikasi iklim di Indonesia ada 3, yaitu metode
klasifikasi iklim Mohr, klasifikasi Schmidth dan Fergusson,dan klasifikasi
menurut Oldeman
2. Berdasarkan metode klasifikasi Mohr, jumlah bulan basah di Kabupaten
Tulungagung adalah 70, jumlah bulan lembab adalah 7, dan jumlah bulan
kering adalah 39. Kabupaten Tulungagung termasuk ke dalam kelas III
yaitu agak kering.
3. Berdasarkan metode Klasifikasi Schimdth dan Fergusson presentase
perbandingan antara rata-rata BK dan BB adalah 55,71 %, nilai tersebut
menunjukkan bahwa Kabupaten Tulungagung memiliki tipe iklim C dan
bersifat agak basah.
4. Berdasarkan metode Klasifikasi menurut Oldeman, Kabupaten
Tulungagung zona agroklimat Oldeman nya adalah D3, sehingga
Memungkinkan untuk satu kali padi dan satu kali tanam palawija, dan
singkong.
5.2 Saran
1. Data curah hujan sebaiknya lebih lengkap lagi agar memudahkan dalam
penentuan iklim di Kabupaten Tulungagung.
2. Diharap penelitian selanjutnya lebih mendetail dalam mengklasifikasikan
data curah hujan.
3. Diaharapkan pada penelitian selanjutnya komoditi tanaman yang dapat
ditanam di daerah Tulungagung dapat lebih spesifik.
4. Data yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan lebih terkini.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gurugeografi.id/2017/04/klasifikasi-iklim-tipe-oldeman.html
http://reflitepe08.blogspot.co.id/2011/03/klasifikasi-iklim.html?m=1
Bey, A dan Irsal, L. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Kapita
Selekta dalam Agrometeorologi, Dirjen Pendidikan Tinggi.
14