Anda di halaman 1dari 39

faktor-faktor iklim (2)

Faktor-faktor Iklim Yang Mempengaruhi


Pembentukan, Persebaran, dan Retensi
Polutan di Udara
1. Sinar Matahari
2. Suhu Udara
3. Pergerakan massa udara
4. Kelembaban Udara
Peran Matahari dalam pembentukan
dan retensi polutan di udara
• Berperan mutlak dalam memecah NO2 menjadi NO
dan O.
• Atom O yang dibebaskan tersebut bersama dengan
molekul O2 membentuk O3
• Berperan mutlak dalam proses fotosintesis pada
tumbuhan yang merubah CO2 dan air menjadi
Glukosa
• Sinar matahari menyebabkan terjadinya perbedaan
suhu udara yang menyebabkan terjadinya pergerakan
udara (angin)
Suhu Udara
• Suhu udara permukaan merupakan suhu udara pada ketinggian
1,25 sampai dengan 2,0 meter di atas permukaan bumi.
• Fluktuasi suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian,
demikian pula dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau
tahunan.
• Pada periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau
maksimum biasa terjadi setelah beberapa saat setelah
matahari melewati titik kulminasinya sedangkan suhu udara
terendah atau minimum biasa terjadi setelah beberapa saat
sebelum matahari terbit.
• Nilai perbedaan antara suhu udara maksimum dan suhu udara
minimum selama satu hari (24 jam) disebut dengan amplitudo
suhu harian
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
udara di suatu tempat
• Besar kecilnya sudut datang sinar matahari
• Lamanya penyinaran matahari
• Jarak suatu tempat ke laut
•  Keadaan tanah
•  Ketinggian tempat
• Angin lokal
• Derajat keawanan
Suhu Udara
• Suhu udara bervariasi secara horizontal dan vertikal
• Suhu udara yang tinggi dapat mempercepat reaksi
pembentukan polutan sekunder di udara.
• Suhu udara yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi
pembakaran bahan bakar, sehingga entropi hasil
pembakaran yang dihasilkan akan lebih sedikit.
• Suhu udara yang tinggi akan meningkatkan penguapan
air sehingga udara dapat menjadi lembab
• Suhu udara akan menyebabkan terjadinya perbedaan
tekanan udara yang akan bepengaruh terhadap
pergerakan udara
Tiga Pola Suhu Udara di Lapisan Atmosfer
Bumi
• Pola lapse rate merupakan pola turunnya suhu udara dengan
bertambahnya ketinggian dari permukaan, pada lapisan:
Troposfer dan Mesosfer. Ditulis sbg: dT/dZ < 0
• Pola isotermal merupakan pola suhu udara yang relatif
konstan pada berbagai ketinggian, pada lapisan langit-langit
atmosfer seperti: Tropopause, Stratopause dan
Mesopause. Dituliskan sbg: dT/dZ=0
• Pola inversi merupakan pola naiknya suhu udara dengan
bertambahnya ketinggian. Pola ini terjadi di lapisan
Stratosfer dan Termosfer. Dituliskan sbg: dT/dZ > 0
Variasi suhu udara vertikal dan keberadaan
polutan
• Variasi suhu udara secara vertikal berpengaruh
terhadap pergerakan polutan udara secara vertikal
• Secara umum dalam keadaan, suhu akaan
menurun dengan bertambahnya ketinggian.
• Dalam uadara kering sempurna, suhu udara akan
turun sebesar 1 oC setiap kenaikan 100 meter.
• Pada udara yang banyak mengandung uap air
penurunan tersebut sekitar 0,6 oC setiap kenaikan
100 meter
Variasi suhu udara vertikal dan stabilitas
udara
• Variasi suhu udara secara vertikal menyebabkan
tiga kondisi stabilitas udara:
1. Udara stabil, udara yang tidak mudah
bergerak
2. Udara tidak stabil, udara yang sangat mudah
bergerak
3. Udara netral, yaitu udara bergerak ketika ada
tenaga pendorong
Temperature Inversions

Subsidence Inversion
Los Angeles
Descending warm air mass

Inversion layer
Increasing altitude

Sea breeze

Mountain
range

Decreasing temperature
2. Udara stabil
• Udara stabil, yaitu suatu kondisi dimana parsel
udara bergerak dari posisi semula. Bila parsel
udara diberi impuls (tenaga pendorong) maka
setelah impuls tersebut habis, maka parsel udara
tersebut kembali ke posisi semula
• Udara stabil terjadi apabila kecepatan penurunan
suhu udara dengan bertambahnya ketinggian
sangat lambat, yaitu kurang dari keadaan normal.
• Pada saat udara stabil, polutan yang diemisikan
sangat stabil. Kondisi ini disebut dengan formasi
fanning
2. Udara tidak stabil
• Udara tidak stabil, yaitu suatu kondisi dimana parsel
udara sangat mudah bergerak dari posisi semula.
Bila parsel udara diberi impuls (tenaga pendorong)
maka setelah impuls tersebut habis, maka parsel
udara tersebut terus bergerak
• Udara tidak stabil terjadi apabila kecepatan
penurunan suhu udara dengan bertambahnya
ketinggian sangat cepat, yaitu melebihi keadaan
normal.
• Pada saat udara tidak stabil, polutan yang diemisikan
sangat mudah bergerak keatas dan ke bawah.
Kondisi ini disebut dengan formasi looping
3. Udara netral
• Udara netral, yaitu suatu kondisi dimana parsel
udara mudah bergerak dari posisi semula selama
ada impuls (tenaga pendorong). Setelah impuls
tersebut habis, maka parsel udara tersebut akan
diam pada kedudukan yang baru
• Udara netral terjadi apabila kecepatan penurunan
suhu udara dengan bertambahnya sama dengan
keadaan normal
• Pada saat udara netral, polutan yang diemisikan
memebntuk suatu formasi yang disebut dengan
formasi cooning dan fumigation
Gambar Sebaran polutan udara pada berbagai stabilitas atmosfir.
a. Looping
 Terjadi bila penurunan suhu akibat ketinggian (lapse rate)
besar sehingga terjadi kondisi labil yang kuat.
 Atmosfir didominasi struktur pusaran yang relatif besar
disertai konveksi bebas.
 Disebabkan oleh ukuran pusaran yang lebih besar dari
diameter kepulan maka akibatnya transportasi kontaminan
akan bergerak ke atas dan ke bawah pada alur yang berliku-
liku.
 Transportasi yang tidak menentu tersebut dapat
mengakibatkan kepulan yang relatif pekat dan belum
mengalami pengenceran kontak dengan penerima pada jarak
yang sangat pendek dari cerobong sehingga lokasi kontak
konsentrasi kontaminan sesaatnya tinggi.
b. Conning

• Terjadi pada waktu siang atau malam pada semua


musim.
• Karakteristik atmosfir berangin dan atau berawan pada
kondisi stabil mendekati netral.
• Tidak adanya turbulensi menyebabkan atmosfir hanya
mengalami psaran konveksi paksaan kecil yang
ditimbulkan oleh gesekan.
• Tidak adanya penguatan vertikal dari kondisi labil maka
penyebaran vertikal dan lateral dari kepulan hampir
sama sehingga kepulan berbentuk kerucut simetri.
c. Fanning

• Dicirikan atmosfir yang sangat stabil (adanya inversi). Kondisi


ideal terjadi pada daerah anti siklon terutama pada malam hari.
• Pada kondisi di mana turbulensi lemah atau tidak ada sama
sekali, hanya ada sedikit gerakan pada kepulan.
• Udara yang stabil menekan setiap gerakan pengadukan vertikal
sehingga difusi vertikal kecil.
• Tidak adanya transportasi vertikal mengakibatkan konsentrasi
kontaminan pada permukaan tanah sangat kecil kecuali
cerobongnya rendah atau kepulan tertiup angin yang mengarah
ke topografi yang lebih tinggi di mana kepulan akan bertemu
dengan permukaan tanah.
• Kepulan tipe fanning pada umumnya berpotensi menjadi
bentuk kepulan yang lebih berbahaya atau tipe fumigasi.
d. Lofting

• Tipe lofting merupakan kondisi dispersi kontaminan


yang paling baik.
• Tipe ini dijumpai umumnya pada petang hari di mana
terjadi inversi radiasi.
• Lapisan stabil di bawah kepulan menghalangi
transportasi ke bawah, sedangkan lapisan yang agak
labil di atas mengakibatkan kepulan terdispersi ke
atas.
• Kondisi ini seringkali hanya transisi karena bila tinggi
inversi melebihi tinggi efektif cerobong maka kepulan
akan berubah menjadi fanning.
e. Fumigasi

• Adalah kondisi kebalikan dari lofting.


• Pada fumigasi inversi di atas kepulan
menghalangi dispersi ke atas.
• Profil penurunan suhu di bawah inversi
mengakibatkan terjadinya pencampuran
vertikal sehingga kepulan akan turun ke
permukaan tanah.
Angin
• Angin didefinisikan sebagai gerakan massa
udara secara horisontal (gerak vertikal dapat
diabaikan karena setara dengan gaya
gravitasi).
• Diukur dalam dua parameter, kecepatan
dengan alat ukur Anemometer dan arah
dengan alat ukur panah angin (wind vane)
serta kantong angin (wind sock).
Angin
• Sebelum alat ukur anemometer ditemukan
kecepatan dan arah angin dapat ditentukan
dengan pendugaan.
• Pendugaan kecepatan dan arah angin
didasarkan pada indikator gerakan yang dapat
diamati baik di daratan maupun di lautan.
• Pendugaan seperti ini ditemukan pertama kali
oleh Admiral Sir F. Beaufort. Penemuan ini
dikenal dengan Skala Beaufort.
Angin

• Massa udara dapat bergerak karena adanya


perbedaan tekanan antara dua tempat.
• Udara bergerak dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
• Salah satu penyebab terjadinya perbedaan
tekanan adalah perbedaan suhu udara.
• Suhu udara yang tinggi memiliki kerapatan massa
yang rendah sehingga tekanannya menjadi rendah.
Pengaruh angin terhadap pembentukan
dan retensi polutan di udara
• Angin dapat mengurangi kepekatan polutan
disekitar sumber emisi, sehingga polutan
dihasilkan terdistribusi ke tempat yang jauh
• Angin dapat membawa polutan ke tempat
yang jauh dari sumber emisi, sehingga tempat
yang jauh dari sumber emisi pun dapat
tercemar.
Kelembaban Udara
• Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air di
udara.
• Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu:
1. Kelembaban absolut
2. Kelembaban spesifik
3. Kelembaban relatif
Kelembaban Absolut
• Yitu banyaknya massa uap air per satuan volume
udara.
• Prinsip pengukurannya dilakukan dengan mengambil
udara dalam volume tertentu, kemudian dilakukan
pemisahan antara udara dengan massa uap air.
• Massa uap air yang diperoleh, seterusnya ditentukan
beratnya, sehingga satuan yang digunakan adalah
berat uap air per volume udara.
Misalnya: Kg/m3
Kelembaban spesifik
• Yitu perbandingan antara massa uap air dengan massa
udara lembab dalam satuan volume tertentu.
• Prinsip pengukurannya dilakukan dengan mengambil
udara dalam volume tertentu, kemudian dilakukan
pengukuran massa uap dalam udara tersebut, serta
dilakukan pengukuran massa udara
• Massa uap air yang diperoleh, seterusnya
dibandingkan dengan massa udara secara
keseluruhan. Satuan yang digunakan adalah massa
uap air per massa udara (g/kg)
Kelembaban relatif
• Yitu perbandingan antara tekanan uap air aktual
(yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi
jenuh
• Prinsip pengukurannya dilakukan dengan mengukur
tekanan udara saat itu, kemudian dibandingkan
dengan hasil pengukuran tekanan uap air pada
kondisi jenuh.
• Tekanan uap air yang diperoleh, seterusnya
dibandingkan dengan tekanan udara dalamm kondisi
jenuh lalu dikalikan dengan 100%.
Pengaruh kelembaban terhadap
pembentukan dan retensi polutan di udara
• Kelembaban yang tinggi dapat mempercepat
terjadinya pengendapan polutan yang berbentuk
partikel.
• Kelembaban yang tinggi dapat melarutkan
polutan yang mudah larut dalam air, seperti SO2,
CO2, NO2.
• Kelembaban yang tinggi dapat mengurangi
efisiensi pembakaran, sehingga menyebabkan
polutan yang terbentuk lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai