Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI

Disusun oleh:
C
Kelompok II
Nastita Nayla Safa 23020222140107
Nugroho Fajar Arifin 23020222140113
Zhida Qurrotul Aini 23020222140120
Aliyah Alfita 23020222140145
Muhammad Alvin Nugroho 23020222140148
Delia Nazwa Zahra 23020222140156
Wulan Kurniawati 23020222140154

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI

C C
Kelompok : II (DUA)

Program Studi : SI-AGROEKOTEKNOLOGI

Tanggal Pengesahan : DESEMBER 2022

Menyetujui,
Koordinator Praktikum Asisten Pembimbing Praktikum
Klimatologi Klimatologi
Dr. Ir. Sutarno, M.S Enrico Adip Septian

NIP. 19580611 198303 1 002 NIM. 23020221140086


RINGKASAN

C
Kelompok II Agroekoteknologi . 2022. Laporan Praktikum Klimatologi. (Asisten: Enrico Adip Septian).
Tujuan dari praktikum Klimatologi adalah.....
Materi yang digunakan berupa alat dan bahan penunjang praktikum. Bahan yang digunakan adalah..... Alat yang digunakan adalah.... Metode
yang digunakan adalah....
Hasil praktikum Klimatologi pada acara ..... adalah ..... Hasil praktikum Klimatologi pada acara ..... adalah ..... Hasil praktikum Klimatologi
pada acara ..... adalah .....
Kata kunci :
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Klimatologi. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.

Sutarno, M.S. selaku Koordinator Praktikum Klimatologi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Enrico Adip Septian selaku

Asisten Pembimbing Praktikum Klimatologi, yang telah membimbing selama praktikum berlangsung hingga penyusunan Laporan Praktikum

Klimatologi ini selesai.

Penulis menyadari laporan praktikum ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan penyusunan laporan berikutnya. Penulis berharap Laporan

Praktikum Klimatologi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pembaca. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan,

penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiannya dan penulis memohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan dalam penyusunan

laporan praktikum ini.

Semarang, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR ILUSTRASI

DAFTAR LAMPIRAN

ACARA I. ALAT-ALAT KLIMATOLOGI

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukur Radiasi Matahari


2.1.1. Gunn-Bellani
2.1.2. Actinograph Bimetal
2.1.3. Solarimeter
2.1.4. Automatic Solar Radiation System
2.2. Pengukur Lama Penyinaran Matahari
2.2.1. Campbell Stokes
2.3. Pengukur Suhu dan Kelembaban Udara
2.3.1. Psikrometer Standar
2.3.2. Thermohigrograf
2.4. Pengukur Suhu dan Kelembaban Tanah
2.4.1. Thermometer Tanah Bervegetasi
2.4.2. Thermometer Tanah Gundul
2.5. Pengukur Tekanan Udara
2.5.1. Barometer
2.5.2. Barograf
2.6. Pengukur Arah dan Kecepatan Angin
2.6.1. Anemometer
2.6.2. Wind Force
2.7. Pengukur Curah Hujan
2.7.1. Ombrometer Observatorium
2.7.2. Ombrometer tipe Hellmann
2.7.3. Automatic Rain Sampler
2.7.4. Automatic Rain Gauge
2.8. Pengukur Tingkat Penguapan Air
2.8.1. Open Pan Evaporimeter
2.9. Pengukur Tingkat Kualitas Udara
2.9.1. High Volume Sampler

