Anda di halaman 1dari 39

AWAN

Susilo Budiyanto
SIKLUS HIDROLOGI

Siklus hidrologi adalah


tahap-tahap yang dilalui
oleh air dalam berbagai
bentuk, dari atmosfer,
ke bumi dan kembali ke
atmosfer (Wilson, 1969;
Seyhan, 1977).
AWAN DAN PRESIPITASI
Awan adalah suatu bentukan hasil proses kondensasi yang digambarkan
sebagai kumpulan butiran air atau kristal es kecil (Lutgens dan Tarbuck,
1982)
Presipitasi adalah istilah digunakan untuk seluruh air dalam bentuk
cair atau padat (kristal es) berukuran cukup besar yang jatuh ke
permukaan bumi (Stull, 2000)

Hydrometeor meliputi bentuk butir awan dan kristal yang sangat


kecil hingga presipitasi terbesar seperti hail.

Virga adalah hidrometeor yang cukup besar dan berat untuk keluar dari
awan tapi menguap sebelum mencapai permukaan bumi
PEMBENTUKAN AWAN
gerak udara yang
PROSES PEMBENTUKAN AWAN DAN HUJAN memberikan kondisi
1. proses dinamik dan umum untuk
pembentukan awan
2. proses mikrofisik

FAKTOR-FAKTOR PENTING : proses pembentukan


1. kadar uap air di atmosfer (~ evaporasi) butiran individu
melalui kondensasi
2. distribusi aerosol higroskopis uap dan tumbuh oleh
3. gerak udara vertikal interaksi antar
individu
DISTRIBUSI AEROL
Atmosfer mengandung partikel-partikel yang disebut
aerosol, sebagian aerosol bersifat higroskopis artinya
mampu menyerap air, dan menjadi inti kondensasi.

Sumber aerosol dapat berupa kebakaran hutan, sisa


pembakaran, percikan gelombang laut, serbuk sari
(pollen), dan sebagainya.

Ukuran jari-jari aerosol adalah sekitar 10-4 - 10 μm.


(Wallace dan Hobbs 1977)

Aerosol terkecil dengan diameter < 0.2 μm disebut


Aitken, sesuai dengan nama penemunya John Aitken
seorang ahli fisika dari Scottlandia.
GERAK UDARA VERTIKAL
Kecenderungan masa udara bergerak secara vertikal dinamakan Stabilitas atmosfer

1 2 3

Kondisi Stabil Kondisi Tidak stabil Kondisi netral ditunjukkan


Jika suatu massa udara, yg Jika massa udara dapat oleh laju penurunan suhu
dianggap bertahan pada berkembang secara vertikal, yang sama antara masa
posisinya secara vertikal. yang terjadi ketika suhu udara dan lingkungannya
Hal ini terjadi ketika suhu masa udara lebih tinggi
masa udara lebih rendah dibandingkan suhu
dibandingkan dengan suhu lingkungannya
lingkungan
STABILITAS ATMOSFER
Stabilitas atmosfer ditentukan dengan mengasumsikan bahwa pergerakan masa udara secara
1 vertikal berlangsung secara adiabatik.

Proses adiabatik adalah proses perubahan tanpa ada pertukaran energi panas (penambahan
2 maupun pengurangan) dengan lingkungannya, tetapi akibat pemampatan atau pengembangan
(Lutgens dan tarbuck, 1982)

Prinsip: perbedaan suhu antara masa udara dan lingkungan, mempengaruhi perbedaan
kerapatan  mempengaruhi gaya apung (bouyancy). Udara lebih hangat mengembang
3 vertikal, sebaliknya udara lebih dingin cenderung mengendap (sink).

Udara tidak jenuh mengalami laju penurunan suhu tetap sebesar 1C setiap naik 100 m (atau
9.8 C per km) dikenal sebagai laju penurunan suhu adiabatik kering (dry adiabatic lapse
4 rate; DALR).
Masa udara berkondensasi  laju penurunan suhu berkurang: 0.5C (Rh tinggi) hingga 0.9C
per 100 m (Rh rendah). Laju penurunan suhu disebut laju penurunan suhu adiabatik basah
5 (wet adiabatic lapse rate atau saturated adiabatic lapse rate; SALR). Laju penurunan suhu
lingkungan (environmental lapse rate = ELR).
KONDISI STABIL
KONDISI STABIL
Laju adiabatik kering (Γ)

z Laju penurunan suhu lingkungan (γ)

20.15 20.65

100 m

21.15 21.15

100 m

21.65
22.15

20.15 20.65 21.65


21.15 22.15

ELR < DALR


KONDISI TIDAK STABIL
KONDISI TIDAK STABIL
Laju adiabatik kering (Γ)

Laju penurunan suhu lingkungan (γ)


z

20.1 22.4

100 m

21.1 21.1
100 m

22.1 19.
1
T
19.9 20.1 21.1 22.1 22.4

TIDAK STABIL MUTLAK: ELR > DALR


KONDISI NETRAL
Laju adiabatik kering (Γ)

Laju penurunan suhu lingkungan (γ)


z

20.1 20.1

100 m

21.15 21.1

100 m

22.1 22.1

T
20.1 21.1 22.1

ELR = DALR
PROSES PENGANGKATAN MASSA UDARA
PROSES PENGINTIAN AWAN (NUCLEATION)
Massa udara terangkat, butir-butir aerosol higroskopis menyerap uap air dari
sekitarnya dan saat mencapai kejenuhan terjadi kondensasi.

proses kondensasi yang terjadi pada lingkungan yang murni tanpa inti
kondensasi maka disebut pengintian homogen (homogeneous atau
spontaneous nucleisation), jika terjadi pada inti kondensasi disebut
pengintian heterogen

Pengintian homogen dicapai pada keadaan lewat jenuh sangat tinggi,


sedangkan pengintian heterogen dicapai pada keadaan lewat jenuh rendah
dan berperan penting di atmosfer (Rogers, 1979).

Adanya partikel aerosol sebagai zat terlarut  tekanan uap di atas permukaan
tetes cairan menurun. Jika tetes berbentuk bola (jari-jari r),  perbandingan
tekanan uap jenuh antara tetes cairan dan larutan dapat dicari dengan
persamaan pendekatan (Rogers, 1979)
PROSES PEMBENTUKAN BUTIR AWAN
RH , butir awan tumbuh sampai mencapai keseimbangan, proses ini dapat
berlangsung hingga melewati RH 100%.
Puncak kurva dicapai jika jejari mencapai jejari kritis r* dan rasio jenuh kritis
S*.
Tetes r < r*  tumbuh pada perbandingan jenuh S < S*,  uap air
berdifusi ke arah tetes, dan tumbuh menjadi tetes awan (± 0.02 mm).
Tetes dengan jejari r < r* hanya tumbuh karena kenaikan kelembaban
nisbi, dan disebut partikel haze
inti kondensasi aktif jika tetes yang terbentuk pada inti dapat tumbuh
mencapai jejari kritis r*.

Secara teoritis, jika tetes melewati jejari kritis  pertumbuhan akan berlanjut.

Secara alami dalam awan banyak sekali mengandung tetes yang bersaing
mendapatkan uap air, maka pertumbuhan terus-menerus tidak terjadi.
JENIS KLASIFIKASI AWAN
Berdasarkan proses dinamika dan gerak vertikal (Neiburger, 1976)

