KLIMATOLOGI
Disusun oleh:
C
Kelompok II
Nastita Nayla Safa 23020222140107
Nugroho Fajar Arifin 23020222140113
Zhida Qurrotul Aini 23020222140120
Aliyah Alfita 23020222140145
Muhammad Alvin Nugroho 23020222140148
Delia Nazwa Zahra 23020222140156
Wulan Kurniawati 23020222140154
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Klimatologi. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Sutarno, M.S. selaku Koordinator Praktikum Klimatologi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Enrico Adip Septian selaku
Asisten Pembimbing Praktikum Klimatologi, yang telah membimbing selama praktikum berlangsung hingga penyusunan Laporan Praktikum
Penulis menyadari laporan praktikum ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan penyusunan laporan berikutnya. Penulis berharap Laporan
Praktikum Klimatologi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pembaca. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan,
penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiannya dan penulis memohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan dalam penyusunan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
3.1. Materi
3.2. Metode
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Materi
3.2. Metode
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. xxxxx
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1. xxxxx
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. xxxxx
ACARA II
PENGAMATAN PERAWANAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Awan adalah suatu briket minuman larutan yang berdasar oleh adanya periode kala larutan yang melantas berlinang
kelahirannya. Siklus kala larutan ini umum disebut oleh karet elemen serupa periode hidrologi. Adanya pemuaiaan larutan yang hanyut
beranjak sikap dikarenakan oleh adanya hangat api rat dan deraian cahaya matahari. Kemudian, kelahirannya pengembunan dan pemampatan
minuman larutan yang berbaur berperan esa hadirat periode kemuliaan terpatok diatas kawasan dan menuang awan.
Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan menjadi awan horizontal dan awan vertikal. Awan horizontal adalah jenis
awan yang terbentuk karena pergerakan udara secara horizontal. Awan rendah adalah jenis awan yang ketinggian dasarnya kurang dari 2000
m. Awan sedang berada pada ketinggian 3000 hingga 6000 m di atas permukaan tanah. Awan tinggi berada di atas 20.000 kaki di atas
permukaan laut. Awan Cirrus adalah sekelompok awan yang sangat rendah yang berada di mana saja dari 0,5 km hingga 1,5 km di atas
permukaan laut. Awan cumulonimbus adalah awan dengan suhu sangat rendah yang bisa mencapai -100 °C.
Perubahan awan memiliki dampak besar pada cuaca dan perubahan iklim. Awan sangat berpengaruh sebagai unsur cuaca
karena awan pada hakekatnya merupakan hasil dari banjir yang kemudian menjadi hujan. Siklus air adalah pergerakan air yang terus menerus
dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui jenis-jenis awan, kondisi cuaca, dan dapat mengukur
TINJAUAN PUSTAKA
Awan adalah kumpulan tetesan air dengan jumlah 100 per cm³ yang memiliki jari-jari 10 μm. Presipitasi (hujan) akan terjadi
apabila populasi awan menjadi tidak stabil dan beberapa droplet muncul tumbuh membesar. Awan dilihat dari satelit dapat dibagi menjadi 5
(lima), yaitu : tidak ada awan (clear), awan tinggi, awan sedang, awan rendah, awan cumulonimbus (Nardi, 2012).
Jenis awan dapat dibagi menjadi awan horizontal dan vertikal berdasarkan ketinggiannya. Awan horizontal dibagi menjadi
awan rendah, sedang dan tinggi, dan awan vertikal adalah awan kumulus. Awan rendah kurang dari 2 km, awan sedang 2 - 7 km dan awan
tinggi lebih dari 7 km (Sabaruddin, 2012). Awan horizontal meliputi awan tingkat rendah, awan tingkat menengah, dan awan tingkat tinggi.
Awan cumulonimbus adalah awan tebal yang menghasilkan kilat dan guntur, sedangkan awan cumulonimbus adalah awan tebal yang
Awan horizontal merupakan jenis awan yang terbentuk sebagai akibat dari pergerakan udara secara horizontal, Ketika
konvergensi terjadi dalam arus udara horizontal dari massa udara tebal yang besar, gerakan ke atas akan terjadi. Naiknya udara di zona
konvergensi dapat menyebabkan pertumbuhan awan. Ketika dua massa udara yang mendekat secara horizontal memiliki suhu dan kepadatan
yang berbeda, massa udara yang lebih hangat dipaksa naik di atas massa udara yang lebih dingin (Yeli, 2014). Awan yang termasuk dalam
kategori awan rendah adalah awan stratus dan cumulonimbus, sedangkan awan yang termasuk dalam kategori awan sedang adalah awan
altocumulus dan altostratus, dan awan yang termasuk dalam kategori awan tinggi adalah awan cirrus, awan cirrostratus dan awan
cirrocumulus. Jenis awan horizontal memiliki bentuk seperti kapas tipis, namun ada juga yang tebal membentuk bola-bola (Hodi, 2013).
Secara teori, efek menguntungkan dari aerosol adalah pengurangan ukuran partikel awan cair/es, peningkatan masa pakai awan
dan fraksinasi. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan di atas awan, yang berarti bahwa aerosol berkontribusi pada pembentukan awan
tinggi. Berdasarkan International Climate Satellite Cloud Index, cloud top pressure (CTP) dapat digunakan untuk mengklasifikasikan awan,
dan awan dengan CTP lebih besar dari 680 hPa disebut awan rendah. Efek peningkatan aliran aerosol di Indonesia diterjemahkan menjadi
peningkatan nilai tekanan puncak awan, yang berarti mendukung pembentukan awan rendah (Susanti, 2014).
2015) suhu udara permukaan dalam meteorologi adalah suhu udara pada ketinggian 1,25 m sampai 2 m di atas permukaan tanah. Awan
rendah antara lain awan cumulonimbus (Cb) dan awan cumulus menjulang (Tcu). Langit-langitnya adalah dasar awan yang tingginya kurang
dari 6.000 m (20.000 kaki) dan menutupi lebih dari setengah ruang di atas area pengamatan. Awan cumulonimbus merupakan awan tebal
dengan puncak tinggi yang terbentuk pada siang hari (Nugraheny, 2015). Awan rendah memilki turbulensi lemah, kelembaban sangat tinggi,
dan titik dasar awan rendah, Awan jenis ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu awan Nimbostratus (NS), Stratocumulus (Sc), Stratus (St).
Hampir semua jenis awan dapat menghasilkan hujan salju, tetapi beberapa awan yang lebih rendah, termasuk Nimbostratus dan
Stratocumulus, menghasilkan presipitasi. Awan nimbostratus merupakan jenis awan yang sangat tebal namun banyak mengandung air, Awan
stratocumulus merupakan jenis awan yang berwarna paling terang dan menunjukkan bahwa suatu daerah rawan hujan, tetapi terkadang juga
merupakan pertanda cuaca buruk. Awan stratus merupakan jenis awan yang berupa lapisan berlapis lebih dekat ke permukaan bumi,
seringkali menutupi ketinggian, awan lapisan berwarna abu-abu. Awan stratus dapat berubah menjadi kabut dan menimbulkan hujan (Yeli,
2014). Suhu udara permukaan dalam meteorologi adalah suhu udara pada ketinggian 1,25 m sampai 2 m di atas permukaan tanah (Saputra,
2015).
Awan sedang merupakan jenis awan yang terbentuk pada ketinggian 2000-6000 m, awan jenis ini tersusun dengan komposisi
utama titik-titik air, meskipun demikian awan ini kadang juga tersusun dari kristal-kristal es, terutama saat suhunya cukup dingin . Dalam
kelompok awan sedang terbagi menjadi dua. Berikut dua jenis awan sedang. Awan altocumulus berkepul-kepul, tidak rata dan berlapis, awan
ini menandakan keadaan cuaca yang baik. Tiap-tiap elemen nampak jelas tersisih antara satu sama lain dengan warna putih ke kelabuan.
Altostratus awan kekelabuan (bergantung kepada ketebalan) peringkat pertengahan yang menghasilkan hujan apabila cukup tebal. Awan-
awan ini terjadi dalam lapisan atmosfera stabil dan boleh menjadi tebal apabila cukup kelembapan dan penyejukan. (Lely, 2021). Menurut
pernyataan (Nelfia dan Supriyadi, 2013) Altocumulus adalah genus awan yang terletak pada ketinggian 4000 - 6000 m, merupakan kelompok
awan sedang atau awan menengah. Awan ini berbentuk lapisan dengan gugusan berwarna putih sampai abu-abu. Awan Altostratus berwarna
abu-abu atau kebiruan dan membentuk lapisan homogen, seluruh atau sebagian awan menutupi langit dan mengandung tetesan air (Adriatica,
2015).
Altocumulus Altostratus
Awan tinggi merupakan jenis awan yang dikatakan sebagai kelompok awan tinggi apabila awan itu terbentuk pada ketinggian
lebih dari 20.000 kaki diatas permukaan laut, dalam kelompok awan tinggi terbagi menjadi tiga. Altocumulus adalah genus awan yang
terletak pada ketinggian 4000 - 6000 m, merupakan kelompok awan sedang atau awan menengah. Awan ini berbentuk lapisan dengan
gugusan berwarna putih sampai abu-abu (Nelfia dan Supriyadi, 2013) Awan Altostratus berwarna abu-abu atau kebiruan dan membentuk
lapisan homogen, seluruh atau sebagian awan menutupi langit dan mengandung tetesan air (Adriatica, 2015). Berikut ketiga jenis awan tinggi,
awan cirrus adalah awan berwarna putih yang terpisah, memiliki serat halus disertai dengan efek kilau bagai sutra. Berbentuk seperti halnya
kelambu yang berwarna putih serta bertekstur halus, lembut, dan mengental. Menurut pernyataan (Juraida dan Nursalam, 2016) awan Cirrus
adalah awan tipis berbentuk balon seperti kapas yang terbentuk dari kristal es. Awan cirrostratus memiliki bakat untuk menutupi langit secara
sempurna dengan dihiasi warna cerah dari awan tersebut. Awan cirrostratus memiliki ukuran yang sangat lebar dan luas. Bentuk awan
cirrostratus seperti sebuah anyaman yang bentuknya tidak beraturan. Awan cirrocumulus memiliki bentuk indah bak ombak di pantai, awan
ini juga memiliki bentuk bulat, kecil, putih, dan berbaris layaknya domba di padang rumput. Tingkat eksistensi dari awan cirrocumulus
biasanya bersamaan dengan awan cirrus dana cirrostratus sehingga membuat awan ini tampak seperti terdegradasi dengan kedua awan
Pembentukan awan terjadi sebagai akibat dari evaporasi atau evapotranspirasi dan transpirasi, yaitu proses evaporasi
tumbuhan. Uap air mengembun atau mengembun, yang kemudian membentuk awan. Awan ini bergerak ke tempat yang berbeda dengan
bantuan angin vertikal atau horizontal. Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan massa udara memuai dan menyatu (Ardhitama, 2013).
Potensi uap air dengan energi serapan air yang tinggi untuk pertumbuhan awan konveksi memberikan peluang yang baik bagi terbentuknya
awan cumulonimbus (Syaifullah, 2013). Menurut pernyataan (Renggono, 2015) awan cumulonimbus yang terbentuk secara vertikal merupakan
salah satu ciri awan hujan konvektif yang mengandung butiran air yang sangat besar dengan laju curah hujan lebih dari 10 mm/jam. Awan
hujan konvektif adalah awan hujan yang ketinggiannya sekitar 4-5 km di atas permukaan es.
Awan vertikal merupakan jenis awan dengan ketinggian yang sangat rendah, terletak di semua wilayah dari sekitar 0,5 km
hingga 1,5 km di atas permukaan laut. Jenis awan ini memberikan pemandangan yang bagus pada siang hari karena ketinggiannya yang
sangat rendah, sehingga sangat mudah dan jelas untuk diamati. Ada dua jenis awan perkembangan vertikal yaitu awan cumulus dan awan
Awan cumulonimbus adalah awan vertikal yang terbentuk dan tumbuh secara vertikal hingga ketinggian 60.000 kaki atau sekitar 18 km.
Penyebab munculnya awan tersebut adalah proses konveksi akibat pemanasan permukaan bumi akibat radiasi matahari dan kondisi atmosfer yang tidak
stabil (Maya, 2015). Awan cumulonimbus tergolong awan rendah dengan ketinggian dasar lebih dari 2000 m, namun awan ini terbentuk secara vertikal ke
atas dan memiliki ketinggian puncak awan lebih dari 6000 m, yang sesuai dengan posisi awan cirrus (Avia dan Haryanto, 2013). Awan cumulonimbus
merupakan jenis awan besar yang berkembang di daerah rendah. Secara umum, awan cumulonimbus bersuhu rendah dan pembentukan awan
Awan cumulonimbus bentuknya menyerupai kubah atau menara. termasuk golongan awan pembawa hujan. Warna dasarnya
putih, namun apabila sebagian terkena sinar matahari maka akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu. terbentuk karena proses konveksi
dan juga disebabkan oleh ketidakstabilan di lapisan atmosfer (Bety, 2018). Awan kumulonimbus adalah sebuah awan vertikal menjulang yang
sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya. Kumulonimbus berasal dari bahasa Latin, "cumulus" berarti
terakumulasi dan "nimbus" berarti hujan. Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. (Yusuf, 2012)
Cumulonimbus
Sumber: simomot
2.2. Pengaruh Awan terhadap Cuaca dan Iklim
Cuaca dan iklim adalah keadaan atau keadaan fisik atmosfer yang merupakan hasil interaksi berbagai unsur atau komponen
unsur, antara lain radiasi atau lamanya penyinaran matahari, suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, awan, curah hujan, dan penguapan
(Sabaruddin, 2020). Awan memiliki pengaruh yang besar sebagai unsur cuaca karena pada dasarnya awan merupakan hasil luapan dari air yag
mekemudian menjadi hujan. Peluapan ini dapat terjadi dengan dua cara, ketika cuaca panas, uap air di udara lebih banyak karena air lebih
cepat menguap. Air bermuatan panas naik sampai mencapai lapisan suhu yang lebih rendah, uap mencair, dan jumlah molekul air yang tak
Perubahan iklim juga disebabkan oleh perubahan permukaan atmosfer yang pada akhrinya menyebabkan Perubahan jangka
panjang dalam pola cuaca rata-rata yang mempengaruhi iklim bumi pada skala lokal, regional, dan global (Odi, 2021). Dalam hal ini
permukaan atmosfer yang semula ditutupi oleh lapisan ozon yang kini kian menipis dan hampir terbuka, hal ini juga mempengaruhi kecepatan
Siklus awan adalah proses pergerakan air yang terus menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Triadmodjo, 2008) yang menyatakan bahwa siklus awan berasal dari pergerakan air dari bumi ke atmosfer. Siklus air tidak
hanya terus menerus, tetapi juga siklus terus menerus di wilayah manapun. Hal ini sejalan dengan pendapat (Wisler dan Brater, 2013) yang
menyatakan bahwa siklus air terjadi secara merata. Siklus air dimulai dengan penguapan air ke udara. Air yang menguap kemudian
mengembun di udara, yang kemudian membentuk gugusan yang disebut awan (Triadmodjo, 2008).
Awan yang terbentuk kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju yang disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Kusuma, 2016) yang menyatakan bahwa hujan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Beberapa tetesan air mencapai
permukaan tanah secara langsung (infiltrasi) dan beberapa mengalir sebagai air permukaan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Nugroho, 2022)
bahwa limpasan permukaan yang dihasilkan kemudian memasuki badan air seperti sungai, danau, waduk, dan DAS hilir lainnya, mengulangi
Praktikum klimatologi dengan acara alat alat klimatologi dilaksanakan pada hari rabu, 14 September 2022. Secara luring di
ruang RSG. Pengamatan klimatologi dengan bahan pengamatan awan akan berlangsung dari tanggal 20 September 2022 sampai dengan 3
Oktober 2022 selama empat belas hari. Titik observasi terletak di depan gedung mushola FPP mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktikum acara ini terdiri atas alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah thermohygrometer.
Untuk mengukur tingkat kelembapan dan suhu pada awan yang di amati. Bahan yang digunakan ini terdiri dari komponen alat dan bahan.
Alat yang digunakan dalam praktek pengenalan instrumen klimatologi adalah pensil yang berfungsi sebagai alat dan alat untuk merekam
pengamatan, dan kamera sebagai alat untuk menyimpan gambar dari objek yang diamati.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktikum Klimatologi ini adalah pengukuran suhu dan kelembapan pada awan yanh di
lakukan di jam 07:00, 12:00, dan 17:00. Metode pengenalan alat klimatologi ke dalam praktek adalah bahwa alat klimatologi diamati, isu-isu
Berdasarkan pengamatan awan, dan pencatatan indikator suhu, kelembaban, dan curah hujan yang tampak pada minggu ke-I
1. 33,5 49
3. 33,5 61,3
Berdasarkan pengelompokan data pada table diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata suhu dan kelembapan minggu ke 1 di
o
lingkungan pengamatan adalah 33,3 C dan 55,1%, dan yang paling sering muncul dipengamatan satu minggu adalah awan tinggi dengan
jenis awan cirrus dan awan cumulus, berdasarkan analisis terhadap tipe awan terhadap tinggkat suhu dan kelembapan, dapat dikatakan bahwa
jenis awan cirrus yang paling sering muncul pada pengamatan satu minggu mempengaruhi rata-rata suhu dan kelembaban yang dicatat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Avia dan Haryanto (2013) yang menyatakan bahwa awan cirrus berada pada ketinggian 6000 m dan umumnya
terbentuk di troposfer. Awan Cirrus memiliki struktur berserat dan tipis, dan hal ini juga sesuai dengan pendapat Juraida dan Nursalam (2016)
yang mengatakan bahwa awan cirrus adalah awan tipis, bengkak, seperti kapas yang terbentuk dari kristal es.
Cirrus merupakan awan yang terlihat lembut dan halus seperti bulu dan berwarna putih hal ini didukung oleh Mulyana (2015)
yang menyatakan bahwa awan cirrus adalah suatu jenis awan yang sangat tipis, atau tersusun atas kristal-kristal es yang memiliki bentuk yang
tidak beraturan Awan cirrus terbentuk melalui dua mekanisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Iek dan Moniaga (2014) yang menyatakan
bahwa pembentukan awan cirrus dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu proses nimbus yang tebal di bawah lapisan tipis kristal es, dan
pengintian insitu kristal-kristal es di dekat tropopause yang terjadi berkaitan dengan homogeneous freezing partikel-partikel uap asam sulfur.
Berdasarkan pengamatan awan, dan pencatatan indikator suhu, kelembaban, dan curah hujan yang tampak pada minggu ke-II
1. 31 77
Berdasarkan pengelompokan data pada table diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata suhu dan kelembapan minggu ke 2 di lingkungan
pengamatan adalah 0 dan 0 dan yang paling sering muncul dipengamatan satu minggu adalah awan jenis Cirrus, berdasarkan
analisis terhadap tipe awan terhadap tinggkat suhu dan kelembapan, dapat dikatakan bahwa jenis awan Cirrus yang paling sering muncul
pada pengamatan satu minggu mempengaruhi rata-rata suhu dan kelembaban yang dicatat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sabaruddin (2012) yang
menyatakan bahwa awan Cirrus merupakan tipe awan yang paling tipis dan sulit dideteksi keberadaannya pada citra satelit. Indonesia sebagai negara tropis
diliputi oleh awan Cirrus hampir sepanjang tahun. Berdasarkan analisis pengaruh tipe awan terhadap tingkat suhu dan kelembapan, dapat dikatakan bahwa
jenis awan Cirrus yang sangat sering muncul pada pengamatan satu minggu mempengaruhi rata-rata suhu dan kelembapan yang dicatat. Hal ini didukung
oleh Hamdi dan Kaloka (2012) hal ini disebabkan karena awan Cirrus terbentuk di lapisan troposfer atas dan menarik untuk diteliti karena peranannya yang
cukup penting dalam menjaga kesetimbangan radiasi bumi melalui proses penghamburan cahaya inframerah dan cahaya tampak,melalui penyerapan
Awan Cirrus termasuk kategori awan tertinggi dengan ketinggian mencapai diatas 9km. Cirrus merupakan awan yang terlihat lembut dan
halus seperti bulu dan berwarna putih hal ini didukung oleh Mulyana (2015) yang menyatakan bahwa awan Cirrus adalah suatu jenis awan yang sangat
tipis, atau tersusun atas kristal-kristal es yang memiliki bentuk yang tidak beraturan awan Cirrus terbentuk melalui dua mekanisme. Hal ini seusai dengan
pendapat lek dan Moniaga (2014) yang menyatakan bahwa pembentukan awan Cirrus dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu proses nimbus yang tebal
dibawah lapisan tipis kristal es,dan pengintian insitu kristal-kristal es didekat tropopause yang terjadi berkaitan dengan homogenous freezing partikel-
Berdasarkan kedua kelompok pengamatan minggu ke-I dan II yang telah dibahas, dapat dibandingkan hasil pengamatannya berdasarkan
Buatlah hipotesis apakah hasil pengamatan minggu ke-I dan II saling berkaitan apa tidak (hasilnya signifikan apa berbeda), bila signifikan, berikan
penjelasan yang dikaitkan dengan cuaca dan iklim di lokasi tersebut yang sedang terjadi dalam periode pengamatan kalian. Semisal, pada saat pengamatan
cuacanya berawan, dan dalam iklim basah/musim hujan, sehingga hasil parameter pengamatan minggu ke I dan II tidak berbeda/signifikan hasilnya
(karena pengamatan hanya empat belas hari). Bila hasilnya berbeda jauh, berikan penjelasan mengapa bisa seperti itu, garis bawahi parameter yang paling
menunjukkan perbedaan (suhu, kelembaban, curah hujan, atau jenis awan) dan analisis mengapa berbeda. Semua hipotesis didukung oleh sitasi yang ada.
Contoh pembahasan 🡪 Berdasarkan perbandingan pengamatan minggu ke I dan II, dapat dianalisis bahwa perbandingan pengamatan minggu ke I dan II
berdasarkan parameter yang dicatat memiliki hasil yang tidak berbeda/berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena... (tuangkan hipotesis kalian, dan
Berdasarkan pengamatan siklus awan dan pencatatan indikator suhu, kelembaban dan curah hujan yang tampak setiap lima menit sekali pada
pagi, siang dan sore hari pengelompokan data berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4. Pengamatan Siklus Awan
5 32,6 65,6
10 33,4 63
15 34 60,3
20 34,1 60,6
25 34,4 59,6
30 34,4 59,3
BAB V
5.1. Simpulan
Berdasarkan praktikum tentang pengamatan perawanan, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis awan yang berbeda mempengaruhi indikator
cuaca dan iklim yang terjadi pada lokasi pengamatan. Jenis awan yang sering muncul dua minggu tersebut adalah awan Cirrus yang awan ini tidak
membawa hujan didalamnya. Keadaan suhu dan kelembapan udara tergolong sedang dan cukup signifikan pergerakannya dengan awan Cirrus yang terus
mengisi disetiap waktu. Pergerakan awan terjadi pada pagi,siang dan sore hari adalah Cirrus dengan awan yang paling banyak muncul adalah awan Cirrus
yang tidak menghasilkan hujan ke permukaan bumi dan indentik dengan cuaca yang cerah
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk menunjang hasil praktikum yang lebih baik adalah agar selalu mengawasi cuaca dan keadaan wilayah,
karena alat yang digunakan tergolong rentan akan rusak karena keadaan suatu wilayah, seperti kepanasan ataupun kedinginan
DAFTAR PUSTAKA
Adriat, R. (2015). Keterkaitan variasi sinar kosmik dengan tutupan awan. J. Positron, 5 (1) : 36 – 41.
Boy, P. S. 2020. Peran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Tanjung Emas Semarang Dalam Memperkirakan dan
Menginformasikan Laporan Berita Keadaan Cuaca ke Nelayan dan Kapal Niaga Untuk Menunjang Keselamatan
Pelayaran. Karya tulis.
tipe think pair share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar geografi studi
Nardi, N., A. Z. Nazori. 2016. Otomasi klasifikasi awan citra satelit mtsat dengan pendekatan fuzzy logic.
Nugraheny, D. 2015. Metode nilai jarak guna kesamaan atau kemiripan ciri suatu citra (kasus deteksi awan cumulonimbus menggunakan
Rozi, M. F. 2019. Prediksi pertumbuhan awan cumulonimbus pada citra himawari ir enhanced menggunakan deep echo state network
Syaifullah, M. D. (2013). Kondisi curah hujan pada kejadian banjir Jakarta dan
analisis kondisi udara atas wilayah Jakarta Bulan Januari – Februari 2013.J.
Hamdi,S.,dan S.Kaloka.2012. Pengamatan awan Cirrus subvisible diatas Bandung menggunakan raman lidar ( studi kasus : bulan September
Saputra, A. D., I. Muthohar, S. Priyanto, dan M. Bhinnety. 2015. Pengaruh kondisi cuaca penerbangan terhadap beban kerja mental pilot. J.
Susanti, I., L. R. Tursilowati, dan N. Cholianawati. 2014. Analisis pengaruh aerosol pada awan di Indonesia. J. Sains Dirgantara, 12 (1) : 22 –
31.
Syaifullah, M. D. (2013). Kondisi curah hujan pada kejadian banjir Jakarta dan
analisis kondisi udara atas wilayah Jakarta Bulan Januari– Februari 2013. J. Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, 14(1) :
19 – 27.
Yudha, K., Tiara, A., Fadhlil, R. M. 2017. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 4 (2)
Nelfia, H., dan Supriyadi, S. (2013). Hujan Sumber Kehidupan. Bestari Kids,
Jakarta Timur.
Mulayana, E. 2015 . Analisis cuaca pada saat pelaksaan TMC Penanggulangan banjir Jakarta Januari Februari 2014. J. Sains dan Teknologi
Platridge,, G. W., W . J . King., dan C. M. R. Platt. 2016. Studi kasus pertumbuhan partikel es di awan altrostratus fase campuran. J.
LAMPIRAN
7 12 17 7 12 17
1 33,5 49
2 33,7 61,3
3 33,5 61,3
4 33,6 47,6
5 33,2 52
6 32,9 57,3
7 33,2 57,6
8 29,0 32,9 31,1 31 77 71 83 77
9 34,0 35,9 29,7 33,2 81 44 59 61,3
10 29,6 29,6 29,8 29,6 78 58 68 68
11 30,8 37,9 30,6 33,1 77 63 66 68,6
12 27,4 30,3 29,7 29,1 91 74 84 82
13 30,4 38,3 30,1 32,9 82 40 76 66
14 28,5 45,1 29,5 34,3 93 34 74 67
1 2 3 4 5 6 7
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
1 2 3 4 5 6 7
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
Suhu (˚C)
Kelembaban (%)
ke- (pukul)
7 12 17 7 12 17