BAB III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
3.2. Metode

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukur Radiasi Matahari


4.1.1. Gunn-Bellani
4.1.2. Actinograph Bimetal
4.1.3. Solarimeter
4.1.4. Automatic Solar Radiation System
4.2. Pengukur Lama Penyinaran Matahari
4.2.1. Campbell Stokes
4.3. Pengukur Suhu dan Kelembaban Udara
4.3.1. Psikrometer Standar
4.3.2. Thermohigrograf
4.4. Pengukur Suhu dan Kelembaban Tanah
4.4.1. Thermometer Tanah Bervegetasi
4.4.2. Thermometer Tanah Gundul
4.5. Pengukur Tekanan Udara
4.5.1. Barometer
4.5.2. Barograf
4.6. Pengukur Arah dan Kecepatan Angin
4.6.1. Anemometer
4.6.2. Wind Force
4.7. Pengukur Curah Hujan
4.7.1. Ombrometer Observatorium
4.7.2. Ombrometer tipe Hellmann
4.7.3. Automatic Rain Sampler
4.7.4. Automatic Rain Gauge
4.8. Pengukur Tingkat Penguapan Air
4.8.1. Open Pan Evaporimeter
4.9. Pengukur Tingkat Kualitas Udara
4.9.1. High Volume Sampler

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ACARA II. PENGAMATAN PERAWANAN

BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tipe-tipe Awan


2.1.1. Awan Horizontal
2.1.1.1. Awan Rendah
2.1.1.2. Awan Sedang
2.1.1.3. Awan Tinggi
2.1.2. Awan Vertikal
2.1.2.1. Awan Cumulonimbus
2.2. Pengaruh Awan terhadap Cuaca dan Iklim
2.3. Siklus Awan

BAB III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
3.2. Metode

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Perawanan Minggu I


4.2. Pengamatan Perawanan Minggu II
4.3. Perbandingan Pengamatan Minggu I dan II
4.4. Siklus Awan

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. xxxxx
DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1. xxxxx
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. xxxxx
ACARA II

PENGAMATAN PERAWANAN

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian Awan adalah suatu briket minuman larutan yang berdasar oleh adanya periode kala larutan yang melantas berlinang

kelahirannya. Siklus kala larutan ini umum disebut oleh karet elemen serupa periode hidrologi. Adanya pemuaiaan larutan yang hanyut

beranjak sikap dikarenakan oleh adanya hangat api rat dan deraian cahaya matahari. Kemudian, kelahirannya pengembunan dan pemampatan

minuman larutan yang berbaur berperan esa hadirat periode kemuliaan terpatok diatas kawasan dan menuang awan.

Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan menjadi awan horizontal dan awan vertikal. Awan horizontal adalah jenis

awan yang terbentuk karena pergerakan udara secara horizontal. Awan rendah adalah jenis awan yang ketinggian dasarnya kurang dari 2000

meter. Awan sedang berada pada ketinggian 3000 hingga 6000 meter di atas permukaan tanah. Awan tinggi berada di atas 20.000 kaki di atas

permukaan laut. Awan Cirrus adalah sekelompok awan yang sangat rendah yang berada di mana saja dari 0,5 km hingga 1,5 km di atas

permukaan laut. Awan cumulonimbus adalah awan dengan suhu sangat rendah yang bisa mencapai -100 °C.

Perubahan awan memiliki dampak besar pada cuaca dan perubahan iklim. Awan sangat berpengaruh sebagai unsur cuaca

karena awan pada hakekatnya merupakan hasil dari banjir yang kemudian menjadi hujan. Siklus air adalah pergerakan air yang terus menerus

dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui jenis-jenis awan, kondisi cuaca, dan dapat mengukur

suhu dan kelembapan pada suatu tempat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tipe-Tipe Awan

Awan adalah kumpulan tetesan air dengan jumlah 100 per cm³ yang memiliki jari-jari 10 μm. Presipitasi (hujan) akan terjadi

apabila populasi awan menjadi tidak stabil dan beberapa droplet muncul tumbuh membesar. Awan dilihat dari satelit dapat dibagi menjadi 5

(lima), yaitu : tidak ada awan (clear), awan tinggi, awan sedang, awan rendah, awan cumulonimbus (Nardi, 2012).