Stratiform ; Cumuliform ;
 Awan dangkal dan menyebar  Awan dimensi vertikal dan horizontal hampir
disebut juga awan berlapis seragam (1-10 km).
(layerclouds)  Kecepatan gerak vertikal 1-10 m/dtk untuk periode
 Kecepatan gerak vertikal 1-10 pendek ± menit
cm per detik.  Berasal dari gerak konvektif karena ketidakstabilan
 Dihasilkan oleh pengangkatan hidrostatik; secara potensial udara ringan terangkat
udara konvergensi horizontal dalam pusat sel konvektif & udara berat turun.
atau akibat turbulensi ireguler  masa udara yang mengalami gerakan ke atas dan ke
yang meluas sehingga gerak bawah, beberapa dipindahkan ke atas ±5 km atau
vertikalnya kecil dan awan untuk thunderstorm > 10 km.
tersebar lebih seragam untuk  Atmosfer stabil, pertumbuhan awan terganggu, 
wilayah yang luas. awan tidak potensial untuk turun presipitasi.
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
Berdasarkan proses dinamika dan gerak vertikal (Neiburger, 1976)
Stratiform ; Cumuliform ;
 Awan dangkal dan menyebar  Awan dimensi vertikal dan horizontal hampir seragam
disebut juga awan berlapis (1-10 km).
(layerclouds)  Kecepatan gerak vertikal 1-10 m/dtk untuk periode
 Kecepatan gerak vertikal 1-10 pendek ± menit
cm per detik.  Berasal dari gerak konvektif karena ketidakstabilan
 Dihasilkan oleh pengangkatan hidrostatik; secara potensial udara ringan terangkat
udara konvergensi horizontal dalam pusat sel konvektif & udara berat turun.
atau akibat turbulensi ireguler  masa udara yang mengalami gerakan ke atas dan ke
yang meluas sehingga gerak bawah, beberapa dipindahkan ke atas ±5 km atau untuk
vertikalnya kecil dan awan thunderstorm > 10 km.
tersebar lebih seragam untuk  Kondisi atmosfer stabil, pertumbuhan awan terganggu,
wilayah yang luas.  awan tidak potensial untuk turun presipitasi.
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
Berdasarkan bentuk dan ketinggian awan

Tahun 1894, Komisi


Cuaca Internasional
membagi bentuk
awan menjadi 4
kelompok utama,
yaitu awan tinggi,
awan sedang, awan
rendah, dan awan
dengan
perkembangan
vertikal.
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
Berdasarkan bentuk dan ketinggian awan
Kelompok Awan Tinggi
•Kawasan tropis terletak di ketinggian 6-18 km,
•Kawasan iklim sedang terletak pada ketinggian 5-13 km,
•Kawasan kutub terletak pada 3-8 km

Kelompok Awan Sedang


• Kawasan tropis terletak di ketinggian 2-8 km,
• Kawasan iklim sedang terletak di ketinggian 2-7 km,
• Kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4 km

Kelompok Awan Rendah


• Awan rendaha terletak pada ketinggian kurang 3 km

Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal


• Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan
dengan perkembangan vertical.
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
Berdasarkan bentuk dan ketinggian awan
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN TINGGI

a. Awan Sirrus (Ci)


 Awan halus, berstruktur seperti serat, bentuk
mirip bulu burung. Awan sering tersusun
seperti pita melengkung di langit, sehingga
seakan-akan tampak bertemu pada satu atau
dua titik horizon
 Awan tidak menimbulkan hujan.
 Awan terdiri daripada halbor air yang terjadi
disebabkan suhu terlalu dingin pada atmosfer.
 Awan Sirus ditiupkan angin timuran yang
bergelora. Awan berwarna putih dengan
pinggiran tidak jelas.
Awan Sirrus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN TINGGI

b.Awan Sirostratus (Cs)


 Bentuknya seperti kelembu putih
halus dan rata menutup seluruh
langit sehingga tampak cerah, bisa
juga terlihat seperti anyaman yang
bentuknya tidak teratur.
 Awan ini menimbulkan hallo
(lingkaran bulat) yang mengelilingi
matahari dan bulan yang biasanya
terjadi di musim kemarau.

Awan Sirostratus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN TINGGI

c. Awan Sirokumulus (Cc)


 Awan ini bentuknya seperti terputus-putus dan
penuh dengan kristal-kristal es sehingga
bentuknya seperti sekelompok domba dan
sering menimbulkan bayangan.
 Mengandung butiran air super-dingin,
bercampur kristal es. Butiran air cepat
membeku. Awan berumur singkat, cepat
berubah menjadi cirrostratus. Mengandung
hujan tdk sampai permukaan bumi (virga),
bercampur salju. lapisan awan berukuran kecil
menyerupai biji padi tanpa bayangan spt sirrus
Awan Sirokumulus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN SEDANG

a.Awan Altokumulus (Ac)


