bola kecil (butir kecil).
Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga
dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika
pada saat itu terdapat kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh
dari awan konvektif (awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai
petir) yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan,
hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas
angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh
sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim
gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang
mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf monsun,
atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana. Hujan
adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di dunia, menyediakan
kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik
hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan.
Jumlah curah hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit
cuaca.
Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan
intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga dapat mengakibatkan
perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika
Utara dan suasana kering di wilayah tropis. Hujan adalah komponen utama
dalam siklus air dan penyedia utama air tawar di planet ini. Curah hujan rata-rata
tahunan global adalah 990 milimeter (39 in). Sistem pengelompokan iklim seperti
sistem pengelompokan iklim Köppen menggunakan curah hujan rata-rata tahunan
untuk membantu membedakan kawasan-kawasan iklim. Antartika adalah benua
terkering di Bumi. Di daerah lain, hujan juga pernah turun dengan
kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.
Pembentukan
Udara lembap
Udara berisikan uap air dan sejumlah air dalam massa udara kering, disebut Rasio
Pencampuran, diukur dalam satuan gram air per kilogram udara kering (g/kg).[1][2] Jumlah
kelembapan di udara juga disebut sebagai kelembapan relatif; yaitu persentase total
udara uap air yang dapat bertahan pada suhu udara tertentu.[3] Jumlah uap air yang
dapat ditahan udara sebelum melembap (100% kelembapan relatif) dan
membentuk awan (sekumpulan air kecil dan tampak dan partikel es yang tertahan di
atas permukaan Bumi)[4] bergantung pada suhunya. Udara yang lebih panas memiliki
lebih banyak uap air daripada udara dingin sebelum melembap. Karena itu, satu-
satunya cara untuk melembapkan udara adalah dengan mendinginkannya. Titik
embun adalah suhu yang dicapai dalam pendinginan udara untuk melembapkan udara
tersebut.[5]
Ada empat mekanisme utama dalam pendinginan udara hingga titik embunnya:
pendinginan adiabatik, pendinginan konduktif, pendinginan radiasional, dan
pendinginan evaporatif. Pendinginan adiabatik terjadi ketika udara naik dan menyebar.
[6]
Udara dapat naik karena konveksi, gerakan atmosfer berskala besar, atau perintang
fisik seperti pegunungan (pengangkatan orografis). Pendinginan konduktif terjadi ketika
udara bertemu permukaan yang lebih dingin,[7] biasanya tertiup dari satu permukaan ke
permukaan lain, misalnya dari permukaan air ke daratan yang lebih dingin. Pendinginan
radiasional terjadi karena emisi radiasi inframerah yang muncul akibat udara ataupun
permukaan di bawahnya.[8] Pendinginan evaporatif terjadi ketika kelembapan masuk
dalam udara melalui penguapan, sehingga memaksa suhu udara mendingin
hingga suhu bulb basah, atau mencapai titik kelembapan.[9]
Cara utama uap air dapat bergabung dengan udara adalah ketika angin berkonvergensi
ke wilayah gerakan ke atas,[10] presipitasi atau virga yang jatuh dari atas,[11] pemanasan
siang hari yang menguapkan air dari permukaan laut, badan air atau tanah basah,
[12]
transpirasi tumbuhan,[13] udara dingin atau kering yang bergerak di perairan panas,
[14]
dan udara yang naik di pegunungan.[15] Uap air biasanya mulai mengembun di nuklei
kondensasi seperti debu, es, dan garam untuk membentuk awan. Bagian-bagian tinggi
front cuaca (tiga dimensi)[16] memaksa wilayah luas melakukan gerakan ke atas di
atmosfer Bumi sehingga membentuk dek awan seperti altostratus atau sirostratus.
[17]
Stratus adalah dek awan stabil yang terbentuk ketika udara dingin dan stabil
terperangkap di bawah massa udara panas. Awan ini juga dapat terbentuk akibat
pengangkatan kabut adveksi ketika kondisi berangin.[18]
Koalesensi
Bentuk butir hujan menurut ukurannya
Koalesensi terjadi ketika butir air bergabung membentuk butir air yang lebih besar, atau
ketika butir air membeku menjadi kristal es yang dikenal sebagai proses Bergeron.
Resistensi udara mengakibatkan butiran air mengambang di awan. Ketika turbulensi
udara terjadi, butiran air bertabrakan dan menghasilkan butiran yang lebih besar.
Butiran air besar ini turun dan koalesensi terus berlanjut, sehingga butiran menjadi
cukup berat untuk melawan resistensi udara dan jatuh sebagai hujan. Koalesensi
umumnya sering terjadi di awan atas titik beku dan dikenal sebagai proses hujan
hangat.[19] Di awan bawah titik beku, kristal es mulai jatuh ketika memiliki massa yang
cukup. Umumnya, kristal membutuhkan massa yang lebih besar daripada koalesensi
yang terjadi antara kristal dan butiran air sekitarnya. Proses ini bergantung kepada
suhu, karena butiran air superdingin hanya ada di awan bawah titik beku. Selain itu,
karena perbedaan suhu yang besar antara awan dan permukaan, kristal-kristal es ini
bisa mencair ketika jatuh dan menjadi hujan.[20]
Butiran hujan memiliki beragam ukuran mulai dari diameter rata-rata 0,1 milimeter
(0,0039 in) hingga 9 milimeter (0,35 in), di atas itu butiran akan terpisah-pisah. Butiran
kecil disebut butiran awan dan berbentuk bola. Butiran hujan besar semakin pepat di
bawah seperti roti hamburger, butiran terbesar berbentuk mirip parasut.[21] Berbeda
dengan kepercayaan masyarakat, bentuk butir hujan yang asli justru tidak mirip air
mata.[22] Butiran hujan terbesar di Bumi tercatat di Brasil dan Kepulauan Marshall pada
tahun 2004—beberapa di antaranya sebesar 10 milimeter (0,39 in). Ukuran besar ini
disebabkan oleh pengembunan partikel asap besar atau tabrakan antara sekelompok
kecil butiran dengan air tawar yang banyak.[23]
Intensitas dan durasi hujan biasanya berkaitan terbalik yang berarti badai intensitas
tinggi memiliki durasi pendek dan badai intensitas rendah memiliki durasi panjang.[24]
[25]
Butir hujan pada hujan es cair cenderung lebih besar daripada butiran hujan lain.