2.1.1. Awan Horizontal

Awan horizontal merupakan jenis awan yang terbentuk sebagai akibat dari pergerakan udara secara horizontal, Ketika

konvergensi terjadi dalam arus udara horizontal dari massa udara tebal yang besar, gerakan ke atas akan terjadi. Naiknya udara di zona

konvergensi dapat menyebabkan pertumbuhan awan. Ketika dua massa udara yang mendekat secara horizontal memiliki suhu dan kepadatan

yang berbeda, massa udara yang lebih hangat dipaksa naik di atas massa udara yang lebih dingin (Yeli, 2014). Awan yang termasuk dalam

kategori awan rendah adalah awan stratus dan cumulonimbus, sedangkan awan yang termasuk dalam kategori awan sedang adalah awan

altocumulus dan altostratus, dan awan yang termasuk dalam kategori awan tinggi adalah awan cirrus, awan cirrostratus dan awan. adalah

sirokumulus. Jenis awan horizontal memiliki bentuk seperti kapas tipis, namun ada juga yang tebal membentuk bola-bola (Hodi, 2013).

Secara teori, efek menguntungkan dari aerosol adalah pengurangan ukuran partikel awan cair/es, peningkatan masa pakai awan

dan fraksinasi. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan di atas awan, yang berarti bahwa aerosol berkontribusi pada pembentukan awan

tinggi. Berdasarkan International Climate Satellite Cloud Index, cloud top pressure (CTP) dapat digunakan untuk mengklasifikasikan awan,

dan awan dengan CTP lebih besar dari 680 hPa disebut awan rendah. Efek peningkatan aliran aerosol di Indonesia diterjemahkan menjadi

peningkatan nilai tekanan puncak awan, yang berarti mendukung pembentukan awan rendah (Susanti, 2014).

2.1.1.1. Awan Rendah

Awan rendah merupakan jenis awan yang mempunyai ketinggian dasar kurang dari 2000 meter. Awan rendah memilki

turbulensi lemah, kelembaban sangat tinggi, dan titik dasar awan rendah, Awan jenis ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu awan

Nimbostratus (NS), Stratocumulus (Sc), Stratus (St). Hampir semua jenis awan dapat menghasilkan hujan salju, tetapi beberapa awan yang

lebih rendah, termasuk Nimbostratus dan Stratocumulus, menghasilkan presipitasi. Awan nimbostratus merupakan jenis awan yang sangat

tebal namun banyak mengandung air, Awan stratocumulus merupakan jenis awan yang berwarna paling terang dan menunjukkan bahwa suatu
daerah rawan hujan, tetapi terkadang juga merupakan pertanda cuaca buruk. Awan stratus merupakan jenis awan yang berupa lapisan berlapis

lebih dekat ke permukaan bumi, seringkali menutupi ketinggian, awan lapisan berwarna abu-abu. Awan stratus dapat berubah menjadi kabut

dan menimbulkan hujan (Yeli, 2014). Suhu udara permukaan dalam meteorologi adalah suhu udara pada ketinggian 1,25 m sampai 2 m di

atas permukaan tanah (Saputra, 2015). Awan rendah terdiri dari awan kumulus (Cb) dan awan tingkat tinggi (Tcu). Langit-langitnya adalah

dasar awan yang tingginya kurang dari 6.000 meter (20.000 kaki) dan menutupi lebih dari setengah ruang di atas area pengamatan. Awan

cumulonimbus merupakan awan tebal dengan puncak tinggi yang terbentuk pada siang hari (Nugraheni, 2015).

Secara teori, efek menguntungkan dari aerosol adalah pengurangan ukuran partikel awan cair/es, peningkatan masa pakai awan

dan fraksinasi. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan di atas awan, yang berarti bahwa aerosol berkontribusi pada pembentukan awan

tinggi. Berdasarkan International Climate Satellite Cloud Index, cloud top pressure (CTP) dapat digunakan untuk mengklasifikasikan awan,

dan awan dengan CTP lebih besar dari 680 hPa disebut awan rendah. Efek peningkatan aliran aerosol di Indonesia diterjemahkan menjadi

peningkatan nilai tekanan puncak awan, yang berarti mendukung pembentukan awan rendah (Susanti, 2014).

Nimbostratus Stratocumulus

Sumber: Lely, 2021 ; Hiyadati, 2022

2.1.1.2. Awan Sedang

Awan sedang merupakan jenis awan yang terbentuk pada ketinggian 2000-6000 meter, awan jenis ini tersusun dengan

komposisi utama titik-titik air, meskipun demikian awan ini kadang juga tersusun dari kristal-kristal es, terutama saat suhunya cukup dingin.

