KLIMATOLOGI
Disusun oleh:
C
Kelompok II
Nastita Nayla Safa 23020222140107
Nugroho Fajar Arifin 23020222140113
Zhida Qurrotul Aini 23020222140120
Aliyah Alfita 23020222140145
Muhammad Alvin Nugroho 23020222140148
Delia Nazwa Zahra 23020222140156
Wulan Kurniawati 23020222140154
LEMBAR PENGESAHAN
C C
Kelompok : II (DUA)
Menyetujui,
Koordinator Praktikum Asisten Pembimbing Praktikum
Klimatologi Klimatologi
Dr. Ir. Sutarno, M.S Enrico Adip Septian
C
Kelompok II Agroekoteknologi . 2022. Laporan Praktikum Klimatologi. (Asisten: Enrico Adip Septian).
Tujuan dari praktikum Klimatologi adalah.....
Materi yang digunakan berupa alat dan bahan penunjang praktikum. Bahan yang digunakan adalah..... Alat yang digunakan adalah.... Metode
yang digunakan adalah....
Hasil praktikum Klimatologi pada acara ..... adalah ..... Hasil praktikum Klimatologi pada acara ..... adalah ..... Hasil praktikum Klimatologi
pada acara ..... adalah .....
Kata kunci :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Klimatologi. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Sutarno, M.S. selaku Koordinator Praktikum Klimatologi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Enrico Adip Septian selaku
Asisten Pembimbing Praktikum Klimatologi, yang telah membimbing selama praktikum berlangsung hingga penyusunan Laporan Praktikum
Penulis menyadari laporan praktikum ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan penyusunan laporan berikutnya. Penulis berharap Laporan
Praktikum Klimatologi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pembaca. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan,
penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiannya dan penulis memohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan dalam penyusunan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
3.1. Materi
3.2. Metode
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Materi
3.2. Metode
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. xxxxx
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1. xxxxx
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. xxxxx
ACARA II
PENGAMATAN PERAWANAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Awan adalah suatu briket minuman larutan yang berdasar oleh adanya periode kala larutan yang melantas berlinang
kelahirannya. Siklus kala larutan ini umum disebut oleh karet elemen serupa periode hidrologi. Adanya pemuaiaan larutan yang hanyut
beranjak sikap dikarenakan oleh adanya hangat api rat dan deraian cahaya matahari. Kemudian, kelahirannya pengembunan dan pemampatan
minuman larutan yang berbaur berperan esa hadirat periode kemuliaan terpatok diatas kawasan dan menuang awan.
Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan menjadi awan horizontal dan awan vertikal. Awan horizontal adalah jenis
awan yang terbentuk karena pergerakan udara secara horizontal. Awan rendah adalah jenis awan yang ketinggian dasarnya kurang dari 2000
meter. Awan sedang berada pada ketinggian 3000 hingga 6000 meter di atas permukaan tanah. Awan tinggi berada di atas 20.000 kaki di atas
permukaan laut. Awan Cirrus adalah sekelompok awan yang sangat rendah yang berada di mana saja dari 0,5 km hingga 1,5 km di atas
permukaan laut. Awan cumulonimbus adalah awan dengan suhu sangat rendah yang bisa mencapai -100 °C.
Perubahan awan memiliki dampak besar pada cuaca dan perubahan iklim. Awan sangat berpengaruh sebagai unsur cuaca
karena awan pada hakekatnya merupakan hasil dari banjir yang kemudian menjadi hujan. Siklus air adalah pergerakan air yang terus menerus
dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui jenis-jenis awan, kondisi cuaca, dan dapat mengukur
TINJAUAN PUSTAKA
Awan adalah kumpulan tetesan air dengan jumlah 100 per cm³ yang memiliki jari-jari 10 μm. Presipitasi (hujan) akan terjadi
apabila populasi awan menjadi tidak stabil dan beberapa droplet muncul tumbuh membesar. Awan dilihat dari satelit dapat dibagi menjadi 5
(lima), yaitu : tidak ada awan (clear), awan tinggi, awan sedang, awan rendah, awan cumulonimbus (Nardi, 2012).
Awan horizontal merupakan jenis awan yang terbentuk sebagai akibat dari pergerakan udara secara horizontal, Ketika
konvergensi terjadi dalam arus udara horizontal dari massa udara tebal yang besar, gerakan ke atas akan terjadi. Naiknya udara di zona
konvergensi dapat menyebabkan pertumbuhan awan. Ketika dua massa udara yang mendekat secara horizontal memiliki suhu dan kepadatan
yang berbeda, massa udara yang lebih hangat dipaksa naik di atas massa udara yang lebih dingin (Yeli, 2014). Awan yang termasuk dalam
kategori awan rendah adalah awan stratus dan cumulonimbus, sedangkan awan yang termasuk dalam kategori awan sedang adalah awan
altocumulus dan altostratus, dan awan yang termasuk dalam kategori awan tinggi adalah awan cirrus, awan cirrostratus dan awan. adalah
sirokumulus. Jenis awan horizontal memiliki bentuk seperti kapas tipis, namun ada juga yang tebal membentuk bola-bola (Hodi, 2013).
Secara teori, efek menguntungkan dari aerosol adalah pengurangan ukuran partikel awan cair/es, peningkatan masa pakai awan
dan fraksinasi. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan di atas awan, yang berarti bahwa aerosol berkontribusi pada pembentukan awan
tinggi. Berdasarkan International Climate Satellite Cloud Index, cloud top pressure (CTP) dapat digunakan untuk mengklasifikasikan awan,
dan awan dengan CTP lebih besar dari 680 hPa disebut awan rendah. Efek peningkatan aliran aerosol di Indonesia diterjemahkan menjadi
peningkatan nilai tekanan puncak awan, yang berarti mendukung pembentukan awan rendah (Susanti, 2014).
Awan rendah merupakan jenis awan yang mempunyai ketinggian dasar kurang dari 2000 meter. Awan rendah memilki
turbulensi lemah, kelembaban sangat tinggi, dan titik dasar awan rendah, Awan jenis ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu awan
Nimbostratus (NS), Stratocumulus (Sc), Stratus (St). Hampir semua jenis awan dapat menghasilkan hujan salju, tetapi beberapa awan yang
lebih rendah, termasuk Nimbostratus dan Stratocumulus, menghasilkan presipitasi. Awan nimbostratus merupakan jenis awan yang sangat
tebal namun banyak mengandung air, Awan stratocumulus merupakan jenis awan yang berwarna paling terang dan menunjukkan bahwa suatu
daerah rawan hujan, tetapi terkadang juga merupakan pertanda cuaca buruk. Awan stratus merupakan jenis awan yang berupa lapisan berlapis
lebih dekat ke permukaan bumi, seringkali menutupi ketinggian, awan lapisan berwarna abu-abu. Awan stratus dapat berubah menjadi kabut
dan menimbulkan hujan (Yeli, 2014). Suhu udara permukaan dalam meteorologi adalah suhu udara pada ketinggian 1,25 m sampai 2 m di
atas permukaan tanah (Saputra, 2015). Awan rendah terdiri dari awan kumulus (Cb) dan awan tingkat tinggi (Tcu). Langit-langitnya adalah
dasar awan yang tingginya kurang dari 6.000 meter (20.000 kaki) dan menutupi lebih dari setengah ruang di atas area pengamatan. Awan
cumulonimbus merupakan awan tebal dengan puncak tinggi yang terbentuk pada siang hari (Nugraheni, 2015).
Secara teori, efek menguntungkan dari aerosol adalah pengurangan ukuran partikel awan cair/es, peningkatan masa pakai awan
dan fraksinasi. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan di atas awan, yang berarti bahwa aerosol berkontribusi pada pembentukan awan
tinggi. Berdasarkan International Climate Satellite Cloud Index, cloud top pressure (CTP) dapat digunakan untuk mengklasifikasikan awan,
dan awan dengan CTP lebih besar dari 680 hPa disebut awan rendah. Efek peningkatan aliran aerosol di Indonesia diterjemahkan menjadi
peningkatan nilai tekanan puncak awan, yang berarti mendukung pembentukan awan rendah (Susanti, 2014).
Nimbostratus Stratocumulus
Awan sedang merupakan jenis awan yang terbentuk pada ketinggian 2000-6000 meter, awan jenis ini tersusun dengan
komposisi utama titik-titik air, meskipun demikian awan ini kadang juga tersusun dari kristal-kristal es, terutama saat suhunya cukup dingin.
Dalam kelompok awan sedang terbagi menjadi dua. Berikut dua jenis awan sedang. Awan altocumulus berkepul-kepul, tidak rata dan
berlapis, awan ini menandakan keadaan cuaca yang baik. Tiap-tiap elemen nampak jelas tersisih antara satu sama lain dengan warna putih ke
kelabuan. Altostratus awan kekelabuan (bergantung kepada ketebalan) peringkat pertengahan yang menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
Awan-awan ini terjadi dalam lapisan atmosfera stabil dan boleh menjadi tebal apabila cukup kelembapan dan penyejukan. (Lely, 2021)
Altocumulus Altostratus
Awan tinggi merupakan jenis awan yang dikatakan sebagai kelompok awan tinggi apabila awan itu terbentuk pada ketinggian
lebih dari 20.000 kaki diatas permukaan laut. Dalam kelompok awan tinggi terbagi menjadi tiga. Berikut ketiga jenis awan tinggi. Awan
cirrus adalah awan berwarna putih yang terpisah, memiliki serat halus disertai dengan efek kilau bagai sutra. Berbentuk seperti halnya
kelambu yang berwarna putih serta bertekstur halus, lembut, dan mengental. Awan cirrostratus memiliki bakat untuk menutupi langit secara
sempurna dengan dihiasi warna cerah dari awan tersebut. Awan cirrostratus memiliki ukuran yang sangat lebar dan luas. Bentuk awan
cirrostratus seperti sebuah anyaman yang bentuknya tidak beraturan. Awan cirrocumulus memiliki bentuk indah bak ombak di pantai, awan
ini juga memiliki bentuk bulat, kecil, putih, dan berbaris layaknya domba di padang rumput. Tingkat eksistensi dari awan cirrocumulus
biasanya bersamaan dengan awan cirrus dana cirrostratus sehingga membuat awan ini tampak seperti terdegradasi dengan kedua awan
hingga 1,5 km di atas permukaan laut. Jenis awan ini memberikan pemandangan yang bagus pada siang hari karena ketinggiannya yang
sangat rendah, sehingga sangat mudah dan jelas untuk diamati. Ada dua jenis awan perkembangan vertikal yaitu awan cumulus dan awan
Cumulus Cumulonimbus
Sumber:
Awan cumulonimbus merupakan jenis awan besar yang berkembang di daerah rendah. Penentuan awan melalui pengamatan
visual di lapangan disebut pembentukan awan. Citra satelit yang dihasilkan oleh masing-masing saluran memiliki sensitivitas tersendiri.
Secara umum, awan cumulonimbus bersuhu rendah dan pembentukan awan ini mempengaruhi udara permukaan (Bety, 2018). Awan
cumulonimbus bentuknya menyerupai kubah atau menara. termasuk golongan awan pembawa hujan. warna dasarnya putih, namun apabila
sebagian terkena sinar matahari maka akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu. terbentuk karena proses konveksi dan juga disebabkan
Awan kumulonimbus adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan
cuaca dingin lainnya. Kumulonimbus berasal dari bahasa Latin, "cumulus" berarti terakumulasi dan "nimbus" berarti hujan. Awan ini
Sumber:
Cuaca dan iklim adalah keadaan atau keadaan fisik atmosfer yang merupakan hasil interaksi berbagai unsur atau komponen
unsur, antara lain radiasi atau lamanya penyinaran matahari, suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, awan, curah hujan, dan penguapan
(Sabaruddin, 2020). Awan memiliki pengaruh yang besar sebagai unsur cuaca karena pada dasarnya awan merupakan hasil luapan dari air yag
mekemudian menjadi hujan. Peluapan ini dapat terjadi dengan dua cara, ketika cuaca panas, uap air di udara lebih banyak karena air lebih
cepat menguap. Air bermuatan panas naik sampai mencapai lapisan suhu yang lebih rendah, uap mencair, dan jumlah molekul air yang tak
Perubahan iklim juga disebabkan oleh perubahan permukaan atmosfer yang pada akhrinya menyebabkan Perubahan jangka
panjang dalam pola cuaca rata-rata yang mempengaruhi iklim bumi pada skala lokal, regional, dan global (Odi, 2021). Dalam hal ini
permukaan atmosfer yang semula ditutupi oleh lapisan ozon yang kini kian menipis dan hampir terbuka, hal ini juga mempengaruhi kecepatan
Siklus awan adalah proses pergerakan air yang terus menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Triadmodjo, 2008) yang menyatakan bahwa siklus awan berasal dari pergerakan air dari bumi ke atmosfer. Siklus air tidak
hanya terus menerus, tetapi juga siklus terus menerus di wilayah manapun. Hal ini sejalan dengan pendapat (Wisler dan Brater, 2013) yang
menyatakan bahwa siklus air terjadi secara merata. Siklus air dimulai dengan penguapan air ke udara. Air yang menguap kemudian
mengembun di udara, yang kemudian membentuk gugusan yang disebut awan (Triadmodjo, 2008).
Awan yang terbentuk kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju yang disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Hal
ini sejalan dengan pendapat (Kusuma, 2016) yang menyatakan bahwa hujan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Beberapa tetesan air
mencapai permukaan tanah secara langsung (infiltrasi) dan beberapa mengalir sebagai air permukaan. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Nugroho, 2022) bahwa limpasan permukaan yang dihasilkan kemudian memasuki badan air seperti sungai, danau, waduk, dan DAS hilir
Praktikum klimatologi dengan acara alat alat klimatologi dilaksanakan pada hari rabu, 14 September 2022. Secara luring di
ruang RSG.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktikum acara ini terdiri atas alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah thermohygrometer.
Untuk mengukur tingkat kelembapan dan suhu pada awan yang di amati. Bahan yang digunakan dalam laboratorium ini terdiri dari komponen
alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam praktek pengenalan instrumen klimatologi adalah pensil yang berfungsi sebagai alat dan alat untuk
merekam pengamatan, dan kamera sebagai alat untuk menyimpan gambar dari objek yang diamati.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktikum Klimatologi ini adalah pengukuran suhu dan kelembapan pada awan yanh di
lakukan di jam 07:00, 12:00, dan 17:00. Metode pengenalan alat klimatologi ke dalam praktek adalah bahwa alat klimatologi diamati, isu-isu
Berdasarkan pengamatan awan, dan pencatatan indikator suhu, kelembaban, dan curah hujan yang tampak pada minggu ke-I didapatkan
1. 30 40
Penjelasan isi tabel 🡪 perlu diperhatikan, bahwa foto awan yang telah diobservasi dimasukkan ke tabel dengan metode seperti di atas, kemudian beri
penjelasan jenis awan apakah yang tampak pada gambar tsb. Resolusi gambar disarankan diubah menjadi 640x480 pixels (dapat diubah menggunakan
Adobe Photoshop dan software sejenisnya), kemudian diubah menjadi ukuran 2 x 2,67 cm pada tabel diatas. Lalu dicatat pula rata-rata suhu dan rata-rata
kelembaban yang telah dicatat sebelumnya, yang dicantumkan dalam tabel merupakan rata-rata suhu dan kelembaban harian dari masing-masing waktu
pengamatan (pagi, siang, dan sore). Kemudian pada kolom yang paling bawah, hitung kembali rata-rata keseluruhan suhu dan kelembaban secara vertikal
Bahaslah nilai rata-rata suhu dan kelembaban mingguan yang telah kalian hitung diatas, kemudian perhatikan awan jenis apakah yang paling sering
muncul dalam pengamatan satu minggu. Lalu buatlah hipotesis apakah jenis awan yang sering muncul tersebut mempengaruhi/tidak mempengaruhi
indikator cuaca dan iklim (suhu dan kelembaban), bila iya, buktikan dengan sitasi yang ada, bila tidak, jelaskan mengapa tidak ada kaitan antara suhu dan
kelembaban terhadap jenis awan yang tampak (tentunya buktikan dengan sitasi juga).
Contoh pembahasan 🡪 Berdasarkan pengelompokan data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata suhu dan kelembaban minggu ke I di
lingkungan pengamatan adalah .... dan ...., dan jenis awan yang paling sering muncul dalam pengamatan satu minggu adalah awan jenis ...., berdasarkan
analisis terhadap pengaruh tipe awan terhadap tingkat suhu dan kelembaban, dapat dikatakan bahwa jenis awan .... yang paling sering muncul pada
pengamatan satu minggu mempengaruhi/tidak mempengaruhi rata-rata suhu dan kelembaban yang dicatat. Hal ini disebabkan karena... (kaitkan dengan
Berdasarkan kedua kelompok pengamatan minggu ke-I dan II yang telah dibahas, dapat dibandingkan hasil pengamatannya berdasarkan tabel dibawah ini:
Suhu (°C)
Kelembaban (%)
Curah hujan (mm/hari)
Jenis awan yang paling sering muncul Awan X Awan Y
Buatlah hipotesis apakah hasil pengamatan minggu ke-I dan II saling berkaitan apa tidak (hasilnya signifikan apa berbeda), bila signifikan, berikan
penjelasan yang dikaitkan dengan cuaca dan iklim di lokasi tersebut yang sedang terjadi dalam periode pengamatan kalian. Semisal, pada saat pengamatan
cuacanya berawan, dan dalam iklim basah/musim hujan, sehingga hasil parameter pengamatan minggu ke I dan II tidak berbeda/signifikan hasilnya
(karena pengamatan hanya empat belas hari). Bila hasilnya berbeda jauh, berikan penjelasan mengapa bisa seperti itu, garis bawahi parameter yang paling
menunjukkan perbedaan (suhu, kelembaban, curah hujan, atau jenis awan) dan analisis mengapa berbeda. Semua hipotesis didukung oleh sitasi yang ada.
Contoh pembahasan 🡪 Berdasarkan perbandingan pengamatan minggu ke I dan II, dapat dianalisis bahwa perbandingan pengamatan minggu ke I dan II
berdasarkan parameter yang dicatat memiliki hasil yang tidak berbeda/berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena... (tuangkan hipotesis kalian, dan
Berdasarkan pengamatan siklus awan dan pencatatan indikator suhu, kelembaban dan curah hujan yang tampak setiap lima menit sekali pada
pagi, siang dan sore hari pengelompokan data berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4. Pengamatan Siklus Awan
10
15
Rata-rata
Berdasarkan....
Tabel....
Sumber:
BAB V
5.1. Simpulan
Berdasarkan praktikum tentang pengamatan perawanan, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis awan yang berbeda mempengaruhi/tidak mempengaruhi
indikator cuaca dan iklim yang terjadi pada lokasi pengamatan.... (Dan bisa dilanjutkan sendiri kesimpulannya)
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk menunjang hasil praktikum yang lebih baik adalah .... (berikan saran terhadap jalannya praktikum yang dapat
mempengaruhi hasil, bukan saran untuk asisten ataupun saran untuk penulisan laporan yaa)
DAFTAR PUSTAKA
Boy, P. S. 2020. Peran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Tanjung Emas Semarang Dalam Memperkirakan dan
Menginformasikan Laporan Berita Keadaan Cuaca ke Nelayan dan Kapal Niaga Untuk Menunjang Keselamatan Pelayaran. Karya tulis.
Nardi, N., A. Z. Nazori. 2016. Otomasi klasifikasi awan citra satelit mtsat dengan pendekatan fuzzy logic
Nugraheny, D. 2015. Metode nilai jarak guna kesamaan atau kemiripan ciri suatu citra (kasus deteksi awan cumulonimbus menggunakan
Rozi, M. F. 2019. Prediksi pertumbuhan awan cumulonimbus pada citra himawari ir enhanced menggunakan deep echo state network
Susanti, I., L. R. Tursilowati, dan N. Cholianawati. 2014. Analisis pengaruh aerosol pada awan di Indonesia. J. Sains Dirgantara, 12 (1) : 22 –
31.
Yudha, K., Tiara, A., Fadhlil, R. M. 2017. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 4 (2)
LAMPIRAN
7 12 17 7 12 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1 2 3 4 5 6 7
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
1 2 3 4 5 6 7
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
Suhu (˚C)
Kelembaban (%)
ke- (pukul)
7 12 17 7 12 17
10
15
20
25
30