[26]
Butir hujan jatuh pada kecepatan terminalnya, lebih besar untuk butiran besar karena
massanya yang lebih besar terhadap rasio tarikan. Di permukaan laut tanpa
angin, gerimis 0,5 milimeter (0,020 in) jatuh dengan kecepatan 2 meter per detik
(4,5 mph), sementara butiran besar 5 milimeter (0,20 in) jatuh pada kecepatan 9 meter
per detik (20 mph).[27] Suara butir hujan menabrak air disebabkan oleh gelembung air
berosilasi di bawah air.[28][29] Kode METAR untuk hujan adalah RA, sementara kode untuk
hujan deras adalah SHRA.[30]
Sebab
Aktivitas frontal
Artikel utama: Front cuaca
Hujan stratiform (perintang hujan besar dengan intensitas yang relatif sama) dan
dinamis (hujan konvektif yang alaminya deras dengan perubahan intensitas besar
dalam jarak pendek) terjadi sebagai akibat dari naiknya udara secara perlahan
dalam sistem sinoptis (satuan cm/detik), seperti di sekitar daerah front dingin dan
dekat front panas permukaan. Kenaikan sejenis juga terjadi di sekitar siklon tropis di
luar dinding mata, dan di pola hujan sekitar siklon lintang tengah.[31] Berbagai jenis cuaca
dapat ditemukan di sepanjang front tutupan dengan kemungkinan terjadinya badai petir,
namun biasanya jalur mereka dikaitkan dengan penguapan massa air. Front tutupan
biasanya terbentuk di sekitar daerah bertekanan rendah.[32] Hal yang memisahkan curah
hujan dari presipitasi lainnya, seperti butir es dan salju, adalah adanya lapisan tebal
udara yang tinggi dengan suhu di atas titik cair es, yang mencairkan hujan beku
sebelum mencapai tanah. Jika ada lapisan dangkal dekat permmukaan yang suhunya
di bawah titik beku, hujan beku (hujan yang membeku setelah bersentuhan dengan
permukaan di lingkungan sub-beku) akan terjadi.[33] Hujan es semakin jarang terjadi
ketika titik beku di atas atmosfer melebihi ketinggian 11.000 kaki (3.400 m) di atas
permukaan laut.[34]
Konvektif
Hujan konvektif
Hujan konvektif, atau hujan deras, berasal dari awan konvektif
seperti kumulonimbus atau kumulus kongestus. Hujan ini jatuh deras dengan intensitas
yang cepat berubah. Hujan konvektif jatuh di suatu daerah dalam waktu yang relatif
singkat, karena awan konvektif memiliki bentangan horizontal terbatas. Sebagian besar
hujan di daerah tropis bersifat konvektif; namun, selain hujan konvektif, hujan stratiform
juga diduga terjadi.[31][35] Graupel dan hujan es menandakan konveksi.[36] Di lintang tengah,
hujan konvektif berselang-seling dan sering dikaitkan dengan batasan baroklinis
seperti front dingin, garis squall, dan front panas.[37]
Efek orografis
Artikel utama: Pengangkatan orografis, Jenis hujan (meteorologi), dan Klimatologi
hujan Amerika Serikat
Hujan orografis
Hujan orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan oleh gerakan
udara lembap berskala besar ke atas melintasi pegunungan, mengakibatkan
pendinginan dan kondensasi adiabatik. Di daerah berpegunungan dunia yang
mengalami angin relatif tetap (misalnya angin dagang), iklim yang lebih lembap
biasanya lebih menonjol di sisi atas angin gunung daripada sisi bawah angin gunung.
Kelembapan tidak ada karena pengangkatan orografis, meninggalkan udara yang lebih
kering (lihat angin katabatik) di sisi bawah angin yang menurun dan menghangatkan
serta menjadi tempat pengamatan bayangan hujan.[15]
Di Hawaii, Gunung Wai'ale'ale, di pulau Kauai, terkenal karena curah hujannya yang
ekstrem dan memiliki curah hujan rata-rata tahunan tertinggi kedua di dunia, 460 inci
(12.000 mm).[38] Sistem badai Kona membasahi negara bagian ini dengan hujan deras
antara Oktober dan April.[39] Iklim setempat bervariasi di masing-masing pulau karena
topografinya, terbagi menjadi kawasan atas angin (Koʻolau) dan bawah angin (Kona)
berdasarkan lokasi relatif terhadap pegunungan tinggi. Sisi atas angin memaparkan
wilayah timur terhadap angin dagang timur laut dan menerima lebih banyak hujan; sisi
bawah angin lebih kering dan cerah, dengan sedikit hujan dan cakupan awan.[40]
Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menghalangi kelembapan Pasifik yang
datang ke benua ini, mengakibatkan iklim gurun di bawah angin melintasi Argentina
Barat.[41] Pegunungan Sierra Nevada menciptakan efek yang sama di Amerika Utara
denngan membentuk Great Basin dan Gurun Mojave.[42][43]
Wilayah tropis
Penyebaran hujan bulanan
di Cairns memperlihatkan batas musim hujan di daerah tersebut
Lihat pula: Monsun dan Siklon tropis
Artikel utama: Musim hujan
Musim hujan adalah masa dalam suatu tahun yang terjadi selama satu atau beberapa
bulan ketika sebagian besar hujan rata-rata tahunan suatu daerah jatuh di tempat
tersebut.[44] Istilah musim hijau juga kadang digunakan sebagai eufemisme oleh pihak
pariwisata.[45] Wilayah dengan musim hujan tersebar di beberapa
kawasan tropis dan subtropis.[46] Iklim dan wilayah sabana dengan
cuaca monsun memiliki musim panas hujan dan musim dingin kemarau. Hutan hujan
tropis teknisnya tidak memiliki musim kemarau atau hujan, karena hujan tersebar
merata sepanjang tahu.[47] Sejumlah daerah dengan musim hujan akan mengalami jeda
dalam pertengahan musim hujan ketika zona konvergensi intertropis atau truf
monsun bergerak ke kutub dari lokasinya selama pertengahan musim panas.[48] Ketika
musim hujan terjadi selama musim panas, hujan lebih sering turun selama akhir sore
dan awal malam. Musim hujan adalah masa ketika kualitas udara[49] dan air
segar membaik,[50][51] dan tanaman tumbuh subur.
Siklon tropis, sumber curah hujan sangat deras, terdiri dari massa udara besar
beberapa ratus mil dengan tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup ke pusat
searah jarum jam (belahan Bumi selatan) atau berlawanan arah jarum jam (belahan
Bumi utara).[52] Meski siklon dapat mengakibatkan kematian dan kerusakan properti yang
besar, inilah faktor penting dalam penguasaan hujan atas suatu daerah, karena siklon
dapat membawa hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah kering.[53] Wilayah di
sepanjang jalurnya dapat menerima jatah hujan setahun penuh melalui satu kali
peristiwa siklon tropis.[54]
Pengaruh manusia
Citra Atlanta, Georgia memperlihatkan penyebaran
suhu, warna biru berarti suhu dingin, merah hangat, dan putih panas.
Lihat pula: Pemanasan global dan Pulau panas perkotaan
Zat partikulat yang dihasilkan oleh gas buang mobil dan sumber-sumber polusi lain
membentuk nuklei kondensasi awan, yang mendorong pembentukan awan dan
meningkatnya kemungkinan hujan. Akibat polusi lalu lintas penglaju dan komersial
menumpuk sepanjang minggu, kemungkinan hujan meningkat: hujan memuncak pada
Sabtu setelah lima hari penumpukan polusi. Di daerah padat penduduk dekat pesisir,
seperti Pesisir Timur Amerika Serikat, dampaknya bisa dramatis: ada kemungkinan
hujan 22% lebih tinggi pada hari Sabtu daripada Senin.[55] Dampak pulau panas
perkotaan memanaskan kota sebesar 0,6 °C (1,1 °F) hingga 5,6 °C (10,1 °F) di atas
kawasan pinggiran kota dan pedesaan sekitarnya. Panas tambahan ini mendorong
gerakan yang lebih besar ke atas dan menyebabkan aktivitas hujan deras dan badai
petir tambahan. Tingkat curah hujan di bawah angin kota meningkat antara 48% dan
116%. Sebagai akibat pemanasan ini, curah hujan bulanan 28% lebih besar antara 20
mil (32 km) hingga 40 mil (64 km) di bawah angin kota, jika dibandingkan dengan atas
angin.[56] Sejumlah kota mengakibatkan curah hujan total meningkat sebesar 51%.[57]
Karakteristik
Pola
Prakiraan hujan
Artikel utama: Prakiraan presipitasi kuantitatif
Dampak
Pertanian
Klimatologi global
Lihat pula: Klimatologi curah hujan Bumi
Air sebanyak 505.000 kilometer kubik (121.000 cu mi) jatuh sebagai hujan setiap
tahunnya di seluruh dunia, 398.000 kilometer kubik (95.000 cu mi) jatuh ke lautan.
[117]
Jika dibandingkan dengan luas permukaan Bumi, curah hujan rata-rata tahunan
secara global mencapai 990 milimeter (39 in). Padang pasir ditetapkan sebagai
wilayah dengan curah hujan rata-rata tahunan kurang dari 250 milimeter (10 in) per
tahun,[118][119] atau sebagai wilayah ketika air lebih banyak yang menguap
akibat evapotranspirasi daripada yang jatuh sebagai presipitasi.[120]
Gurun
Artikel utama: Gurun
Gurun-gurun terbesar
Setengah benua Afrika di bagian utara didominasi gurun pasir atau
wilayah gersang, termasuk Gurun Sahara. Di Asia, wilayah yang curah hujan
minimum tahunannya besar, sebagian besar terdiri dari gurun pasir mulai
dari Gurun Gobi di barat-barat daya Mongolia melintasi barat Pakistan (Balochistan)
dan Iran hingga Gurun Arab di Saudi Arabia. Sebagian besar Australia semi-
gersang atau terdiri dari gurun pasir,[121] sehingga menjadikannya benua berpenghuni
terkering di dunia. Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menahan
kelembapan Samudra Pasifik yang tiba di benua ini, sehingga memunculkan iklim
mirip gurun di wilayah barat Argentina.[41] Wilayah kering di Amerika Serikat adalah
wilayah tempat gurun Sonora menyapu Desert Southwest, Great Basin, dan
Wyoming bagian tengah.[122]
Wilayah basah
Lihat pula: Monsun dan Truf monsun
Wilayah khatulistiwa dekat Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ), atau truf monsun,
adalah wilayah terbasah di dunia. Setiap tahun, sabuk hujan di wilayah tropis
bergerak ke utara pada bulan Agustus, kemudian bergerak kembali ke selatan
menuju Belahan Bumi Selatan pada bulan Februari dan Maret.[123] Di Asia, hujan
tersebar di seluruh wilayah selatan benua ini dari kawasan timur dan timur laut India
hingga Filipina dan Cina selatan sampai Jepang karena monsun mengadveksikan
kelembapan dari Samudra Hindia ke wilayah ini.[124] Truf monsun dapat memanjang
ke utara hingga garis paralel ke-40 di Asia Timur pada bulan Agustus sebelum
bergerak ke selatan. Pergerakannya ke kutub ini didorong oleh monsun musim
panas yang ditandai dengan munculnya tekanan udara rendah (tekanan rendah
panas) di kawasan terpanas Asia.[125][126] Sirkulasi monsun sejenis, namun lebih lemah,
terjadi di Amerika Utara dan Australia.[127][128] Pada musim panas, monsun Barat Laut
bersama kelembapan Teluk California dan Teluk Meksiko bergerak
mengitari pegunungan subtropis di Samudera Atlantik, mengangkut badai petir sore
dan malam di wilayah selatan Amerika Serikat dan Dataran Besar.[129] Daratan
Amerika Serikat di sebelah timur meridian ke-98, pegunungan Barat Laut Pasifik,
dan Sierra Nevada adalah wilayah terbasah di negara ini, dengan curah hujan rata-
rata melebihi 30 inci (760 mm) per tahun.[130] Siklon tropis mendorong terjadinya
hujan di seluruh wilayah selatan Amerika Serikat,[131] serta Puerto Riko, Kepulauan
Virgin Amerika Serikat,[132] Kepulauan Mariana Utara,[133] Guam, dan Samoa Amerika.
Dampak Westerlies
405,0 in
Afrika Debundscha, Kamerun 30 ft (9,1 m)* 32
(10.287 mm)*
Amerika 354,0 in 120 ft
Quibdo, Kolombia 16
Selatan (8.992 mm)* (36,6 m)*
340,0 in Mount Bellenden 5.102 ft
Australia 9
(8.636 mm)* Ker, Queensland (1.555 m)*
Amerika 256,0 in Henderson Lake, British
12 ft (3,66 m)* 14
Utara (6.502 mm)* Columbia
183,0 in 3.337 ft
Eropa Crkvice, Montenegro 22
(4.648 mm)* (1.017 m)*
Sumber (tanpa konversi): Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation, National Climatic
Data Center. August 9, 2004.[144]
Curah hujan
Benua Wilayah Referensi
tertinggi
Hindia Reunion
Hindia Reunion
Lihat pula
Johad Debu hujan
Tarian hujan Hujan merah di Kerala
Sensor hujan Luapan selokan bawah tanah
Pelangi Curah hujan sedimen
Hujan hewan Sumber air
Cuaca
Pembekuan hujan
Catatan
Nilai yang diberikan adalah yang tertinggi di benua ini dan bisa jadi di dunia
abc
Referensi
1. ^ Steve Kempler (2009). "Parameter information page". NASA Goddard Space Flight Center.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-26. Diakses tanggal 2008-12-27.
2. ^ Mark Stoelinga (2005-09-12). Atmospheric Thermodynamics (PDF). University of Washington.
hlm. 80. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-06-02. Diakses tanggal 2010-01-30.
3. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Relative Humidity". American Meteorological Society.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal 2010-01-29.
4. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Cloud". American Meteorological Society. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-04-19. Diakses tanggal 2010-01-29.
5. ^ Naval Meteorology and Oceanography Command (2007). "Atmospheric Moisture". United
States Navy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-15. Diakses tanggal 2008-12-27.
6. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Adiabatic Process". American Meteorological Society.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-18. Diakses tanggal 2008-12-27.
7. ^ TE Technology, Inc (2009). "Peltier Cold Plate". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-01.
Diakses tanggal 2008-12-27.
8. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Radiational cooling". American Meteorological Society.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-12. Diakses tanggal 2008-12-27.
9. ^ Robert Fovell (2004). "Approaches to saturation" (PDF). University of California in Los
Angelese. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-02-25. Diakses tanggal 2009-02-07.
10. ^ Robert Penrose Pearce (2002). Meteorology at the Millennium. Academic Press.
hlm. 66. ISBN 978-0-12-548035-2. Diakses tanggal 2009-01-02.
11. ^ National Weather Service Office, Spokane, Washington (2009). "Virga and Dry
Thunderstorms". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-22. Diakses tanggal 2009-01-02.
12. ^ Bart van den Hurk and Eleanor Blyth (2008). "Global maps of Local Land-Atmosphere
coupling" (PDF). KNMI. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-02-25. Diakses
tanggal 2009-01-02.
13. ^ Krishna Ramanujan and Brad Bohlander (2002). "Landcover changes may rival greenhouse
gases as cause of climate change". National Aeronautics and Space Administration Goddard
Space Flight Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-03. Diakses tanggal 2009-01-02.
14. ^ National Weather Service JetStream (2008). "Air Masses". Diarsipkan dari versi asli tanggal
2015-10-17. Diakses tanggal 2009-01-02.
15. ^ Lompat ke:a b Dr. Michael Pidwirny (2008). "CHAPTER 8: Introduction to the Hydrosphere (e).
Cloud Formation Processes". Physical Geography. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-20.
Diakses tanggal 2009-01-01.
16. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Front". American Meteorological
Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2010-01-29.
17. ^ David Roth. "Unified Surface Analysis Manual" (PDF). Hydrometeorological Prediction
Center. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-05-10. Diakses tanggal 2006-10-22.
18. ^ FMI (2007). "Fog And Stratus - Meteorological Physical Background". Zentralanstalt für
Meteorologie und Geodynamik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-12. Diakses
tanggal 2009-02-07.
19. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Warm Rain Process". American Meteorological Society.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-09. Diakses tanggal 2010-01-15.
20. ^ Paul Sirvatka (2003). "Cloud Physics: Collision/Coalescence; The Bergeron Process". College
of DuPage. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-03. Diakses tanggal 2009-01-01.
21. ^ Alistair B. Fraser (2003-01-15). "Bad Meteorology: Raindrops are shaped like
teardrops". Pennsylvania State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-07.
Diakses tanggal 2008-04-07.
22. ^ United States Geological Survey (2009). "Are raindrops tear shaped?". United States
Department of the Interior. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-14. Diakses tanggal 2008-
12-27.
23. ^ Paul Rincon (2004-07-16). "Monster raindrops delight experts". British Broadcasting
Company. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-21. Diakses tanggal 2009-11-30.
24. ^ J . S. 0guntoyinbo and F. 0. Akintola (1983). "Rainstorm characteristics affecting water
availability for agriculture" (PDF). IAHS Publication Number 140. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2009-02-05. Diakses tanggal 2008-12-27.
25. ^ Robert A. Houze Jr (October 1997). "Stratiform Precipitation in Regions of Convection: A
Meteorological Paradox?" (PDF). Bulletin of the American Meteorological Society. 78 (10): 2179–
2196. doi:10.1175/1520-0477(1997)078<2179:SPIROC>2.0.CO;2. ISSN 1520-0477. Diakses
tanggal 2008-12-27.[pranala nonaktif]
26. ^ Norman W. Junker (2008). "An ingredients based methodology for forecasting precipitation
associated with MCS's". Hydrometeorological Prediction Center. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2012-08-04. Diakses tanggal 2009-02-07.
27. ^ "Falling raindrops hit 5 to 20 mph speeds". Weather Quest. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2007-07-01. Diakses tanggal 2008-04-08.
28. ^ Andrea Prosperetti and Hasan N. Oguz (1993). "The impact of drops on liquid surfaces and the
underwater noise of rain". Annual Review of Fluid Mechanics. 25: 577–
602. Bibcode:1993AnRFM..25..577P. doi:10.1146/annurev.fl.25.010193.003045. Diarsipkan
dari versi asli (PDF) tanggal 2009-01-09. Diakses tanggal 2006-12-09.
29. ^ Ryan C. Rankin (2005). "Bubble Resonance". The Physics of Bubbles, Antibubbles, and all
That. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-21. Diakses tanggal 2006-12-09.
30. ^ Alaska Air Flight Service Station (2007-04-10). "SA-METAR". Federal Aviation Administration.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-01. Diakses tanggal 2009-08-29.
31. ^ Lompat ke:a b B. Geerts (2002). "Convective and stratiform rainfall in the tropics". University of
Wyoming. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-19. Diakses tanggal 2007-11-27.
32. ^ David Roth (2006). "Unified Surface Analysis Manual" (PDF). Hydrometeorological Prediction
Center. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-05-10. Diakses tanggal 2006-10-22.
33. ^ MetEd (2003-03-14). "Precipitation Type Forecasts in the Southeastern and Mid-Atlantic
states". University Corporation for Atmospheric Research. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2011-09-30. Diakses tanggal 2010-01-30.
34. ^ "Meso-Analyst Severe Weather Guide". University Corporation for Atmospheric Research.
2003-01-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-03-20. Diakses tanggal 2009-07-16.
35. ^ Robert Houze (1997). "Stratiform Precipitation in Regions of Convection: A Meteorological
Paradox?". Bulletin of the American Meteorological Society. 78 (10): 2179. doi:10.1175/1520-
0477(1997)078<2179:SPIROC>2.0.CO;2. ISSN 1520-0477.
36. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Graupel". American Meteorological Society. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2008-03-08. Diakses tanggal 2009-01-02.
37. ^ Toby N. Carlson (1991). Mid-latitude Weather Systems. Routledge. hlm. 216. ISBN 978-0-04-
551115-0. Diakses tanggal 2009-02-07.
38. ^ Diana Leone (2002). "Rain supreme". Honolulu Star-Bulletin. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2011-08-23. Diakses tanggal 2008-03-19.
39. ^ Steven Businger and Thomas Birchard, Jr. A Bow Echo and Severe Weather Associated with a
Kona Low in Hawaii. Diarsipkan 2007-06-17 di Wayback Machine. Retrieved on 2007-05-22.
40. ^ Western Regional Climate Center (2002). "Climate of Hawaii". Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2008-03-14. Diakses tanggal 2008-03-19.
41. ^ Lompat ke:a b Paul E. Lydolph (1985). The Climate of the Earth. Rowman & Littlefield.
hlm. 333. ISBN 978-0-86598-119-5. Diakses tanggal 2009-01-02.
42. ^ Michael A. Mares (1999). Encyclopedia of Deserts. University of Oklahoma Press.
hlm. 252. ISBN 978-0-8061-3146-7. Diakses tanggal 2009-01-02.
43. ^ Adam Ganson (2003). "Geology of Death Valley". Indiana University. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2009-12-14. Diakses tanggal 2009-02-07.
44. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Rainy season". American Meteorological Society. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2009-02-15. Diakses tanggal 2008-12-27.
45. ^ Costa Rica Guide (2005). "When to Travel to Costa Rica". ToucanGuides. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2012-03-15. Diakses tanggal 2008-12-27.
46. ^ Michael Pidwirny (2008). "CHAPTER 9: Introduction to the Biosphere".
PhysicalGeography.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-01. Diakses tanggal 2008-12-
27.
47. ^ Elisabeth M. Benders-Hyde (2003). "World Climates". Blue Planet Biomes. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2008-12-17. Diakses tanggal 2008-12-27.
48. ^ Lompat ke:a b J . S. 0guntoyinbo and F. 0. Akintola (1983). "Rainstorm characteristics affecting
water availability for agriculture" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-02-05.
Diakses tanggal 2008-12-27.
49. ^ Mei Zheng (2000). "The sources and characteristics of atmospheric particulates during the wet
and dry seasons in Hong Kong". University of Rhode Island. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2012-01-08. Diakses tanggal 2008-12-27.
50. ^ S. I. Efe, F. E. Ogban, M. J. Horsfall, E. E. Akporhonor (2005). "Seasonal Variations of
Physico-chemical Characteristics in Water Resources Quality in Western Niger Delta Region,
Nigeria" (PDF). Journal of Applied Scientific Environmental Management. 9 (1): 191–
195. ISSN 1119-8362. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-02-17. Diakses
tanggal 2008-12-27.
51. ^ C. D. Haynes, M. G. Ridpath, M. A. J. Williams (1991). Monsoonal Australia. Taylor & Francis.
hlm. 90. ISBN 978-90-6191-638-3. Diakses tanggal 2008-12-27.
52. ^ Chris Landsea (2007). "Subject: D3) Why do tropical cyclones' winds rotate counter-clockwise
(clockwise) in the Northern (Southern) Hemisphere?". National Hurricane Center. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2009-01-06. Diakses tanggal 2009-01-02.
53. ^ Climate Prediction Center (2005). "2005 Tropical Eastern North Pacific Hurricane
Outlook". National Oceanic and Atmospheric Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2009-06-14. Diakses tanggal 2006-05-02.
54. ^ Jack Williams (2005-05-17). "Background: California's tropical storms". USA
Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-26. Diakses tanggal 2009-02-07.
55. ^ R. S. Cerveny and R. C. Balling (1998-08-06). "Weekly cycles of air pollutants, precipitation
and tropical cyclones in the coastal NW Atlantic region". Nature. 394 (6693): 561–
563. doi:10.1038/29043.
56. ^ Dale Fuchs (2005-06-28). "Spain goes hi-tech to beat drought". London: The
Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-04. Diakses tanggal 2007-08-02.
57. ^ Goddard Space Flight Center (2002-06-18). "[[NASA]] Satellite Confirms Urban Heat Islands
Increase Rainfall Around Cities". National Aeronautics and Space Administration. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2008-06-12. Diakses tanggal 2009-07-17. Konflik URL–wikilink (bantuan)
58. ^ Climate Change Division (2008-12-17). "Precipitation and Storm Changes". United States
Environmental Protection Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-18. Diakses
tanggal 2009-07-17.
59. ^ American Meteorological Society (1998-10-02). "Planned and Inadvertent Weather
Modification". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-12. Diakses tanggal 2010-01-31.
60. ^ Glossary of Meteorology (2009). Rainband. Diarsipkan 2011-06-06 di Wayback Machine.
Retrieved on 2008-12-24.
61. ^ Glossary of Meteorology (2009). Banded structure. Diarsipkan 2011-06-06 di Wayback
Machine. Retrieved on 2008-12-24.
62. ^ Owen Hertzman (1988). Three-Dimensional Kinematics of Rainbands in Midlatitude
Cyclones. Diarsipkan 2013-09-01 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-12-24
63. ^ Yuh-Lang Lin (2007). Mesoscale Dynamics. Retrieved on 2008-12-25.
64. ^ Glossary of Meteorology (2009). Prefrontal squall line. Diarsipkan 2007-08-17 di Wayback
Machine. Retrieved on 2008-12-24.
65. ^ J. D. Doyle (1997). The influence of mesoscale orography on a coastal jet and
rainband. Diarsipkan 2012-01-06 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-12-25.
66. ^ A. Rodin (1995). Interaction of a cold front with a sea-breeze front numerical
simulations. Diarsipkan 2011-09-09 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-12-25.
67. ^ St. Louis University (2003-08-04). "What is a TROWAL? via the Internet Wayback Machine".
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-16. Diakses tanggal 2006-11-02.
68. ^ David R. Novak, Lance F. Bosart, Daniel Keyser, and Jeff S. Waldstreicher (2002). A
Climatological and composite study of cold season banded precipitation in the Northeast United
States. Diarsipkan 2011-07-19 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-12-26.
69. ^ Ivory J. Small (1999). An observation study of island effect bands: precipitation producers in
Southern California. Diarsipkan 2012-03-06 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-12-26.
70. ^ University of Wisconsin–Madison (1998).Objective Dvorak Technique. Diarsipkan 2006-06-10
di Wayback Machine. Retrieved on 2006-05-29.
71. ^ Joan D. Willey (1988-01). "Effect of storm type on rainwater composition in southeastern North
Carolina". Environmental Science & Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-08.
Diakses tanggal 2011-06-20.
72. ^ Joan D. Willey (2006-08-19). "Changing Chemical Composition of Precipitation in Wilmington,
North Carolina, U.S.A.: Implications for the Continental U.S.A". Environmental Science &
Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-08. Diakses tanggal 2011-06-20.
73. ^ Peel, M. C. and Finlayson, B. L. and McMahon, T. A. (2007). "Updated world map of the
Köppen-Geiger climate classification". Hydrol. Earth Syst. Sci. 11: 1633–1644. ISSN 1027-
5606. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-16. Diakses tanggal 2011-06-20. (direct:Final
Revised Paper Diarsipkan 2012-02-03 di Wayback Machine.)
74. ^ Susan Woodward (1997-10-29). "Tropical Broadleaf Evergreen Forest: The
Rainforest". Radford University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-25. Diakses
tanggal 2008-03-14.
75. ^ Susan Woodward (2005-02-02). "Tropical Savannas". Radford University. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2008-02-25. Diakses tanggal 2008-03-16.
76. ^ "Humid subtropical climate". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica Online.
2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-11. Diakses tanggal 2008-05-14.
77. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Humid Subtropical Climate". University of Wisconsin–Stevens
Point. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-14. Diakses tanggal 2008-03-16.
78. ^ Lauren Springer Ogden (2008). Plant-Driven Design. Timber Press.
hlm. 78. ISBN 9780881928778. Diakses tanggal 2009-07-19.
79. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Mediterranean or Dry Summer Subtropical Climate". University of
Wisconsin–Stevens Point. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-05. Diakses tanggal 2009-
07-17.
80. ^ Brynn Schaffner and Kenneth Robinson (2003-06-06). "Steppe Climate". West Tisbury
Elementary School. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-22. Diakses tanggal 2008-04-15.
81. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Subarctic Climate". University of Wisconsin–Stevens Point.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-27. Diakses tanggal 2008-04-16.
82. ^ National Weather Service Office, Northern Indiana (2009). "8 Inch Non-Recording Standard
Rain Gauge". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-25. Diakses tanggal 2009-01-02.
83. ^ Chris Lehmann (2009). "10/00". Central Analytical Laboratory. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2010-06-15. Diakses tanggal 2009-01-02.
84. ^ National Weather Service (2009). "Glossary: W". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-18.
Diakses tanggal 2009-01-01.
85. ^ Discovery School (2009). "Build Your Own Weather Station". Discovery Education. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2008-08-28. Diakses tanggal 2009-01-02.
86. ^ "Community Collaborative Rain, Hail & Snow Network Main Page". Colorado Climate Center.
2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-06. Diakses tanggal 2009-01-02.
87. ^ The Globe Program (2009). "Global Learning and Observations to Benefit the Environment
Program". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-19. Diakses tanggal 2009-01-02.
88. ^ National Weather Service (2009). "NOAA's National Weather Service Main
Page". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-01-08. Diakses tanggal 2009-01-01.
89. ^ "CHAPTER 4 - RAINFALL AND EVAPOTRANSPIRATION". www.fao.org. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2020-04-08. Diakses tanggal 2020-04-13.
90. ^ Kang-Tsung Chang, Jr-Chuan Huang, Shuh-Ji Kao, and Shou-Hao Chiang (2009). "Radar
Rainfall Estimates for Hydrologic and Landslide Modeling". Data Assimilation for Atmospheric,
Oceanic and Hydrologic Applications: 127–145. doi:10.1007/978-3-540-71056-1_6. ISBN 978-3-
540-71056-1. Diakses tanggal 2010-01-15.[pranala nonaktif permanen]
91. ^ Eric Chay Ware (August 2005). "Corrections to Radar-Estimated Precipitation Using Observed
Rain Gauge Data: A Thesis" (PDF). Cornell University. hlm. 1. Diarsipkan (PDF) dari versi asli
tanggal 2010-07-26. Diakses tanggal 2010-01-02.
92. ^ Pearl Mngadi, Petrus JM Visser, and Elizabeth Ebert (October 2006). "Southern Africa Satellite
Derived Rainfall Estimates Validation" (PDF). International Precipitation Working Group. hlm. 1.
Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-01-30. Diakses tanggal 2010-01-05.
93. ^ Lompat ke:a b Glossary of Meteorology (June 2000). "Rain". American Meteorological Society.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-25. Diakses tanggal 2010-01-15.
94. ^ Lompat ke:a b c Met Office (August 2007). "Fact Sheet No. 3: Water in the Atmosphere" (PDF).
Crown Copyright. hlm. 6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-14. Diakses
tanggal 2011-05-12.
95. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Return period". American Meteorological Society. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2006-10-20. Diakses tanggal 2009-01-02.
96. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Rainfall intensity return period". American Meteorological
Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 2009-01-02.
97. ^ Boulder Area Sustainability Information Network (2005). "What is a 100 year flood?". Boulder
Community Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-19. Diakses tanggal 2009-01-02.
98. ^ Jack S. Bushong (1999). "Quantitative Precipitation Forecast: Its Generation and Verification at
the Southeast River Forecast Center" (PDF). University of Georgia. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2009-02-05. Diakses tanggal 2008-12-31.
99. ^ Daniel Weygand (2008). "Optimizing Output From QPF Helper" (PDF). National Weather
Service Western Region. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2013-09-03. Diakses
tanggal 2008-12-31.
100. ^ Noreen O. Schwein (2009). "Optimization of quantitative precipitation forecast time horizons
used in river forecasts". American Meteorological Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2011-06-09. Diakses tanggal 2008-12-31.
101. ^ Christian Keil, Andreas Röpnack, George C. Craig, and Ulrich Schumann (2008-12-
31). "Sensitivity of quantitative precipitation forecast to height dependent changes in
humidity". Geophysical Research Letters. 35 (9):
L09812. Bibcode:2008GeoRL..3509812K. doi:10.1029/2008GL033657. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 2011-07-07.
102. ^ P. Reggiani and A. H. Weerts (February 2008). "Probabilistic Quantitative Precipitation
Forecast for Flood Prediction: An Application". Journal of Hydrometeorology. 9 (1): 76–
95. doi:10.1175/2007JHM858.1. Diakses tanggal 2008-12-31.
103. ^ Charles Lin (2005). "Quantitative Precipitation Forecast (QPF) from Weather Prediction
Models and Radar Nowcasts, and Atmospheric Hydrological Modelling for Flood
Simulation" (PDF). Achieving Technological Innovation in Flood Forecasting Project. Diarsipkan
dari versi asli (PDF) tanggal 2013-06-23. Diakses tanggal 2009-01-01.
104. ^ Bureau of Meteorology (2010). "Living With Drought". Commonwealth of Australia.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-18. Diakses tanggal 2010-01-15.
105. ^ Robert Burns (2007-06-06). "Texas Crop and Weather". Texas A&M University. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2010-06-20. Diakses tanggal 2010-01-15.
106. ^ James D. Mauseth (2006-07-07). "Mauseth Research: Cacti". University of
Texas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-27. Diakses tanggal 2010-01-15.
107. ^ A. Roberto Frisancho (1993). Human Adaptation and Accommodation. University of
Michigan Press, pp. 388. ISBN 978-0-472-09511-7. Retrieved on 2008-12-27.
108. ^ Marti J. Van Liere, Eric-Alain D. Ategbo, Jan Hoorweg, Adel P. Den Hartog, and Joseph G.
A. J. Hautvast (1994). "The significance of socio-economic characteristics for adult seasonal
body-weight fluctuations: a study in north-western Benin". British Journal of Nutrition. Cambridge
University Press. 72 (3): 479–488. doi:10.1079/BJN19940049. PMID 7947661. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2012-01-07. Diakses tanggal 2011-07-07.
109. ^ Texas Department of Environmental Quality (2008-01-16). "Harvesting, Storing, and
Treating Rainwater for Domestic Indoor Use" (PDF). Texas A&M University. Diarsipkan (PDF) dari
versi asli tanggal 2007-07-04. Diakses tanggal 2010-01-15.
110. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Flash Flood". American Meteorological Society.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-11. Diakses tanggal 2010-01-15.
111. ^ A. G. Barnston (1986-12-10). "The effect of weather on mood, productivity, and frequency
of emotional crisis in a temperate continental climate". International Journal of
Biometeorology. 32 (4): 134–143. doi:10.1007/BF01044907. Diakses tanggal 2010-01-15.[pranala
nonaktif permanen]
112. ^ IANS (2009-03-23). "Sudden spell of rain lifts mood in Delhi". Thaindian news. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-10-16. Diakses tanggal 2010-01-15.
113. ^ William Pack (2009-09-11). "Rain lifts moods of farmers". San Antonio Express-
News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-03. Diakses tanggal 2010-01-15.
114. ^ Robyn Cox (2007). "Glossary of Setswana and Other Words". Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2012-08-04. Diakses tanggal 2010-01-15.
115. ^ Allen Burton and Robert Pitt (2002). Stormwater Effects Handbook: A Toolbox for
Watershed Managers, Scientists, and Engineers (PDF). CRC Press, LLC. hlm. 4. Diarsipkan
dari versi asli (PDF) tanggal 2010-06-11. Diakses tanggal 2010-01-15.
116. ^ Bear, I.J. (March 1964). "Nature of argillaceous odour". Nature. 201 (4923): 993–
995. doi:10.1038/201993a0.
117. ^ Dr. Chowdhury's Guide to Planet Earth (2005). "The Water Cycle". WestEd. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2011-12-26. Diakses tanggal 2006-10-24.
118. ^ Publications Service Center (2001-12-18). "What is a desert?". United States Geologic
Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-05. Diakses tanggal 2010-01-15.
119. ^ According to What is a desert? Diarsipkan 2010-01-05 di Wayback Machine., the 250 mm
threshold definition is attributed to Peveril Meigs.
120. ^ "desert". Encyclopædia Britannica online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-02.
Diakses tanggal 2008-02-09.
121. ^ "About Biodiversity". Department of the Environment and Heritage. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2007-02-05. Diakses tanggal 2007-09-18.
122. ^ NationalAtlas.gov (2009-09-17). "Precipitation of the Individual States and of the
Conterminous States". United States Department of the Interior. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2010-03-15. Diakses tanggal 2010-01-15.
123. ^ Todd Mitchell (October 2001). "Africa Rainfall Climatology". University of Washington.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-04. Diakses tanggal 2010-01-02.
124. ^ W. Timothy Liu, Xiaosu Xie, and Wenqing Tang (2006). "Monsoon, Orography, and Human
Influence on Asian Rainfall" (PDF). Proceedings of the First International Symposium in Cloud-
prone & Rainy Areas Remote Sensing (CARRS), Chinese University of Hong Kong. National
Aeronautic and Space Administration Jet Propulsion Laboratory. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2020-01-06. Diakses tanggal 2010-01-04.
125. ^ National Centre for Medium Range Forecasting (2004-10-23). "Chapter-II Monsoon-2004:
Onset, Advancement and Circulation Features" (PDF). India Ministry of Earth
Sciences. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 2008-05-03.
126. ^ Australian Broadcasting Corporation (1999-08-11). "Monsoon". Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2001-02-23. Diakses tanggal 2008-05-03.
127. ^ David J. Gochis, Luis Brito-Castillo, and W. James Shuttleworth (2006-01-
10). "Hydroclimatology of the North American Monsoon region in northwest Mexico". Journal of
Hydrology. 316 (1–4): 53–70. doi:10.1016/j.jhydrol.2005.04.021. Diakses tanggal 2010-01-05.
128. ^ Bureau of Meteorology. Climate of Giles. Diarsipkan 2008-08-11 di Wayback Machine.
Retrieved on 2008-05-03.
129. ^ Lompat ke:a b J. Horel. Normal Monthly Precipitation, Inches. Diarsipkan 2006-11-13
di Wayback Machine. Retrieved on 2008-03-19.
130. ^ NationalAtlas.gov Precipitation of the Individual States and of the Conterminous
States. Diarsipkan 2010-03-15 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-03-09.
131. ^ Kristen L. Corbosiero, Michael J. Dickinson, and Lance F. Bosart (2009). "The Contribution
of Eastern North Pacific Tropical Cyclones to the Rainfall Climatology of the Southwest United
States". Monthly Weather Review. American Meteorological Society. 137 (8): 2415–
2435. doi:10.1175/2009MWR2768.1. ISSN 0027-0644. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-
01-06. Diakses tanggal 2011-07-29.
132. ^ Central Intelligence Agency. The World Factbook – Virgin Islands. Diarsipkan 2016-02-13
di Wayback Machine. Retrieved on 2008-03-19.
133. ^ BBC. Weather Centre - World Weather - Country Guides - Northern Mariana
Islands. Retrieved on 2008-03-19.
134. ^ Walker S. Ashley, Thomas L. Mote, P. Grady Dixon, Sharon L. Trotter, Emily J. Powell,
Joshua D. Durkee, and Andrew J. Grundstein. Distribution of Mesoscale Convective Complex
Rainfall in the United States. Retrieved on 2008-03-02.
135. ^ John Monteverdi and Jan Null. Western Region Technical Attachment NO. 97-37 November
21, 1997: El Niño and California Precipitation. Diarsipkan 2009-12-27 di Wayback Machine.
Retrieved on 2008-02-28.
136. ^ Southeast Climate Consortium (2007-12-20). "SECC Winter Climate
Outlook". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-04. Diakses tanggal 2008-02-29.
137. ^ Reuters (2007-02-16). "La Nina could mean dry summer in Midwest and
Plains". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-21. Diakses tanggal 2008-02-29.
138. ^ Climate Prediction Center. El Niño (ENSO) Related Rainfall Patterns Over the Tropical
Pacific. Diarsipkan 2010-05-28 di Wayback Machine. Retrieved on 2008-02-28.
139. ^ A. J. Philip (2004-10-12). "Mawsynram in India" (PDF). Tribune News Service. Diarsipkan
dari versi asli (PDF) tanggal 2010-01-30. Diakses tanggal 2010-01-05.
140. ^ Bureau of Meteorology (2010). "Significant Weather - December 2000 (Rainfall)".
Commonwealth of Australia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-20. Diakses
tanggal 2010-01-15.
141. ^ "USGS 220427159300201 1047.0 Mt. Waialeale rain gauge nr Lihue, Kauai, HI". USGS
Real-time rainfall data at Waiʻaleʻale Raingauge. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-11-17.
Diakses tanggal 2008-12-11.
142. ^ Lompat ke:a b National Climatic Data Center (2005-08-09). "Global Measured Extremes of
Temperature and Precipitation". National Oceanic and Atmospheric Administration. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-05-25. Diakses tanggal 2007-01-18.
143. ^ Alfred Rodríguez Picódate (2008-02-07). "Tutunendaó, Choco: la ciudad colombiana es
muy lluviosa". El Periódico.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-15. Diakses
tanggal 2008-12-11.
144. ^ "Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation#Highest Average Annual
Precipitation Extremes". National Climatic Data Center. August 9, 2004. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2012-05-25. Diakses tanggal 2011-06-19.
145. ^ Lompat ke:a b UFL - Dispute between Mawsynram and Cherrapunji for the rainiest place in
the world
146. ^ Lompat ke:a b c "World Rainfall Extremes". members.iinet.net.au. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2012-01-03. Diakses tanggal 2011-06-19.
147. ^ Lompat ke:a b "BBC - Weather Centre - Features - Understanding Weather -
Deluges". web.archive.org. 26 Feb 2006. Archived from the original on 2006-02-26. Diakses
tanggal 2011-06-19.
Pranala luar
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Kode Etik
Pengembang
Statistik
Pernyataan kuki
Tampilan seluler