Dalam kelompok awan sedang terbagi menjadi dua. Berikut dua jenis awan sedang. Awan altocumulus berkepul-kepul, tidak rata dan

berlapis, awan ini menandakan keadaan cuaca yang baik. Tiap-tiap elemen nampak jelas tersisih antara satu sama lain dengan warna putih ke

kelabuan. Altostratus awan kekelabuan (bergantung kepada ketebalan) peringkat pertengahan yang menghasilkan hujan apabila cukup tebal.

Awan-awan ini terjadi dalam lapisan atmosfera stabil dan boleh menjadi tebal apabila cukup kelembapan dan penyejukan. (Lely, 2021)
Altocumulus Altostratus

Sumber: Lely, 2021

2.1.1.3. Awan Tinggi

Awan tinggi merupakan jenis awan yang dikatakan sebagai kelompok awan tinggi apabila awan itu terbentuk pada ketinggian

lebih dari 20.000 kaki diatas permukaan laut. Dalam kelompok awan tinggi terbagi menjadi tiga. Berikut ketiga jenis awan tinggi. Awan

cirrus adalah awan berwarna putih yang terpisah, memiliki serat halus disertai dengan efek kilau bagai sutra. Berbentuk seperti halnya

kelambu yang berwarna putih serta bertekstur halus, lembut, dan mengental. Awan cirrostratus memiliki bakat untuk menutupi langit secara

sempurna dengan dihiasi warna cerah dari awan tersebut. Awan cirrostratus memiliki ukuran yang sangat lebar dan luas. Bentuk awan

cirrostratus seperti sebuah anyaman yang bentuknya tidak beraturan. Awan cirrocumulus memiliki bentuk indah bak ombak di pantai, awan

ini juga memiliki bentuk bulat, kecil, putih, dan berbaris layaknya domba di padang rumput. Tingkat eksistensi dari awan cirrocumulus

biasanya bersamaan dengan awan cirrus dana cirrostratus sehingga membuat awan ini tampak seperti terdegradasi dengan kedua awan

tersebut ( Richard, 2016).

Cirrus Cirrostratus Cirrocumulus

Sumber: Lely, 2021

2.1.2. Awan Vertikal


Awan vertikal merupakan jenis awan dengan ketinggian yang sangat rendah, terletak di semua wilayah dari sekitar 0,5 km

hingga 1,5 km di atas permukaan laut. Jenis awan ini memberikan pemandangan yang bagus pada siang hari karena ketinggiannya yang

sangat rendah, sehingga sangat mudah dan jelas untuk diamati. Ada dua jenis awan perkembangan vertikal yaitu awan cumulus dan awan

cumulonimbus (Bety, 2018)

Cumulus Cumulonimbus

Sumber:

2.1.2.1. Awan Cumulonimbus

Awan cumulonimbus merupakan jenis awan besar yang berkembang di daerah rendah. Penentuan awan melalui pengamatan

visual di lapangan disebut pembentukan awan. Citra satelit yang dihasilkan oleh masing-masing saluran memiliki sensitivitas tersendiri.

Secara umum, awan cumulonimbus bersuhu rendah dan pembentukan awan ini mempengaruhi udara permukaan (Bety, 2018). Awan

cumulonimbus bentuknya menyerupai kubah atau menara. termasuk golongan awan pembawa hujan. warna dasarnya putih, namun apabila

sebagian terkena sinar matahari maka akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu. terbentuk karena proses konveksi dan juga disebabkan

oleh ketidakstabilan di lapisan atmosfer (Bety, 2018).

Awan kumulonimbus adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan

cuaca dingin lainnya. Kumulonimbus berasal dari bahasa Latin, "cumulus" berarti terakumulasi dan "nimbus" berarti hujan. Awan ini

terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. (Yusuf, 2012)


Cumulonimbus

Sumber:

2.2. Pengaruh Awan terhadap Cuaca dan Iklim

Cuaca dan iklim adalah keadaan atau keadaan fisik atmosfer yang merupakan hasil interaksi berbagai unsur atau komponen

unsur, antara lain radiasi atau lamanya penyinaran matahari, suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, awan, curah hujan, dan penguapan

(Sabaruddin, 2020). Awan memiliki pengaruh yang besar sebagai unsur cuaca karena pada dasarnya awan merupakan hasil luapan dari air yag

mekemudian menjadi hujan. Peluapan ini dapat terjadi dengan dua cara, ketika cuaca panas, uap air di udara lebih banyak karena air lebih

cepat menguap. Air bermuatan panas naik sampai mencapai lapisan suhu yang lebih rendah, uap mencair, dan jumlah molekul air yang tak

terbatas terbentuk (Azhar, 2016).

Perubahan iklim juga disebabkan oleh perubahan permukaan atmosfer yang pada akhrinya menyebabkan Perubahan jangka

panjang dalam pola cuaca rata-rata yang mempengaruhi iklim bumi pada skala lokal, regional, dan global (Odi, 2021). Dalam hal ini

permukaan atmosfer yang semula ditutupi oleh lapisan ozon yang kini kian menipis dan hampir terbuka, hal ini juga mempengaruhi kecepatan

siklus awan yang akan mempengaruhi siklus hidrologi (Nugroho, 2022)

2.3. Siklus Awan

Siklus awan adalah proses pergerakan air yang terus menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Triadmodjo, 2008) yang menyatakan bahwa siklus awan berasal dari pergerakan air dari bumi ke atmosfer. Siklus air tidak

hanya terus menerus, tetapi juga siklus terus menerus di wilayah manapun. Hal ini sejalan dengan pendapat (Wisler dan Brater, 2013) yang

menyatakan bahwa siklus air terjadi secara merata. Siklus air dimulai dengan penguapan air ke udara. Air yang menguap kemudian

mengembun di udara, yang kemudian membentuk gugusan yang disebut awan (Triadmodjo, 2008).
Awan yang terbentuk kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju yang disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Hal

ini sejalan dengan pendapat (Kusuma, 2016) yang menyatakan bahwa hujan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Beberapa tetesan air

mencapai permukaan tanah secara langsung (infiltrasi) dan beberapa mengalir sebagai air permukaan. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Nugroho, 2022) bahwa limpasan permukaan yang dihasilkan kemudian memasuki badan air seperti sungai, danau, waduk, dan DAS hilir

lainnya, mengulangi rangkaian siklus hidrologi.


BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum klimatologi dengan acara alat alat klimatologi dilaksanakan pada hari rabu, 14 September 2022. Secara luring di

ruang RSG.

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam Praktikum acara ini terdiri atas alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah thermohygrometer.

Untuk mengukur tingkat kelembapan dan suhu pada awan yang di amati. Bahan yang digunakan dalam laboratorium ini terdiri dari komponen

alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam praktek pengenalan instrumen klimatologi adalah pensil yang berfungsi sebagai alat dan alat untuk

merekam pengamatan, dan kamera sebagai alat untuk menyimpan gambar dari objek yang diamati.

3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam Praktikum Klimatologi ini adalah pengukuran suhu dan kelembapan pada awan yanh di

lakukan di jam 07:00, 12:00, dan 17:00. Metode pengenalan alat klimatologi ke dalam praktek adalah bahwa alat klimatologi diamati, isu-isu

penting dari penggunaan alat dicatat, dan dokumen diformalk


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Perawanan Minggu ke-I

Berdasarkan pengamatan awan, dan pencatatan indikator suhu, kelembaban, dan curah hujan yang tampak pada minggu ke-I didapatkan

pengelompokan data berdasarkan tabel berikut:

Tabel 1. Pengamatan Perawanan Minggu ke-I

Hari ke- Waktu pengamatan Rata-rata suhu Rata-rata

Pagi Siang Sore (°C) kelembaban (%)

1. 30 40

Awan stratus Awan stratus Awan stratus


2. dst Dst dst
3.
4.
5.
6.
7.

Rata-rata (Minggu ke-I)

Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.

Penjelasan isi tabel 🡪 perlu diperhatikan, bahwa foto awan yang telah diobservasi dimasukkan ke tabel dengan metode seperti di atas, kemudian beri

penjelasan jenis awan apakah yang tampak pada gambar tsb. Resolusi gambar disarankan diubah menjadi 640x480 pixels (dapat diubah menggunakan

Adobe Photoshop dan software sejenisnya), kemudian diubah menjadi ukuran 2 x 2,67 cm pada tabel diatas. Lalu dicatat pula rata-rata suhu dan rata-rata

kelembaban yang telah dicatat sebelumnya, yang dicantumkan dalam tabel merupakan rata-rata suhu dan kelembaban harian dari masing-masing waktu

pengamatan (pagi, siang, dan sore). Kemudian pada kolom yang paling bawah, hitung kembali rata-rata keseluruhan suhu dan kelembaban secara vertikal

(kebawah) dari rata-rata suhu dan kelembaban harian.

Apa sajakah yang dibahas?

Bahaslah nilai rata-rata suhu dan kelembaban mingguan yang telah kalian hitung diatas, kemudian perhatikan awan jenis apakah yang paling sering

muncul dalam pengamatan satu minggu. Lalu buatlah hipotesis apakah jenis awan yang sering muncul tersebut mempengaruhi/tidak mempengaruhi

indikator cuaca dan iklim (suhu dan kelembaban), bila iya, buktikan dengan sitasi yang ada, bila tidak, jelaskan mengapa tidak ada kaitan antara suhu dan

kelembaban terhadap jenis awan yang tampak (tentunya buktikan dengan sitasi juga).
Contoh pembahasan 🡪 Berdasarkan pengelompokan data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata suhu dan kelembaban minggu ke I di

lingkungan pengamatan adalah .... dan ...., dan jenis awan yang paling sering muncul dalam pengamatan satu minggu adalah awan jenis ...., berdasarkan

analisis terhadap pengaruh tipe awan terhadap tingkat suhu dan kelembaban, dapat dikatakan bahwa jenis awan .... yang paling sering muncul pada

pengamatan satu minggu mempengaruhi/tidak mempengaruhi rata-rata suhu dan kelembaban yang dicatat. Hal ini disebabkan karena... (kaitkan dengan

sitasi yang diperoleh).(3)

4.2. Pengamatan Perawanan Minggu ke-II

Kurang lebih sama dengan penjelasan (3).

4.3. Perbandingan Pengamatan Minggu I dan II

Berdasarkan kedua kelompok pengamatan minggu ke-I dan II yang telah dibahas, dapat dibandingkan hasil pengamatannya berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 3. Perbandingan Pengamatan Minggu ke I dan II

Paramater Minggu ke I Minggu ke II

Suhu (°C)
Kelembaban (%)
Curah hujan (mm/hari)
Jenis awan yang paling sering muncul Awan X Awan Y

Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.

Apa sajakah yang dibahas?

Buatlah hipotesis apakah hasil pengamatan minggu ke-I dan II saling berkaitan apa tidak (hasilnya signifikan apa berbeda), bila signifikan, berikan

penjelasan yang dikaitkan dengan cuaca dan iklim di lokasi tersebut yang sedang terjadi dalam periode pengamatan kalian. Semisal, pada saat pengamatan

cuacanya berawan, dan dalam iklim basah/musim hujan, sehingga hasil parameter pengamatan minggu ke I dan II tidak berbeda/signifikan hasilnya

(karena pengamatan hanya empat belas hari). Bila hasilnya berbeda jauh, berikan penjelasan mengapa bisa seperti itu, garis bawahi parameter yang paling

menunjukkan perbedaan (suhu, kelembaban, curah hujan, atau jenis awan) dan analisis mengapa berbeda. Semua hipotesis didukung oleh sitasi yang ada.

Contoh pembahasan 🡪 Berdasarkan perbandingan pengamatan minggu ke I dan II, dapat dianalisis bahwa perbandingan pengamatan minggu ke I dan II

berdasarkan parameter yang dicatat memiliki hasil yang tidak berbeda/berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena... (tuangkan hipotesis kalian, dan

didukung oleh sitasi)

4.4. Siklus Awan

Berdasarkan pengamatan siklus awan dan pencatatan indikator suhu, kelembaban dan curah hujan yang tampak setiap lima menit sekali pada

pagi, siang dan sore hari pengelompokan data berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4. Pengamatan Siklus Awan

Waktu Pengamatan Rata-rata


Rata-rata
Menit ke- Suhu
Pagi Siang Sore o Kelembapan (%)
( C)

10

15

Rata-rata

Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2020.

4.5. Perbandingan Data AWS dengan Pengamatan

Berdasarkan....

Tabel....

Parameter AWS () Pengamatan Rata-rata


o
Suhu ( C)
Kelembaban (%)

Sumber:
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum tentang pengamatan perawanan, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis awan yang berbeda mempengaruhi/tidak mempengaruhi

indikator cuaca dan iklim yang terjadi pada lokasi pengamatan.... (Dan bisa dilanjutkan sendiri kesimpulannya)

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk menunjang hasil praktikum yang lebih baik adalah .... (berikan saran terhadap jalannya praktikum yang dapat

mempengaruhi hasil, bukan saran untuk asisten ataupun saran untuk penulisan laporan yaa)

DAFTAR PUSTAKA

Boy, P. S. 2020. Peran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Tanjung Emas Semarang Dalam Memperkirakan dan

Menginformasikan Laporan Berita Keadaan Cuaca ke Nelayan dan Kapal Niaga Untuk Menunjang Keselamatan Pelayaran. Karya tulis.

Nardi, N., A. Z. Nazori. 2016. Otomasi klasifikasi awan citra satelit mtsat dengan pendekatan fuzzy logic

Nugraheny, D. 2015. Metode nilai jarak guna kesamaan atau kemiripan ciri suatu citra (kasus deteksi awan cumulonimbus menggunakan

principal component analysis). J. Angkasa, 2 (2) : 21 – 30.

Rozi, M. F. 2019. Prediksi pertumbuhan awan cumulonimbus pada citra himawari ir enhanced menggunakan deep echo state network

(deepesn). Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.


Saputra, A. D., I. Muthohar, S. Priyanto, dan M. Bhinnety. 2015. Pengaruh kondisi cuaca penerbangan terhadap beban kerja mental pilot. J.

Transportasi, 15 (3) : 159 – 168.

Susanti, I., L. R. Tursilowati, dan N. Cholianawati. 2014. Analisis pengaruh aerosol pada awan di Indonesia. J. Sains Dirgantara, 12 (1) : 22 –

31.

Y lek, I. Moniaga, Sabua. 2014. Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur

Yudha, K., Tiara, A., Fadhlil, R. M. 2017. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 4 (2)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Pengamatan Indikator Cuaca dan Iklim Harian

Hari Suhu Rata-rata Kelembaban (pukul) Rata-rata


ke- (pukul)

7 12 17 7 12 17

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.

Lampiran 2. Form Pengamatan Indikator Cuaca dan Iklim Minggu ke-I

Parameter Hari ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

Suhu (°C)
Kelembapan (%)

Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.


Lampiran 3. Form Pengamatan Indikator Cuaca dan Iklim Minggu ke-II

Parameter Hari ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

Suhu (°C)
Kelembapan (%)

Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.

Lampiran 4. Perbandingan Pemangatan Minggu

Parameter Minggu ke I Minggu ke II

Suhu (˚C)

Kelembaban (%)

Jenis awan yang paling sering muncul

Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.

Lampiran 5. Suhu dan Kelembaban Siklus Awan

Menit Suhu Rata-rata Kelembaban (pukul) Rata-rata

ke- (pukul)

7 12 17 7 12 17

10

15

20

25

30

Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2022.

Anda mungkin juga menyukai