 Awan ini kecil-kecil, jumlah banyak
 Awan Altokumulus berwarna kelabu atau putih
dilihat pada waktu senja.
 Biasanya berbentuk seperti bola agak tebal.
bergerombol dan sering berdekatan sehingga
tampak saling bergandengan.
 Tiap elemen nampak jelas tersisih antara satu
sama lain, warna keputihan – kelabu, pembeda
dengan Sirokumulus.
Awan Altokumulus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN SEDANG

b.Awan Altostratus (As)


 Awan Altostratus berwarna
kekelabuan dan meliputi hampir
keseluruhan langit.
 Awan ini menghasilkan hujan
apabila cukup tebal.
 Awan-awan di atas terbentuk pada
waktu senja dan malam hari dan
menghilang apabila matahari terbit
di awal pagi.

Awan Altostratus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN RCENDAH

a. Awan Stratokumulus (Sc)


 Awan ini berbentuk seperti bola-
bola yang seringg menutupi
daerah seluruh langit, sehingga
tampak seperti gelombang.
 Lapisan awan ini tipis dan tidak
menghasilkan hujan.
 Awan ini berwarna kelabu/putih
yang terjadi pada petang dan
senja apabila atmosfer stabil.

Awan Stratokumulus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN RCENDAH

a. Awan Stratus (St)


 Awan ini cukup rendah dan
sangat luas. Tingginya di bawah
2000 m.
 Lapisannya melebar seperti
kabut dan berlapis.

Awan Stratus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN RENDAH

b.Awan Nimbostratus (Ns)


 Bentuknya tidak menentu
ddengan pinggir compang-
camping.
 Di Indonesia awan ini hanya
menimbulkan gerimis.
 Awan ini berwarna putih gelap
yang penyebarannyaa di langit
cukup luas.

Awan Nimbostratus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN PERKEMBANGAN VERTIKAL

a.Awan Kumulus (Cu)


 Merupakan awan tebal dengan
puncak yang agak tinggi. Terlihat
gumpalan putih atau cahaya kelabu
yang terlihat seperti bola kapas
mengambang, awan ini berbentuk
garis besar yang tajam dan dasar
yang datar.
 Dasar ketinggian awan ini umumnya
1000 m dan lebaar 1 km.

Awan Kumulus
JENIS DAN KLASIFIKASI AWAN
KELOMPOK AWAN PERKEMBANGAN VERTIKAL

b.Awan Kumulonimbus (Cn)


 Berwarna putih/gelap.
 Terletak pada ketinggian kira-kira
1000 kaki dan puncaknya punya
ketinggian lebih dari 3500 kaki.
Awan ini menimbulkan hujan
dengan kilat dan guntur.
 Awan ini berhubungan erat dengan
hujan deras, petir, tornado, dan
badai.

Awan Kumulonimbus
PENGERTIAN KABUT
Kabut: uap air yang berada dekat permukaan tanah berkondensasi
(perubahan wujud benda ke lebih padat seperti gas (atau uap)
menjadi cairan mirip awan. Kabut terbentuk karena hawa dingin di
sekitar tempat dan kadar kelembaban tinggi (mendekati 100%).

Kabut terbentuk ketika udara jenuh uap air didinginkan di bawah titik
beku. Kabut terbentuk dari uap air yang berasal dari tanaman, tanah
lembab, sungai, danau, dan lautan. Uap air berkembang dan menjadi
dingin ketika naik ke udara.

Udara dapat menahan uap air dalam jumlah dan suhu tertentu. Udara
pada suhu 30º C mengandung uap air sebanyak 30 g uap air per m3,
pada suhu 20º C udara dapat menahan 17 g uap air per m3.

Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah
maksimum uap air, maka sebagian uap air berubah menjadi embun.
Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan
udara menahan uap air bertambah.
PENGERTIAN KABUT
Pendinginan. Radiasi bumi  udara dekat permukaan tanah lebih
dingin dari lapisan udara di atasnya. Jika angin lemah, pendinginan
terjadi pada lapisan udara tipis, karena lapisan di atasnya lebih
PROSES PENJENUHAN

panas, akibatnya timbul inversi permukaan yang tipis.


Adveksi udara secara horizontal. Terjadi bila udara lembab
bergerak di atas permukaan laut atau tanah yang lebih dingin
dari suhu udara yang bergerak, maka kejenuhan udara akan
UDARA

naik.
Gerakan vertikal udara. Radiasi matahari pada permukaan
bumi mempengaruhi udara di atasnya terjadi konveksi.
Adanya kenaikan udara, terjadi pendinginan udara secara
adiabatis, sehingga menaikkan kejenuhan udara di atmosfer.
Penambahan uap air. Penguapan terjadi dari permukaan
panas/dingin. Jika T air cairan (liquid water) > T udara,  sampai
keseimbangan (P uap jenuh pada T titik embun (ed) = T titik cair
(℮s) dan > T udara (℮a))  uap air berkurang akibat kondensasi 
kabut terbentuk. Bila es > ea penguapan berhenti saat ℮d = ℮s < ℮a.
MACAM-MACAM KABUT
1 Kabut radiasi/permukaan (Radiation Fog atau Ground Fog))
• dihasilkan oleh pendinginan atmosfer dekat permukaan akibat emisi radiasi gelombang
panjang. Cukup dangkal dan berkembang hingga sore hari. Sebelum matahari terbit
kabut radiasi menghilang karena pemanasan permukaan oleh radiasi matahari.
2 Kabut lereng
• terbentuk ketika udara mengalir melalui topografi yang lebih tinggi.  udara didinginkan
secara adiabatic. Terjadi di sisi lereng arah tujuan angin (windward) pegunungan.
3 Kabut adveksi (Steam fog atau sea smoke)
• terbentuk ketika aliran udara pada permukaan berbeda suhunya. Adveksi udara hangat
melalui permukaan dingin menghasilkan kabut.
4 Kabut evaporasi
• Jenis khusus kabut adveksi. Terbentuk ketika udara dingin meluas ke atas suatu
permukaan yang lebih hangat. Kabut terbentuk ketika air menguap masuk ke udara
dingin dan menjadi jenuh.
KabutDisebut juga
frontal (frontal fog)
5
• jenis kabut timbul akibat adanya front  front panas. Hujan turun dan masuk dalam
front panas mengalami evaporasi  menambah kandungan uap air. Kabut terbentuk
ketika uap air atmosfer di atas front mencapai titik jenuh (RH 100%)
MACAM-MACAM KABUT
Kabut Radiasi/permukaan (Radiation fog
atau ground fog) dihasilkan oleh pendinginan
atmosfer dekat permukaan akibat emisi radiasi
gelombang panjang. Cukup dangkal, dan
berkembang hingga sore hari. Sebelum matahari
terbit kabut radiasi hilang karena pemanasan
Kabut radiasi permukaan oleh radiasi matahari.

Kabut lereng: terbentuk ketika udara mengalir


melalui topografi yang lebih tinggi. Kasus ini udara
didinginkan secara adiabatik dan ditemukan di sisi
lereng arah tujuan angin (windward) suatu
pegunungan.
Kabut lereng
MACAM-MACAM KABUT

Kabut Adveksi (steam fog atau sea


smoke); terbentuk ketika udara mengalir
di permukaan yang berbeda suhunya.
Adveksi udara hangat melalui permukaan
dingin menghasilkan kabut.
Kabut adveksi
MACAM-MACAM KABUT
Kabut evaporasi; jenis khusus kabut
adveksi. Terbentuk ketika udara dingin
meluas ke atas suatu permukaan yang lebih
hangat. Kabut terbentuk ketika air menguap
masuk ke udara dingin dan menjadi jenuh.
Kabut evaporasi
Disebut juga

Kabut frontal (frontal fog); adalah jenis


kabut yang timbul akibat adanya front,
khususnya front panas. Hujan turun dan
masuk dalam front panas akan mengalami
evaporasi sehingga menambah kandungan
uap air. Kabut terbentuk ketika jumlah air di
atmosfer di atas front mencapai titik jenuh
(RH 100%)
Kabut evaporasi Kabut di pegunungan

Kabut radiasi Kabut adveksi

Kabut di lembah Kabut di lereng Kabut es


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai